GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR
GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR
THE DESCRIPTION OF NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN
AT PRIMARY SCHOOL
1) 2) 1)Tuti Rahmawati , Dewi Marfuah
Prodi S1 Ilmu Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
2)Prodi S1 Ilmu Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Abstrak
Status gizi baik dapat terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara
efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja
mencapai tingkat kesehatan optimal. Status gizi kurang merupakan kondisi tidak sehat yang
ditimbulkan karena tidak tercukupinya kebutuhan makanan yang diperlukan oleh tubuh.
Sedangkan zat gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi yang berlebihan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi pada anak sekolah dasar. Penelitian ini
bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini di lakukan di SD Al Firdaus
Surakarta dengan sampel sebanyak 93 anak sekolah dasar. Sampel dipilih dengan menggunakan
cara purposive sampling dengan kriteria anak sekolah dasar kelas IV, V, dan kelas VI yang dapat
berkomunikasi dengan baik dan tidak ada cacat bawaan. Data dianalisis dengan program SPSS
17.0. Hasil penelitian menunjukkan umur responden paling banyak adalah umur 10 - 12 tahun
sebesar 56,04 %, jenis kelamin didominasi laki-laki sebesar 59,34 %, pendidikan ayah dan ibu
paling banyak adalah lulusan SMA sebesar 66,67 % dan 71,06 %. Terdapat anak yang gemuk
sebesar 21,97 %. Terdapat anak yang status gizi pendek (stunting) sebesar 6,59 %.Kata kunci: status gizi, anak sekolah dasar
Abstract
Good nutritional status can occur when the body gets enough nutrients are used efficiently, thus
allowing the physical growth, brain development, work ability achieve optimal health levels.
Undernutrition is an unhealthy condition caused due to insufficiency of food needs required by the
body. While overnutrition occurs when the body gets the nutrients excessive. The aim at study is to
reveal the nutritional status of primary school children. This study was descriptive cross-sectional
design. The research was done in SD Al Firdaus Surakarta with a sample of 93 primary school
children. Samples were selected using purposive sampling with criteria for primary school children
classes IV, V and VI class that can communicate well and no congenital defects. Data were
analyzed with SPSS 17.0. The results showed most of the respondent's age is the age of 10-12 years
amounted to 56,04%, the sex of male-dominated at 59,34%, education at most fathers and mothers
are high school graduates 66,67% and 71,06%. There are children who are obese amounted to
21,97%. There is a stunting at 6,59%.Keywords: nutritional status, primary school children
SDM berkualitas (Depkes RI, 2005). Gizi yang
PENDAHULUAN
Kualitas sumber daya manusia (SDM) baik akan menghasilkan SDM yang berkualitas merupakan faktor utama yang diperlukan untuk yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi tangguh serta produktif. Perbaikan gizi diperlu- memegang peranan penting dalam mencapai kan pada seluruh siklus kehidupan, mulai sejak masa kehamilan, bayi dan anak balita, pra sekolah, anak SD dan MI, remaja dan dewasa sampai usia lanjut (Terati, et al., 2011). penerus perlu diperhatikan kehidupannya. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia. Kecukupan gizi sangat mempengaruhi terhadap kesehatan dan produktivitas kerja manusia. Banyak aspek yang berpengaruh terhadap status gizi antara lain aspek pola pangan, sosial budaya dan pengaruh konsumsi pangan (Maryani, 2008).
Usia antara 6 sampai 12 tahun adalah usia anak yang duduk dibangku SD. Pada masa ini anak mulai masuk kedalam dunia baru, anak mulai banyak berhubungan dengan orang-orang diluar keluarganya dan berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam kehidupan- nya (Moehji, 2003).
Karakteristik Frekuensi Prosentase (%) Umur 7 - 9 tahun 120 43,96 10 - 12 tahun 153 56,04
Status Gizi yang baik dipengaruhi oleh jumlah asupan zat gizi yang dikonsumsi. Secara tidak langsung asupan zat gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah karakteristik keluarga. Karakteristik keluarga khususnya ibu
Berdasarkan tabel 1 karakteristik responden diatas, menunjukkan bahwa umur responden yang paling banyak adalah umur 10 - 12 tahun sebesar 56,04 %, jenis kelamin yang paling banyak adalah laki-laki sebesar 59,34 %, pendidikan ayah yang paling banyak adalah lulusan SMA sebesar 66,67 %, dan pendidikan ibu yang paling banyak adalah lulusan SMA sebesar 71,06 %.
Jumlah 273 100,00
SMA 194 71,06 PT 79 28,94
91 33,33 Pendidikan ibu
Pendidikan ayah SMA 182 66,67 PT
Jenis kelamin Laki-laki 162 59,34 Perempuan 111 40,66
Orang Tua dan Pekerjaan Orang Tua
Pada umur ini anak lebih banyak aktivi- tasnya, baik di sekolah maupun diluar sekolah, sehingga anak perlu energi lebih banyak. Pertumbuhan anak lambat tetapi pasti, sesuai dengan banyaknya makanan yang dikonsumsi anak. Sebaiknya anak diberikan makanan pagi sebelum ke sekolah, agar anak dapat berkon- sentrasi pada pelajaran dengan baik dan berprestasi (Soetjiningsih, 2012).
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Al Firdaus Kota Surakarta, distribusi responden dapat disajikan yang dalam tabel berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAAN Karakteristik Responden
VI yang dapat berkomunikasi dengan baik dan tidak ada cacat bawaan. Pengumpulan data status gizi anak sekolah dilakukan dengan cara pengukuran berat badan dengan menggunakan alat timbangan injak dan tinggi badan dengan menggunakan alat microtoise pada anak sekolah dasar dari kelas IV sampai dengan kelas VI.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini di lakukan di SD Al Firdaus. Populasi penelitian ini adalah semua anak sekolah dasar. Besar sampel di tentukan dengan menggunakan rumus estimasi proporsi (Notoatmodjo, 2010). Setelah dilakukan perhitungan sampel dengan rumus di atas, maka 93 anak sekolah dasar.Sampel dipilih dengan menggunakan cara purposive sampling dengan kriteria anak sekolah dasar kelas IV, V, dan kelas
Berdasarkan Riskesdas (2010), secara nasio- nal prevalensi status gizi pada anak usia 6-12 tahun terdiri dari, 4,6% sangat kurus, 7,6% kurus, 78,6% normal dan 19,2% gemuk. Sedangkan prevalensi status gizi anak usia 6-12 di Jawa Tengah terdiri dari 5,3% sangat kurus, 8% kurus, 75,8% normal dan 10,9% gemuk.
Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, ku- rang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan (Almatsier, 2010).
METODE PENELITIAN
yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak. Ibu sebagai orang yang dekat dengan lingkungan asuhan anak ikut berperan dalam proses tumbuh yang diberikan. Karakteristik ibu ikut menentukan keadaan gizi anak (Almatsier, 2010).
Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga juga berperan dalam penyusunan makanan keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima informasi kesehatan khususnya bidang gizi, sehingga dapat menambah pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari- hari (Terati, et al,. 2011).
Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, disamping pendidikan yang pernah dijalaani, faktor lingkungan sosial dan frekuensi kontak dengan media massa juga mempengaruhi pengetahuan gizi. Salah satu sebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau ke- mauan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari (Terati, et al,. 2011).
Menurut Notoatmodjo (2007) salah satu fak- tor yang berhubungan dengan status gizi sese- orang adalah tingkat pendidikan ibu balita. Orang tua atau keluarga dalam mendidik anak dipenga- ruhi oleh pendidikan yang ditempuh orang tua, semakin tinggi pendidikan maka pola asuh yang diterapkan berbeda apabila dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah bahkan tidak menge- nyam pendidikan formal (Fatmalina, dkk, 2005).
Menurut Proverawati dan Asfuah (2009), tingkat pendidikan formal merupakan faktor yang ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan menekuni pengetahuan yang diper- oleh. Masukan gizi anak sangat tergantung pada sumber-sumber yang ada di lingkungan sosial- nya, salah satu yang menentukan adalah ibu. Peranan orang tua, khususnya ibu, dalam menye- diakan dan menyajikan makanan bergizi bagi keluarga, khususnya anak menjadi penting. Kua- litas pelayanan ibu dalam keluarga ditentukan oleh penguasaan informasi dan faktor keterse- diaan waktu yang memadai. Kedua faktor tersebut antara lain faktor determinan yang dapat ditentukan dengan tingkat pendidikan, interaksi sosial dan pekerjaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Al Firdaus Kota Surakarta, distribusi status gizi anak SD dapat disajikan yang dalam tabel berikut:
Berdasarkan IMT Menurut Umur
Status Gizi Frekuensi Prosentase (%)
Sangat Gemuk 15 5,49 Gemuk 60 21,97 Normal 186 68,14 Kurus 6 2,20 Sangat Kurus 6 2, 20
Jumlah 273 100,00
Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur, responden yang paling banyak mempunyai status gizi normal sebesar 68,14%, namun status gizi responden yang mengalami gemuk sebesar 21,97%.
Obesitas pada masa anak dapat mening- katkan kejadian diabetes mellitus (DM) tipe 2 (Bluher et al. 2004). Selain itu, juga berisiko untuk menjadi obesitas pada saat dewasa dan berpotensi mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa dan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, penyumbatan pembuluh darah dan lain- lain. Selain itu, obesitas pada anak usia 6-7 tahun juga dapat menurunkan tingkat kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan (Freedman, 2004).
Beberapa faktor penyebab obesitas pada anak antara lain asupan makanan berlebih yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan makanan siap saji lainnya yang tersedia di gerai makanan. Selain itu, obesitas dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi meng- gunakan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak. Akibatnya, anak akan mengalami kelebihan berat badan saat berusia 4-5 tahun. Hal ini diperparah dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan yang kurang sehat dengan kandungan kalori tinggi tanpa disertai konsumsi sayur dan buah yang cukup sebagai sumber serat. Anak yang berusia 5-7 tahun merupakan kelompok
1. Status Gizi Anak SD Berdasarkan IMT Menurut Umur
yang rentan terhadap gizi lebih. Oleh karena itu, anak dalam rentang usia ini perlu mendapat perhatian dari sudut perubahan pola makan dikonsumsi sejak masa anak akan membentuk pola kebiasaan makan selanjutnya (Aprilia, 2015; Sartika, 2011).
Stunting merupakan masalah utama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Stunting
4. Dengan hasil penelitian ini, sekolah bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk lebih memperhatikan dan memantau status gizi anak sekolah dasar.
3. Status gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur, responden yang paling banyak mempunyai status gizi dengan kategori normal sebesar 93,04 %, namun terdapat responden yang mengalami status gizi kategori pendek (stunting) sebesar 6,59 %.
2. Status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur, responden yang paling banyak mempunyai status gizi normal sebesar 68,14 %, namun status gizi responden yang mengalami gemuk sebesar 21,97 %.
Karakteristik umur responden yang paling banyak adalah umur 10 - 12 tahun sebesar 56,04 %, karakteristik jenis kelamin yang paling banyak adalah laki-laki sebesar 59,34%, pendidikan ayah yang paling banyak adalah lulusan SMA sebesar 66,67 %, dan pendidikan ibu yang paling banyak adalah lulusan SMA sebesar 71,06 %.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
SIMPULAN
merupakan gangguan pertumbuhan linear akibat kekurangan gizi kronis, kondisi ini ditandai dengan tinggi badan kurang dari normal berdasarkan usia dan jenis kelamin (Hayuning- tyas, 2013). Hasil Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa di Jawa Tengah terdapat 14,9% kategori sangat pendek dan 19,2% kategori pendek untuk anak usia 6-12 tahun menurut tinggai badan berdasarkan umur (TB/U).
Seorang anak dikatagorikan sangat pendek jika panjang badan menurut umur atau tinggi badan menurut umur <-3 SD, dan dikatakan pendek jika berada antara-3SD sampai dengan < -2 SD. Prevalensi stunting meningkat dengan bertambah- nya usia, peningkatan terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan (Hayuningtyas, 2013).
Faktor penyebab obesitas lainnya adalah kurangnya aktivitas fisik baik kegiatan harian maupun latihan fisik terstruktur. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak masa anak sampai lansia akan mempengaruhi kesehatan seumur hidup. Obesitas pada usia anak akan meningkatkan risiko obesitas pada saat dewasa. Penyebab obesitas dinilai sebagai ‗multikausal‘ dan sangat multidimensional karena tidak hanya terjadi pada golongan sosio-ekonomi tinggi, tetapi juga sering terdapat pada sosio-ekonomi menengah hingga menengah ke bawah. Obesitas dipengaruhi oleh faktor lingkungan dibandingkan dengan faktor genetik. Jika obesitas terjadi pada anak sebelum usia 5-7 tahun, maka risiko obesitas dapat terjadi pada saat tumbuh dewasa. Anak obesitas biasanya berasal dari keluarga yang juga obesitas (Aprilia, 2015; Sartika, 2011).
2. Status Gizi Anak SD Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur
pendek atau sangat pendek. Stunting terjadi akibat kekurangan gizi dan penyakit berulang dalam waktu lama pada masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak (Black et al., 2008). Anak dengan stunting memiliki IQ 5-10 normal (Grantham-McGregor et al., 2007).
Stunting merupakan keadaan tubuh yang
Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa status gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur, responden yang paling banyak mempunyai status gizi dengan kategori normal sebesar 93,04 %, namun terdapat responden yang mengalami status gizi kategori pendek (stunting) sebesar 6,59 %.
Jumlah 273 100,00
Normal 254 93,04 Pendek 18 6,59 Sangat Pendek 1 0,37
Status Gizi Frekuensi Prosentase (%)
Tabel 2 Distribusi Status Gizi Anak SD Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Al Firdaus Kota Surakarta, distribusi status gizi anak SD dapat disajikan yang dalam tabel berikut: