MAKALAH Pemanfaatan GIS Geografi Informa

MAKALAH
Pemanfaatan GIS (Geografi Information System) Untuk
Kebakaran Hutan dan Lahan

Disusun Oleh:
Rahmad Ade Arianto

CCA 113 046

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
bimbingan dan rahmat-Nyalah sehingga Makalah Pemanfaatan GIS (Geografi
Information System) Untuk Kebakaran Hutan dan Lahan ini dapat penulis


selesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Penulis juga berterimakasih kepada
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Makalah ini sehingga
dapat tersusun dengan semestinya.
Tidak ada gading yang tidak retak, demikian dengan makalah ini penulis
menyadari bahwa penyusunan laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.

Palangka Raya,

September 2016

Rahmad Ade Arianto
CCA 113 046

i

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................


i

DAFTAR ISI ............................................................................................

ii

DAFTAR TABEL ...................................................................................

iii

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..........................................................................

1

1.2. Maksud dan Tujuan ..................................................................

2


II. PEMBAHASAN
2.1. Faktor-Faktor Kebakaran Hutan dan Lahan .............................

3

2.2. Pembahasan ..............................................................................

5

III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan ...............................................................................

6

3.2. Saran .........................................................................................

6

DAFTAR PUSTAKA


ii

DAFTAR GAMBAR
NO.

Judul

halaman

1.

Skor Kelas Penutup Lahan ......................................................................... 3

2.

Skor Kelas Ketinggian Tempat ................................................................ 4

3.

Skor Kelas Kedalaman Gambut ................................................................. 4


4.

Skor Kelas Jarak dari Sungai dan Jalan ..................................................... 5

iii

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumber daya alam
yang melimpah. Suatu kebanggaan bagi bangsa indonesia, karena dilihat dari
pemanfaatnnya sebagai paru-paru dunia. Namun, setiap tahun lahan hutan semakin
berkurang akibat kebakaran hutan dan lahan. Meningkatnya kebakaran hutan dan
lahan terjadi pada saat bulan kemarau panjang yang di sebabkan oleh kegiatan
manusia. Kebakaran hutan dan lahan menimbulkan dampak bagi kehidupan
manusia maupun satwa liar dan lingkungan.
Di Provinsi Kalimantan Tengah, kebakaran hutan dan lahan terjadi hampir
setiap tahun pada saat musim kemarau. Kondisi inilah yang menyebabkan
kerusakan alam, kerugian ekonomi, sosial dan lingkungan yang dapat menghambat
laju pembangunan dan pengembangan wilayah Provinsi Kalimantan Tengah

sehingga di perlukan pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 10 Tahun 2010 tentang
mekanisme pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan, dijelaskan bahwa dengan
menyediakan data dan informasi meliputi lokasi atau areal kebakaran hutan dan
lahan dan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan. Pengembangan pemetaan
daerah rawan klebakaran hutan dan lahan dapat dilakukan dengan bantuan
teknologi GIS (Geografi Information System) berdasarkan areal bekas kebakaran
hutan dan lahan, aktivitas/prilaku manusia dan kondisi pendukung.
GIS (Geografi Information System) mampu menangani permasalahanpermasalahan bencana kebakaran hutan dan lahan dengan memberikan informasi
pendeteksi hotspot terbaru, perkiraan penyebaran asap dan daerah rawan kebakaran
hutan dan lahan.

1

Hotspot merupakan indikasi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan
lahan, penetapan luasan daerah kebakaran hutan dan lahan berdasarkan data hotspot
hanya dapat dilakukan dengan mengunakan analisis tambahan seperti citra resulusi
atau pengecekan lapangan (groundtruth) yang memakan biaya dan waktu
(Fathurrakhman, 2007).

Sistem Infomasi Geografis atau Geografi Information System merupakan
suatu sistem informasi berbasis komputer, yang dirancang untuk mengelola (Input,
Memanajemen, Output) dengan menggunakan data spasial atau data bereferensi
Geografis.

1.2. Maksud dan Tujuan
Makalah ini disusun untuk menggambarkan bagaimana penerapan GIS
(Geografi Information System) untuk memprediksi secara spasial wilayah-wilayah

hutan dan lahan yang rawan kebakaran. Tujuannya adalah strategi pengendalian
kebakaran hutan dan lahan yang berkelanjutan serta peranan GIS (Geografi
Information System) untuk kebakaran hutan dan lahan.

2

II.

PEMBAHASAN

2.1. Faktor-Faktor Kebakaran Hutan dan Lahan

Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan
meliputi analisis karakteristik lokasi dan analisis aktivitas/perilaku masyarakat
yang mempengaruhi karakteristik masyarakat. Kejadian kebakaran hutan dan lahan
ditetapkan sebagai variabel tetap. Faktor pemicu merupakan faktor utama yang
mempengaruhi kejadian kebakaran hutan dan lahan yaitu aktivitas manusia, secara
spasial aktivitas digambarkan dengan jarak dari jalan, jarak dari sungai, dan tutupan
lahan, sedangkan faktor pendukung yang secara spasial digambarkan dengan
kondisi biofisik wilayah, yaitu kedalaman gambut dan ketinggian tempat.
a) Kelas Penutup Lahan
Untuk kelas penutup lahan pemberian bobot dilakukan berdasarkan
Untuk tipe vegetasi atau penutupan lahan pemberian bobot dilakukan
berdasarkan kepada kepekaan tipe vegetasi yang bersangkutan terhadap
terjadinya kebakaran. Nilai bobot 1 diberikan kepada tipe vegetasi yang sangat
peka yaitu yang sangat mudah terbakar, sampai nilai 7 untuk sulit terbakar. Di
sini pembobotan mengacu pada klasifikasi dan pembobotan yang dilakukan oleh
(Ruecker 2002 dalam Sabaraji 2005). seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Skor Kelas Penutup Lahan
No.
Penutup Lahan
1.

Semak Belukar, Pertanian Lahan Kering Primer,
Pemukiman/Transmigrasi, Sawah
2.
Belukar Rawa, Hutan Lahan Kering Sekunder, Hutan
Tanaman Industri, Pertanian Lahan Kering + Semak
3.
Hutan Rawa Sekunder, Perkebunan
4.
Hutan Lahan Kering Primer, Hutan Rawa Primer
5.
Hutan Mangrove Sekunder
6.
Hutan Mangrove Primer, Pertambangan
7.
Tambak, Tanah Terbuka, Bandara, Rawa, Tubuh Air

Skor
1
2
3

4
5
6
7

3

b) Kelas Ketinggian Tempat
Data ketinggian tempat diturunkan dari DEM dengan menggunakan
prosedur Spatial Analysis > Reclasiffy. Pada tempat-tempat yang rendah
dikatakan mempunyai potensi yang tinggi untuk mudah terbakar dan diberi
nilai bobot 1, seterusnya pada tempat yang lebih tinggi akan lebih sulit
terbakar, sampai pada tempat tertinggi diberi nilai bobot 6 (Ruecker 2002
dalam Sabaraji 2005). Penentuan skor kelas ketinggian tempat ditentukan
dengan menggunakan Tabel 2.
Tabel 2. Skor Kelas Ketinggian
No.
Ketinggian Tempat
1.
< 50m

2.
50m – 100m
3.
100m – 200m
4.
200m – 500m
5.
500m – 1000m
6.
1000m >

Skor
1
2
3
4
5
6

c) Kelas Kedalaman Gambut
Gambut tipis akan lebih rawan terbakar bila dibandingkan dengan
gambut tebal. Gambut tipis yang terbakar akan lebih mudah sekali rusak dan
akan hilang. Sifat ini menyebabkan gambut yang dalam keadaan kering
bercerai berai dan tidak dapat kembali ke kondisi semula (kompak) walau
gambut tersebut dibasahi (Suyanto et.al., dalam Septicorini 2006). Oleh karena
itu gambut tipis memiliki potensi yang tinggi untuk terbakar diberi nilai skor
1, dan gambut sangat tebal diberi nilai skor 4. Dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Skor Kedalaman Gambut
No.
Kedalaman Gambut
1.
< 50m
2.
50m – 100m
3.
100m – 200m
4.
200m >

Skor
1
2
3
4

4

d) Kelas Jarak dari Sungai dan Jalan
Jarak dari sungai dan jalan merupakan aksesibilitas aktivitas
masyarakat untuk membakar hutan dan lahan. Dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Skor Jarak dari Sungai dan Jalan
No.
Jarak Sungai dan Jalan
1.
< 1 km
2.
1 – 2 km
3.
2 – 3 km
4.
3 – 5 km
5.
> 5 km

Skor
1
2
3
4
5

2.2. Pembahasan
Penutup lahan/vegetasi Belukar, Sawah dan Pertanian Lahan Kering
Sekunder merupakan vegetasi yang memiliki tingkat paling tinggi terhadap bahaya
kebakaran hutan dan lahan dibanding jenis penutupan lahan lainnya, hal ini karena
jenis penutupan lahan tersebut mengandung banyak bahan bakar ringan dan
umumnya relatif kering karena kelembaban lingkungannya rendah.
Menurut Anderson dkk (1999) dalam Sabaradji (2005) bahwa jenis
vegetasi padang rumput dan semak belukar tingkat bahaya kebakarannya sangat
tinggi. Penutupan lahan pada ketinggian tempat yang rendah umumnya didominasi
oleh vegetasi yang peka atau mudah terbakar seperti Semak Belukar, Sawah dan
Pertanian Lahan Kering Sekunder.
Menurut Solichin (2002) menyatakan faktor ketinggian tempat dan
aksesibilitas mempunyai pengaruh yang kuat dalam kejadian kebakaran. Kebakaran
hutan dan lahan diketahui paling banyak terjadi pada tingkat kedalaman gambut
sangat tipis yaitu kurang dari 50 cm dan tingkat kedalaman gambut sedang yaitu
100 – 200 cm. Kondisi demikian menunjukkan bahwa perbedaan tingkat kedalaman
gambut mempengaruhi kemudahan terbakar dan tingkat kerusakannya. Hal ini
sesuai dengan Septicorini (2006), dimana perbedaan tingkat kedalaman gambut
mempengaruhi kemudahan terbakar dan tingkat kerusakannya, gambut tipis akan
lebih mudah terbakar bahkan akan habis terbakar.

5

III.

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Teknologi GIS (Geografi Information System) mampu menganalisa
daerah rawan kebakaran menggunakan metode tumpang susun (Overlay), dan
mampu membuffer jarak sungai dan jalan dimana hal tersebut merupakan
aksesibilitas masyarakat untuk membuka lahan dengan cara membakar.

3.2. Saran
Seluruh mahasiswa dapat memahami dapat mengetahui teknologi GIS
(Geografi Information System) karena GIS adalah ilmu yang harus dimiliki oleh

mahasiswa khususnya kehutanan.

6

DAFTAR PUSTAKA
Fathurrakhman. (2007). Sistem Peringatan Dini. Central Kalimantan Peatlands
Project (CKPP). Palangka Raya.
Sabaraji, A, 2005. Identifikasi ZonRawan Kebakaran Hutan dan Lahadengan
Aplikasi

SIG

di

KabupateKutai

Timur.

UniversitaMulawarman.

Samarinda.
Septicorini, E. P. 2006. Studi Penentuan Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan Di
Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Institut
Pertanian Bogor.
Solichin, L. Tarigan, P. Kimman, B. Firman, dan R. Bagyono. (2007). Pemetaan
Daerah Rawan Kebakaran. South

Sumatra Forest Fire Management

Project (SSFFM). Palembang.

7