Bagi Hasil Bank Syariah. docx

BAGI HASIL BANK SYARIAH

LAPORAN PENELITIAN ILMIAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Oleh :
Putri Kusumandari
25212771

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, mayoritas masyarakatnya adalah Islam, memang ada keinginan
yang kuat untuk mendapatkan institusi perbankan yang dirasa aman secara spiritual,
sebab selama ini perbankan konvensional dikenal sebagai lembaga ribawi. Lantas,

bermunculan unit-unit perbankan syariah yang masih menginduk ke bank-bank
konvensional. Hanya saja dalam perkembangannya kemunculan unit-unit syariah itu
dimanfaatkan juga oleh institusi perbankan biasa untuk mendongkrak sentimen
nasabah. Kalau dilihat secara substansial antara perbankan konvensional dan
perbankan syariah memang tidak seratus persen sama. Tapi 99,9% sama saja.
Dilihat dari perkembangan jaman, bank-bank syariah juga semakin berkembang
pesat di Indonesia. Semenjak tahun 1997 bank syariah mulai dikembangkan dengan
mengikuti ketentuan-ketentuan berdasarkan Islam dan menjauhi unsur-unsur riba
Demi menjaga agar DPS (Dewan Pengawas Syariah) di setiap bank benar-benar
tetap konsisten pada garis-garis syariah, maka MUI membentuk sebuah lembaga
otonom untuk lebih fokus pada ekonomi syariah dengan membentuk Dewan Syariah
Nasional.
Perbankan Syariah merupakan segala sesuatu yang menyangkut tentang bank
umum syariah dan unit usaha syariah, baik itu menyangkut kelembagaan, kegiatan
usaha, cara, dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbedaan antara
bank konvensional dan bank syariah yang paling mendasar adalah pembagian
keuntungan, dimana bank konvensional menerapkan sistem bunga sebagai langkah
mengendalikan tingkat inflasi, sedangkan bank syariah menerapkan sistem bagi hasil.
Kenaikan tingkat inflasi cenderung menyebabkan minat masyarakat menyimpan
dana di bank syariah menurun. Sedangkan kenaikan bagi hasil dapat menyebabkan

minat masyarakat menyimpan dana di bank syariah meningkat dengan motif dan
harapan untuk memperoleh keuntungan.
Banyak yang melatarbelakangi perkembangan bank syariah, mulai dari perbedaan
dengan bank konvensional yang mendasar hingga yang paling spesifik. Sehingga
penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “BAGI HASIL
BANK SYARIAH”
B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis bermaksud
untuk menemukan pemecahan masalah yang berhubungan dengan bagi hasil pada
bank syariah. Adapun masalah yang akan penulis angkat pada penulisan ilmiah ini
untuk dibahas lebih lanjut adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan bagi hasil?
2. Bagaimanakah penerapan bagi hasil bagi bank syariah?
3. Kenapa menggunakan sistem bagi hasil?
4. Apa yang membedakan bagi hasil dengan bunga pada bank konvensional?

C. Tujuan Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui definisi bagi hasil

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan bagi hasil di bank syariah
3. Untuk mengetahui kenapa digunakan sistem bagi hasil dalam bank syariah
4. Untuk mengetahui perbedaan antara bagi hasil pada bank syariah dan bunga pada
bank konvensional

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penulisan ini, antara lain:
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam memahami bagi hasil
dalam bank syariah.
2. Bagi Pembaca
Dapat menjadi informasi sebagai bahan perbandingan dalam penulisan yang sejenis.
Sehingga penulisan ini dapat lebih disempurnakan pada penulisan selanjutnya.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bagi Hasil

Bagi hasil merupakan suatu bentuk skema pembiayaan alternatif, yang memiliki
karateristik yang sangat berbeda dengan bunga. Sesuai dengan namanya, skema

ini berupa pembagian hasil usaha yang dibiayai dengan kredit/pembiayaan.
Skema bagi hasil dapat diaplikasikan baik pada pembiayaan langsung maupun
pada pembiayaan melalui bank syariah (dalam bentuk pembiayaan mudharabah
dan musyarakah). Pembiayaan Mudharabah adalah investasi tidak terikat pihak
ketiga pada bank syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati sedangkan Musyarakah adalah pembiayaan proyek
dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayainya.
Dalam berkontrak bagi hasil perlu didesign suatu skema bagi hasil yang optimal.
Yakni yang secara efisien dapat mendorong entrepreneur (debitur) untuk
melakukan upaya terbaiknya dan dapat menekan terjadinya falsifikasi.
Betuk skema bagi hasil :
1. Profit sharing
Disebut pula profit-and-loss sharing. Yang dijadikan dasar perhitungan adalah
profit, yang merupakan selisih antara penjualan/pendapatan usaha dan biayabiaya usaha, baik berupa harga pokok penjualan/biaya produksi, biaya
penjualan serta biaya umum dan administrasi. Profit sharing dapat diartikan
sebagai sistem pembagian keuntungan yang didapat dari suatu usaha.
2. Gross Profit Sharing
Yang dijadikan dasar perhitungan adalah gross profit (laba kotor) yakni
penjualan/pendapatan usaha dikurangi dengan harga pokok penjualan/biaya
produksi.

3. Revenue Sharing
Yang dijadikan dasar perhitungan adalah penjualan/pendapatan usaha.

B. Penerapan Bagi Hasil bagi Bank Syariah
Akuntansi syariah adalah proses akuntansi yang digunakan oleh lembaga-lembaga
keuangan syariah yang melakukan transaksi syariah yang meliputi pengakuan,
pengukuran, pencatatan, penilaian, dan penyajian dilaporan keuangan.
Sistem bunga dalam akuntansi syariah tidak diperbolehkan karena dapat
mengakibatkan riba. Karena sistem bunga tidak diperbolehkan dalam dunia
perbankan syariah, maka bank syariah menetapkan sistem bagi hasil atau nisbah.
Dalam proses menabung, bank syariah melakukan negosiasi dan kesepakatan
dengan pihak nasabah atau pemilik dana. Tentang nisbah keuntungan yang telah
ditentukan oleh pihak bank. Jika pihak nasabah menyetujui nisbah keuntunga
yang telah ditentukan dari pihak bank syariah maka dilakukan hitam diatas putih
atau surat persetujuan untuk menandai bahwa telah terjadi persetujuan tentang
bagi hasil yang didapat oleh pihak pengelola dana atau mudharib dan pihak
nasabah atau pemilik dana. Hal-hal tersebut sangat penting agar tidak terjadi riba.

Setelah itu bagi hasil untuk tabungan mudharabah akan di bayarkan oleh pihak
bank setiap akhir bulan. Dasar perhitungannya yaitu berasal dari total investasi

mudharabah bank syariah. Rata-rata pembiayaan, rata-rata pengendapan saldo
tabungan mudharabah, dan pendapatan riil pada bulan laporan bank syariah.
C. Penggunaan Sistem Bagi Hasil
Dilakukannya sistem bagi hasil pada bank syariah dikarenakan sistem riba secara
tegas dilarang oleh agama. Dalam sistem bunga atau riba ini terdapat potensi
terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak. Walaupun di awal susah ada
kesepakatan bersama antara kedua belah pihak mengenai adanya bunga dalam
transaksi pinjam meminjam tetapi dalam pelaksanaan perjanjian tersebut sangat
besar potensi timbulnya rasa keberatan, perselisihan antara kedua belah pihak.
Selain itu ditinjau dari segi kemanusiaan, dimana manusia merupakan makhluk
sosial yang harus saling tolong menolong maka sistem pinjam meminjam dengan
menggunakan bunga ini tidak mencerminkan sikap tolong menolong. Sebab
dengan hanya memberi pinjaman akan menerima tambahan bunga setiap
bulannya. Tanpa melihat si peminjam memperoleh untung atau rugi. Berbeda
dengan sistem bagi hasil, sebab besarnya bagi hasil yang akan dibayarkan si
peminjam berdasarkan besarnya keuntungan yang diperoleh, jika keuntunganya
besar maka bagi hasilnya besar, tapi jika keuntungannya kecil maka bagi hasilnya
juga kecil. Dan apabila si peminjam mengalami kerugian maka pihak pemberi
pinjaman juga akan ikut menanggung kerugian tersebut. Maka dengan demikian,
kecil kemungkinan terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak.

D. Perbedaan Bagi Hasil pada Bank Syariah dan Bunga pada Bank Konvensional
Banyak masyarakat umum yang belum memahami konsep bagi hasil yang
diterapkan pada bank syariah. Sering dan banyak masyarakat yang keliru menilai
bahwa bagi hasil sama dengan bunga. Dalam bank syariah ada tiga produk
pembiayaan yang dipraktekan yaitu, bagi hasil, jual-beli, dan ijarah dan jasa. Bagi
hasil terdiri dari mudharabah dan musyarakah. Jual-beli terdiri dari produk ba’i
murabahah, ba’i istisna, dan ba’i salam. Sedangkan jasa terdiri dari wakalah,
kafalah, hiwalah, ijarah, ba’i at-takjiri, dan al-ijarah muntahiyah bit tamlik. Jadi
dalam perbankan syariah bagi hasil hanyalah salah satu produk pembiayaan
perbankan syariah. Saat ini bank syariah di Indonesia masih dominan menerapkan
produk jual-beli, khususnya jual beli murabahah dan istisna.
Sistem bagi hasil sebagai ciri khas utama bank syariah belum diterapkan secara
menyeluruh dalam operasi bank muamalah. Meskipun bagi hasil belum
diterapkan secara dominan tetapi praktek bunga sudah dihindarkan secara total.
Ada perbedaan yang paling spesifik anatara bagi hasil dan bunga, yaitu :

1. Penentuan bunga sudah ditetapkan sejak awal, tanpa berpedoman pada untung
rugi, sehingga besarnya bunga yang harus dibayar sudah diketahui. Sedangkan
pada sistem bagi hasil, penentuan jumlah besarnya tidak ditetapkan sejak
awal, karena pengembalian bagi hasil didasarkan kepada untung rugi dengan

pola nisbah (rasio) bagi hasil. Maka jumlah bagi hasil baru diketahui setelah
berusaha atau sesudah ada untungnya. Jumlah bagi hasil selalu berfluktuasi
dari waktu ke waktu sesuai dengan besar kecilnya keuntungan yang diraih
mudharib (pengelola dana/pengusaha). Hal ini tentu berbeda dengan bunga.
2. Besarnya presentase bunga dan besarnya nilai rupiah ditentukan sebelumnya
berdasarkan jumlah uang yang dipinjamkan. Sedangkan dalam bagi hasil,
besarnya bagi hasil tidak didasarkan pada jumlah pinjaman (pembiayaan),
tetapi berdasarkan keuntungan paralel, misalnya 40:60 (40% keuntungan bank
dan 60% untuk deposan).
3. Dalam sistem bunga jika terjadi kerugian maka kerugian itu hanya ditanggung
si peminjam (debitur) saja, berdasarkan pembayaran bunga tetap seperti yang
dijanjikan. Sedangkan pada bagi hasil jika terjadi kerugian maka hal itu
ditanggung bersama oleh pemilik modal dan peminjam. Pihak perbankan
syariah menanggung kerugian tenaga, waktu, dan pikiran.
4. Pada sistem bunga jumlah pembayaran bunga kepada nasabah
penabung/deposan tidak meningkat sekalipun keuntungan bank meningkat
karena prosentase bunga ditetapkan secara pasti tanpa didasarkan untung atau
rugi. Sedangkan dalam sistem bagi hasil, jumlah pembagian laba yang
diterima deposan akan meningkat manakala keuntungan bank meningkat,
sesuai dengan peningkatan jumlah keuntungan bank.

5. Pada sistem bunga besarnya bunga yang harus dibayar si peminjam pasti
diterima bank. Sedangkan dalam bagi hasil, besarnya tidak pasti tergantung
pada keuntungan perusahaan yang dikelola si peminjam, sebab keberhasilan
usahalah yang menjadi perhatian bersama pemilik modal (bank) dan
peminjam.
6. Sistem bunga dilarang oleh semua agama samawi. Sedangkan sistem bagi
hasil tak ada agama ynag mengancamnya. Bunga dilarang tegas oleh agamaagama Yahudi, Nasrani, dan Islam.
7. Pihak bank dalam sistem bunga memastikan penghasilan debitur di masa yang
akan datang dan karena itu ia menetapkan sejak awal jumlah bunga yang
harus dibayarkan kepada bank. Sedangkan pada sistem bagi hasil, tidak ada
pemastian tersebut.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Sumber Data
Data-data yang digunakan bersumber dari Internet, dengan penggabungan dari
beberapa data, sehingga menjadi bahan yang penulis gunakan untuk meneliti.

B. Pendekataan

Pendekataan untuk melakukan penelitian ini dengan menggunakan ilmu Ekonomi
Syariah, akuntansi Syariah yang menjelaskan tentang bagi hasil dalam Perbankan
Syariah.

C. Metode Penelitian
Pada penelitian ini pengumpulan data menggunakan metode
kualitatif. Dengan pengumpulan data-data dan penulis
menganalisisnya.
D. Langkah Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mencari data-data
Pengumpulan data
Penggabungan data
Penelitian melalui data-data yang tersedia

Menganalis data yang ada
Memperoleh kesimpulan dari analaisis data-data tersebut

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Bagi Hasil dan Penerapannya
Bagi hasil merupakan suatu bentuk skema pembiayaan alternatif, yang memiliki
karateristik yang sangat berbeda dengan bunga. Karena sistem bunga tidak
diperbolehkan dalam dunia perbankan syariah, maka bank syariah menetapkan
sistem bagi hasil atau nisbah. Dasar perhitungannya yaitu berasal dari total
investasi mudharabah bank syariah. Rata-rata pembiayaan, rata-rata pengendapan
saldo tabungan mudharabah, dan pendapatan riil pada bulan laporan bank syariah.

B. Bagi Hasil dan Penggunaannya
Bagi hasil berupa pembagian hasil usaha yang dibiayai dengan
kredit/pembiayaan. Sistem bagi hasil, yang akan dibayarkan si peminjam
berdasarkan besarnya keuntungan yang diperoleh, jika keuntunganya besar maka
bagi hasilnya besar, tapi jika keuntungannya kecil maka bagi hasilnya juga kecil.
Dan apabila si peminjam mengalami kerugian maka pihak pemberi pinjaman juga
akan ikut menanggung kerugian tersebut.

C. Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga
Di dalam pelaksanaannya kedua jenis bank tersebut, Bank Syariah dan
Konvensional amat berbeda di dalam pelaksanaannya, perbankan konvensional
menerapkan sistem bunga dalam menjalankan kerjanya sedangkan perbankan
syariah melaksanakan prinsip bagi hasil yang merupakan bagian dari prinsip
syariah yang dilaksanakan pada keseluruhan mekanisme kerja bank. Dimana
dalam penerapannya masing-masing dari kedua sistem tersebut memiliki
kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Penentuan bunga sudah ditetapkan
sejak awal, tanpa berpedoman pada untung rugi, sehingga besarnya bunga yang
harus dibayar sudah diketahui. Sedangkan pada sistem bagi hasil, penentuan
jumlah besarnya tidak ditetapkan sejak awal, karena pengembalian bagi hasil
didasarkan kepada untung rugi dengan pola nisbah (rasio) bagi hasil.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diolah, analisa dan hasil pembahasan yang dilakukan
dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Bagi Hasil pada Bank syariah. Banyak yang menujukkan perbedaan yang
spesifik antara bank syariah dan bank konvensional. Selain Bagi hasil dan
Bunga yang membedakan kedua bank tersebut. Pelayanan dan suasana bank
pun berbeda.
2. Bagi Hasil besarnya tidak pasti tergantung pada keuntungan perusahaan yang
dikelola si peminjam. Sedangkan bunga besarnya bunga yang harus dibayar si
peminjam pasti diterima bank.

3. Beberapa bank syariah masih diadopsi dari beberpa bank konvensional yang
sudah mendunia, tapi tetap sistem yang dijalankan berbeda. Karena bank
syariah tetap mengikuti ketentuan-ketentuan berdasarkan Islam dan menjauhi
unsur-unsur riba.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan bagi para nasabah untuk melakukan transakti perbankan di
bank-bank konvensional. Setelah melakukan penelitian, terdapat banyak sekali
perbedaan antara bank-bank tersebut. Untung menghindari unsur-unsur riba yang
masih banyak diterapkan oleh bank konvensional dan dilarang oleh Agama, maka
untuk lebih cerdas lagi memilih bank yang akan dijadikan tempat menabung
ataupun melakukan transaksi perbankan.

DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.walisongo.ac.id
http://kemale.wordpress.com
http://www.islamlib.com
http://warsono.staff.umm.ac.id
Wikipedia “Bagi Hasil”. http://id.m.wikipedia.org
http://m.kompasiana.com
http://islamaswayoflife.blogspot.com
http://eprints.upnjatim.ac.id