HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG MINUMAN KERAS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS PADA REMAJA (Studi di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

  

SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG MINUMAN KERAS

DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS

PADA REMAJA

(Studi di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin

Barat)

  

Luki Aprilani

133210192

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

  

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2017

  

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG MINUMAN KERAS

DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS

PADA REMAJA

(Studi di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin

Barat)

  

Skripsi

Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan

Menyelesaikan studi program Sarjana Keperawatan

  

LUKI APRILANI

133210192

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

  

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2017

RIWAYAT HIDUP

  Peneliti dilahirkan di Runtu 19 April 1995, Peneliti merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Mislan dan Ibu Suhaini.

  Pada tahun 2007 peneliti lulus dari SDN 1 Runtu, pada tahun 2010 peneliti lulus dari SMP Takhassus Al- Qur’an Wonosobo, pada tahun 2013 peneliti lulus dari SMA Takhassus Al- Qur’an Wonosobo, dan pada tahun 2013 peneliti masuk

  STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang. Peneliti memilih program studi S1 Keperawatan dari beberapa program studi yang ada di STIKes “ICMe” Jombang.

  Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

  Jombang, Juli 2017 Luki Aprilani

KATA PENGANTAR

  Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan Persepsi Tentang Minuman Keras Dengan Perilaku Mengkonsumsi Minuman Keras Pada Remaja Di Desa Runtu Kabupaten Kotawaringin Barat”.

  Skripsi penelitian ini disusun sebagai syarat dalam pendidikan akhir S1 Keperawatan STIKES ICME Jombang tahun akademi 2016/2017 merupakan bukti nyata bahwa penulis benar

  • – benar melakukan penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2017 di Desa Runtu.

  Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain : Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. Bambang Tutuko, SH,,Skep,Ns Selaku ketua STIKES ICME Jombang. Muhamad Hasanudin, S.Ag selaku kepala Desa Runtu. Innayatur Rosidah, Skep, Ns, M.kep selaku ketua program studi S1 Keperawatan. Rahaju Ningtyas S.Kp,M. Kep. selaku pembimbing utama, dengan penuh kesabaran dan dedikasi tinggi membimbing kami. Eko Sari Ajiningtyas, S.ST, M.KesSelaku pembimbing anggota yang selalu memberikan semangat / dorongan moral, sehingga proposal Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi penelitian ini.

  Peneliti sadar bahwa penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat positif ataupun membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat memperluas wawasan kita semua.

  Jombang, Juli 2017 Peneliti

  

ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG MINUMAN KERAS DENGAN

PERILAKU MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS PADA REMAJA

(Studi di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin

Barat)

  Oleh: Luki Aprilani

  

13.321.0192

  Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Masa

  

transisi ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang

membingungkan, di satu pihak ia masih anak-anak, tetapi dilain pihak ia harus bertingkah

laku seperti orang dewasa. Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses

  berkembang atau menjadi (becoming), berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Pada perkembangan yang tidak adekuat sering kali berakibat munculnya perilaku yang menyimpang salah satu perilaku tersebut remaja mengkomsumsi minuman keras atau miras. Tingginya perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja harus diantisipasi, salah satunya dengan mengetahui persepsi pada remaja, karena persepsi dari remaja tersebut akan mempengaruhi perilakunya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan persepsi tentang minuman keras dengan perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja di Desa Runtu. Desain penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan

  

Cross sectional . Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di Desa Runtu

yang berjumlah 50 remaja. Teknik sampling yang digunakan total sampling.

  Variabel independen penelitian ini adalah persepsi tentang mengkonsumsi minuman keras sedangkan variabel dependen adalah perilaku mengkonsumsi minuman keras. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan responden memiliki persepsi positif 23 remaja (46%), dan negatif 27 remaja (54%). Responden yang memiliki perilaku mengkonsumsi 42 remaja ( 84%) sedangkan yang tidak mengkonsumsi 8 remaja (16%). Uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai signifikansi ρ = 0,001 < α (0,05), sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya adalah ada hubungan persepsi tentang minuman keras dengan perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja di Desa Runtu.

  Kata kunci : Remaja, perilaku mengkonsumsi minuman keras, persepsi

  

ABSTRACT

RELETIONSHIP PERCEPTIONS OF ALCOHOLISM AND ALCOHOLIC

DRINKING BEHAVIOR IN ADOLESCENTS

(study in runtu village, district of south arut, district of west kotawaringin)

  

By:

Luki Aprilani

13.321.0192

Adolescence is a period of transition from children to adulthood.this transitional period

often exposes the individual to a confusing situation,on the one hand he is still a child,but

on the other hand he must behave like an adult.adolescents as individuals are in the process

of developing or becoming,progress toward maturity or independence. In the inadequate

development often resulted in the behavior that deviates one of those behavior teenagers

consume liquor. The high behavior of consuming liquor in adolescents should be

anticipated, one of them by knowing the perception in adolescent,because the adolescents

self perception will affect his behavior. The purpose of this study is to analyze the

relationship of perceptions about liquor with alcohol consumption behavior in adolescents

in runtu village. The design of this research is correlational analytics with cross sectional

approach. Population in this study were all teenagers in runtu village which amounted to

50 adolescents. Sampling technique used total sampling. This independent variable is the

perception of consuming liquor, while the dependent variable is the behavior of consuming

liquor. Data collection using questioner and analyzed using chi square test. The results

showed that respondents had positive perceptions of 23 adolescents (46%), and negative

of 27 adolescents (54%). Respondents who had the behavior of consuming 42 adolescents

(84%), while those who do not consume 8 adolescents (16%). The chi square test shows

that the value of significance , so Ho is rejected and H1 accepted.

  ρ = 0,001 < α (0,05)

The conclusion is that there is a perception relation about liquor with drinking behavior

on teenagers in runtu village.

  Keyword : Adolescent, drinking behavior, perception.

  

DAFTAR ISI

  SAMPUL LUAR ................................................................................................... i SAMPUL DALAM ............................................................................................... ii SURAT PERNYATAAN...................................................................................... iii PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................................... iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................. v LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. vi RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii ABSTRAK ............................................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii

  BAB 1 PENDAHULUAN

  1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1

  1.2 Rumusan masalah...................................................................................... 7

  1.3 Tujuan penelitian ....................................................................................... 7

  1.4 Manfaat penelitian ..................................................................................... 8

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Perilaku ..................................................................................................... 10

  2.2 Persepsi ..................................................................................................... 23

  2.3 Remaja....................................................................................................... 30

  2.4 Minuman Keras ......................................................................................... 32

  2.5 Konsep hubungan persepsi dengan perilaku konsumsi minuman keras ... 36

  2.6 Penelitian terkait........................................................................................ 38

  2.7 Kerangka pemikiran .................................................................................. 41

  BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

  3.1 Kerangka konsep penelitian ...................................................................... 42

  3.2 Hipotesis .................................................................................................... 43

  BAB 4 METODE PENELITIAN

  4.10 Keterbatasan penelitian ........................................................................... 61

  6.2 Saran .......................................................................................................... 73

  6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 73

  BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

  5.2 Pembahasan ............................................................................................... 67

  5.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 62

  BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  4.9 Etika penelitian.......................................................................................... 60

  4.1 Jenis penelitian .......................................................................................... 44

  4.8 Pengumpulan data dan analisa data........................................................... 49

  4.7 Definisi operasional .................................................................................. 48

  4.6 Identifikasi variabel ................................................................................... 47

  4.5 Kerangka kerja .......................................................................................... 46

  4.4 Populasi, sample, dan sampling ................................................................ 45

  4.3 Waktu dan tempat penelitian ..................................................................... 45

  4.2 Desain penelitian ....................................................................................... 44

  

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75

LAMPIRAN

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 29Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 30Gambar 4.1 Kerangka Kerja ................................................................................. 34

  

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi operasional .............................................................................. 40Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ................................ 50Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ...................... 50Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ......................... 51Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku alasan ................ 51Tabel 5.5 Distibusi frekuensi responden berdasarkan informasi .......................... 52Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan persepsi remaja ............... 52Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku remaja ............... 53Tabel 5.8 Tabulasi silang hubungan persepsi remaja dan perilaku ....................... 53

DAFTAR SINGKATAN 1.

  RISKESDA : Riset Kesehatan Daerah 2. GeNAM

  : Gerakan Nasional Anti Narkotika 3. SMP

  : Sekolah Menengah Pertama 4. MTs

  : Madrasah Tsanawiyah 5. SMA

  : Sekolah Menengah Atas

  

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Jadwal kegiatan.

  2. Lampiran 2 : Lembar pernyataan menjadi responden

3. Lampiran 3 : Surat-surat ijin instrumen, penelitian dan surat balikan.

  4. Lampiran 4 : Kisi-kisi kuesioner.

  5. Lampiran 5 : Kuesioner.

  6. Lampiran 6 : Hasil uji validitas dan reliabilitas.

  7. Lampiran 7 : Tabel data umum dan data khusus.

  8. Lampiran 8 : Hasil SPSS penelitian.

  9. Lampiran 9 : Dekumentasi.

  10. Lampiran 10 : Lembar konsultasi Proposal dan Skripsi.

  11. Lampiran 11 : Pernyataan bebas plagia

  1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Masa transisi ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi

  yang membingungkan, di satu pihak ia masih anak-anak, tetapi dilain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik seperti ini, seringkali menyebabkan perilaku-perilaku aneh, canggung dan kalau tidak kontrol bisa menjadi kenakalan (Notoatmodjo,2007).

  Proses perkembangan individu tidak selalu berjalan secara mulus atau sesuai harapan dan nilai-nilai yang dianut, karena banyak faktor yang menghambatnya. Faktor penghambat ini bisa bersifat internal atau eksternal. Faktor eksternal adalah yang berasal dari lingkungan seperti ketidak stabilan dalam kehidupan sosial politik, krisis ekonomi, perceraian orang tua, sikap dan perlakuan orang tua yang otoriter atau kurang memberikan kasih sayang dan pelecehan nilai-nilai moral atau agama dalam kehidupan agama atau masyarakat , Gunarsa 1995 ( dalam Suseno, 2014).

  Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Lustin dalam membahas perkembangan ini, mengemukakan pendapat

  Pikunas McCandless dan Evans yang berpendapat bahwa masa remaja akhir ditandai

  oleh keinginan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang secara matang agar diterima oleh teman sebaya, orang dewasa, dan budaya. Pada periode ini, remaja

  2 memperoleh kesadaran yang jelas tentang apa yang diharapkan masyarakat dari dirinya (Yusuf, 2015) .

  Pada perkembangan yang tidak adekuat sering kali berakibat munculnya perilaku yang menyimpang salah satu perilaku tersebut remaja mengkomsumsi minuman keras atau miras. Kebanyakan remaja setelah mengkonsumsi minuman keras mereka mengatakan kepercayaan diri bertambah dari pemalu menjadi pemberani, dan mereka beranggapan bahwa semua masalah akan teratasi dengan mengkonsumsi minuman keras, minuman keras dapat memperbanyak teman. Tapi sesuai kenyataannya minuman keras dapat merusak proses berfikir dan menjadikan orang tidak sadarkan diri atau bertindak tidak sesuai kehendak, Ratih 1998 (dalam Suseno, 2014).

  Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) menyampaikan bahwa penyalahgunaan alkohol atau minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup berkembang didunia remaja dan menunjukan kecenderungan yang meningkat dari tahun ketahun. Data berdasarkan Riskesdas (2007) jumlah remaja pengkonsumsi minuman beralkohol atau minuman keras masih diangka 4,9 persen. Tapi berdasarkan hasil riset yang dilakukan GeNAM (Gerakan Nasional Anti Miras) (2014) jumlah remaja pengkonsumsi minuman beralkohol atau minuman keras melonjak hingga angka 23 persen dari total jumlah remaja saat ini sekitar 63 juta jiwa atau sekitar 14,4 juta orang. Dari data statistik pengaturan-pengaturan minuman beralkohol atau minuman keras di Indonesia (2015), penguna atau pengkonsumsi minuman keras remaja mulai dari usia 14-16 tahun (47,7%), 17-20 tahun (51,1%), dan 21-24 tahun (31%).

  Sedangkan data dari dinas penelitian dan pengembangan (Dislitbang) POLRI,

  3 menemukan pelajar SMP, SMA, dan mahasiswa menduduki jumlah tertinggi penggunaan minuman keras yaitu sebanyak 70% pengguna. Hasil penelitan yang dilakukan oleh Suseno dkk (2014), tentang perilaku mengkonsumsi minuman keras dikalangan remaja awal di Desa Kunden Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobongan 2014, yaitu berdasarkan karakteristik responden diketahui bahwa dari 5 subyek penelitian 2 orang berusia 15 tahun, 1 orang berusia 14 tahun, 1 orang berusia 13 tahun, dan 1 orang berusia 12 tahun. Semua subyek berjenis kelamin laki-laki. 1 orang bersekolah di SMP Negeri dan sisanya bersekolah di MTs dimana 3 orang berada di kelas VIII dan 2 orang berada di kelas IX, 1 orang mengonsumsi minuman keras selama 2 tahun, 3 orang mengonsumsi selama 1 tahun dan 1 orang mengonsumsi minuman keras kurang dari 1 tahun.

  Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 16 maret 2017 yang di lakukan di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, yang di lakukan oleh peneliti dengan cara wawancara kepada 20 remaja dari 50 jumlah total remaja laki-laki terdapat 70% yang mengkonsumsi minuman keras.

  Perilaku minum-minuman keras terjadi karena tidak adanya kegiatan remaja, mereka lebih memilih berkumpul bersama teman sebayanya. Dan apalagi ada kegiatan hiburan seperti orkes dangdutan dan acara nikahan meminum-minuman keras terlebih dahulu agar tidak malu jika dilihat orang dikenal (Suseno dkk,2014). Dan terjadinya perilaku minum-minuman keras juga disebabkan karena kebebasan hidup atau pengawasan orang tua dan teman

  4 sebaya sangat berpengaruh dalam perilaku remaja untuk menggunakan minuman keras (Pratama, 2013).

  Mengkonsumsi minuman keras merupakan salah satu bentuk perilaku yang dianggap menyimpang. Perilaku menyimpang yang terjadi dikalangan remaja tidak akan begitu saja muncul apabila tidak ada faktor penarik atau faktor pendorong. Faktor penarik berada diluar diri seseorang, sedangkan faktor pendorong berasal dari dalam diri atau keluarga yang memungkinkan seseorang untuk melakukan penyimpangan tersebut, Waluya 2007 ( dalam Agung, 2015). Alasan penggunaan minuman keras diungkapkan oleh

  

Fuhrmann, bahwa penyebab penyalahgunaan obat dan minuman keras dibagi

  kedalam dua kelompok besar, yaitu determinan sosial (termasuk di dalamnya pengaruh keluarga, afiliasis religius, pengaruh teman sebaya, dan pengaruh sekolah) dan determinan personal (termasuk di dalamnya rendah diri, rasa ingin memberontak, dorongan untuk berpetualang, dorongan imfulsif, rasa ingin bebas, dan kepercayaan diri rendah) (Pratama, 2013). Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut sangat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku yang dimiliki individu, sebelum individu tersebut mampu mengubah perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2010).

  Perilaku mengkonsumsi minuman keras dikalangan remaja masih saja dilakukan. Perilaku ini tidak ada berhenti dikarenakan sudah menjadi kebiasaan dikalangan remaja, perilaku mengkonsumsi minuman keras disebabkan harga minuman keras yg murah, tidak susah dicari, dan terkadang untuk mengikuti nafsu anak remaja mereka meminum dengan minuman keras oplosan, sehingga dengan mengkonsumsi minuman keras yang tidak ada berhentinya akan mempengaruhi kesehatan. Minum minuman keras yang masih di bawah umur beresiko negatif bagi kesehatan dan sosial seperti gangguan perkembangan otak, bunuh diri dan depresi, kehilangan memori,resiko tinggi terhadap perilaku seksual, kecanduan, pengambilan keputusan terganggu, prestasi akademis yang buruk, kekerasan, dan kecelakaan kendaraan bermotor,Lee Et Al 2001 ( dalam Sulistyowati, 2012).

  Apabila dalam mengkonsumsi minuman keras atau alkohol dalam batas tertentu tidak terlalu beresiko, namun dalam jangka pajang bisa menimbulkan dampak yang merugikan kita sendiri terutama kerusakan pada organ tubuh kita, seperti peradangan pada pankreas, liver, jantung, ginjal, saraf, sistem pencernaan atau lambung, resiko kanker, dan gangguan pada otak (Suseno,2014)

  Tingginya angka konsumsi miras dikalangan remaja salah satunya diakibatkan adanya persepsi yang tidak tepat. Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya (Notoatmodjo, 2010). Karena persepsi seseorang akan membentuk prasangka yang selanjutnya akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku terhadap sesuatu yang ada

  6 dilingkungannya. Persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi.

  Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Persepsi itu bersifat individual (Walgito, 2010). Dengan demikian persepsi yang muncul dari remaja yang satu dengan yang lain terhadap minuman keras akan berbeda. Hal ini disebabkan pengetahuan, kepercayaan dan nilai yang mendasari individu masing-masing.

  Pembentukan persepsi yang tepat sangatlah penting, karena persepsi merupakan proses yang digunakan individu untuk mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian, apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan obyektif. Tidak selalu berbeda, namun sering terdapat ketidaksepakatan. Perilaku manusia didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa realitas yang ada, bukan mengenai realitas itu sendiri. Dunia seperti yang dipersepsikan adalah dunia yang penting dari segi perilaku. Maka dari itu apabila persepsi remaja mengenai minuman keras itu tepat maka akan terhindar yang namanya minuman keras. Dengan persepsi yang tepat itulah yang mendukung remaja terhindar dari perilaku mengkonsumsi miras.

  Minuman merupakan kegiatan kelompok, hanya sedikit remaja yang mau minum sendiri (Hurlock, 2012). Mengkonsumsi minuman keras pada remaja dikarenakan ingin coba-coba dan pengaruh teman kelompok. Tingginya

  7 perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja harus diantisipasi. Salah satunya adalah dengan mengetahui persepsi tentang minuman keras pada anak tersebut.

  Berdasarkan masalah yang sudah di uraikan di atas, maka perlu di lakukan pengkajian lebih mendalam kepada remaja tentang persepsi mengkonsumsi minuman keras atau miras yang tidak baik bagi kesehatan. Maka perlu di lakukan penelitian dengan judul “Hubungan Persepsi Remaja Tentang Minuman Keras dengan Perilaku Mengkonsumsi Minuman Keras Pada Remaja di Desa Runtu Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat

  ” 1.2.

   Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka dapat di susun rumusan masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara persepsi remaja tentang minuman keras dengan perilaku konsumsi minuman keras di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat?

1.3. Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis persepsi tentang minuman keras dengan perilaku konsumsi minuman keras pada remaja di Desa Runtu.

  1.3.2 Tujuan Khusus 1.

  Mengidentifikasi persepsi remaja tentang minuman keras di Desa Runtu.

  8

  2. Mengidentifikasi perilaku konsumsi minuman keras pada remaja di Desa Runtu.

  3. Menganalisis hubungan persepsi remaja tentang minuman keras dengan perilaku konsumsi miras pada remaja di Desa Runtu.

1.4. Manfaat Penelitian

  1.4.1 Manfaat Teoritis 1.

  Intitusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, manfaat dan menambah pengetahuan, wawasan bagi dosen, staff, mahasiswa atau mahasiswi Stikes ICME jombang.

  1.4.2 Manfaat Praktis 1.

  Bagi Remaja di Desa Runtu.

  Manfaat penelitian ini bisa mengurangi perilaku remaja tentang mengkonsumsi minuman keras yang akan berdampak negatif bagi kesehatan.

  2. Masyarakat Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai perilaku minum- minuman keras dikalangan remaja.

  3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat bermanfaat untuk peneliti selanjutnya sebagai referensi, pengetahuan, wawasan, dan acuan awal penelitian tentang perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Definisi

  Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencangkup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan (internal activity) seperti berfikir, persepsi dan emosi duka merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2007, 131).

  Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan itu merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara dua faktor dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning

  10

  

process ) (Notoatmodjo,2007,132). Perilaku manusia terjadi melalui proses

sebagai berikut: Stimulus Organisme Respons, sehingga teori skiner

  ini disebut teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respons).

  Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan dan respons. Ia membedakan adanya dua respons, yakni: 1.

  Respondent respons atau reflexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan- perangsangan yang semacam itu disebut eliciting stimulasi, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya, makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului respons yang ditimbulkan.

  Respondent respons (respondent behaviour) ini mencangkup juga emosi respons atau emotional behaviour. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah). Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya,tertawa, berjingkat- jingkat karena senang, dan sebagainya.

  11

  2. Operant respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.

  Apabila seseorang anak belajar atau telah melakukan sesuatu perbuatan, kemudian memperoleh hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain responsnnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.

  Didalam kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama (respondent

  respons atau respondent behaviour ) sangat terbatas keberadaannya

  pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons kemungkinan untuk memodifikasikannya adalah sangat kecil. Sebaliknya operant respons atau instrumental behaviour merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia, bahkan dapat dikatakan tidak terbatas. Fokus teori skinner ini adalah pada respons atau jenis perilaku yang kedua ini (Notoatmodjo,2007,133).

  Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokan menjadi dua, yakni: a.

  Perilaku terutup (covert behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara

  12

  jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersa ngkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

  b.

  Perilaku terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behavior”.

2.1.2 Prosedur pembentukan perilaku

  Seperti telah disebutkan diatas sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons. Untuk itu, untuk membentuk jenis respons atau perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu, yang disebut operant

  konditioning . Prosedur pembentukan perilaku dalam operant konditioning ini menurut skinner adalah sebagai berikut.

1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau

  reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

  2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen- komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang di maksud.

  13

  3. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadia untuk masing-masing komponen tersebut.

  4. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan, hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk, kemudian dilakukan komponen (peilaku) yang kedua yang diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang, sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

  Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar anak mempunyai kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur. Untuk berperilaku eperti ini maka anak tersebut harus: a.

  Pergi ke kamar mandi ebelum tidur.

  b.

  Mengambil sikat dan odol.

  c.

  Mengambil air dan berkumur.

  d.

  Melaksanakan gosok gigi.

  e.

  Mnyimpan sikat gigi dan odol.

  f.

  Pergi ke kamar tidur.

  14 Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) bagi masing-masing komponen perilaku tersebut (komponen a-e), maka akan dapat dilakukan pembentukan kebiasaan tersebut. contoh di atas adalah suatu penyederhanaan prosedur pembentukan perilaku melalui opernt

  conditoinng. Di dalam kenyataannya presedur itu banyak dan bervariasi

  sekali dan lebih kompleks daripada contoh di atas. Teori skinner ini sangat besar pengaruhnya terutama di Amerika Serikat. Kosep- konsep ‘behaviour

  control’, ‘behaviour therapy’, dan’behaviour modification’ yang dewasa ini berkembang adalah bersumber dari teori ini (Notoatmodjo,2007,134).

2.1.3 Bentuk perilaku

  Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tersebut. Respons ini membentuk dua macam, yakni: 1.

  Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara tidak langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya, seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain, seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana. Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa si ibu telah tahu gunanya, imunisasi, dan contoh kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung

  15 keluarga berencana, meskipun mereka sendiri belum melakukan secara konkrit terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (convert behaviour).

  2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya pada kedua contoh tersebut, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi, dan pada kasus kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut (overt behaviour).

  Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih

2.1.4 Proses pembentukan perilaku

  Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan (Notoatmodjo, 2014), yakni: a.

  Awareness (kesadaran) Yang dimaksud disini adalah dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

  b.

  Interest ( merasa tertarik) Orang tersebut merasa tertarik terhadap stimulus atau objek yang diberikan. Sikap subyek sudah mulai timbul.

  c.

  Evaluation ( menimbang-nimbang)

  16

  Orang tersebut akan menimbnag-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya. Hal tersebut berarti sikap respon sudah lebih baik lagi.

  d.

   Trial Dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

  e.

   Adoption Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

  Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2014).

2.1.5 Faktor yang mempengaruhi perilaku

  Menurut Lawrence Green dikutip oleh (Notoadmojo, 2014) bahwa perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a.

  Faktor predisposisi : yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.

  b.

  Faktor pendukung : yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersediannya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

  Misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban.

  c.

  Faktor pendorong : yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok retefensi dari perilaku masyarakat.

  17

2.1.6 Domain perilaku

  (Benyamin Bloom, 1908, dikutip Notoatmodjo, 2014), membagi perilaku itu kedalam 3 domain (ranah/kawasan) yang terdiri dari kognitife (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Ketiga domain ini diukur dari:

  1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).

  2. Sikap ( Attiude) Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

3. Tindakan atau Praktik (practice)

  Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni: a.

  

Praktik terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu, tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

  b.

  Praktik secara mekanisme (mechanism)

  18

  Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomtis maka disebut

praktik atau tindakan mekanis.

  c.

  Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang, artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, ata tidakan perilaku yang berkualitas.

2.1.7 Pengukuran perilaku

  Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan 2 metoda, ( Notoatmodjo,

  2014) yaitu:

  1. Langsung

  Peneliti mengamati langsung atau mengobservasi perilaku subjek yang diteliti. Misalnya mengukur perilaku ibu dalam memberikan

  • – makanan kepada anak balitanya. Maka peneliti dapat mengamati ibu ibu balita dalam memberikan makanan pada anak balitanya. Untuk memudahkan peneliti dalam mengamati, maka hal
  • – hal yang akan

    diamati dituangkan atau dibuat lembar titik atau (chek list).

  2. Tidak Langsung

  Pengukuran perilaku secara tidak langsung, berarti peneliti tidak secara langsung mengamati perilaku reponden yang diteliti.

  19

  Pengukuran perilaku secara tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

  1)

  Metode mengingat kembali atau “recall”: Metode “recall” ini dilakukan dengan cara responden atau subjek penelitian diminta untuk mengingat kembali (recall), terhadap perilaku atau tindakan pada waktu yang lalu. Lamanya waktu yang diminta untuk diingat berbeda

  • – beda, maka pengukuran perilku seseorang untuk mengingat kembali perilaku responden yang sudah dilakukan, dalam rentan waktu yang sudah ditentukan. Rentan waktu yang ditentukan diserahkan pada peneliti

    yang melakukan penelitian sesuai prilaku yang akan diamati.

  2)

  Melalui orang ketiga atau orang lain yang “dekat” dengan subjek atau responden: Pengukuran perilaku seseorang (responden) dilakukan oleh orang yang terdekat dengan resaponden yang diteliti. Misalnya utuk mengamati kepatuhan minum obat pada penderita penyakit tertentu, dapat melalui anggota keluarga pasien yang paling dekat, misalnya melalui istri atau suami. Mengukur atau mengamati partisipasi seseorang dalam masyaraka, dapat melelui tokoh masyarakat setempat.

  3)

  Melalui “indikator “ (hasil perilaku) responden: Pengukuran perilaku ini dilakukan melalui indikator hasil perilaku orang yang diamati. Misalnya peneliti akan mengamati atau mengukur perilaku kebersihan diri atau (personal hygiene)

  20

  seorang murid sekolah, maka yang diamati adalah hasil perilaku kebersihan diri, seperti kebersihan kuku, telinga, kulit, gigi dan seterusnya.

  Cara pengukuran perilaku dapat menggunakan teknik skala Likert. Sekala Likert, yaitu: masing

  • – masing responden diminta untuk melakukan egreement atau disegreemen-nya untuk masing – masing aitem. Dalam skala yang terdiri dari 5 point yaitu S (Selalu), Sr (Sering), J (Jarang), P (Pernah), TP (Tidak Pernah). Semua aitem yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk Selalu nilainya 5, sedangkan untuk tidak pernah nilainya 1. Sebaliknya, untuk aitem yang unfavorabel nilai skala Selalu nialainya adalah 1, sedangkan untuk yang tidak pernah nilainya adalah 5. Skala likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal-intervalscale).