PENGEMBANGAN BAHAN AJARBOOKLET BERBASIS KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DESA PENGADANG PADA MATERI TERMOKIMIA

  

PENGEMBANGAN BAHAN AJARBOOKLET BERBASIS KEARIFAN LOKAL

MASYARAKAT DESA PENGADANG PADA MATERI TERMOKIMIA

Cornelia Violeta, Hairida, Masriani

  

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak

Email :[email protected]

  

Abstract

This research and development aims to produce product booklet teaching materials based

on the local wisdom of Pengadang Village communities on thermochemical material.

  

This research was conducted from April to June 2018. The respondents were chosen

through snowball sampling. Dayak chieftain as the community leader was taken as the

primary respondent and the interview was done in semi-structured technique. The result

show that there are Annona muricata L., Hibiscus rosa-sinensis L., Kalanchoe pinnata,

Carica papaya L., Allium cepa L., Lansium domesticum, Stachytarpheta sp., Verbena sp.,

dan Blumea balsamifera (L.) DC. The result showStachytarpheta sp., Allium cepa L., and

Blumea balsamifera (L.) DC.have 100% cition frequency. The development booklet

teaching materials based on the local wisdom of Pengadang Village communities on

thermochemical materialbased on measures of research and development by Borg &

Gall. Field test sample in this research was determined by purposive sampling. Data

collected by using a feasibility product questionnaire and student response questionnaire

to Booklet teaching materials based on the local wisdom of Pengadang Village

communities on thermochemical material. Based on analysis the results of the product

feasibility product questionnaire CVR is 0,99 (Valid) and CVI is 0,99 (Valid).

Preliminary field testing results for usability level product obtained a percentage of

77,62% % with a high criteria for use. Main field testing results for usability level

product obtained a percentage of 81,10 % with a highest criteria for use.

  Keywords : Booklet Teaching Material, Development, Local Wisdom PENDAHULUAN

  Kurikulum 2013 memiliki salah satu karakteristik yaitu menuntut peserta didik agar bisa mengimplementasikan hasil belajar yang diperoleh dari sekolah kepada masyarakat, begitu pula sebaliknya sehingga terjadi timbal balik antara pelajaran di sekolah dengan lingkungan sekitar (Permendikbud No. 70, 2013). Selain itu, menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 36 ayat 3 bahwa kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran harus memperhatikan salah satunya yaitu potensi daerah dan lingkungan tempat tinggal peserta didik. Sebagaimana amanah undang-undang tersebut maka pembelajaran harus berbasis keunggulan dan kearifan lokal.Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Berdasarkan hal di atas, kearifan lokal dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk menjalankan kurikulum 2013 yang memiliki karakteristik pengaplikasian pendidikan yang diperoleh peserta didik di sekolah pada lingkungan masyarakat. Kearifan lokal sebagai nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat saat ini semakin kurang dikenal terutama oleh kalangan muda (Utin Trisna Afrianti, 2007).Nilai-nilai kearifan lokal kurang diperkenalkan atau bahkan tidak dikaji di sekolah-sekolah, sehingga secara perlahan hilang dari khasanah pengetahuan.Hal inilah yang menyebabkan kearifan lokal perlu ditindaklanjuti untuk dilestarikan, ditanamkan, dan diaktualisasikan (Wagiran, 2011). Nilai- nilai kearifan lokal dapat diperkenalkan kepada kalangan muda melalui proses pembelajaran di sekolah. Selain untuk pelestarian, pengenalan, dan penanaman nilai-nilai kearifan lokal di sekolah juga dapat memotivasi peserta didik untuk lebih menyadari arti penting dari belajar kimia karena dikaitkan dengan lingkungan sekitar siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi peserta didik.

  Salah satu kearifan lokal yang saat ini sudah kurang dikenal yaitu penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai obat demam.Demam secara klinis merupakan peningkatan suhutubuh

  1

  o

  C atau lebih besar di atas suhu normal (El Rahadi, 2002).Peningkatan suhu tubuh terjadi secara fisiologis dengan meminimalkan pelepasan dan peningkatan produksi panas (Fisher et al., 2005).Untuk mengembalikan ke suhu normal tubuh diperlukan obat agar pelepasan suhu tubuh meningkat dan produksi panas menurun.Masyarakat desa Pengadang, kecamatan Sekayam telah menggunakan tumbuh-tumbuhan yang telah dihangatkan untuk mengompres penderita demam. Seperti tumbuhan puduh tana (

  Stachytarpheta sp.

  ) yang digunakan untuk mengompres penderita demam dengan cara dihangatkan terlebih dahulu di atas api sedang kemudian ditempelkan pada dahi dan perut penderita demam, dan diulangi terus hingga panas tubuh menurun. Kemudian ada cara lain yaitu dengan menggunakan uap dari daun puduh tana yang telah direbus dengan air hingga mendidih, lalu didekatkan pada penderita demam dan ditutup dengan menggunakan tikar dengan posisi penderita demam dan hasil rebusan daun puduh tana di dalam tikar dan ditutup hingga uap air rebusan tumbuhan tersebut habis. Menurut Nurlaili (2012) kompres hangat dapat menginduksivasodilatasi perifer, sehingga meningkatkan pengeluaran panas tubuh. Proses pelepasan panas tubuh ke lingkungan sesuai dengan konsep reaksi eksoterm pada materi termokimia. Namun demikian, pengetahuan masyarakat tersebut hanya terbatas pada kalangan orangtua sedangkan masyarakat kalangan muda sudah tidak mengenal nilai-nilai kearifan lokal tersebut. Oleh karena itu, melalui pembelajaran kimia berbasis kearifan lokal diharapkan dapat memperkenalkan dan melestarikan tradisi masyarakat desa Pengadang lewat pembelajaran kimia di sekolah.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia SMA Negeri 1 dan 2 Sekayam diperoleh informasi bahwa peserta didik mudah lupa dengan materi yang diajarkan terutama pada materi termokimia.Salah satu penyebabnya adalah kurang dikenalkan materi kimia dalam kehidupan sehari-hari sehingga pembelajaran pun menjadi kurang bermakna bagi peserta didik. Hal ini Sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Nuril Rahmayanti (2014) bahwa peserta didik yang merekonstruksi sendiri pengetahuan awalnya dengan peristiwa yang dialami sendiri atau peristiwa dari lingkungan sekitar membuat pembelajaran yang dijalani menjadi lebih bermakna dan lebih tahan lama untuk diingat oleh peserta didik. Berdasarkan hasil kuesioner, 100% dari masing-masing 5 orang peserta didik SMA Negeri 1 Sekayam dan 2 menyatakan bahwa guru tidak pernah menyampaikan tambahan informasi pada materi termokimia yang berkaitan dengan kearifan lokal.

  Mencermati berbagai fakta yang diperoleh dari hasil kuesioner danwawancara, diperoleh informasi bahwa bahan ajar yang digunakan oleh guru saat mengajar dan dalam proses pembelajaran termokimia belum memuat kearifan lokal terkhusus pada materi temokimia yang berhubungan dengan pengobatan demam. Oleh karena itu diperlukan pengemasan pembelajaran dengan memasukkan nilai-nilai kearifan lokal dalam penyampaian materi pelajaran, misalnya mengaitkan materi termokimia dengan kebiasaan masyarakat yang menggunakan berbagai tumbuh-tumbuhan untuk mengobati demam dalam suatu bahan ajar yang sesuai.

  Mempelajari sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan orang tua atau masyarakatnya sendiri, akan menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa (Hairida, 2017). Pembelajaran yang menyenangkan akan membuat peserta didik termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan didukung dengan bahan ajar yang menarik. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

  Booklet adalah buku berukuran kecil (setengah

  kuarto), tidak lebih dari 30 lembar bolak balik yang berisi tentang tulisan dan gambar-gambar (Roymond, 2009).Berdasarkan hasil penelitian oleh Febrianti (2015) penggunaan

  bookletCherlys dengan pendekatan

  konstruktivistik pada materi hidrolisis garam memberikan pengaruh sebesar 35,54% terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Informasi penelitian tentang pengembangan bahan ajar berbentuk booklet yang berisi kearifan lokal tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai obat demam belum pernah ditemui. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini urgent untuk dilaksanakan karena dapat menghasilkan bahan ajar yang menarik dan layak digunakan sehingga dapat membantu mengatasi permasalahan pembelajaran di sekolah.

  Pada tahap penelitian tentang kearifan lokal berupa tumbuh-tumbuhan yang dapat mengobati demam dilakukan di Desa Pengadang Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau menggunakan teknik snowball sampling untuk menentukan responden. Responden yang mampu memberikan informasi lengkap tentang tumbuh-tumbuhan berjumlah 40 orang.Pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur dan frekuensi sitasi. Frekuensi sitasi (%) = (N/T) × 100 % Keterangan :N = Jumlah responden yang mensitasi; T = Jumlah total responden, (Kumar dan Bharati, 2014).

  Pada tahap pengembangan yang digunakan mengacu pada metode menurut Borg & Gall (dalam Puslitjaknov, 2008) yang menyatakan bahwa model pengembangan pendidikan menggunakan temuan-temuan penelitian dalam merancang produk baru.Pengembangan bahan ajar booklet berbasis kearifan lokal masyarakat Desa Pengadang pada materi termokimia menggunakan metode Research

  andDevelopment

  (R & D) yang mengacupada model pengembangan Borg & Gall (dalam Puslitjaknov, 2008) yang terdiri dari 10 (sepuluh) tahap kegiatan, yaitu: 1) pengukuran kebutuhan, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk awal, 4) pengujian lapangan terbatas, 5) revisi, 6) pengujian lapangan luas, 7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan, 8) pengujian pelaksanaan, 9) penyempurnaan produk akhir, dan 10) diseminasi dan impelementasi. Dalam pelaksanaan penelitian, tahapan Borg & Gall (dalam Puslitjaknov, 2008) disederhanakan hanya sampai tahap 7, yaitu: 1) pengukuran kebutuhan, 2) perencanaan, 3) pengembangan produk awal, 4) pengujian lapangan terbatas, 5) revisi, 6) pengujian lapangan luas, 7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan. Menurut Borg & Gall ((dalam Puslitjaknov, 2008) bahwa prosedur penelitian pengembangan dapat dilakukan lebih sederhana, hal ini dilakukan untuk membatasi penelitian dalam skala kecil.

  Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 dan SMA N

  2 Sekayam.Sampel pada pengembangan bahan ajar booklet berbasis kearifan lokal ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling . Jumlah sampel pada uji coba lapangan awal adalah 12 orang siswa SMAN 1 dan SMAN 2 Sekayam dan jumlah sampel pada uji coba lapangan utama adalah 72 orang SMAN 1 dan SMAN 2 Sekayam. Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar validasi produk dan lembar penilaian respon siswa terhadap bahan ajar booklet berbasis kearifan lokal masyarakat Desa Pengadang pada materi termokimia yang digunakan pada uji coba lapangan awal dan uji coba lapangan utama. Validasi melibatkan

METODE PENELITIAN

  lima orang ahli kelayakan booklet berbasis kearifan lokal. Untuk mengukur CVR, sejumlah ahli diminta untuk memeriksa setiap komponen pada instumen kelayakan bahan ajar booklet berbasis kearifan lokal.Masukan pada ahli ini kemudian digunakan untuk menghitung CVR masing- masing komponen. Hasil validasi dari seluruh validator dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

  = ne − /2 /2 Keterangan : CVR = Nilai validitas ; n e

  = Jumlah panelis yang mengatakan Essensial; N = Total panelis, (Lawshe, 1975). Langkah-langkah pengolahan data angket respon adalah sebagai berikut : menghitung frekuensi responden yang memilih SS, S,TS, dan STS pada tiap item/pernyataan positif dan item/pernyataan negatif (Tabel 1.).

  

Tabel 1. Skor Skala Likert Respon Terhadap Bahan Ajar Berbentuk Booklet

Kategori Pernyataan positif Pernyataan negatif

  total

  50

  Daun Diambil daun kembang sepatu, di

  2. Malvaceae Hibiscus rosa- sinensis L.

  75

  /Sirsak Daun Diambil daun sirsak, di remas-remas, dan dicampur air hangat, lalu di kompres pada dahi dan perut

  1. Annonaceae Annona muricata L.

  

Bagian

yang Digunakan Cara pengolahan Frekuensi Sitasi (%)

  

Tabel 2. Jenis Tumbuh-Tumbuhan Untuk Mengobati Demam, Bagian yang Sering

Digunakan, dan Cara Pengolahan Tumbuhan

No. Famili Nama Ilmiah/ Nama Lokal

  yang memiliki frekuensi sitasi 100% adalah daun puduh tana, daun sebayan, dan bawang merah yang berarti tumbuhan itulah yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Pengadang untuk mengobati demam. Dibawah ini merupakan data tentang jenis tumbuh- tumbuhan, bagian yang sering digunakan, dan cara pengolahan (Tabel.2).

  Annona muricata L., Hibiscus rosa-sinensis L., Kalnchoe pinnata, Carica papaya L., Allium cepa L., Lansium domesticum, Stachytarpheta sp., Verbena sp., dan Blumea balsamifera (L.) DC . Tumbuhan

  Responden yang mampu memberikan informasi lengkap tentang tumbuh-tumbuhan berjumlah 40 orang.Pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur dan frekuensi sitasi.Terdapat 9 jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat mengobati demam diantaranya, yaitu

  Pengadang Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau menggunakan teknik snowball sampling untuk menentukan responden.

  Pada tahap penelitian tentang kearifan lokal berupa tumbuh-tumbuhan yang dapat mengobati demam dilakukan di Desa

  : persentase setiap aspek; ⅀x : jumlah persentase perolehan skor; n : jumlah item / pernyataan, (Riduwan, 2016).Menentukan kriteria respon per item dengan kriteria interpretasi sebagai berikut :angka 0-20% sangat rendah;angka 21-40% rendah; angka 41-60%cukup; angka 61-80% tinggi; angka 81-100% sangat tinggi, (Riduwan, 2016).

  Dengan P

  SS

  ⅀

  =

  total

  100 % Dengan : P = persentase perolehn skor;⅀ = jumlah perolehan skor (skor total) tiap item;⅀ = jumlah skor ideal (skor tertinggi)(Riduwan, 2016).Menghitung persentase total respon dengan rumus : P

  ⅀ ⅀

  =

  4 Sumber : Riduwan (2016) Menghitung persentase perolehan skor total per item dengan rumus :

  1

  3 STS

  2

  2 TS

  3

  1 S

  4

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Sambungan Tabel.2 /Kembang remas-remas, dan Sepatu dicampur air hangat, lalu di kompres pada dahi dan perut

  3. Crassulaceae Kalnchoe Daun Diambil daun

  50

  pinnata /Cocor kembang sepatu, di

  Bebek remas-remas, dan dicampur air hangat, lalu di kompres pada dahi dan perut

  4. Lilliaceae Allium cepa L. Umbi Diambil 2 siung 100 /Bawang bawang merah, Merah diiris,ditambahkan abu kayu bakar dan garam, lalu dioleskan pada dahi dan perut

  5. Meliaceae Lansium Kulit Dicuci batang

  50

  domesticum / Batang langsat, direbus, lalu

  Langsat diseduhkan

  6. Verbenaceae Stachytarpheta Daun Diambil daun puduh 100 sp./Puduh tana, di remas- Tana remas, dan dicampur air hangat, lalu di kompres pada dahi dan perut, bisa juga diuapkan pada penderita demam

  7. Verbenaceae Verbena Daun Diambil daun 100 sp./Sebayan sebayan, di remas- remas, dan dicampur air hangat, lalu di kompres pada dahi dan perut, bisa juga diuapkan pada penderita demam

  8. Asteraceae Blumea Daun Diambil daun

  90

  balsamifera kecuwah, di remas-

  (L.) remas, dan dicampur DC./Kecuwah air hangat, lalu di kompres pada dahi dan perut, bisa juga diuapkan pada penderita demam Daun sirsak mengandung saponin, tanin, alkaloid, dan flavonoid, yang mana senyawa ini dapat berfungsi sebagai desinfektan-antiseptik, sehingga dapat dimungkinkan bahwa tanaman yang mengandung senyawa ini dapat digunakan sebagai antibakteri khususnya untuk mengobati penyakit demam akibat bakteri (Yeni Dianita Sari dkk,2008). Daun pepaya mengandung senyawa-senyawa kimia yang bersifat antiseptik, antiinflamasi, antifungal, dan antibakteri.Senyawa antibakteri yang terdapat dalam daun pepaya diantaranya tanin, alkaloid, flavonoid,terpenoid, dan saponin (Duke, 2009). Selain itudaun pepaya mengandung zat aktif seperti alkaloid carpaine, asam-asam organik seperti lauric acid, caffeic acid, gentisic acid, dan asorbic acid, serta terdapat juga β-

  sitosterol, flavanoid, saponin, tannin, dan polifenol (Duke,2009).

  Berdasarkan hasil penelitian ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki aktivitas farmakologi sebagai antelmintik, antimalaria, antibakteri, dan antiinflamasi (Owoyele et al., 2008; Rehena, 2010; Bora, 2012; Nirosha dan Mangalanayaki, 2013).

  Berdasarkan penelitian dari Samuel (2008) menyimpulkan bahwa ekstrak kulit batang langsat memiliki aktivitas sebagai antikanker dan antioksidan karena mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin.Penelitian yang dilakukan oleh Mulyati (2006) menyebutkan bahwa Lansium domesticum L. memiliki khasiat sebagai penurun panas atau demam.

  Dalam survei terhadap 29 sayuran dan buah-buahan, bawang merah menduduki peringkat tertinggi kandungan kuersetin. Kuersetin (3’,4’-dihidroksiflavonol) merupakan senyawa flavonoid dari kelompok flavonol dan diindikasikan sebagai fitokimia flavonoid yang mempunyai kemampuan antioksidan paling kuat (Vinson, 1998). Bawang merah (Allium

  Cepa var.ascalonicum ) yang dapat dijadikan

  sebagaikompres panas untuk menurunkan suhu tubuh atau demam (Rachmad,2012).

  Sebagian besar senyawa aktif yang terkandung dalam beberapa spesies cocor bebek adalah senyawa – senyawa bufadienolida dan flavonoid, terutama pada bagian daun (Biswas,

  et al., 2011; Supratman, et al., 2001). Salah satu

  tumbuhan yang digunakan untuk mengatasi demam dan sakit kepala adalah daun cocor bebek (Taylor, L.,2005).Selain mengatasi demam dan sakit kepala, secara tradisional cocor bebek bermanfaat pula untuk membunuh bakteri, virus, jamur, relaksasi otot, menyembuhkan batuk, melegakan saluran pernafasan, menurunkan kadar kolesterol, memperlancar haid, obat luka, sakit dada, bisul, dan penyakit kulit lainnya (Taylor, L., 2005).

  Daun kembang sepatu mengandung berbagai senyawa seperti alkaloid, glikosida, flavonoid, tanin, fenol dan saponin.Kembang sepatu (H. rossinensis) diremas-remas dan dikompreskan pada kepala dan perut untuk menyembuhkan demam, (Damianus, 2013).

  Bagian tumbuhan yang sering digunakan sebagai obat demam oleh masyarakat desa Pengadang adalah daun dengan persentase 77,78%. Hal ini ditunjukkan dengan frekuensi sitasi bagian tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat desa Pengadang.Bagian daun memiliki frekuensi sitasi paling tinggi yaitu 100%.Menurut Setyowati (2010) bagian daun paling sering digunakan karena bagian daun paling mudah didapatkan bila dibandingkan dengan bagian lain dari tumbuhan.Cara pengolahan bagian daun lebih mudah dibadingkan bagian lain dari tumbuhan dan mempunyai khasiat yang lebih baik. Pengambilan daun untuk digunakan sebagai obat tidak akan merusak tumbuhan karena mudah untuk tumbuh kembali.

  9. Caricaceae Carica papaya L./Daun Pepaya

  Daun Diambil daun pepaya, di remas- remas, dan dicampur air hangat, lalu di kompres pada dahi dan perut, bisa juga diuapkan pada penderita demam

  90 Sambungan Tabel.2 Uji kelayakan bertujuan untuk mengetahui

  tingkat kelayakan bahan ajar booklet berbasis kearifan lokal masyarakat Desa Pengadang pada materi termokimia yang ditinjau dari aspek materi, penyajian, bahasa, dan grafika berdasarkan penilaian oleh para ahli.Validasi melibatkan lima orang validator dengan nilai CVR 0,99 (valid) dan CVI 0,99 (valid). Setelah melakukan validasi selanjutnya revisi berdasarkan saran validator.Kemudian melakukan uji lapangan tahap awal menggunakan lembar respon siswa terhadap bahan ajar booklet berbasis kearifan lokal. Hasil respon siswa terhadap bahan ajar booklet berbasis kearifan lokal pada uji coba lapangan awal adalah 77,76% dengan kategori tinggi. Setelah melakukan uji lapangan awal, selanjutnya melakukan revisi berdasarkan saran peserta didik.Kemudian, tahap selanjutnya melakukan uji lapangan utama terhadap respon siswa terhadap bahan ajar booklet berbasis kearifan lokal. Hasil respon siswa terhadap bahan ajar booklet berbasis kearifan lokal pada uji coba lapangan utama adalah 81,10% dengan kategori sangat tinggi.

  Bahan ajar booklet berbasis kearifan lokal masyarakat Desa Pengadang kecamatan Sekayam kabupaten Sanggau dapat dijadikan sebagai bahan penelitian lanjutan mengenai efektivitas penggunaan bahan ajar yang dikembangkan dalam pembelajaran.Bahan ajar

  Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan SMA. Jakarta. Duke, J. A. 2009. Dr. Duke’s Phytochemical and Ethnobotanical Databases. http://www.ars- Grin.Gov/Duke/ (Diakses pada 17 Mei 2017).

  Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Direktorat Jenderal Manajemen

  (2011) 1258-1262. Departemen Pendidikan Nasional.(2008).

  Kalanchoepinnata (Crassulaceae), African J.Pharmacy and Pharmacology , 5(10):

  Biswas, S. K., et al., Literature Review on Pharmacological Potentials of

  Pengadang kecamatan Sekayam kabupaten Sanggau dapat menjadi sumber inspirasi bagi para guru untuk mengembangkan bahan ajar dan disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran yang berbasis kearifan lokal.

  booklet berbasis kearifan lokal masyarakat Desa

  Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang lebih spesifik yang berperan untuk mengobati demam pada kearifan lokal berupa tumbuh-tumbuhan masyarakat Desa Pengadang.Sebaiknya masyarakat Desa Pengadang membudidayakan tumbuh- tumbuhan yang dapat mengobati demam disekitar tempat tinggal terutama untuk tumbuh-tumbuhan yang sulit untuk didapatkan dan jauh dari permukiman penduduk.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Saran

  booklet berbasis kearifan lokal adalah 81,10% dengan kriteria sangat tinggi.

  Berdasarkan analisis hasil lembar penilaian kelayakan produk diperoleh CVR 0,99 dengan kategori valid dan CVI 0,99 dengan kategori valid. Hasil lembar penilaian uji lapangan awal bahan ajar booklet berbasis kearifan lokal adalah 77,62% dengan kategori tinggi. Hasil lembar penilaian uji lapangan utama bahan ajar

  frekuensi sitasi tertinggi adalah daun puduh tana, daun sebayan, dan bawang merah yaitu 100% yang berarti bahwa tumbuhan tersebut paling sering digunakan oleh masyarakat Desa Pengadang untuk mengobati demam. Bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan untuk mengobati demam oleh masyarakat Desa Pengadang adalah daun dengan persentase 77,78% dan cara pengolahan yang sering dilakukan adalah dengan cara dikompres.

  Hibiscus rosa-sinensis L., Kalnchoe pinnata , Carica papaya L., Allium cepa L., Lansium domesticum , Stachytarpheta sp., Verbena sp., dan Blumea balsamifera (L.) DC . Tumbuhan tersebut yang memiliki

  9 jenis tumbuhan diantaranya, yaitu Annona muricata L.,

  Berdasarkan hasil penelitian tentang kearifan lokal masyarakat Desa Pengadang berupa tumbuh-tumbuhan untuk mengobati demam didapatkan

DAFTAR PUSTAKA

  El-Radhi AS, Barry W. (2002).

  Takoy, Damianus Muda, Riza Linda & Irwan Lovadi. 2013. Tumbuhan Berkhasiat Obat Suku Dayak Seberuang di Kawasan Hutan Desa Ensabang Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang. Jurnal Protobiont Vol (2) 3: 122-128.

  Hidrokarbon.Jurnal Pijar Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 9(1):32-35. Riduwan.(2016). Dasar-dasar Statistika .Alfabeta. Bandung. Roymond S. Simamora. (2009). Buku Ajar

  Pendidikan dalam Keperawatan .EGC.Jakarta.

  Sari, Yeni Dianita, Siti Nur Djannah, Laela Hayu Nurani. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.) secara In Vitro terhadap Staphycococcus aureus ATCC 25923 dan Eschericha coli ATCC 35218 serta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya.Jurnal

  Kesehatan Masyarakat Vol.4, No.3, September 2010 : 144-239.

  Setyowati, FM, 2010, ‘Etnofarmakologi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung di Kalimantan Timur, LIPI, Bogor’, Artikel Medialitbang kesehatan, vol. 20, no. 3, hal.104-112.

  Susanti, Nurlaili. (2012). Efektivitas Kompres Dingin dan Hangat pada Penatalaksanaan Demam.Jurnal Saintis 1(1): 55-64.

  Taylor, L. 2005. The Healing Power of Rainforest Herbs, Raintree Nutrition, Inc., Carson City.

  Studi Fisika,Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, UNHAS Makassar. Rahmayanti, Nuril, Muntari & Jackson

  Tim Puslitjaknov.(2008). Metode Penelitian

  Pengembangan . Pusat penelitian kebijakan

  dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20

  Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

  https://www.komisiinformasi.go.id/regulasi /download/id/101

  11 April 2018. Utin Riesna Afrianti.( 2007). Kajian Etnobotani

  dan Aspek Konservasi Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora (Miers.)Diels] di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Tesis Sekolah Pascasarjana Institut

  Siahaan.(2014). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Diskusi Kelas dengan Teknik Buzz Group terhadap Prestasi Belajar Kimia Materi Pokok

  Bawang Merah dan Ekstrak Bawang Merah (Allium Cepa var. ascalonicum) dalam Menurunkan Suhu Badan . Program

  Thermometry in pediatric practice Arch Dis Child 91: 351-6.

  Kumar & Bharati. (2014). Ethnomedicine of Tharu Tribes of Dudhwa National Park India. Ethnobotany Research

  Febrianti.(2015). Pengaruh Media

  BookletCherlys dengan Pendekatan

  Konstruktivitik terhadap Hasil Belajar Siswa SMA.Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 4 (9): 1-16.

  Fisher RG, Boyce TG. (2005). In: Moffet’s Pediatric infectious disease: A problem-

  oriented approach.4 th ed . New York: Lippincott William & Wilkins 318-73.

  Hairida, H. (2017). Using Learning Science, Environment, Technology and Society (SETS) Local Wisdom and based Colloids Teaching Material. Journal of Education, Teaching and Learning , 2(1), 143-148.

  &Applications vol. 12, hal. 1-

  Rachmad, Sri Suryani, dan Paulus Lobo Gareso. (2012). Penentuan Efektifitas

  14.<www.ethnobotanyjournal.org/vol12/i1 115-3465-12-001.pdf. Lawshe, C. H..(1975). A Quantitive Approach

  to Content Validity . PurdueUniversity: Personnel Psychology, Inc. Hlm. 563-575.

  Owoyele, B. V., O. M. Adebukola, A.

  A.Funmilayo, and A. O. Soladoye. 2008. Anti-inflammatory Activities of Ethanolic Extract of Carica papaya Leaves.

  Inflammopharmacology , 16: 168-173.

  Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 70 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MK.

  https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Perme ndikbud70-2013KD-StrukturKurikulum- SMK-MAK.pdf 15 April 2018.

  Pertanian Bogor. Bogor. Vinson, J. A. 1998. Flavonoids in Foos as in vitro and in vivo Antioxidants. Dalam: Ma, B (Ed). Flavonoids in theLiving Systems. New York: Plenum Press. Wagiran. (2011). Pengembangan Model

  Pendidikan Kearifan Lokal dalam Mendukung Visi Pembangunan Provinsi Daerah Yogyakarta2020. Jurnal Penelitian dan Pembangunan , 3(3):85-100.