BAB II ETNOGRAFI KEADAAN MASYARAKAT DI SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN 2.1 Keadaan Geografis Sungai Guntung - Analisis Struktur Musik Kompang Dalam Upacara Mengantar Pengantin Di Sungai Guntung, Kecamatan Kateman, Riau

BAB II ETNOGRAFI KEADAAN MASYARAKAT DI SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN

2.1 Keadaan Geografis Sungai Guntung

  Sungai Guntung Kecamatan Kateman adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Indragili Hilir, Provinsi RiaSungai Guntung terdiri atas 3 Kelurahan dan 8 Desa. Adapun nama-nama Desa/Kelurahan serta luas masing- masing wilayah tersebut ialah sebagai berikut:

  Gambar: 2.1 Peta Provinsi Riau s u s Sumber: Gambar : 2.2 Peta Indragiri Hilir

  Sumber:

  Gambar : 2.3 Peta Sungai Guntung Kecamatan Kateman

  6 Desa Penjuru 76,00 km2

  Total Luasa Wilayah 684,09 km2

  11 Desa Makmur Jaya 60,00 km2

  10 Desa Sari Mulya 32,00 km2

  9 Desa Tanjung Raja 78,00 km2

  8 Desa Air Tawar 95,00 km2

  7 Desa Sungai Teritip 74,00 km2

  5 Desa Kuala Selat 82,00 km2

  Sumber : Kantor Camat Kecamatan Kateman Tabel 2.1

  4 Desa Sungai Simbar 56,09 km2

  3 Kelurahan Amal Bakti 42,00 km2

  2 Kelurahan Bandar Sri Gemilang 43,00 km2

  1 Kelurahan Tagaraja 46,00 km2

  

No Nama Desa/ Kelurahan Luas Wilayah

  Data Luas Desa/ Kelurahan di Kec. Kateman

  Sumber: Data Sensus Penduduk Tahun 2014, Kecamatan Kateman

  Sejalan dengan akan di jadikannya Sungai Guntung ini sebagai Ibu Kota Kabupaten, daerah ini terus berbenah diri. Berdasarkan data sensus kependudukan pada bulan Agustus tahun 2014 yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sungai Guntung Kecamatan Kateman, penduduk di daerahSungai Guntung ini diperkirakan telah mencapai 44,442 jiwa, dengan jumlah perempuan lebih kecil dari laki-laki, (21,213 jiwa< 23,229 jiwa). Selain itu, daerah Sungai Guntung juga merupakan daerah pedesaan yang dihuni oleh berbagai etnis, dengan latar belakang yang berbeda pula.

  Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.Populasi masyarakat di daerahSungai Guntung ini didominasikan oleh beberapa etnis seperti: Melayu, Jawa, Batak, Bugis, Cina, dan Tamil. Mayoritas kependudukan di daerah Sungai Guntungsekarang ialah etnis Melayu Keanekaragaman etnis di Sungai Guntung terlihat dari jumlah mesjid, gereja, dan vihara Tionghoa yang berdiri di daerah Sungai Guntung.

  2.2 Gambaran Umum Masyarakat Melayu Sungai Guntung Sungai Guntung adalah daerah tempat penelitian yang dipilih oleh penulis.

  Di daerah ini telah lama bermukim orang-orang Melayu. Menurut Tengku Lah Husni, orang Melayu adalah kelompok yang menyatukan diri dalam ikatan perkawinan antara suku, dan selanjutnya memakai adat resam serta bahasa Melayu dalam kehidupan sehari-hari (lah husni, 1957:7). Percampuran dan adaptasi Melayu dalam pengertian sebagai kelompok etnik dan kelompok etnik lain. Orang Melayu di daerah Sungai Guntung terdiri dari berbagai macam asal- usul sehingga membentuk suatu kelompok atau masyarakat yang tinggal dan menetap di daerah ini..

2.3 Adat Istiadat Melayu

  Adat adalah peraturan yang sudah diamalkan turun-temurun dalam suatu masyarakat sehingga menjadi hukum yang harus dipatuhi. Perkataan adat berasal dari bahasa arab artinya kebiasaan. Kedatangan Islam kealam Melayu membawa konsep ini dengan makna yang lebih luas dan mendalam sehingga mencakup keseluruhan cara hidup yang kini ditetapkan sebagai kebudayaan, undang-undang, sistem masyarakat, upacara, dan segala kebiasaan yang di lakukan, seperti cara makan dan cara duduk.

  Etnik Melayu di daerah ini juga mepunyai adat istiadat yang sangat di patuhi oleh masyarakatnya. Sejak zaman animisme ada beberapa kebiasaan suku Melayu di sini dalam upacara perkawinan, salah satunya adalah bermusik kompang (bekompang).Dalam upacara perkawinan bermain musik kompang tidak boleh di lupakan karena ada ungkapan dari tetua-tetua adat bahwa kalau buat keje

  

nikah kawen kalau blom bekompang maka blom sah atau afdal pernikahan yang

di langsungkan (apabila melangsungkan acara pernikahan jika pengantin laki-laki

  tidak diiringi dengan musik kompang pada saat mengantar pengantin laki-laki kekediaman pengantin perempuan maka belum sah atau afdal acara penikahan tersebut).

  Selain itu, ada juga kebiasaan masyarakat yang bahkan sudah menjadi kebiasaan, yaitu etnis Melayu di daerah Sungai Guntung ini suka mengatakan sesuatu dengan cara tersirat. Mereka cendrung mengatakan sesuatu dengan perumpamaan dan seolah-olah menyuruh untuk berpikir.Bermusik kompang juga merupakan adat istiadat etnis Melayu yang sangat penting.Musik kompang ini juga di gunakan atau di pakai saat upacara sunatan, perkawinan, bersanji, kataman Al-Quran dan mengantar atau menjemput petinggi-petinggi daerah. Bermusik kompang ini di mainkan dan di nyanyikan dengan lirik yang penuh pengharapan seseorang itu akan tetap bahagia dan selamat sampai keanak cucu.

Gambar 2.4 :

  Alat Musik Kompang (Dokumentasi: Andi Farhan, 2014)

2.4 Sistem Religi

  Masyarakat yang umumnya tinggal di sini adalah orang Melayu. Selain itu, ada juga etnis Jawa, Batak, Bugis, Minamg, Tamil dan Cina yang dalam kehidupan masyarakat mereka ini cukup menyatu dengan masyarakat yang satu dan masyarakat yang lainya. Masindan (1987:10-11) mengatakan bahwa agama yang dianut oleh penduduk Melayu adalah agama Islam yang mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan para sultan Melayu. Pepatah Melayu Riau menyebutkan “tak kan hilang Melayu di bumi” yang artinya adat istiadat Melayu sampai hari terakhir atau hari kiamat pun masih akan tetap ada. Berdasar pepatah tersebut masyarakat di daerah ini masih memegang teguh adat istiadat yang di tinggalkan oleh leluhurnya sampai saat ini.

  Sampai saat ini masyarakat di sini masih mempergunakan adat istiadat secara turun-temurun seperti kenduri, aqikah dan lain sebagainya.Walaupun masyarakat Melayu di sini beragama Islam, tanda-tanda animisme masih ada pada sebagian besar di masyarakatnya. Ada kepercayaan bahwa jika kita melintasi kuburan, hutan, lautan dan tempat-tempat yang di anggap sakral atau berbau mistis kita harus memberi salam kepada mahluk halus penunggu atau penjaga tempat tersebut. Contoh bacaan yang di gunakan masyarakat Melayu di daerah Sungai Guntung ini saat melintasi kuburan “asalmualaika alaitu kubur” jika kita tidak memberikan salam ketika melintas di tempat-tempat tersebut sebagian besar masyarakat Melayu di daerah Sungai Guntung percaya kita akan sakit dan biasa jadi meninggal dunia jika tidak mengucapkan bacaan atau do’a tersebut ketika melintasi tempat-tempat yang berbau mistis atau sakral ini.

  Bahasa sehari-hari yang di gunakan oleh masyarakat di daerah ini adalah

  1

  bahasa Melayu totok , bahasa Melayu totok ini hampir sama dengan bahasa Melayu di negeri jiran Malaysia. Akibat kemajemukan bahasa Melayu totok inilah yang membuat etnis di luar etnis Melayu di daerah Sungai Guntung ini pasih berbahasa Melayu, baik itu etnis Cina, Jawa, Batak dan etnis lainya.

1 Melayu totok adalah bahasa melayu yang sangat kental.

2.5 Sistem Kekerabatan

  Dahulunya kebudayaan Melayu di daerah ini garis keturunan di tentukan berdasarkan pada garis keturunan bilateral, yaitu garis keturunan dari pihak ayah maupun ibu. Namun, dengan masuknya agama Islam dalam kehidupan masyarakat Melayu di daerah Sungai Guntung inilah yang dijadikan panduan hidup mereka.Maka garis keturunan cenderung ke arah garis keturunan patrilineal, yang berdasarkan garis keturunan ayah.

  Sapaan dan istilah kekerabatan pada Masyarakat Melayu di daerah Sungai Guntung adalah sebagai berikut : 1.

  Bapak.

  2. Emak.

  3. Abang.

  4. Kak(Kakak).

  5. Pak Mok (saudara laki-laki ayah yang paling tua umurnya).

  6. Mak Long (saudara perempuan ayah yang paling tua umurnya).

  7. Pak Adek (saudara laki-laki ibu yang paling muda umurnya).

  8. Mak Ucu (saudara perempuan ayah yang paling muda umurnya).

  9. Mak Oteh (saudara perempuan ibu yang paling muda umurnya).

  10. Pak We (saudara laki-laki ayah atau ibu yang pertama).

  11. Mak We (saudara perempuan ayah atau ibu yang pertama).

  12. Pak Ngah (saudara laki-laki ayah atau ibu yang di tengah).

  13. Mak Ngah (saudara laki-laki ayah atau ibu yang di tengah).

  14. Pak Cik (saudara laki-laki ayah yang paling terakhir)

2.6 Kesenian

  Suku Melayu di daerah Sungai Guntung memiliki genre, yang difungsikan didalam kehidupan sehari-hari diantaranya ialah sebagai berikut: pantun,

  

gurindam, syair, tari persembahan, tari inai, beredah, silat, barzanji marhaban,

dan kompang.

  Pantun adalah salah satu genre sastra tradisional masyarakat Melayu di sini yang umum digunakan dalam berbagai kegiatan kebudayaan Melayu.Pantun dapat terdiri dari dua baris, empat baris, dan enam baris. Pantun yang paling umum digunakan adalah pantun empat baris dengan sajak (a-b-a-b) dan (a-a-a-a) pantun dapat disajikan dengan gaya bahasa sehari-hari dan bisa juga dinyanyikan dengan melodi Melayu.

  Contoh pantun dengan sajak (a-b-a-b) Kalau tuan membeli kerang

  Tolong di masukan kedalam peti Bukan laen yang di harap pemusik kompang Jaoh kan susah agar senang di dalam hati”

  Contoh pantun dengan sajak (a-a-a-a) “anak cina menanam padi

  Menanam padi di pagi hari Anak siapa berpanton tadi Tolong ulangkan skali lagi”

  Gurindam adalah suatu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Barisan pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.

  Contoh gurindam:

  “Sebelum kerja piker dahulu Agar pekerjan selamat selalu“

  Syair adalah adalah seni sastra yang dipertunjukan, isi syair berupa kisah- kisah atau riwayat yang disajikan menurut aturan-aturan puisi tradisional Melayu yang disebut syair.

  Tari persembahan ialah tari yang digunakan untuk satu penghormatan kepada tamu yang datang.Tari ini biasanya di persembahkan untuk para petinggi-petinggi daerah atau orang-orang yang di hormati dalam acara tersebut.

  Tari inai ialah tarian yang digunakan pada saat upacara malam perkawinan adat Melayu di daerah Sungai Guntung ini, dan tarian inai ini di percaya oleh masyarakat dapat menjauhkan pengantin dari segala hal buruk pada saat upacara perkawinan berlangsung.

  Silat ialah gerakan bela diri yang memerlukan konsentrasi tinggi, silat biasanya dipertunjukan dalam upacara perkawinan adat Melayu saat mempelai laki-laki berada didepan kediaman atau rumah mempelai perempuan, hal ini di lakukan dengan tujuan menunjukan ketangguhan bela diri dari pihak mempelai laki-laki.

  Berzanji marhabani ialah seni berunsur Islami yang umum di gunakan dalam upacara-upacar yang berkaitan dengan agama Islam, misalnya seperti perkawinan, menjemput orang yang pulang dari ibadah haji, dan mengantar calon menantu. Kesenian ini berasal dari kitab Al-barzanji yang di dalamnya menceritakan tentang kehidupan Nabi Muhammad s.a.w.

  Kompang ialahalat musik yang berbentuk frame drum terbuat dari kulit kambing betina, batang kelapa, kayu nangka dan paku. Berukuran 30cm, 32,5cm, 35cm, 37,5cm dan 40cm. Klasifikasi kompang adalah membranofon.Kompang dimainkan dalam berbagai fungsi di dalam masyarakat Melayu di sini. Kompang dimainkan untuk Mengiringi aktivitas vokal seperti nyanyian solo atau nasyid, Mengantar pengantin, Barzanji, Khatam Al-Qur’an dan Acara-acara resmi penyambutan para petinggi-petinggi daerah.