Citra wanita Bali dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini : tinjauan sosiologi sastra - USD Repository
CITRA WANITA BALI DALAM NOVEL KENANGA
KARYA OKA RUSMINI
(TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
F.X. Dwiantoro Wismayanto
NIM : 014114054
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Luangkan waktu untuk melakukan apa yang harus kalian lakukan dan lakukanlah sekarang juga. (Mannering) Skripsi ini ku persembahkan kepada:
Ayahku Ag.Sukamdi Ibuku Alm. Y. Suginem
Keterlambatan ini Bukan karena kutak berbakti Tetapi karena hidup laksana pelangi..
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan anugerahnya, penilis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Citra
Wanita Bali dalam Novel Kenanga Karya Oka Rusmini Tinjauan Sosiologi Sastra
yang disusun untuk memenuhi salah satu sysrat untuk memperoleh gelar sarjana Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat selesai karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Bapak Drs. B Rahmanto, M. Hum. selaku pembimbing I dan Kaprodi Sastra Indonesia yang dengan penuh kesabaran memberi dorongan, bimbingan, dan masukan sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu S.E. Peni Adji, S.S., M. Hum. selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran membimbing, mendorong, dan mengigatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi sehinga sekripsi ini dapat terselesaiakan.
3. Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum. Selaku Dekan Fakultas Sastra atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaiakan skripsi.
4. Bapak/Ibu staf pengjajar Program Studi Sastra Indonesia yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis.
5. Staf sekretariat Fakultas Sastra atas segala kemudahan dan bantuan yang diberikan kepda penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Segenap karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas bantuanya dalam peminjaman buku-buku untuk kelancaran skripsi ini.
7. Kedua orang tuang tuaku, Bapak Ag Sukamdi dan Alm. Ibu Y. Suginem untuk kasih sayang, pengorbanan, harapan, dan perhatian yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaiakan.
8. Mas Dicky dan Mbak Eny untuk dukungan, semangat yang diberikan kepada penulis. Terima kasih juga si kecil Amara atas kelucuannya.
9. Teman-teman dekatku Rizki, Neny, Loren, Nita, Nova, Mbak Lani, Ika,
Gandhi, Jumy yang tak pernah lelah memantau, mempertanyakan perkembangan skripsiku. Terima kasih juga untuk Ari dan Yona atas dorongan semangat dan pinjaman monitornya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih juga kepada Yaya untuk waktu yang telah diluangkan, bantuan, diskusi, semangat yang diberikan kepada penulis. “Diutamake sing penting lan berguna kanggo masa depan...” kata-kata itu selalu terngiang-ngiang ditelinga penulis selama penulisan skripsi. Terima kasih.
10. Teman-teman Satra Indonesia Gesta, Atik, Zita, Triyani, Yuni, Antok, Agung, Indah, Kenas, Novi, Asteria, Andi, Dwi S, Hary, Haryo, Feli Prapto, Lia, Linda, Demetria, Sigit, Hendro, Eko, untuk diskusi kecil namun sangat berarti bagi penulis, dorongan semangat yang teman-teman berikan. Teman-teman di saat-saat terakhir skripsi Eny, Adi, Aji, Fitri untuk diskusi, semangat dan informasinya.
11. Teman-teman mudika St Heribertus dan Andreas untuk pengertianya 12.
Lusia Erva W untuk pengertiannya, perhatian yang begitu besar, dorongan, semangat yang diberikan kepada penulis.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Walaupun skripsi ini mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak segala kekurangan adalah tangung jawab penulis.
Penulis F.X. Dwiantoro Wismayanto
ABSTRAK
Wismayanto, Dwiantoro. 2009. Citra Wanita Bali dalam Novel Kenanga Karya
Oka Rusmini. Tinjauan Sosiologi Sastra. Skripsi S1. Yogyakarta.Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini mengkaji citra wanita Bali dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini. Penelitian ini bertujuan pertama, mendeskripsikan unsur tokoh dan latar. Kedua, mendeskripsikan citra wanita Bali dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra. Melalui pendekatan ini dapat diketahui bahwa citra wanita Bali dalam novel Kenanga tidak dapat lepas dari hubungan wanita Bali dengan lingkungannya yaitu budaya Bali serta interaksi dengan tiap manusia pendukungnnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan langkah sebagai berikut: pertama, menganalisis tokoh dan latar. Kedua, menggunakan analisi pertama untuk memahami lebih dalam lagi citra wanita Bali dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini.
Dari hasil analisis novel Kenanaga karya Oka Rusmini dapat disimpulkan bahwa tokoh utama dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini adalah Kenaga. Tokoh tambahan dalam novel Kenanga Karya Oka Rusmini adalah. Intan, Bhuana, Kencana, Galuh, Ratu Aji (Ayah Kenanga), Ratu Ayu ( Ibu Kenanga), Tuniang Meme (Nenek Kenanga), Regina, Prof. Rahyuda, Jero Kemuning, Mahendra, Doglar Dayu Sari, Profesor Hiroshi Ozu, Meme Made, Biang Logaya, Dayu Gelung, Dayu Putu, Dayu Made, dayu Ratna, Tuniang Kendran Tokoh protagonis dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini adalah Kenaga. Sedangkan tokoh antagonisnya adalah kasta. Teknik pelukisan tokoh mengunakan teknik analitis. Latar tempat adalah Bali dan Yogyakarta. Latar waktu adalah antara tahun 1989 hongga 1990-an. Latar sosial dalam novel Kenanga adalah para tokoh merupakan keturunan Brahmana. Mereka beragama Hindu-Bali. Dari sisi pendidikan mereka adalah kaum terpelajar. Mereka berpendidikan tinggi. Hal tersebut, dilihat juga dari profesi bebrapa tokoh yang adalah seorang dosen..
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa citra wanita Bali dalam novel
Kenanga karya Oka Rusmini dibagi dalam citra diri dan citra sosial. Citra diri
antara lain citra wanita Bali dalam hal pendidikan, kecantikan fisik, citra wanita Bali yang lemah, ambisius, munafik, kalah, mengagung-agungkan kebrahmanaan, menghargai keperawanan, berani. Citra sosial antara lain dalam hal ekonomi digambarkan sebagai wanitai yang suka bekerja keras mau bekerja macam– macam serta memiliki kesetaraan dengan pria, dalam hal keagamaan terampil membuat dan mempersiapkan sesaji, dalam mengasuh anak wanita menekankan wanita brahnana hendaknya menikah dengan lelaki brahmana, pilih kasih terhadap anak, memegang peranan dalam rumah tangga, peran dalam masayarakat kurang dihargai dari pada lelaki. Hal tersebut, dlihat dari anak yang diharapkan lahir adalah anak lelaki. Citra wanita Bali yang curang dalam mendapatkan suatu hal. Iri terhadap wanita yang lain.
ABSTRACT
Wismayanto, Dwiantoro.2009. “Balinese Women Image In The Novel Kenanga
By Oka Rusmini. Literature Sosilogical Review”. S1 Thesis. Yogyakarta. Indonesia Literatue. Faculty of Literature. Sanata Dharma University.This research analyses Balinese women image in the novel Kenanga by Oka Rusmini. The purposes of this research: first, to describe the characters and settings. Second, to describe Balinese women image in the novel Kenanga by Oka Rusmini.
The approach that is used in this research is literature sociology approach. From this approach, it can be found that Balinese women image in the novel
Kenanga can not be separated from the relation betwen Balinese women and their
surrounding, that are Balinese culture it self and the interaction with each supporting people.
The method that is used in this research is descriptive method, with the following step; first, analyzing the characters and settings. Second, using first analysis to understand deeper Balinese women image in the novel Kenanga by Oka Rusmini.
From the results of novel Kenanga analysis by Oka Rusmini are the main character in the novel Kenaga by Oka Rusmini is Kenanga. Additional characters in the novel Kenanga by Oka Rusmini are.Intan, Bhuana, Kencana, Galuh, Ratu Aji (Kenanga’s Father ), Ratu Ayu (Kenanga’s Mother), Tuniang Meme (Kenanga’s Grandma), Regina, Prof.. Rahyuda, Jero Kemuning, Mahendra, Dayu Doglar Sari, Professor Hiroshi Ozu, Meme Made, prickly Logaya, Dayu bun, Dayu Putu, Made Dayu, Dayu Ratna, Tuniang Kendran The protagonist character in the novel Kenanga by Oka Rusmini is Kenanga and the antagonist one is kasta. Character delineation technique using analytical techniques. Background places are Bali and Yogyakarta. Setting time is between 1989 to 1990s. The social background of the novel Kenanga is the characters are the descendants of Brahmins. They were Hindu-Balinese. From the side of them education is the intelligentsia. They are highly educated. This, seen also from the profession and keeping the figure is a lecturer .
The result of this research show that Balinese women image in the novel
Kenanga by Oka Rusmini divided in self image and social image. Self image are
Balinese women in education matters, phisical beauty, weak image, ambitius women, hypocrite, loser, adore brahmin, highly virginity, and caurageous. Social image are; in economical metters they are described are hard workers. They are willing to work anything and have the same right with men. In religious matters they are skillful in making and preparing sacrifice; in nurturing children, Balinese stress that Brahmins should marry Brahmans; un fair in giving affection to ward their children; hold roles in household; their roles in the society is less respected it can be seen that they always hope for baby boys. Balinese women image that is tricly to get something; jealous to other women.
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... vi KATA PENGANTAR......................................................................................... vii ABSTRAK........................................................................................................... x ABSTRACT......................................................................................................... xi DAFTAR ISI...................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................
1 1.2 Rumusan Masalah..............................................................................
4 1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................
4 1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................
4
1.5 Tinjauan Pustaka.................................................................................. 5
1.6 Landasan Teori..................................................................................... 7 1.6.1 Tokoh.....................................................................................
8 1.6.2 Latar........................................................................................
10
1.6.3 Sosiologi Sastra........................................................................ 10 1.6.4 Citra Wanita.............................................................................
11 1.6.4.1 Citra Diri..................................................................
11 1.6.4.2 Citra Sosial...............................................................
12 16.5. Bali..........................................................................................
12
1.6.6 Pandangan Hidup Masyarakat Bali.......................................... 12
1.6.7 Gambaran Wanita Bali............................................................. 14
1.6.7.1 Wanita Bali dalam Kitab Wedha (Religi Hindu)....... 14
1.6.6.2 Wanita Bali dalam Sosial Ekonomi........................... 16
1.6.8 Griya......................................................................................... 16
1.7 Metode Penelitian.....................................................................................17
1.7.1 Pendekatan.................................................................................17
1.7.2 Metode Penelitian.................................................................... 18
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data....................................................... 18
1.8 Sumber Data.............................................................................................18
1.9 Sitematika Penyajian............................................................................... 19
BAB II ANALISIS UNSUR TOKOH DAN LATAR DALAM NOVEL KENANGA KARYA OKA RUSMUNI.................... 20
2.1 Tokoh....................................................................................................... 22 2.1.1 Kenanga....................................................................................
24 2.1.2 Intan..........................................................................................
27 2.1.3 Bhuana......................................................................................
29
2.1.4 Kencana.................................................................................... 30 2.1.5 Galuh.........................................................................................
33
2.1.6 Ratu Aji (Ayah Kenanga)........................................................ 34
2.1.7 Ratu Ibu (Ibu Kenanga)........................................................... 34 2.1.8 Mahendra.................................................................................
35
2.1.9 Jero Kemuning......................................................................... 37
2.1.10 Tiniang Meme....................................................................... 38
2.1.11 Profesor Rahyuda................................................................... 38
2.2 Latar........................................................................................................ 40 2.2.1 Latar Tempat............................................................................
40 2.2.1.1 Bali............................................................................
40 2.2.1.2 Yogyakarta................................................................
41
2.2.2 Latar Waktu............................................................................. 42
2.2.3 Latar Sosial............................................................................. 42
BAB III ANALISIS CITRA WANITA BALI DALAM NOVEL KENANGA KARYA OKA RUSMINI........................................................................... 45
3.I Citra Wanita Bali..................................................................................... 46 3.1.1 Citra Diri...................................................................................
46
3.1.1.1 Citra Wanita Bali dalam Pendidikan........................ 46 3.1.1.2 Citra Fisik Wanita Bali..........................................
46
3.1.1.3 Citra Wanita Bali yang Lemah................................ 47
3.1.1.4 Citra Wanita Bali yang Abisius................................ 48
3.1.1.5 Citra Wanita Bali yang Munafik................................ 49
3.1.1.6 Citra Wanita Bali yang Lemah.................................. 49
3.1.1.7 Citra Wanita Bali yang Mengagung-agungkan Kebangsawanan......................................................... 52
3.1.1.8 Citra Wanita Bali yang Menghargai Keperawanan... 52
3.1.1.9 Citra Wanita Bali yang Berani................................... 53
3.1.1.10 Citra Wanita Bali yang Liar..................................... 53 3.1.2 Citra Sosial...............................................................................
55
3.1.2.1 Citra Wanita Bali dalam Ekonomi............................ 55
3.1.2.2 Citra Wanita Bali yang Curang................................. 55
3.1.2.3 Citra Wanita Bali dalam Bidang Keagamaan............ 56
3.1.2.4 Citra Wanita Bali dalam Pola pengasuhan Anak....... 57
3.1.2.5 Citra Wanita Bali dalam Rumah Tangga................... 58
3.1.2.6 Citra Wanita Bali yang Iri Hati Terhadap Wanita yang lain........................................................
58
3.1.2.7 Citra Wanita Bali yang Kurang Dihargai...................59
BAB IV PENUTUP................................................................................................. 61 4.1 Kesimpulan.............................................................................................
62 4.2 Saran........................................................................................................
63 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 64
DAFTAR ISTILAH-ISTILAH BALI................................................................... 66
BIOGRAFI PENULIS....................................................................................... 67
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Ia bukan sekadar seni yang merekam kembali alam kehidupan, akan tetapi yang memperbincangkan kembali lewat suatu pertukangan, manipulasi, dan rasa bahasa (Kayam, 1981 : 88). Dengan kata lain, karya satra yang kita baca dibangun oleh pengarangnya sebagai hasil rekaman berdasarkan permenungan, penafsiran, dan penghayatan hidup terhadap realitas sosial dan lingkungan kemasyarakatan tempat pengarang itu hidup dan berkembang (Sumarjdo, 1984 : 15). Ketika pengarang menciptakan karyanya, ia tidak hanya terdorong oleh luapan atau desakan dari dalam dirinya untuk mengungkapkan perasaan dan cita-cita saja, tetapi juga berkeinginan untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat, kesan bahkan juga perhatiaanya atas suatu persoalan yang terjadi pada seseorang atau sekelompok manusia (Sardjono, 1992 : 10).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karya fiksi yang terwujud dalam karya sastra atau buku-buku novel adalah suatu tuangan pengalaman manusia secara menyeluruh atau merupakan suatu terjemahan yang terkadang begitu memikat tentang perjalanan hidup manusia ketika ia mengalami dan bersentuhan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup ini. Bahkan dapat dikatakan pula bahwa karya fiksi adalah suatu potret realitas yang terwujud melalui bahasa (Sardjono, 1992 : 10)
2 Dalam konteks sastra Indonesia, kita jumpai nama-nama Umar Kayam,
Ahmad Tohari, Mangun Wijaya, Putu Wijaya, Pandji Tisna, Oka Rusmini, I Wayan Artika, dan masih banyak lagi pengarang lain yang dalam karya-karya mereka begitu kental penghayatan terhadap realitas sosial dan kemasyarakatan tempat para pengarang itu hidup. Di antara sekian nama tersebut, Oka Rusmini adalah salah seorang perempuan pengarang yang sangat berani mempersoalkan kehidupan masyarakat Bali, khususnya kehidupan para Brahmana yang tinggal di Griya. Sejumlah karya Oka Rusmini antara lain Tarian Bumi, Sagra, Patiwangi, dan Kenanga sarat kritikan terhadap kepincangan yang terjadi dalam masyarakat Bali (Wasono, 2006:8). Oka Rusmini merupakan sastrawan perempuan dari Bali. Ia tercatat sebagai salah satu perempuan pengarang Indonesia yang cukup cemerlang, dikagumi, dan produktif. Oka Rusmini gencar mempublikasikan karya-karyanya ke luar Bali. Dialah sastrawan perempuan Bali yang lebih dulu mengenalkan warna ke-Balian dalam karyanya kepada publik di luar Bali (Asmaudi, 2003). Oka Rusmini cukup diperhitungkan terbukti lewat karyanya yang bejudul Kenaga, ia masuk dalam nominasi penerima Khatulistiwa Literary Award 2004. Kenanga merupakan novel terbaru Oka Rusmini. Oleh Oka
Kenanga dikatakan sebagai novel pertama karena ditulis pada tahun 1990-1991
dan dimuat terlebih dahulu sebagai cerita bersambung di Koran Tempo tahun 2002 (Asmaudi, 2003).
Kenanga karya Oka Rusmini menceritakan tokoh Kenanga sebagai
seorang wanita Bali dari kasta Brahmana. Ia adalah seorang wanita yang penuh impian, cerdas, dan keras hati. Demi ilmu dan karir, ia berani mempertaruhkan
3 usia dan segala yang dimilikinya. Bagi Kenaga hidup adalah karir. Keluarga dan orang-orang di sekitarnya menjadi salah sangka terhadap dirinya karena ambisi dan cita-citanya itu, termasuk kedekatan Kenanga dengan guru besarnya di kampus tempat ia menjadi dosen sastra. Orang berpikir Kenanga seorang perempuan yang menghalalkan segala cara demi karir.
Kenanga belum juga menikah walau usianya sudah matang. Akan tetapi, ia telah memiliki anak kandung bernama Luh Intan. Anak itu adalah hasil perkosaan yang dilakukan oleh Bhuana lelaki yang mencintai Kenanga dan begitu dicintai Kenanga. Kenanga menyerahkan dirinya kepada Bhuana sebagai syarat agar Bhuana mau menikah dengan Kencana adik Kenanga, karena Kencana juga mencintai Bhuana dan hal tersebut telah menjadi pergunjingan di Griya.
Pergunjingan itu hasil usaha licik Kencana untuk mendapatkan Bhuana.
Kenanga mengasuh Luh Intan di griya. Keluarganya di griya tidak satu pun tahu termasuk kedua orang tua Kenanga bahwa Luh Intan adalah anak kandung Kenanga. Mereka hanya tahu bahwa Luh Intan adalah anak dari seorang wanita sudra yang diserahkan kepada keluarga Kenanga di griya.
Dalam novel Kenanga ini, Oka Rusmini memaparkan dunia wanita Bali dengan berbagai permasalahannya. Pemasalahan-permasalahan yang tergambar pada para tokoh wanita yang pada gilirannya membentuk suatu citra wanita Bali. Hal tersebut telah menarik penulis untuk meneliti citra wanita Bali dalam novel
Kenanga karya Oka Rusmini. Selain itu, sepengetahuan penulis belum banyak
penelitian terhadap novel Kenanga karya Oka Rusmini, walau novel tersebut telah terbit sejak tahun 2003. Novel Kenanga karya Oka Rusmini kental latar budaya
4 Bali sehingga penulis terdorong untuk meneliti dari sudut pandang sosiologi sastra.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah analisis unsur tokoh dan latar dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini?
1.2.2 Bagaimanakah citra wanita Bali dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mendeskripsikan unsur tokoh dan latar dalam novel Kenanga karya Oka Rusmini.
1.3.2 Mendeskripsikan citra wanita Bali dalam novel Kenanaga karya Oka Rusmini.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Menambah kajian sastra khususnya kajian dengan pendekatan sosiologi sastra.
1.4.2 Menambah apresiasi sastra terhadap novel Kenanga karya Oka Rusmini.
5
1.5 Tinjauan Pustaka
Novel Kenanga karya Oka Rusmini sejak terbit pertama dalam bentuk cerita bersambung di Koran Tempo pada tahun 2002 hingga terbit dalam bentuk novel pada 2003 tentu telah ada penelitian terhadapnya. Penulis menemukan dua buah tulisan terhadap novel Kenanaga karya Oka Rusmini. Tulisan tersebut dalam bentuk resensi oleh Nuryana Asmaudi dan makalah oleh Dra. Widiayarti, M.Hum. Resensi Asmaudi berjudul Perempuan (Brahmana) Menggugat Kasta telah dimuat dalam surat kabar harian Bali Pos pada tanggal 20 Juli 2003.Dalam resensinya, Asmaudi mengungkap gugatan wanita Bali dari kasta Brahmana terhadap kasta. Menurut Asmahudi, gugatan itu digambarkan oleh tokoh Kenanga salah satunya dengan pendidikan tinggi yang diraih Kenanga. Kenanga pun berharap agar wanita Bali mengenyam pendidikan tinggi. Bagi Kenanga, berpendidikan atau menguasai ilmu pengetahuan adalah modal bagi wanita Bali untuk dihormati dari isi kepalanya bukan karena kebetulan lahir dari kasta Brahmana yang kaya. Dalam resensinya, Asmaudi pun memberi kritik terhadap novel Kenanga. Menurut Asmaudi pemberontakan dan gugatan dalam Kenanga karya Oka Rusmini masih dilakukan dalam kata-kata, andai saja dilakukan dengan perbuatan kualitas novel lebih dasyat.
Tulisanian yang kedua dalam bentuk makalah oleh Dra. Windiyarti, M.Hum. dengan judul Novel Kenanga dalam Kritik Sastra Psikologis. Makalah tersebut disajikan dalam seminar kritik sastra pada tanggal 20-22 September di Jakarta. Dalam makalah tersebut, Dra. Windiyarti, M.Hum menganalisis novel
6
Kenanga karya Oka Rusmini dengan tinjauan psikologi sastra. Analisis
difokuskan pada konflik batin tokoh utama dan solusi-solusi untuk mengatasi konflik-konflik batinya (Widiyarti, 2005). Dari analisis itu diambil kesimpulan bahwa sang pengarang memiliki pengetahuan psikologi cukup luas. Hal ini sangat jelas terlihat dari pengaluran yakni sorot balik yang menampilkan rekontruksi- rekontroksi peristiwa masa lalu tokoh utama yang menakutkan. Beberapa prinsip psikologi (psikoanalisis) menyatu dalam satu kesatuan struktur novel. Pertama, prinsip tentang aspek ketidaksadaran memainkan peranan penting dalam pemikiran dan tingkahlaku manusia. Hal ini terbukti dari cara-cara yang dilakukan Kenanga dalam mengatasi persoalan hidup selalu memnggunakan cara-cara irasional seperti dalam mekanisme pertahanan ego. Kedua, prinsip tentang naluri seks (libido) sebagai naluri kehidupan dapat memotivasi pikiran dan tingkah laku manusia (tokoh Kenanga) . Hal ini terbukti bahwa Kenanga tidak bisa menghilangkan perasaan cintanya kepada Bhuana, meskipun ia telah dihancurkan. Ketiga, kebutuhan-kebutuhan instingtif tokoh utama yang tidak terpenuhi mendorong munculnya kecemasan-kecemasan. Keempat, super ego menjadi unsur dominan tokoh Kenanga yang tidak lepas dari latar sosisal yakni adat kaum Brahmana telah bejalan turun-temurun menuntut untuk memahami apa arti hidup sebagai manusia bangsawan (Widiyarti, 2005).Hal yang membedakan penelitian yang telah tersebut di atas dengan penelietan ini adalah penelitian ini mengunakan tinjauan sosiologi sastra. Analisis difokuskan pada analisis citra wanita Bali dalam novel Kenanga karya Oka rusmini.
7
1.6 Landasan Teori
Analisis struktural karya satra merupakan pekerjaan pendahuluan sebelum analisis yang lain, sehingga kebulatan makna karya sastra dapat ditemukan dengan analisis intrinsik (Teeuw, 1984 : 16). Analisi struktural karya sastra dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasikan atau dideskripsikan, misalnya bagaimana keadaan peristiwa- peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang. Setelah dijelaskan bagaimana fungsi-fungsi masing-masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan antarunsur itu sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas makna yang padu (Nurgiyantoro, 1995 : 37). Menurut Wellek dan Warren, kritikus yang menganalisis novel umumnya membedakan tiga unsur pembentuk novel, yaitu alur, penokohan, dan latar (Wellek & Warren,1995 : 283). Oleh karena itu, penelitian terhadap novel Kenanga karya Oka Rusmini ini didahului dengan analisis unsur intrinsik penokohan dan latar.
Pemilihan hanya pada tokoh dan latar saja karena antara latar dengan penokohan mempunyai hubungan yang erat dan bersifat timbal balik. Sifat-sifat latar dalam banyak hal akan mempengaruhi sifat-sifat tokoh. Bahkan, barangkali tak berlebihan jika dikatakan bahwa sifat seseorang akan dibentuk oleh keadaan latarnya (Nurgiantoro, 1995 : 225)
8
1.6.1 Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman, 1992 : 16). Penokohan adalah pelukisan secara jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones via Nurgiyantoro, 1995 : 165). Dalam penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, penempatan, pelukisan tokoh itu dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995 : 166).
Tokoh-tokoh dalam cerita fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Pembedaan itu antara lain, tokoh utama dan tokoh tambahan dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam suatu cerita. Tokoh protagonis dan tokoh antagonis dilihat dari fungsi penampilan tokoh. Tokoh sederhana dan tokoh bulat dilihat dari perwatakannya. Tokoh statis dan tokoh berkembang dilihat dari berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokah dalam cerita. Tokoh tipikal dan tokoh netral dilihat dari segi kemumungkinan pencerminan tokoh terhadap manusia dari kehidupan nyata (Nurgiyantoro, 1995 : 176-194).
Dalam penelitian novel Kenanga karya Oka Rusmini ini, analisis tokoh akan mengunakan tokoh utama dan tokoh tambahan. Selain itu, akan digunakan pula analisis tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian dan konflik. Tokoh utama selalu berhubungan denagan tokoh yang lain. Tokoh
9 tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita. Tokoh tambahan hadir hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung atau pun tidak langsung (Nurgiyantoro, 1995 : 176-177).
Tokoh protagonis adalah tokoh yang merupakan pengejawantahan norma- norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca, harapan-harapan pembaca. Tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik. Tokoh antagonis beroposisi dengan tokoh protagonis secara langsung ataupun tidak langsung, bersifst fisik ataupun batin. Tokoh antagonis bukan hanya individu atau sekelompok orang, namun dapat berupa bencana alam, kecelakaan, lingkungan alam dan sosial, aturan-aturan sosial, nilai-nilai moral, kekuasaan, dan kekuatan yang lebih tinggi.
Hal tersebut dapat disebut sebagai kekuatan antagonis (Nurgiyantoro, 1995 : 179).
Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya sastra dibedakan ke dalam dua teknik, yaitu teknik ekspositori (exspository) dan teknik dramatik (dramatic). Teknik ekspositori atau sering disebut teknik analitis adalah teknik pelukisan tokoh yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir di hadapan pembaca secara langsung disertai deskripsi kehadirannya yang berupa sikap, sifat, tingkah laku, bahkan ciri fisiknya. Teknik dramatik adalah teknik pelukisan tokoh yang tidak dilakukan secara langsung. Pengarang membiarkan pembaca memahami para tokoh menunjukkan kedirianya melalui aktivitas dan tingkah laku para tokoh (Nurgiyantoro, 1995 : 195, 198)
10
1.6.2 Latar
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan, yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.
Latar meliputi pengambaran lokasi geografis, topografi, sampai kepada rincian perlengkapan sebuah ruangan, waktu berlakunya kejadian, masa sejarah, musim terjadinya, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh (Kenney via Sudjiman, 1992 : 44).
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peritiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa yang diceritakn dalam karya fiksi. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Latar sosial juga berhubungan dengan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas (Nurgiyantoro, 1995 : 225-234).
1.6.3 Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari hubunganya dengan kenyataan sosial (Hartoko & Rahmanto, 1986 : 129).
11 Menurut Damono (1978 : 2) ada dua kecenderungan dalam telaah sosiologi terhadap sastra. Pertama, pendekatan yang brdasar pada angapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial ekonomi belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra. Dalam pendekatan ini teks sastra tidak diangap utama, ia hanya merupakan gejala kedua. Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang digunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk mengetahui strukturnya kemudian dipergunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang ada di luar karya satra.
Hal penting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin (miror). Dalam kaitan ini sastra diangap sebagai mimesis (tiruan) masyarakat. Sastra tidak semata-mata menyodorkan fakta secara mentah, akan tetapi kenyataan yang telah ditafsirkan dan bukan jiplakan melainkan sebuah refleksi halus dan estetis (Endraswara, 2004:78).
1.6.4 Citra Wanita
Citra adalah rupa, gambaran. Citra wanita adalah gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian wanita yang menunjukkan gambaran wanita sebagai makhluk individu dan sosial (Sugihastuti, 2000:46).
1.6.4.1 Citra Diri
Citra diri wanita memperlihatkan bahwa apa yang dipandang sebagai perilaku wanita bergantung pada bagaimana aspek fisis diasosiasikan dengan
12 nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Nilai-nilai itu terwujud atas dasar pandangan wanita sendiri dan pandangan pria dalam bermasyarakat (Sugihastuti, 2000 : 113).
1.6.4.2 Citra Sosial
Pada dasarnya citra sosial wanita merupakan citra wanita yang erat hubunganya dengan norma dan sistem nilai yang berlaku dalam satu kelompok masyarakat, tempat wanita menjadi angota dan berhasrat mengadakan hubungan antar manusia (Suguhastuti, 2000 : 143)
1.6.5 Bali
Bali adalah sebuah pulau di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu provinsi Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar, yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni budayanya (http://id.wikipedia.org/wiki/Bali)
1.6.6 Pandangan Hidup Masyarakat Bali Pola pelaksanaan agama dan pola budaya masyarakat Bali banyak
dipengaruhi konsep-konsep agama Hindu. Konsep-konsep itu antara lain : Catur Purusartha yang terdiri dari dharma (kebajikan), artha (harta), kama (kesenangan), moksa (kebahagiaan). Catur Margha (Empat Jalan) untuk mencapai
13 tujuan hidup terdiri dari raja margha (jalan spiritual), jnana margha (jalan ilumu pengetahuan), karma margha (jalan kerja), bhakti margha (jalan penyerahan diri).
Catur Asmara (empat tingkatan masa hidup) terdiri dari brahmacari (masa sebelum kawin), grhasta (masa berkeluarga), wanaprastha (masa meningalkan keduniawian), saniasin (masa bersatu dengan Maha Pencipta). Panca Sradha (lima keyakinan) meliputi brahman (percaya pada keberadan Tuhan beserta seluruh sifatNya), atman ( percaya pada keberadaan roh kudus pada setiap mkhkuk hidup), karmapala (percaya akan adanya hukum sebab akibat), punarbhawa (percaya akan adanya reinkarnasi), dan moksa (percaya akan adanya penyatuan antara makro kosmos dan mikro kosmos). Panca yadna (lima jenis kurban suci) yang terdiri dari dewa yadna (menyembah dan pasrah diri kepada Tuhan Maha Pencipta, serta mematuhi petunjuk petunjuknya), pitra yadna (mnghormati dan mendoakan leluhur), resi yadna (menghormati dan menjalankan ajaran para resi dan guru), manusa yadna (menghormati, menghargai, dan menolong sesama manusia), bhuta yadna (menyayangi dan memelihara alam, binatang, tumbuh- tumbuhan, dan benda-benda lainya sebagai benda pemberian Tuhan Maha Kasih, serta menghargai makhluk halus sebagai ciptaan Tuhan). Tri Hitakarana adalah konsep tiga cara untuk mewujudkan keharmonisan hidup yaitu keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan antara manisia dengan manusia. Tri Kaya Parisudha (tiga jenis perbuatan mulia) yaitu manacika (berfikir benar), wacika (berkata benar), dan kayika (berbuat benar) (Senen, 2005 : 10-11).
14
1.6.7 Gambaran Wanita Bali
1.6.7.1 Wanita Bali dalam Kitab Wedha (Religi Hindu)
Pandangan masyarakat Bali terhadap wanita banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep oleh konsep-konsep agama dan budaya yang bersumber dari kitab- kitab Hindu. Berikut ini adalah pandangan terhadap wanita dalam kitab Weda Smrti Buku IX nomor 2, 3, 5, 14, 14, 15, dan 16
Aswatantrah striyah karyah purusaih swairdiwani cam, wisayeseu ca
sajjntyah atmano wae 2. Pitaraksati kaumare bharta raksati yauwane, raksanti
sihawire putra na stri swatantryam arhati 3. suksmebbyopi prasanggebbyah
striyo raksya wicesatah, dwayorhi kulayoh cokam awaheyure raksitah 5. Panam
durjana samsargah patya ca wirako tanam, swapno nya geho wasacca narisam
dusasani sat 13. Naita rupam pariksante nasam wayasi samsthitih, surupam wa
wirupam wa pumaninyewa bhuhaite 14. Paumcc alyayaccalacittacca
nasnehyacca swahhawatah, raskita yatnatopiha bhartrisweta wikurwate 15.
Ewam swabhawam jnatwasam prajapatinisargajam, paramam yatnam atishet
puruso raksanam prati 16.Artinya, Siang malam wanita harus dijaga, tergantung dari laki-laki dalam keluarga mereka, dan kalau ia terikat akan kesenangan-kesenanagan indria, ia harus selalu dalam pengawasan seseorang 2. Ayahnya akan melindungi selagi ia masih kecil, setelah dewasa suaminyalah yang melindugi, dan putranya akan melindungi setelah ia tua, wanita tak pernah layak bebas 3. Wanita teristimewa harus dilindungi dari kecenderungan berbuat jahat, bagaimanpun sedih tampaknya, jika mereka tidak dijaga akan membawa penderitaan kepada kedua
15 belah pihak keluarga 5. Meminum minuman keras, bergaul dengan orang jahat berpisah dari suami mengembara ke luar daerah, tidur pada jam yang tidak layak, berdiam di rumah lelaki lain adaah sebab jatuhya seorang wanita 13. wanita tidaklah tergantung pada rupa (laki-laki), demikian pula terhadap unsur teretentu bahwa ia adalah laki-laki, ia telah menyerahkan dirinya kepada lelaki yang cakap maupun yang buruk 14. bagaimanapun cara menjaga mereka sehari-hari di dunia ini, karena keterikatannya kepada laki-laki, melalui sifat-sifatnya yang berubah- ubah, melalui nalurinya yang tidak berperasaan mereka menjadi yang tidak setia kepada suaminya 15. dengan mengetahui sifat-sifat naluri mereka yang telah ditetapkan oleh Tuhan atas diri mereka itu dan semua insan untuk hal itu, setiap laki-laki harus berusaha menjaga mereka dengan sekuat tenaga 16. (Senen, 2005 : 12-13)
Uraian tersebut di atas menunjukkan kaum wanita perlu mendapat perlindungan, bantuan agar kaum wanita dapat melaksanakan dharma dengan maksimal (Senen, 2005 : 14). Dalam Weda Smrti Buku IX no 33 dan 35, menyatakan wanita merupakan tanah dan pria adalah benih. Benih dinyatakan lebih penting, karena anak dari semua makhluk ciptaan itu ditandai oleh sifat-sifat dari benih (Senen, 2005 : 14). Dalam Weda Smrti III nomor 55-59, menyatakan wanita harus dihormati, bila wanita dibiarkan dalam kesedihan suatu keluarga akan hancur. Para dewa akan memberi pahala untuk upacara suci yang diadakan bila wanita dihormati. Dalam Weda Smrti IX nomor 27 dan 28, menyatakan wanita dan pria setara. Wanita merupakan predana (elemen feminin) dari
16 kesatuannya dengan pria atau purusa (elemen maskulin). Tanpa adanya pertemuan dua unsur tersebut manusia tidak akan lahir (Senen, 2005 : 18-19).
1.6.7.2 Wanita Bali dalam Sosial Ekonomi
Di bali sering dijumpai wanita mengambil pekerjaan yang berat-berat yang dikerjakan pria. Hal ini bukan penghinaan tetapi manifestasi dari penghargaan masyarakat terhadap emansipasi wanita. Disamping itu, kerja dipandang sebagai Yajna atau upacara suci sehingga setiap orang wajib bekerja sesuai swadharmanya,
status, profesinya dalam masyarakat. Dengan demikian pekerjaan apapun dikerjakan selama dharma yang dijadikan landasan (Surpha, 2006 : 43). Etos kerja yang dimiliki
wanita Bali adalah bekerja keras, rela melakukan pekerjaan bermacam-macam. Nilai yang baku dalam sistem ekonomi yang paling tampak menonjol adalah etos kerja wanita Bali. Hal tersebut, merupakan watak yang khas dan merupakan karakter dari kehidupan wanita Bali (Swarsi, 1986:78)
1.6.8 Griya
Griya adalah rumah keluarga brahmana di Bali (http://id.wikipedia.org/wiki/Bali). Tipe rumah tradisional dalam kelompok permukiman masyarakat Bali umumnya mrupakan sekelompok bangunan yang secara fungsional berbeda yang diatur dengan cara yang khusus dalam kelompok yang dilingkupi oleh pagar, dinding sama dengan rumah tradisional tipe kumpulan bangunan dari masyarakat Jawa. Ada tujuh elemen dasar yaitu pintu masuk, ruang tidur, lumbung, bangunan dapur, kamar mandi, ruang kerja, sebuah tempat
17 pemujaan keluarga. Elemen ini diatur sedemikian rupa sehingga bagian yang suci dan sakral seperti tempat pemujaan keluarga dan bagian pribadi berlokasi di bagian paling atas dari kumpulan. Bagian ini mengarah pada gunung dan bagian yang lebih duniawi atau secara ritual meripakan bagian yang lebih kotor terletak di bagian ujung bawah. Sebuah kumpulan bangunan biasanya berisi beberapa rumah keluarga (Nas, 2009 : 40-41).
Biasanya, sebagian besar kavling dihuni beberapa generasi dalam sebuah klan keluarga. Setiap kavling bisa terdiri atas lebih dari satu rumah yang semakin bertambah mencapai batas desa. Hanya anak laki-laki pertama dari sebuah keluarga yang bisa mewarisi rumah utama dalam kavling hunian. Setiap rumah terdiri atas sejumlah anjungan. Jika anak laki-laki pertama itu membentuk keluarga baru sementara orang tuanya masih hidup, orang tuanya akan memberikan anjungan utama kepada sang anak dan keluarganya, sedangkan mereka sendiri tinggal di anjungan dapur. Anak laki-laki termuda dan anak perempuan baik yang sudah menikah maupun belum, bisa membangun rumah baru di belakang rumah utama (Nas, 2009 : 112-113).
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Pendekatan
Pendekatan sosiologi sastra merupakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini. Hal penting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin (miror).
Dalam kaitan ini sastra diangap sebagai mimesis (tiruan) masyarakat. Sastra tidak semata-mata menyodorkan fakta secara mentah, akan tetapi kenyataan yang telah
18 ditafsirkan dan bukan jiplakan melainkan sebuah refleksi halus dan estetis (Endraswara, 2004 : 78).
1.7.2 Metode Penelitian
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambakan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-faktayang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1990 : 63)
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat. Peneliti mencatat data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dalam kartu.
1.8 Sumber Data
Judul buku : Kenanga Pengarang : Oka Rusmini Penerbit : Grasindo Tahun terbit : 2003 (cetakan kedua) Tebal buku : 294 hlm
19