Tantangan Global Strategi dan Kepemimpin

TANTANGAN LINGKUNGAN GLOBAL TERHADAP STRATEGI PENDIDIKAN
NASIONAL DAN KEPEMIMPINAN ORGANISASI PENDIDIKAN1

Abdul Rahmad
Mahasiswa Pascasarjana MKPP UMM
rahmad.ub@gmail.com
A. Pendahuluan
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari pertumbuhan dan pengembangan pendidikan
masyarakatnya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan kunci dasar dari suatu
negara. Pendidikan sering diibaratkan sebagai lambang kekuatan, kewibawaan dan kebesaran
dari suatu bangsa dimanapun di dunia ini. Peran pemangku kebijakan dalam hal ini pemerintah
wajib untuk mencerdaskan setiap kehidupan masyarakatnya sebagaimana yang termaktub pada
alenia 4 dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa tujuan negara ialah adalah ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian dalam Pasal 31 UUD 1945 ini juga disebutkan
bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
Berbicara masalah yang lebih luas, ada dua persoalan besar yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Pertama, secara internal, bangsa Indonesia mengahadapi krisis multidimensional,
persatuan bangsa yang merenggang, demokratisasi pada semua aspek kehidupan, desentralisasi
manajemen pemerintahan, dan kualitas pendidikan belum menunjukkan kemampuan
kompetitif. Kedua, secara eksternal, bangsa Indonesia menghadapi tantangan pasar global,
kemajuan teknologi yang menuntut pendidikan kompetitif dan inovatif, dan networking tanpa

batas. Tanpa disadari, dua permasalahan tersebut hingga sekarang belum kunjung menunjukkan
titik terang dan akhir. Padahal ada sebuah tantangan besar dari dunia dan bangsa lain telah
berjalan secara masif dan konsisten, yaitu sebuah tantangan global yang membawa reformasi
ilmu pengetahuan, komunikasi dan informasi.
Tantangan global yang hadir membawa banyak pengaruh baik positif maupun negatif.
Sudah seharusnya bangsa ini melalukan pembenahan secara merata dan mendalam. Tantangan
global tidak akan melihat negara maju atau berkembang didalam perjalannnya. Tantangan
global hanya melihat kesiapan suatu bangsa dalam menghadapinya. Apakah mampu

Judul akalah telah disesuaika dari te a asli “Lingkungan Global, Strategi Multibisnis, Dan Kepemimpinan Dalam Ruang
Lingkup Pendidikan”.

1

1

mengendalikannya menjadi senjata utama atau menjadi bom waktu yang sewaktu – waktu bisa
meledak dan menghancurkan segalanya. Itulah arus globalisasi.
Untuk menghadapi berbagai macam tantangan global tidak dapat dilihat dari salah satu
sisi saja. Ada banyak sisi yang harus ditelaah dan diperbaiki dengan segera. Pengaruh arus

globalisasi akan masuk dan memenuhi segala aspek kehidupan suatu bangsa baik ekonomi,
sosial, politik, budaya bahkan tidak terkecuali aspek pendidikan. Seperti yang kita ketahui,
peningkatan mutu pendidikan bangsa ini belum sesuai dengan harapan karena disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah strategi pembangunan pendidikan yang lebih bersifat “ input
oriented” dan bersifat “macro oriented” yang cenderung diatur oleh birokrasi ditingkat pusat.
Berikut pembahasan singkat mengenai tantangan global terhadap pendidikan nasional
serta peran kepemimpinan terhadap organisasi sekolah dalam ruang lingkup yang lebih kecil
yaitu kepala sekolah.

B. Pembahasan
1. Tantangan Lingkungan Global
Abad 21 merupakan masa munculnya berbagai kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan melahirkan perubahan dalam tatanan kehidupan manusia.
Sebuah proses perubahan yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dan kemajuan
peradaban. Sosial, politik, budaya bahkan pendidikan mulai mengalami paradigma yang lebih
baru didalam konsep dan sistemnya. Setiap negara di belahan dunia mulai menyadari bahwa
siap atau tidak siap harus menyambut perubahan tersebut dengan baik dan bijak. Perubahan
tersebutlah yang kemudian disebut dengan arus globalisasi.
Arus globalisasi merupakan suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah. Proses globalisasi tersebut berlangsung melewati dua dimensi, yaitu

dimensi waktu dan ruang. Garret (2000) menjelaskan penyebab utama terjadinya globalisasi
diabad ini terdiri dari 3 komponen utama yang saling berintegrasi yaitu perdagangan, produksi
multinasional dan keuangan internasional2. Selain itu, faktor pendukung utama dari arus
globalisasi ini adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Eijaz & Ahmad,
20113). Dua hal ini yang menyebabkan segala proses perkembangan ilmu pengetahuan semakin
pesat, mudah dan berkesinambungan.

2

Garret, G. (2000). The Causes of Globalization. Comparative Political Studies, Vol. 33 Page. 941-91
Eijaz, A. & Ahmad, R.E. (2011). Challenges of Media Globalization for Developing Countries. International Journal of
Business and Social Science Vol. 2 No. 18

3

2

Indonesia merupakan negara yang tidak terlepas pula dari pengaruh dari arus
globalisasi. Dengan adanya pengaruh tersebut, secara tidak langsung bangsa ini dituntut untuk
memperbaiki dan memperbaharui sistem yang ada. Sistem tersebut salah satunya adalah

pendidikan. Tidak dipungkiri, ketika sistem pendidikan suatu negara kuat, maka ia akan
melahirkan sumber daya manusia yang tangguh dan siap berdaya saing. Kurniawan (1999)
memberikan gambaran setidaknya ada 4 tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa ini secara
umum, yaitu (1) tantangan untuk meningkatkan nilai tambah baik dari produktivitas kerja
nasional, pemerataan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan; (2) tantangan untuk
melakukan riset terhadap perubahaan terjadinya era reformasi dan transformasi struktur
masyarakat, dari masyarakat tradisional - agraris ke masyarakat modern - industrial dan
informasi - komunikasi, serta bagaimana implikasinya bagi peningkatan dan pengembangan
kualitas kehidupan SDM; (3) tantangan dalam persaingan global seperti penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi dan informasi; (4) tantangan terhadap invasi dan kolonialisme di bidang
IPTEK4. Berikut gambaran tantangan global terhadap bangsa ini.

Multinastional
Production

Trade

International
Finance


Globalization

Technology

Communication

Country

Economics

Politics

Social

Culture

Education

Bagan diadopsi berdasarkan Garret (2000) & Eijaz & Ahmad (2011)


4

Kurniawan, K. (1999). Arah Pendidikan Nasional Memasuki Milineum Ketiga. Jakarta : Suara Pembaharuan

3

2. Strategi Pendidikan Nasional
Setelah tantangan arus globalisasi masuk dan merambat ke seluruh sistem kenegaraan
Indonesia, maka langkah terbaik yang dilakukan adalah membuat dan merumuskan kembali
strategi kebijakan pembangunan nasional tidak terkecuali aspek pendidikan. Oleh karenanya,
dibutuhkanlah sebuah kebijakan pendidikan nasional yang strategis dan efektif. Pemerintah
selaku penanggung jawab terhadap proses penyelenggaraan pendidikan nasional berkewajiban
menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Menurut Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional merupakan
pendidikan yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar
pada nilai - nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman.
Selain itu, dasar kebijakan pembangunan pendidikan nasional yang pernah dirumuskan
mencakup 4 hal yaitu (1) amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 dan RPJMN 2004 – 2009; (2) visi
pendidikan nasional; (3) misi pendidikan nasional; dan (4) tata nilai Departemen Pendidikan

Nasional. Berkaitan dengan tantangan global, bahwa didalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009

poin 9 sudah tertera bahwa sistem

pendudukan nasional haruslah melahirkan anak – anak bangsa yang berdaya saing, mandiri,
bermutu, terampil, ahli dan profesional serta berkecakapan hidup yang baik demi menghadapi
perubahan dan tantangan dunia luar. Sehingga hanya dibutuhkan langkah konkret dari
pemangku kebijakan pembangunan pendidikan nasional dalam menjalankannya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007, pemerintah melalui Departemen
Pendidikan Nasional telah menyusun rencana strategis pembangunan pendidikan jangka
panjang untuk periode 2005-2025 yang memuat 3 pilar pendidikan nasional. Ketiga pilar
tersebut adalah (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan; (2) peningkatan mutu,
relevansi, dan daya saing keluaran pendidikan; dan (3) penguatan tata kelola, akutabilitas, dan
citra publik pendidikan.
Setelah konsep strategi kebijakan nasional disusun, setidaknya ada beberapa langkah –
langkah yang harus dilakukan oleh pemegang kebijakan (pemerintah) yaitu pertama,
demokratisasi pendidikan, yaitu sebuah upaya yang dilakukan untuk mengadakan perluasan
dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Kedua, meningkatkan kualitas
pendidikan pada semua jenjang yang diwujudkan dengan melakukan pembaharuan kurikulum

pada semua jenjang, meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, meningkatkan

4

kualitas proses dan evaluasi pendidikan, meningkatkan peran supervisi pendidikan, dan
meningkatkan kualitas penelitian.
Ketiga, meningkatkan relevansi pendidikan yang dapat dimanifestaskan dengan
pengembangan kecakapan dasar, menata program sesuai dengan kepentingan kelanjutan studi
dan memasuki dunia kerja, menciptakan proses pendidikan yang manusiawi, dan membangun
iklim pendidikan yang inklusif. Keempat, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendidikan
yang dapat diwujudkan dengan menjalankan konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan
pendidikan berbasis masyarakat, penegakkan otonomi dan akuntabilitas perguruan tinggi,
penerapan dalam pendanaan pendidikan yang berbasis kinerja, dam pemantapan keberadaan
dan fungsi akreditasi lembaga pendidikan semua jenjang, dan mengupayakan debirokratisasi
pendidikan. Berikut gambaran umum dalam melakukan strategi kebijakan nasional yang dapat
dilakukan.
Environment Analysis
(Economic, Politics, Socials, Cultures, Educations)
Policy
Strategy

Formulation

Impelementation

Evaluation &
Controlling

Bagan diadopsi dari Hunger & Wheelen (2012).

3. Kepemimpinan Pendidikan
Berbicara masalah pendidikan, hal tersebut tidak terlepas dari peran serta pemerintah
yang dalam hal ini selaku regulator kepentingan dan pengembangan pendidikan. Pemerintah
pula yang dalam hal ini diwakili oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dapat dikatakan
sebagai pemimpin pendidikan di negeri. Sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpin,
maka itulah konsekuensi yang harus diterapkan oleh setiap anggota dibawahnya. Dalam hal ini
dapat dikatakan mereka adalah semua satuan pendidikan yang berada disetiap daerah. Satuan
pendidikan disetiap daerah meliputi sekolah – sekolah yang berjenjang dari sekolah dasar
5

hingga sekolah atas. Berikut sedikit pembahasan mengenai konsep kepemimpinan pendidikan

dalam ruang lingkup pendidikan yang lebih kecil yaitu kepemimpinan kepala sekolah.
Seperti yang diketahui, bahwa kata kepemimpinan mempunyai banyak definisi dan
makna penafsiran. Setiap pakar dan ahli memandang bahwa istilah kepemimpinan tidak jauh
dari makna untuk mengarahkan dan mempengaruhi. Indrafachrudi (2006) menyimpulkan
bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing sebuah kelompok demi
mencapai tujuan bersama yang telah dirumuskan5. Dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama
itu, seorang pemimpin kelompok tidak dapat melepaskan diri anggota kelompok didalamnya.
Pemimpin dan anggota kelompok merupakan suatu entitas yang saling berkerja sama dan
berkoordinasi dalam menjalankan organisasinya.
Ada dua teori yang menjadi acuan terhadap bakat kepemimpinan seseorang yaitu
personal qualities theory dan situational theory. Personal qualities theory menggangap bahwa
apabila sebuah kelompok ingin menjadikan seseorang menjadi pemimpin maka ia harus
memiliki syarat – syarat tertentu yang terdapat didalam dirinya. Apabila tidak terdapat sifat dan
sikap yang dipersyaratkan, maka ia tidak dapat dijadikan seseorang pemimpin. Begitupun
sebaliknya, apabila seseorang mempunyai kelebihan dalam keterampilan dan sifat tertentu,
serta dapat memecahkan masalah pada situasi yang dibutuhkan, maka ia dapat dijadikan
seseorang pemimpin pada saat itu juga. Teori ini dikenal dengan situational theory6.
Wahjosumidjo (2011) memberikan 4 pendekatan mengenai sifat atau pengaruh seorang
pemimpin, antara lain (1) power influence approach; (2) the trait approach; (3) the behavior
approach; (4) contigency approach; dan (5) charismatic approach7.

Pertama, power influence approach atau pendekatan menurut pengaruh kewibawaan
memandang bahwa seseorang pemimpin dikatakan berhasil apabila ia dapat membuat orang
lain terpengaruh dengan kewibawaan yang dimilikinya baik pada dirinya maupun pada orang
lain (bawahan). Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat feedback atau timbal balik, proses
saling mempengaruhi dan pentingnya kerjasama antara pemimpin dan dipimpin.
Kedua, the trait approach atau pendekatan sifat. Pendekatan ini lebih menekankan pada
kualitas seseorang pemimpin yang memiliki sifat penuh energi, intuisi yang tajam, pandangan
yang luas, dan kemampuan menyakinkan orang lain.

5

Indrafachrudi, S. (2006). Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif. Malang : Ghalia Indonesia
Ibid, hal. 2
7 Wahjosumidjo. (2011). Kepemimpinan Kepala Sekolah : Tinjauan Teoritik dan Permasalahan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
6

6

Ketiga, the behavior approach atau pendekatan perilaku. Seorang pemimpin wajib
memiliki sebuah perilaku yang dapat dicontoh dan diteladani baik pada sifat pribadi maupun
sifat kewibawaannya. Stogdill dalam Wahjosumidjo (2011) memberikan dua belas faktor dalam
menilai keberhasilan sebuah kepemimpinan, antara lain (1) representation; (2) reconciliation;
(3) tolerence of uncertainly; (4) persuasiveness; (5) initiation of structure; (6) tolerence of
freedom; (7) role assumption; (8) consideration; (9) productive emphasis; (10) predictive
accuracy; (11) integration dan (12) superior orientation.
Keempat, contingency approach atau pendekatan kontingensi. Pendekatan ini lebih
menekankan pada tindakan seorang pemimpin dalam menghadapi suatu situasi yang
membutuhkan keputusan dan pertimbangan yang mendalam. Oleh karenanya, pendekatan ini
lebih dikenal dengan pendekatan kepemimpinan yang situasional.
Kelima, charismatic approach atau pendekatan karismatik. Ada beberapa indikasi
bahwa seorang dapat memiliki sifat karismatik didalam dirinya, antara lain (1) bawahan /
pengikut menaruh kepercayaan yang besar terhadapnya; (2) memiliki kesamaan keyakinan
antara pemimpin dan bawahan; (3) munculnya sifat afeksi terhadap pimpinan; (4) patuh tanpa
paksaan dan (5) menyakini pemimpinnya akan berhasil.
Dalam kehidupan sebuah organisasi, fungsi kepemimpinan merupakan bagian
terpenting dari tugas utama yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan sebaik
– baiknya. Stoner dalam Wahjosumidjo (2011) memberikan dua fungsi pokok dari seorang
pemimpin yaitu problem solving function dan social function. Problem solving function dalam
hal ini seorang pemimpin dapat memberikan saran dalam setiap pemecahan masalah yang
dihadapi dan aktif dalam sumbangsih pemikiran dan informasi. Kemudian pada social function,
seorang pemimpin dituntut untuk bijak dalam memperlakukan semua anggota kelompok,
menjadi seorang penengah didalam perselisihan pendapat atau ide gagasan dan aktif menjadi
koordinator diantara semua anggota kelompok. Sebenarnya masih ada 2 fungsi lagi yang
menjadi tanggung jawab seorang pemimpin yaitu fungsi menjalankan tujuan organisasi dan
fungsi mempertahankan keutuhan sebuah organisasi8.
Berkaitan dengan fungsi kepemimpinan pendidikan, pada dasarnya dapat dibagi
menjadi dua macam yaitu (1) fungsi yang berkaitan dengan tujuan pendidikan yang hendak
dicapai; dan (2) fungsi yang berperan dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan
kondusif. Berkaitan dengan fungsi kepemimpinan pendidikan, contoh terkecil yang dapat

8

Pendapat pribadi penulis.

7

dijadikan gambaran nyata adalah konsep dan model kepemimpinan seorang kepala sekolah
didalam dunia pendidikan.
Kepala sekolah merupakan orang yang berperan penting kemajuan sekolah yang
diembannya. Bukan hanya persoalan bagaimana sekolah itu maju, namun lebih kepada jiwa
kepemimpinan yang dimilikinya. Sekolah juga merupakan sebuah organisasi yang didalamnya
terdapat unsur – unsur pendukung seperti tenaga pendidikan dan kependidikan, manajemen
administrasi, fasilitas dan lain sebagainya. Itu semua dibawah kendali kepemimpinan seorang
kepala sekolah. Kalau sekolah itu ingin maju, maka lihatlah terlebih dahulu siapa sosok
pemimpin didalamnya.
Mulyasa (2011) memberikan beberapa indikator kunci kesuksesan kepemimpinan
seorang kepala sekolah9. Pertama, seorang kepala sekolah harus memiliki visi dan misi yang
utuh dan jelas. Suatu hal yang aneh apabila seorang kepala sekolah tidak memiliki visi dan misi
yang kuat. Visi dan misi sekolah harus menjadi atribut kepemimpinan seorang kepala sekolah
baik pada waktu sekarang maupun masa depan. Dampak terburuk seorang kepala sekolah yang
tidak memiliki visi dan misi adalah ia akan membawa sekolah tersebut dalam kemunduran dan
kehancuran. Setidaknya ada beberapa karakteristik kepala sekolah yang memiliki visi dan misi,
antara lain (1) meluruskan niat karena ibadah dalam menjalankan setiap tugas; (2) taat kepada
agama dan ajarannya; (3) menyadari bahwa dirinya adalah kepala sekolah; (4) adil dalam
memecahkan setiap masalah; (5) bersikap toleran; (6) rendah hati; (7) terhindar ambisi materi;
dan (8) bertanggun jawab dan amanah.
Kedua, bertanggung jawab. Seorang kepala sekolah wajib memiliki sifat tanggung
jawab. Baik tanggung jawab kepada atasan maupun bawahan. Sifat ini bukanlah merupakan
sifat yang mudah. Karena hanya orang yang berprinsip dan amanah yang dapat
menjalankannya. Sebagai contoh, seorang kepala sekolah harus memikul segala beban dan
tanggung jawab atas sekolah yang dipimpinnya. Segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan,
akan menjadi tanggung jawab seorang kepala sekolah. Oleh karena itu, dalam rangka
membangung sebuah rasa kepercayaan dan tanggung jawab, seorang kepala sekolah harus dapat
menjalankan fungsinya sebagai kepala sekolah yang komunikatif dan persuasif dalam
menggerakan roda – roda organisasi yang dipimpinnya.
Ketiga yaitu keteladanan. Dunia pendidikan sekarang ini memang mengalami krisis
keteladanan. Seorang guru yang harusnya menjadi teladan, bahkan terkadang menjadi penyebab

9

Mulyasa, H.E. (2011). Manajemen & Kepemimpinan Kepala Skeolah. Jakarta : PT. Bumi Aksara

8

utama kemunduran akhlak dan moral peserta didiknya. Tak ubahnya dengan kepemimpinan
seorang kepala sekolah. Keteladanan seorang kepala sekolah senantiasa akan menjadi perhatian
dan contoh dari bawahannya. Oleh karenanya tidak salah apabila ada yang mengatakan bahwa
kepribadian seorang guru (bawahan) bisa jadi merupakan cerminan dari kepribadian seorang
kepala sekolahnya.
Keempat, kemampuan memberdayakan staf. Roda penggerak pada sebuah organisasi
tidak terlepas dari manajemen administrasi. Manajemen administrasi yang baik akan
melahirkan pergerakkan organisasi yang solid dan tertata rapi. Begitu pula dengan organisasi
sekolah, setidaknya ada 3 cara sederhana yang dapat dilakukan oleh seorang kepala sekolah
dalam memberdayakan staf yang ada dan menciptakan manajemen administrasi yang baik,
antara lain (1) appreciation; (2) approaching; dan (3) attention.
Kelima, menjadi pendengar yang baik. Menjadi pendengar yang baik merupakan salah
satu syarat mutlak bagi seorang kepala sekolah apabila ingin memiliki pengaruh terhadap
bawahannya ataupun seluruh warga sekolah. Ada beberapa alasan mengapa seorang kepala
sekolah wajib menjadi pendengar yang baik, antara lain (1) membangun kepercayaan; (2)
kredibilitas; (3) dukungan; (4) menjadikan sesuatu terlaksana; (5) informasi dan (6) pertukaran.
Keenam, mengembangkan potensi. Seorang pemimpin kepala sekolah harus jeli melihat
potensi yang dimiliki setiap bawahannya. Hal ini diperuntukkan untuk kemajuan sebuah
organisasi sekolah. Apabila setiap bawahan berkomitmen untuk mengembangkan kemampuan
dan potensi yang dimiliki, maka peran kepala sekolah adalah bagaimana cara mempertahankan,
menyalurkan dan melengkapi potensi yang dimiliki oleh setiap warga sekolah. Setelah
komitmen warga sekolah telah terbentuk, maka selanjutnya adalah bagaimana cara terus
menumbuhkan semangat kerja sama didalamnya. Michael (2000) memberikan prosedur untuk
menumbuhkan semangat kerja, antara lain (1) menentukan tujuan bersama dengan jelas; (2)
memperjelas keahlian dan tanggung jawab; (3) menyediakan waktu untuk bekerja sama; (4)
menghindari masalah yang bisa diprediksi; (5) menaati aturan yang telah disusun bersama; (6)
komitmen untuk bekerja sama; (7) mewujudkan gagasan menjadi kenyataan; (8) menjauhi
setiap potensi konflik; (9) saling percaya; (10) evaluasi rutin; dan (11) pantang menyerah10.
Ketujuh, menajemen praktik. Seorang kepala sekolah harus pandai dalam
mempraktikkan gagasan yang dimiliki dalam sebuah tindakan nyata. Tidak hanya pandai
berteori namun juga pandai dalam memberikan contoh praktik secara langsung kepada warga

10

Michael, 2000. Developing Creativity in Organizations. Yogyakarta : Kanisius

9

sekolah. Jangan sampai seorang kepala sekolah hanya mengandalkan No Action Talk Only
(NATO) atau hanya berbicara saja namun tidak ada tindakan. Setidaknya ada beberapa agar
terhindar dari sifat NATO ini antara lain (1) konstruktif; (2) delegatif; (3) integratif; (4)
pragmatis; (5) disiplin; (6) adaptabel dan (7) fleksibel. Berikut gambaran sederhana dari
kepemimpinan pendidikan yang diambil dari model dan konsep kepemimpinan kepala sekolah.

Education
Units

Government

Functions:
- Education Goals
- Work Atmosphere

Leadership Success
Indicators:
1. Vision & Mission
2. Responsibility
3. Exemplary
4. Staff Management
5. Good Listener
6. Development Potential
7. Practice Management

1. Construtive
2. Delegative
3. Integrative
4. Pragmatic
5. Discipline
6. Adaptable
7. Flexible

Education Leadership
(Personal Qualities &
Situational Theory)

1. Power influence approach
2. The trait approach
3. The behavior approach
4. Contigency Approach
5. Charismatic approach

1. Sincere Intention
2. Religious
3. Mandate Awareness
4. Equitable
5. Tolerant
6. Humble
7. Less Material Ambitions

1. Appreciation
2. Approaching
3. Attention

1. Build trust
2. Credebility
3. Supporting
4. Action
5. Information
6. Exchange

1. Objective determining
2. Expertise & Responsibility
3. Teamwork upgrading
4. Avoiding problem
5. Comply the rule
6. Commitment
7. Embodies idea
8. Avoiding potential
conflict
9. Mutual trusting
10. Regular evaluation
11. Unyielding

10

C. Kesimpulan
Di abad 21 ini banyak sekali melahirkan berbagai permasalahan isu global. Antara lain
global warming, sensifitas bernegara dan beragama, transformasi teknologi dan informasi dan
lain sebagainya. Isu tersebut mulai merambat ke dunia pendidikan. Tidak terkecuali Indonesia.
Pendidikan Indonesia mulai merasakan dampaknya. Khususnya tuntutan untuk meningkatkan
kemampuan sumber daya masyarakat agar dapat bersaing dengan bangsa dan negara lain.
Untuk meningkatkan sumber daya manusia menjadi yang lebih baik maka salah faktor
utamanya adalah dengan mereformasi kembali sistem pendidikan nasional. Melakukan
terobosan dan kebijakan pendidikan yang lebih maju, unggul, berwawasan kebangsaan dan
kebudayaan. Kebijakan yang dilahirkan haruslah memuat landasan filosofis, sosiologis, dan
hasil kajian akademis yang mendalam sehingga menghasilkan visi dan misi pendidikan bangsa
yang jelas dan berkualitas.
Pemerintah dalam hal ini selaku regulator segala kebijakan hendaknya memiliki sikap
memimpin yang baik dan bertanggung jawab. Tidak serta merta melakukan dan membuat
kebijakan yang terus berganti tanpa melakukan kajian secara mendalam. Terlebih lagi
dipengaruhi oleh berbagai kepentingan politik praktis dan dinamis. Ketika sebuah sistem
tatanan pemerintahan dikelilingi oleh kepentingan politik praktis, maka tunggulah akan
kehancuran ideologis berbangsa dan bernegara. Akhirnya elemen masyarakat yang akan
menjadi korbannya.
Berkaitan dengan dunia pendidikan, perlu adanya pelaksanaan strategi dan kebijakan
yang telah dirumuskan sebelumnya. Dilaksanakan dalam artian secara menyeluruh, merata dan
berkesinambungan. Tidak memilih sekolah negeri maupun swasta. Semuanya wajib
diakomodir, dievaluasi, dibimbing dan diarahkan secara bersamaan demi meraih tujuan
pendidikan bangsa yang sebenarnya yaitu berdaya saing, mandiri, bermutu, terampil, ahli dan
profesional serta berkecakapan hidup dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.

11