PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA SURAT KABAR HARIAN PAGI JAWA POS (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur “Clekit” Kualitas Kabinet Indonesia Bersatu II pada Harian Pagi Jawa Pos Edisi 24 September 2011 ).

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA SURAT
KABAR HARIAN PAGI J AWA POS
(Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Kar ikatur “Clekit” Kualitas
Kabinet Indonesia Bersatu II pada Har ian Pagi J awa Pos Edisi 24 September 2011 )

SKRIPSI

Nur iski Robby Cahyadi
NPM. 0743010187

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Pemaknaan
Karikatur Clekit Pada Surat Kabar Harian Pagi Jawa Pos” (Studi Semiotik Tentang
Pemaknaan karikatur Kualitas Kabinet Indonesia Bersatu II pada Harian Pagi Jawa Pos Edisi
24 September 2011 ).
Penyelesaian skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan, bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Mengingat hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis juga
menyampaikan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, diantaranya :
1.

Dra. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Juwito, S.sos, M.si., Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.


Ir. H. Didiek Tranggono, M.si, Dosen pembimbing yang selalu memberikan koreksi dan
sudah menyempatkan waktunya untuk membimbing penulis.

4.

Papa dan Mama yang selalu mendukung dan mendoakan dalam segala keadaan dan
selalu memberi motivasi dan semangat.

5.

Om H. Budiono dan tante H. Ies, Om Agus Wismono, S.pd dan tante Rusmiati, S.pd
karena dukungan dan bantuan dari mereka saya bisa menyelesaikan semua ini.

6.

Saudaraku Rahadian, Wiwoho, dan Adhit Glewow yang selalu memberikan
dukungannya dan mengerjakan skripsi dengan kompak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


iii

7.

Semua orang yang telah banyak membantu dan memberikan saran atau kritik kepada
penulis namun tidak tersebutkan, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangannya meskipun penulis sudah berusaha sebaik-baiknya. Hal tersebut karena
masih kurangnya ilmu, penulis bersedia menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Surabaya, Oktober 2011
Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN J UDUL............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI.............................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................v
ABSTRAKSI.........................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah..................................................................1

1.2.

Perumusan Masalah.......................................................................11

1.3.


Tujuan Penelitian...........................................................................11

1.4.

Manfaat Penelitian..........................................................................11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA
2.1.

Landasan Teori...............................................................................12
2.1.1

Surat Kabar.........................................................................12

2.1.1.1 Ciri-ciri Surat Kabar...........................................................16
2.1.1.2 Komunikasi Politik.............................................................17
2.1.1.3 Karikatur............................................................................19
2.1.1.4 Karikatur dalam Media Cetak............................................21
2.1.1.5 Tipografi Huruf..................................................................23

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

2.1.1.6 Kritik Sosial.......................................................................19
2.1.1.7 Kualitas Kabinet Indonesia Bersatu II...............................29
2.1.1.8 Pendekatan Semiotika........................................................31
2.1.1.9 Semiotik Charles Sanders Peirce.......................................33
2.1.1.10 Konsep Makna..................................................................36
2.2.

Kerangka Berpikir..........................................................................38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.

Metode Penelitian..........................................................................40

3.2.


Korpus...........................................................................................41

3.3.

Unit Analisis..................................................................................42
3.3.1

Ikon....................................................................................42

3.3.2

Indeks.................................................................................43

3.3.3

Simbol................................................................................43

3.4.


Teknik Pengumpulan Data.............................................................44

3.5.

Teknik Analisis Data......................................................................44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.

Gambaran Umum Obyek Penelitian..............................................46

4.2.

Karikatur Clekit Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos Edisi Sabtu,
24 September 2011 Dalam kategori Tanda Peirce.........................49

4.3.

Analisis Data Pemaknaan Karikatur “Clekit” Edisi 24
September 2011..............................................................................54


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

4.4

4.3.1

Ikon....................................................................................54

4.3.2

Indeks.................................................................................56

4.3.3

Simbol................................................................................58


Makna Keseluruhan Pemaknaan Karikatur “Clekit”
(dalam model triangle of meaning Peirce).....................................59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan....................................................................................61

5.2

Saran...............................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................66
LAMPIRAN..........................................................................................................68

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vii


ABSTRAKSI
Nur iski Robby Cahyadi, PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA SURAT
KABAR HARIAN PAGI J AWA POS (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur
“Clekit” Kualitas Kabinet Indonesia Bersatu II Pada Harian Pagi Jawa Pos Edisi 24
September 2011)
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan
karikatur Clekit pada harian Jawa Pos Edisi Sabtu, 24 September 2011. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Semiotik Charles Sanders Peirce, Karikatur dalam
Media Massa.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah tanda yang ada dalam karikatur yang berupa
gambar dan tulisan yang terdapat dalam karikatur Clekit pada Surat Kabar Jawa Pos edisi
Sabtu, 24 September 2011, kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan ikon, indeks,
dan simbol. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
deskriptif. Penelitian ini menggunakan metode semiotik.
Hasil analisis dan interpretasinya yang menampilkan gambar karikatur Clekit pada
Surat Kabar Jawa Pos edisi sabtu, 24 September 2011 adalah Kabinet indonesia bersatu II
mendapat protes tentang kualitasnya di program kerjanya dalam mensejahterakan masyarakat
dan tentang menteri-menteri yang berada di dalam kabinet indonesia bersatu II.
Kesimpulan yang didapat adalah masyarakat memprotes kabinet indonesia bersatu II
dalam menjalankan program kerjanya untuk mensejahterahkan masyarakat masih belum
terbukti, hingga membuat masyarakat bersikap tegas dan memberikan perhatian terhadap
kualitas kabinet indonesia bersatu II yang kurang maksimal kinerjanya di dalam memilih
menteri-menteri yang berkualitas di kabinet indonesia bersatu II.
Kata Kunci : Pemaknaan, Karikatur, Semiotik, Surat Kabar Jawa Pos, Clekit
ABSTRACTION
Nur iski Robby Cahyadi, MEANING CARICATURE CLEKIT DAILY NEWSPAPER
IN THE MORNING J AVA POST (Semiotics Studies About Purport Caricature “CLEKIT”
The Quality of United Indonesia Cabinet II in The Daily Morning Edition Java Post
September 24, 2011)
Goals be achieved in this study was determine the meaning caricature Clekit at Java
Post Daily Edition Saturday, September 24, 2011. The method used in this study is semiotics
Charles Sanders Peirce, caricature in the mass media.
The unit of analysis is a sign that there in the form caricature drawings and writings
contained in caricature Clekit at Java Post newspaper edition, september 24, 2011 and then
interpreted with the use icons, indexes, and symbols. While the data techniques used in this
research in descriptive method. This study uses semiotics method.
The result of the analysis and interpretation that displays images on a caricature Clekit
newspaper at Java Post edition of Saturday, september 24, 2011 is a unified Indonesia cabinet
II had protest about hte quality in its work program in the welfare of society and of the
ministers who are in the United Indonesia Cabinet II.
The conclusion is that people protest the Indonesian cabinet united II in running the
program of work for advance society is still not proven, to make people stand firm and give
attention to the quality of United Indonesia cabinet II is less than the maximum performance
in selecting qualified ministers in the cabinet indonesia united II.
Keywords: meaning, caricature, Semiotics, Java Post Newspapers, Clekit

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari komunikator pada khalayak. Masyarakat membutuhkan informasi,
sehingga media massa menjadi faktor kebutuhan utama masyarakat. Media
massa terdiri dari media massa cetak, dan media massa elektronik. Media
massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, dan buku. Sedangkan media
massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film, dan internet. Media cetak
seperti majalah,buku, surat kabar justru mampu memberikan pemahaman
yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisa yang
mendalam dibanding media lainnya (Cangara, 2005:128).
Selama ini media cetak

seperti surat kabar tidak hanya berperan

sebagai pencarian informasi yang utama dalam fungsinya, tetapi bisa juga
mempunyai suatu karakteristik yang menarik yang perlu diperhatikan untuk
memberikan analisis yang sangat krisis yang akan menumbuhkan motivasi,
mendorong serta dapat mengembangkan pola pikir bagi masyarakat agar
semakin kritis dan selektif dalam menyikapi berita-berita yang ada di dalam
media. Belakangan ini media pers indonesia menampilkan komik kartun dan
karikatur sebagai ungkapan kritis terhadap berbagai masalah yang
berkembang secara tersamar dan tersembunyi. Pembaca diajak berpikir,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

merenungkan dan memahami pesan-pesan yang tersurat dan tersirat dalam
gambar tersebut (Sobur, 2006:140).
Keberadaan karikatur pada surat kabar, bukan berarti hanya
melengkapi surat kabar dan memberikan hiburan selain berita-berita utama
yang disajikan. Tetapi juga dapat memberikan informasi dan tambahan
pengetahuan terhadap masyarakat. Karikatur membangun masyarakat
melalui pesan-pesan sosial yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan
simbolis.
Dalam

buku

desain

komunikasi

visual,

kusmiati

(1999:36),

mengatakan bahwa visualisasi adalah cara atau sarana untuk membuat
sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas secara visual yang mampu menarik
emosi

pembaca,

dapat

menolong

seseorang

untuk

menganalisa,

merencanakan dan memutuskan suatu problema dengan mengkhayalkannya
pada kejadian yang sebenarnya. Media verbal gambar merupakan media
yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Informasi bergambar
lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis karena menatap
gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki
subjek yang mudah dipahami dan merupakan simbol yang jelas dan mudah
dikenal (Waluyanto, 2000:128).
Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial seringkali kita
temui didalam berbagai media massa baik cetak maupun elektronik.
Didalam media ini, karikatur menjadi pelengkap artikel dan opini.
Keberadaannya biasa disajikan sebagai selingan atau dapat dikatakan
sebagai penyejuk setelah para pembaca menikmati artikel-artikel yang lebih

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

serius dengan sederetan huruf yang cukup melelahkan mata dan pikiran.
Meskipun sebenarnya pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah
karikatur sama seriusnya dengan pesan-pesan yang disampaikan lewat berita
dan artikel, namun pesan-pesan dalam karikatur lebih mudah dicerna karena
sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar itu terkesan lucu dan
menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan oleh karikatur
tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan (Indarto, 1999:5).
Karikatur sebenarnya memiliki arti sebagai gambar yang didistorsikan,
deplesetkan atau dipelototkan secara karakteristik tanpa bermaksud
melecehkan si pemilik wajah. Karikatur membangun masyarakat melalui
pesan-pesan sosial yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis.
Jika dilihat dari wujudnya, karikatur mengandung tanda-tanda komunikatif.
Lewat bentuk-bentuk komunikasi itulah pesan tersebut menjadi bermakna.
Disamping itu, gabungan antara tanda dan pesan yang ada pada karikatur
diharapkan mampu mempersuasi khalayak yang dituju. Tulisan ini bertujuan
untuk mengkaji tanda verbal (terkait dengan judul, subjudul, dan teks) dan
tanda visual (terkait dengan ilustrasi, logo, tipografi dan tata visual)
karikatur dengan pendekatan semiotika.
Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan dari
unsur-unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berpikir secara kritis
serta

ekspresif

melalui

seni

lukis

dalam

menanggapi

fenomena

permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas, yang secara
keseluruhan dikemas secara humoris, dengan demikian memahami karikatur
juga perlu memiliki referensi-referensi sosial agar mampu menangkap pesan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

yang ingin disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh isi, maupun metode
pengungkapan kritik yang dilukiskan secara karikatural sangat bergantung
pada isu besar yang berkembang yang dijadikan headline.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa karikatur merupakan salah satu
wujud lambang (symbol) atau bahasa visual yang keberadaannya
dikelompokkan dalam kategori komunikasi non verbal dan dibedakan
dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ucapan. Karikatur
merupakan ungkapan ide atau pesan dari karikaturis kepada publik yang
dituju melalui simbol yang berwujud gambar, tulisan dan lainnya.
Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang relistis diharapkan
membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti
dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan pesan
nonverbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu
pada isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat berpengaruh, karena gambar
lebih mudah diingat daripada kata-kata, paling cepat pemahamannya dan
mudah dimengerti, karena terkait dengan maksud pesan yang terkandung
dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal. Gambar mempunyai
kekuatan berupa fleksibilitas yang tinggi untuk menghadirkan bentuk atau
perwujudan gambar menurut kebutuhan informasi visual yang diperlukan.
Simbol atau tanda pada sebuah karikatur mempunyai makna yang dapat
digali kandungan faktualnya.

Dengan kata

lain,

bahasa simbolis

menciptakan situasi yang simbolis pula. Dimana didalamnya terkandung
makna, maksud dan arti yang harus diungkap.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud (signal).
Sobur (2003:163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol adalah sesuatu
yang berdiri atau ada sesuatu yang lain, kebanyakan diantaranya
tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi, ide,
cara berpikir, dan harapan. Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda
pada sebuah gambar memiliki makna yang dapat digali, dengan kata lain
bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula atau memiliki
sesuatu yang mesti diungkap maksud dan artinya.
Sementara

itu

pesan

yang

dikemukakan

dalam

karikatur,

disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,
tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual.
Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian
yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara
menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbolis.
Digunakannya gambar karikatur dari harian Jawa Pos edisi 24
September 2011 sebagai objek penelitian, dikarenakan gambar karikatur
tersebut merupakan penggambaran peristiwa yang dialami oleh indonesia
dalam Kabinet Indonesia Bersatu II yang kurang berkualitas dalam
membangun negeri ini menjadi lebih baik dan maju, adanya protes dari
beberapa pihak, menunjukkan bahwa masih adanya kendala didalam kabinet
indonesia bersatu II hingga menuai protes dari masyarakat. Walaupun
pemerintah mengklaim sejumlah keberhasilan, adanya gelombang protes di
mana-mana menunjukkan ketidakpercayaan publik. Program 100 hari
pemerintah tak mencerminkan kehendak untuk membangun fondasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

kebijakan dalam menjawab segala persoalan. Salah satunya, sambung
Donatus, adalah soal kemerosotan kualitas hidup manusia dan ancaman
kegagalan. Tetapi secara kultural, batasan waktu yang diberlakukan
terhadap Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II tidak sejalan dengan budaya
waktu yang melembaga di masyarakat.
(http://www.starbrainindonesia.com/site/mpm/161/sby-dinilai-gagalsejahterakan-rakyat)
Sebab, pada umumnya orang Indonesia, tanpa terkecuali elite politik,
dalam menjalankan tugas menyuarakan kepentingan rakyat, cenderung
mempermainkan waktu objektif. Parpol yang menempatkan kadernya di
kabinet merasa berhasil dalam menjalankan tugas. Artinya, akan muncul
persaingan sengit antara kubu SBY-Demokrat dan partai koalisi dalam
memperebutkan kursi menteri yang dilengserkan. Karena itu, batasan waktu
dua ratus hari, bukan mustahil menjadi bumerang bagi pemerintahan SBYBoediono. Dipastikan penafsiran dari partai pendukung koalisi, yang harus
dilengserkan adalah menteri dari kubu Partai Demokrat atau para
profesional yang mengisi KIB II. Pada kondisi ini, yang paling mudah
dikorbankan ialah para profesional yang tidak mempunyai dukungan partai
politik. menteri agar lebih berpihak kepada rakyat. Meski penunjukan
menteri merupakan hak prerogatif presiden, sebaiknya pemerintahan SBYBoediono tidak lagi mengeluarkan batasan waktu untuk mengevaluasi
kinerja para menteri yang sarat dengan maksud unfuk melengserkan menteri.
Sebab, dalam perspektif komunikasi politik, evaluasi dan perbaikan
terhadap kohesivitas komunikasi dan produktivitas kerja organ kekuasaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

bisa dilakukan setiap saat, tanpa menunggu batasan waktu objektif. Idealnya,
memang menteri KIB II bekerja tetap menghargai waktu, namun sebaiknya
mereka tidak ditekan dengan batasan waktu. Lingkaran dalam Presiden
Yudhoyono dan Partai Demokrat harus menilai kinerja menteri berdasarkan
prestasi kerja dan tidak dikaitkan dengan sikap partai tempat menteri itu
bernaung. Sedangkan bagi elite politik, seharusnya tidak menilai kinerja
menteri secara subjektif sebatas mengunggulkan nafsu menggusur dan
memperoleh kaveling baru, tetapi didasarkan pada aspek faktual pencapaian
kinerja menteri terkait. Namun persoalannya, koalisi partai politik
pendukung pemerintahan SBY-Boediono memang rapuh, tidak integratif
dan jauh dari nilai kohesivitas aliansi partai politik. Alhasil, batasan waktu
dua ratus hari pemerintahan SBY merupakan saat yang ditunggu-tunggu
untuk memperebutkan posisi menteri dan memperkuat kekuasaan dari
sejumlah entitas politik di lingkaran pemerintahan.
(http://ekoharrysusanto.wordpress.com/2010/10/19/508/)
Saat ini media massa lebih menyentuh persoalan – persoalan yang
terjadi di masyarakat secara aktual, seperti harus lebih spesifik dan
proporsional dalam melihat sebuah persoalan sehingga mampu menjadi
media edukasi dan informasi sebagaimana diharapkan oleh masyarakat.
Sebagai lembaga edukasi, media massa harus dapat memilah kepentingan
pencerahan dengan kepentingan media massa sebagai lembaga produksi
sehingga kasus-kasus pengaburan berita tidak harus terjadi dan merugikan
masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Clekit merupakan opini redaksi media Jawa Pos yang dituangkan
dalam

bentuk

gambar

karikatur

yang

menggambarkan

berbagai

permasalahan bangsa ini. Baik masalah sosial, ekonomi, politik, budaya,
bahkan musibah yang sedang dialami masyarakat. Isi pesan dari gambar
tersebut biasanya ditujujukan untuk mengkritik kebijakan atau langkah
pemerintah atau lembaga dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
berkaitan dengan kepentingan masyarakat luas. Tentu saja kritik yang
diopinikan media tersebut adalah kritik yang membangun, kritik yang
ditujukan kearah perbaikan untuk semua pihak yang bersangkutan.
Dalam gambar editorial Clekit edisi 24 september 2011, ditampilkan
di antaranya dengan visualisasi gambar orang laki-laki menggunakan topi
dengan berbicara. Orang itu berusaha memberikan komentar tentang
kualitas Kabinet Indonesia Bersatu II, dan sebuah mobil yang meletus
bannya dan bertuliskan “Kabinet Indonesia Bersatu II”.
Peneliti memilih Jawa Pos karena merupakan salah satu media yang
memberikan porsi pada idealisme yang termasuk pula pada visinya “Selalu
ada yang baru” yang sekaligus menjadi merek dagang Jawa Pos yang
membidik pasar kelas menengah ke atas. Media Jawa Pos merupakan salah
satu saluran komunikasi politik di indonesia sela era reformasi, realitas
media dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Di samping
menggunakan bahasa tulis sebagai media utama penyampaian informasi,
juga dapat menggunakan dengan memaknai gambar kartun. Sebagai koran
nasional peredaran Jawa Pos meliputi hampir seluruh kota di indonesia dan
selalu menjadi market leader.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Dalam rubrik karikatur Jawa Pos yang disebut “Clekit”. Jawa Pos
lebih kritis dan menggambarkan situasi sosial yang terjadi di masyarakat.
Sekmen karikatur pada koran Jawa Pos yaitu Clekit lebih berani dalam
mengkritisi sosial yang sedang terjadi. Clekit berani menggambarkan
seorang yang berbicara kualitas Kabinet Indonesia Bersatu II. Dalam kasus
ini Jawa Pos berani mengkritik dengan menggunakan gambar lelaki yang
menilai tentang kualitas dan mobil yang bertuliskan kabinet indonesia
bersatu II. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan studi semiotik Peirce pada gambar karikatur tersebut.
Dari beberapa uraian di atas, pemilihan gambar karikatur Clekit
sebagai objek penelitian karena gambar karikaturnya yang unik, karena apa
yang disajikan dalam gambar karikatur editorial tersebut seakan-akan
menggambarkan tanggapan permasalahan yang terjadi dalam sudut pandang
masyarakat indonesia yang diwakili oleh kartunis. Dalam mengungkapkan
makna pesan gambar karikatur tersebut, peneliti menggunakan pendekatan
semiotik menurut Charles Sanders Peirce yaitu tanda atas ikon, indeks, dan
simbol yang berhubungan dengan acuannya.
Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai
kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis (Sobur,
2004:83). Menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan
objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang digunakan agar tanda
dapat berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Sementara itu, pesan yang
dikemukakan dalam pesan karikatur, disosialisasikan kepada khalayak
sasaran melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal akan didekati dengan
ragam bahasanya, tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda
visual akan dilihat dari cara menggambarkan, apakah secara ikonis,
indeksikal, atau simbolis, dan bagaimana cara mengungkapkan idiom
estetiknya dimana hal tersebut terangkum dalam teori Charles Sanders
Peirce. Tanda-tanda yang telah dilihat dan dibaca dari dua aspek secara
terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungan antara yang satu
dengan yang lainnya. (Sobur, 2004:86)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

1.2

Perumusan Masalah
Dari

uraian

latar

belakang diatas,

maka dapat

dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :
Bagaimana makna karikatur “Clekit” pada Koran Jawa Pos edisi Sabtu, 24
September 2011?

1.3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
makna yang dikomunikasikan karikatur “Clekit” pada Koran Jawa Pos edisi
Sabtu, 24 September 2011 dengan menggunakan pendekatan semiotika.

1.3

Manfaat Penelitian
1.

Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
pada Ilmu Komunikasi mengenai karikatur “Clekit” pada Koran Jawa
Pos edisi Sabtu, 24 September 2011.

2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan atau
masukan untuk mengetahui penerapan tanda dalam studi semiotik
sehingga dapat memberi makna bagi para pembaca Koran Jawa Pos
mengenai makna dari karikatur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teor i

2.1.1

Sur at Kabar
Salah satu komunikasi massa dalam bentuk media cetak adalah surat
kabar. Dengan sendirinya surat kabar juga mempunyai fungsi-fungsi
komunikasi massa. Hal ini dapat diketahui batasan ataupun kriteria standar
surat kabar.
Menurut Assegaf (1991:140) surat kabar adalah penerbitan yang
berupa lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan
yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik dan dijual untuk umum.
Selain itu surat kabar juga mempunyai beberapa karakteristik. Menurut
Pareno (2005:24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut :
1. Berita merupakan unsur utama yang dominan
2. Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa
3. Memiliki waktu untuk dibaca ulang lebih lama
4. Umpan balik relatif lebih lamban
5. Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban
6. Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel
7. Ditentukan oleh jalur distribusi

12
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Ada beberapa alasan orang membaca surat kabar. Seseorang ingin
tahu sesuatu karena berbagai alasan: untuk meraih prestise, menghilangkan
kebosanan, agar merasa lebih dekat dengan lingkungannya, atau untuk
menyesuaikan perannya di masyarakat. Bagi sebagian orang, koran
merupakan sumber informasi dan gagasan tentang berbagai masalah publik
yang serius. Bagi sebagian yang lain, koran bukan untuk mencari informasi,
melainkan untuk mengisi rutinitas. Sebagian pembaca juga menjadikan
koran untuk membuang kejenuhan dari kehidupan sehari-hari. (Rivers dan
Peterson, 2003:313).
Komunikasi massa berfungsi menyiarkan informasi, gagasan dan
sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan
menggunakan media (Effendy, 2003:80).
Banyak definisi tantang komunikasi massa yang telah dikemukakan
para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya.
Namun, dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi
satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi masssa adalah komunikasi
melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal
perkembanggannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata
media of mass communication (media komunikasi massa) yang dihasilkan
oleh teknologi modern (Nurudin, 2007:4).
Menurut Gerbner (1967) dalam (Rakhmat, 2002:188) komunikasi
massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan
lembaga dari arus pesan yang continue serta paling luas dimiliki orang
adalam masyarakat industri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Komunikasi massa (masa communication) adalah komunikasi yang
dilakukan melalui media massa modern meliputi surat kabar yang
mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan
kepada umum dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop
(Effendy, 2003:79).
Secara teoritis, berbagai media masssa memiliki fungsi sebagai
saluran informasi, saluran pendidikan, dan saluran hiburan, namun
kenyataannya media massa memberikan efek lain diluar fungsinya. Efek
media massa tidak hanya mempengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang
lebih jauh efek media massa dapat mempengaruhi sistem-sistem sosial
maupun sistem budaya masyarakat. Bekaitan dengan efek media massa
maka salah satu media massa yang juga dapat memberikan efek kepada
khalayaknya adalah surat kabar. Surat kabar merupakan kumpulan dari
berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak ke dalam lembaran
kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur, terbit setiap hari atau
seminggu satu kali (Djuroto, 2002:11)
Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi,
khususnya pada studi komunikasi massa. Dalam buku “Ensiklopedi Pers
Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi
penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak yaitu berupa lembaranlembaran berisi berita-berita , karangan-karangan dan iklan yang diterbitkan
secara berkala dan diedarkan secara umum (Junaedhi, 1991:257).
Surat kabar pada perkembanggannya, menjelma sebagai salah satu
bentuk dari pers yang mempunyai kekuatan dan kewenangan untuk menjadi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

sebuah kontrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal
tersebut disebabkan karena falsafah pers yang selalu identik dengan
kehidupan sosial, budaya dan politik.
Menurut (Sumadiria, 2005:32-35) dalam

jurnalistik indonesia

menunjukkan 5 fungsi dari pers yaitu:
1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepatcepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang aktual, akurat,
faktual dan bermanfaat.
2. Fungsi Edukasi, informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam
kerangka mendidik. Dalam istilah sekarng pers harus mau dan mampu
memerankan dirinya sebagai guru pers.
3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana
hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan
masyarakat.
4. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai
pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan
ketika penyimpangan dan ketidak adilan dalam suatu masyarakat atau
negara.
5. Fungsi Mediasi, dengan fungsi mediasi, pers mampu menjadi fasilisator
atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain,
peristiwa yang stu dengan yang lain, atau orang yang satu dengan yang
lain.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

2.1.1.1 Cir i-Ciri Surat Kabar
Adapun ciri-ciri surat kabar menurut (Effendy, 2003:31) adalah
sebagai berikut:
1. Publisitas
Yang dimaksud dengan publisitas adalah penyebaran kepada publik
atau khalayak. Karena diperuntukkan khalayak, maka sidat surat kabar
adalah umum. Isi surat kabar terdiri dari berbagai hal yang erat
kaitannya dengan kepentingan umum.
2. Periodisitas
Periodisitas adalah ciri surat kabar yang kedua. Keteraturan terbitnya
surat kabar bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari, dapat pula satu
kali atau dua kali seminggu.
3. Universalitas
Yang dimaksud Universalitas sebagai ciri ketiga surat kabar ialah
kesemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh dunia.
4. Aktualitas
Aktualitas sebagai ciri keempat dari surat kabar adalah mengenai berita
yang disiarkannya. Hal-hal yang disiarkan media cetak lainnya bisa saja
mengandung kebenaran, tetapi belum tentu mengenai sesuatau yang
baru terjadi. Diantara media cetak, hanyalah surat kabar yang
menyiarkan hal-hal yang baru terjadi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

2.1.1.2 Komunikasi Politik
Politics, dalam bahasa inggris, adalah sinonim dari kata atau ilmu
politik dalam bahasa indonesia, bahasa yunani mengenal beberapa istilah
yang terkait dengan kata politik, seperti politics (menyangkut warga negara),
polities (seorang warga negara), polis (kota negara), dan politeia
(kewargaan). Pengertian leksikal seperti ini mendorong lahirnya penafsiran
politik sebagai tindakan-tindakan, termasuk tindakan komunikasi atau relasi
sosial dalam konteks bernegara atau dalam urusan publik. Penafsiran seperti
ini selaras dengan konsepsi seorang antropolog semisal Smith yang
menyatakan bahwa politik adalah serangkaian tindakan yang mengarahkan
dan menata urusan-urusan publik (Nie dan Verb, 1975:146).
Selain terdapat fungsi administratif pemerintahan, dalam sistem
politik juga terjadi penggunaan kekuasaan (power) dan perebutan sumbersumber kekuasaan . Smith sendiri memahami kekuasaan sebagai pengaruh
atas pembuatan keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan yang
berlangsung secara terus-menerus. Konsep lain yang berkaitan dengan
politik adalah otoritas (authority), yaitu kekuasaan (formal) yang
terlegitimasi.
Dalam pandangan (Surbakti, 1993:31), politik didefinisikan sebagai
“The Management oc Conflict”. Definisi ini didasarkan pada satu anggapan
bahwa salah satu tujuan pokok pemerintahan adalah untuk mengatur konflik.
Jadi pemerintahan sendiri pada dasarnya diperlukan untuk memberikan
jaminan kehidupan yang tentram bagi masyarakatnya, terhindar dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

kemungkinan terjadinya konflik diantara individu ataupun kelompok dalam
masyarakat. Pengertian ini memang didasarkan pada realitas politik di
negara-negara bagian di Amerika.
(http://kompol.wordpress.com/2008/03/25/pengantar-komunikasi-politik/)
Dalam proses politik, terlihat kemudian posisi penting komunikasi
politik terutama sebagai jembatan untuk menyampaikan pesan-pesan. Proses
ini berlangsung di semua tingkat masyarakat di setiap tempat yang
memungkinkan terjadinya pertukaran informasi di antara individu-individu
dengan kelompok-kelompoknya. Sebab dalam kehidupan bernegara, setiap
individu memerlukan informasi terutama mengenai kegiatan masing-masing
pihak menurut fungsinya. Jadi dalam kerangka fungsi seperti ini, Rush dan
(Althoff, 1997:24) mendefinisikan komunikasi politik sebagai, proses
dimana informasi politik yang relevan diteruskan dari suatu bagian sistem
politik kepada bagian lainnya, dan diantara sistem-sistem sosial dengan
sistem-sistem politik.
Merupakan suatu gejala sosial yang banyak memperoleh perhatian
para ilmuwan sosial terutama para ahli komunikasi, ilmu politik, dan
sosiologi. (McQuail, 1992:472-473) mengatakan bahwa komunikasi politik
merupakan “All processes of information (including facts, opinions, beliefs,
etc) transmission, exchange and search engaged in by participants in the
course of institutionalized political activities” (semua proses penyampaian
pesan informasi termasuk fakta, pendapat-pendapat, keyakinan-keyakinan
dan seterusnya, pertukaran dan pencarian tentang itu semua yang dilakukan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

oleh para partisipan dalam konteks kegiatan politik yang lebih bersifat
melembaga).
Sekarang ini komunikasi politik banyak sekali yang berlangsung
dengan menggunakan media massa (mass media), seperti surat kabar, radio,
dan

televisi.

Konsekuensi-konsekuensi

yang

ditimbulkan

oleh

penyebarluasan pesan-pesan (informasi dan citra) melalui media massa.
Media massa tidak hanya menjadi bagian yang integral dari politik,
tetapi juga memiliki posisi yang sentral dalam politik. Rancangan kebijakan
harus disebarluaskan agar rakyat mengetahui dan ikut mendiskusikan dalam
berbagai bentuk forum diskusi publik. Semuanya membutuhkan media
untuk menyampaikannya. Informasi media kemudian membentuk persepsi,
pendapat, sikap dan akhirnya tindakan publik. Disisi lain, media massa juga
diuntungkan dengan perkembangan politik karena media massa memperoleh
bahan publikasi yang diminati oleh publik. Oleh sebab itulah, media massa
tidak dapat lepas dari politik, dan begitu pula sebaliknya, politik tidak dapat
lepas dari media massa (Pawito, 2009:28-91-92).
2.1.1.3 Karikatur
Karikatur adalah deformasi berlebihan atas wajah seseorang, biasanya
orang terkenal, dengan mempercantiknya dengan penggambaran ciri khas
lahiriahnya untuk bertujuan mengejek. (Sudarta, 1987 dalam Sobur,
2006:138).
Senada dengan Sudarta, Pramono berpendapat bahwa sebetulnya
karikatur adalah bagian dari kartun opini, tetapi kemudian menjadi salah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik, dan sebagainya
berarti telah menjadi kartun opini. Dengan kata lain, kartun yang membawa
pesan kritik sosial, yang muncul di setiap penerbitan surat kabar adalah
political cartoon atau editorial cartoon, yakni versi lain dari editorial, atau
tajuk rencana dalam versi gambar humor. Inilah yang disebut sebagai
karikatur (Sudarta, 1987 dalam Sobur, 2006:139).
Dalam Encylopedia of The Art dijelaskan, karikatur merupakan
representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan
sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga sering dipakai sebagai sarana
kritik sosial dan politik (Sumandiria, 2005:8).
Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa karikatur seperti halnya kartun
strip, kartun gags (kartun kata), kartun komik dan kartun animasi adalah
bagian dari apa yang dinamakan kartun.
Karikatur adalah suatu produk keahlian seorang karikaturis, baik dari
segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi,
referensi bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.
Karena itu, kita bisa mendeteksi intelektual seorang karikaturis dari sudut
ini. Juga, cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang
dikritik justru tersenyum. (Sobur, 2006:140)
Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam
bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan
selingan atau ilustrasi belaka. Namun, pada perkembangan selanjutnya,
karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Dikatakan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan
gambar-gambar lucu dan menarik (Sobur, 2006:40).
Kartun sendiri merupakan produk keahlian seorang kartunis, baik dari
segi pengetahuan, intelektual, teknik menulis, psikologis, cara melobi,
referensi, bacaan, maupun bagaimana tanggapan atau opini secara subjektif
terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran, atau pesan tertentu,
karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudut
ini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang
dikritik justru tersenyum (Sobur, 2003:140).
Kartun merupakan symbolic speech (komunikasi tidak langsung),
artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar kartun tidak
dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa simbol.
Dengan kata lain, makna yang terkandung dalam gambar kartun tersebut
merupakan makna yang terselubung. Simbol-simbol pada gambar kartun
tersebut merupakan simbol yang disertai signal (maksud) yang digunakan
dengan sadar oleh orang yang mengirimnya dan mereka yang menerimanya.

2.1.1.4 Karikatur Dalam Media Cetak
Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi yang
dilakukan melalui media cetak seperti majalah, surat kabar, radio, televisi,
dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi dimana
penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media cetak.
Baik kartun maupun karikatur di indonesia belakangan ini sudah bisa
menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

estetika,

disamping

kadar

humornya.

Karikatur

penuh

dengan

perlambangan-perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu
karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam
masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang disampaikan sebuah
gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan kata
lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang sedang
hangat di permukaan.
Menurut Anderson, dalam memahami situdi komunikasi politik di
indonesia akan lebih muda dianalisa mengenai konsep politik indonesia
dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan Direct Speech
(komunikasi langsung) dan Symbolic Speech (komunikasi tidak langsung).
Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya dipahami
sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung,
seperti humor, gossip, diskusi, argumen, intrik, dan lain-lain. Sedangkan
komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun
diteliti seperti patung, monument, dan simbol-simbol lainnya (Bintoro
dalam Marliani, 2004:49).
Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan di atas,
merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai objek studi ini.
Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik
yang sehat dan juga suatu keahlian karikaturis adalah bagaimana dia
memilih topik-topik isu yang tepat dan masih hangat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

2.1.1.5 Tipografi Hur uf
Tipografi didefinisikan sebagai suatu proses seni untuk menyusun
bahan publikasi menggunakan huruf cetak. Oleh karena itu, menyusun
meliputi merancang bentuk huruf cetak hingga merangkainya dalam sebuah
komposisi yang tepat untuk memperoleh suatu efek tampilan yang
dikehendaki. Huruf cetak memang huruf yang akan dicetakkan pada suatu
media tertentu, baik menggunakan mesin cetak offset, mesin cetak dekstop,
cetak sablon pada body pesawat terbang, bordir pada kostum pemain sepak
bola, maupun publikasi di halaman web.
Pemilihan huruf tidak semudah yang dibayangkan, ribuan bahkan
jutaan jumlah huruf menyebabkan desainer harus cermat dalam memilih
tipografi yang tepat untuk karyanya. Rangkaian huruf dalam sebuah kata
atau kalimat bukan saja bisa berarti suatu makna yang mengacu kepada
sebuah objek ataupun gagasan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk
menyuarakan suatu citra ataupun kesan secara visual. Hal itu dikarenakan
terdapatnya nilai fungsional dan nilai estetika dalam suatu huruf. Pemilihan
jenis huruf disesuaikan dengan citra yang ingin diungkapkan.
Ada berbagai cara pendekatan untuk memperdalam ilmu maupun
wawasan mengenail ilmu tentang huruf :
1. Melalui pengenalan sejarah tentang huruf
2. Mengenali anatomi bentuk huruf
3. Membandingkan ciri masing-masing bentuk huruf
4. Mempelajari tata letak huruf
5. Mempelajari komposisi penggabungan huruf

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Mempelajari ilmu bentuk huruf dengan emosi pesan yang hendak
disampaikan (Kusrianto, 2007:190).
Teks menurut Aart Van Zoest, tak pernah lepas dari ideologi dan
memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca kearah suatu ideologi
(Zoest, 1991:70). Ideologi adalah sistem ide-ide yang diungkapkan dalam
komunikasi.
Tipografi juga merupakan bagian teks. Tipografi, atau sering juga
disebut jenis huruf. Biasanya, jenis huruf yang dipakai dalam pembuatan
poster tidak banyak, maksimal 3 jenis. Itu pun, huruf-huruf yang jelas tegas,
tidak berkaitan. Teorinya jangan menyulitkan audience memahami pesan
anda! Dibuat mudah saja orang sering malas membaca, apalagi kalau
tulisannya tidak jelas dan ada bayang-bayangnya (Putra, 2007:74).
Perancang poster dapat memilih jenis-jenis huruf yang tersedia, ada
begitu banyak pilihan,

dengan mempertimbangkan keindahan dan

karakternya (Putra, 2007:74). Sebagai contoh :
1. Broadway
2. Kodchiang UPC
3. Lucida Bright
4. Arial Black
5. AvantGarde Md BT
6. Bodoni MT Black
7. Gill Sans Ultra Bold
8. Century, Century Gothic
9. Britanic Bold

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Arial dirancang untuk jenis yang satu pada tahun 1982 oleh Robin
Saunders Patricia Nicholas dan desain kontemporer san serif, Arial berisi
karakteristik lebih humanis daripada banyak dari pendahulunya dan sebagai
tersebut lebih cocok dengan suasana dekade terakhir abad kedua puluh.
Perlakuan keseluruhan kurva adalah lebih lembut dan lebih lengkap
dibandingkan di sebagian besar industri gaya sans serif wajah. Stroke
Terminal yang dipotong diagonal yang membantu untuk memberikan wajah
penampilan kurang mekanis. Arial adalah sebuah keluarga yang sangat
serbaguna dari tipografi yang dapat digunakan dengan keberhasilan yang
sama bagi teks pengaturan dalam laporan, presentasi, majalah dll, dan untuk
menampilkan digunakan dalam surat kabar, periklanan dan promosi
(http://www.searchfreefonts.com/font/arial.htm).

2.1.1.6 Kr itik Sosial
Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas,
ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak tertulis
baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, dan internet.
Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah pentingnya,
ketika segala bentuk tulisan sebagian besar memyampaikan berbagai
informasi melalui bahasa indonesia dijadikan media resmi pendidikan
nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi (Masoed, 1992:42).
Dengan

demikian

melestarikan

atau

mempertahankan

kritik

terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya, sama saja
dengan membunuh eksistensi kritik sehingga sebuah institusi sosial yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

lahir dari kebutuhan pengembang hidup bersama manusia. Dalam konteks
budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya
tulis di atas pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik sama
statusnya dengan pembangunan dan pengembangan, dan penyebaran kritik
itu sendiri.
Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi negatif
seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung kemungkinan kata
positif yaitu dukungan, usulan, atau saran, penyelidikan yang cermat
(Masoed, 1999:36). Definisi “kritik” menurut kamus Oxford adalah “one
who appreises literaryor artistic wor

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Partai Demokrat Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011).

0 1 94

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 103

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos).

0 0 96

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 1 94

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010)

0 0 18

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA SURAT KABAR HARIAN PAGI JAWA POS (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur “Clekit” Kualitas Kabinet Indonesia Bersatu II pada Harian Pagi Jawa Pos Edisi 24 September 2011 )

0 0 18

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos)

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos)

0 0 22