BAB I PENDAHULUAN - Perananan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung Terhadap Masyarakat di Kecamatan Sidikalang (1994 – 2004)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya masing-masing yang berdiam di daerah itu. Berbagai suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah nusantara menjalankan hidupnya dengan adat istiadat yang melekat pada mereka. Salah satu daerah yang masih kental dengan adatnya adalah Kabupaten Dairi. Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah tingkat II yang berada di Provinsi Sumatera Utara dan memiliki suku asli yaitu, Suku Pakpak.

  Suku Pakpak sebagai salah satu suku bangsa yang menjadi suku asli di Kabupaten Dairi terdiri dari beberapa marga dan setiap marga memiliki wilayah ulayat masing-masing. Kabupaten Dairi memiliki ibukota Kecamatan Sidikalang yang sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah ulayat dari Marga Pakpak yang tertua yaitu Marga Ujung.

  Masyarakat Pakpak terdiri dari marga

  • – marga yang mendiami masing – masing kawasan tanah ulayat yang merupakan bagian dari hidupnya. Mereka mendiami kuta (kampung) yang di pimpin oleh Pertaki (penguasa lokal). Kawasan hak tanah ulayat di Kecamatan Sidikalang dikuasai oleh tiga marga Pakpak yaitu Ujung, Angkat dan Bintang. Marga Ujung menguasai Kelurahan Sidiangkat, Batang Beruh, Kalang Simbara, Kalang, Kota Sidikalang. Marga Angkat menguasai

  1 Kelurahan Bintang dan Bintang Mersada.

  Marga Ujung dapat menguasai lima kelurahan di Kecamatan Sidikalang karena marga Ujung yang pertama sekali mendiami Kecamatan Sidikalang. Marga Ujung adalah penguasa lokal (Pertaki) serta marga yang dituakan dari marga-marga lainnya. Pada saat masuknya ajaran Agama Islam yang disiarkan oleh Guru Gindo dan Agama Kristen yang disiarkan oleh Zending, mereka mendatangi Pertaki yang

  1 didominasi oleh Marga Ujung yang ada di Kecamatan Sidikalang.

  Struktur kemasyarakatan masyarakat Pakpak diletakkan pada Sulang Silima. Sulang silima ini mengatur pola dan tingkah laku adat Pakpak dan juga sebagai organisasi sosial yang melekat dengan sistem kekerabatan (hubungan dalam satu

  2

  keluarga luas karena perkawinaan dan kelahiran) dan struktur sosial. Sulang Silima yang terdiri dari Perisang

  • – isang (anak sulung), Pertulan tengah (Saudara tengah),

  3 Perekur

  . Kelima unsur ini

  • – ekur ( anak bungsu), berru mbellen dan Puang marga

  sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan terutama dalam sistem kekerabatan (gotong - royong), upacara adat di dalam konteks komunitas Kuta (kampung). Artinya kelima unsur ini harus terlibat agar dalam pengambilan keputusan menjadi sah secara adat.

  Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya peraturan pemerintah, Marga Ujung membenahi kembali Sulang Silima menjadi Lembaga Adat Sulang Silima. Hal 1 Flores Tanjung, Dairi dalam Kilatan Sejarah, Medan: Perdana Publishing, 2011, hal 22 2 – 23.

  Mariana Makmur dan Lister Berutu, Sistem Gotong Royong pada Masyarakat Pakpak di Sumatera Utara, Medan: PT. Grasindo Monoratama, 2013, hal. 5. 3 Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Potensi Etnik Sumatera Utara, Medan, 1996l, hal. 40.

  2 kehidupan bangsa. Budaya perlu tetap dilestarikan, dilindungi dan dikembangkan

  melalui lembaga adat . Oleh karena itu dibentuklah Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung.

  Lembaga Adat merupakan suatu bentuk organisasi adat yang tersusun secara teratur dan terstruktur serta mempunyai otoritas formal dan sanksi hukum sesuai dengan kesepakatan dalam AD/ART agar tercapai kebutuhan – kebutuhan dasar. Dalam pengertian lain Lembaga Adat adalah suatu organisasi kemasyarakatan adat yang dibentuk oleh suatu masyarakat hukum adat tertentu mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak dan berwenang untuk mengatur dan

  4 mengurus serta menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan adat.

  Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung dibentuk pada tanggal 18 November 1994 di Kecamatan Sidikalang. Lembaga ini merupakan salah satu dari tiga Lembaga Adat yang ada di Kecamatan Sidikalang bersama Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Angkat dan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Bintang. Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung memiliki hak untuk memberi masukan dalam pengaturan tata letak kota di tanah leluhurnya, Kecamatan Sidikalang. Salah satu peran penting Lembaga ini melindungi dan mengawasi penggunaan tanah (warisan leluhur) agar tidak menyalahi aturan hukum Adat budaya leluhur mereka. Masyarakat Kecamatan di luar Marga Ujung berhak mengolah dan memakai tanah, begitu juga instansi pemerintahan yang memakai dan mendirikan bangunan di atas tanah Marga Ujung. Saat ini, sudah banyak tanah milik 4 Lembaga Adat dalam http://www.slideshare.net/lembaga-adat diakses pada 21 April 2014

  3 hak milik penduduk pendatang dapat dijual kepada orang lain, namun tetap harus melalui persetujuan Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung sebagai pemilik hak ulayatnya. Jika terjadi permasalahan, akan dibicarakan secara kekeluargaan (berdasarkan hukum Adat Pakpak) dan bila tidak berhasil maka sengketanya

  5

  diselesaikan melalui jalur hukum yang berlaku di Indonesia. Dalam menghormati Marga Ujung sebagai marga pendahulu di Kecamatan Sidikalang, setiap pesta yang dilakukan oleh setiap marga yang ada di kecamatan sidikalang, Marga Ujung selalu mendapatkan bagian penting dalam pembagian jambar (bagian Adat) . Kecamatan Sidikalang juga menjadi tempat berdirinya Tugu Sulang Silima Marga Ujung yaitu di Kalang Simbara serta tempat sekretariat Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung di Sidikalang Kota.

  Kekuasaan yang dimiliki Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung menjadi modal yang kuat untuk memainkan peran dalam proses perkembangan Kecamatan Sidikalang. Perkembangan Kecamatan Sidikalang tidak terlepas dari pengaruh dari Lembaga Adat Sulang Silima Marga Ujung yang berusaha mengembangkan daerah Pakpak secara khusus dan kabupaten Dairi secara umum. Hal ini lah yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian.

  Berdasarkan uraian diatas, peneliti memilih judul Lembaga Adat Pakpak

  • – Sulang Silima Marga Ujung dan Pengaruhnya di Kecamatan Sidikalang tahun 1994 2004, karena lembaga adat ini memiliki pengaruh yang cukup besar di Kecamatan
  • 5 Wawancara dengan Ardin Ujung, Ketua Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung,

      kelurahan Sidikalang Kota, 16 juli 2014

      4 Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung beserta profilnya dan juga pengaruhnya di Kecamatan Sidikalang.

      Alasan peneliti menetapkan tahun 1994, sebagai awal dibentuknya Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung yang sebelumnya hanya merupakan perkumpulan Marga Ujung yang belum memiliki landasan hukum. Pembatasan sampai tahun 2004, dimana dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati nomor: 590/8859/2004 perihal keberadaan tanah ulayat/tanah marga. Surat ini berupa himbauan kepada elemen pemerintah seperti camat, kepala desa dan lurah agar melibatkan lembaga adat dalam melayani kepentingan masyarakat khususnya menyangkut surat

    • – surat yang berkaitan dengan tanah ulayat. Lembaga adat diharapkan bersikap arif dan bijaksana dan mendudukkan keberadaan hak ulayat/marga. Dengan demikian peran lembaga adat terlihat keberadaannya dalam kehidupan masyarakat serta mengantisipasi dan meminimalkan permasalahan lahan di bidang pertanahan yang mungkin terjadi di tengah masyarakat.

    1.2 Rumusan Masalah

      Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuatlah rumusan mengenai masalah yang diteliti sebagai landasan utama dalam melakukan penelitian yang terangkum dalam pertanyaan sebagai berikut: 1.

      Apa Latar Belakang Berdirinya Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung?

      5

    • – 2004)?

      6 Apa yang Dimaksud Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang (1994 - 2004)?

      3. Bagaimana pengaruh Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang (1994

    1.3 Tujuan Penelitian 1.

      Menjelaskan latar belakang Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung.

      2. Menjelaskan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung (1994 – 2004).

      3. Menjelaskan pengaruh Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang (1994 - 2004).

    1.4 Manfaat Penelitian

      Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk: 1.

      Menambah literatur serta wawasan tentang Lembaga Adat marga khususnya marga Pakpak di Dairi.

      2. Sebagai pengembangan ilmu bagi penulis dan pembaca untuk perbendaharaan penulisan sejarah kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan daerah Pakpak.

      Dalam penulisan ini, peneliti berpedoman kepada beberapa karya tulis untuk dasar perbandingan yang dapat dijadikan landasan teoritis sehingga mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penelitian. Beberapa karya tulis tersebut diantaranya: Flores Tanjung, dkk dalam

      “Dairi dalam Kilatan Sejarah” (2011) Buku ini menjelaskan tentang sejarah perkembangan Kecamatan Sidikalang dari zaman dahulu sampai sekarang yang didukung oleh budaya dan etnis yang bermukim di kabupaten dairi khususnya di kecamatan Sidikalang termasuk tentang Marga Ujung.

      Buku ini membantu peneliti untuk mendapat informasi mengenai dominasi Marga Ujung di Kecamatan Sidikalang.

      Pandapotan Nasution dalam

      “Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman ” (2005) Buku ini menjelaskan tentang pemberian marga serta alasan

      pemberian marga pada suku Batak. Buku ini digunakan peneliti untuk mengetahui peranan dan fungsi marga di dalam masyarakat Batak secara umum.

      Ramly Yusuf Angkat dalam

      “Kewenangan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima dalam Bidang Pertanahan di Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi

    (2013). Beliau menjelaskan tentang sikap lembaga adat terhadap persoalan tanah di

      daerah Pemerintahan dan bagaimana melindungi serta memperluas hak

    • – hak atas tanah melalui Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima sesuai dengan hukum adat tanah yang berlaku di Kecamatan Sidikalang. Tesis ini membantu peneliti mengetahui pengaruh Lembaga Adat dan Peranannya khususnya di bidang pertanahan dan menjadi perbandingan terhadap konsep organisasi orang Pakpak.

      7

      “Sedjarah Kebudajaan Batak” (1964). Buku ini

      menjelaskan tentang suatu studi Suku Batak (Toba, Angkola, Mandailing, Simalungun, Pakpak Dairi, Karo). Buku ini digunakan peneliti untuk mengetahui sejarah kebudayaan Batak khususnya Pakpak Dairi.

      Bisuk Siahaan dalam “Batak Toba Kehidupan di Balik Tembok Bambu”

      (2005) . Buku ini menjelaskan tentang perkembangan marga – marga di Batak Toba.

      Buku ini digunakan sebagai komparatif (perbandingan) untuk mengetahui perkembangan marga pada masyarakat Pakpak, khususnya marga Ujung.

      Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara dalam

      “Potensi Etnik Sumatera Utara ” (1996). Karya tulis ini menjelaskan tentang struktur masyarakat

      Sumatera Utara khususnya Pakpak Dairi serta berisi hukum tanah dan Lembaga Adat Pakpak yang dihubungkan dengan Marga yang sedang diteliti yaitu Marga Ujung, sebagai pemilik hak ulayat tanah di Kecamatan Sidikalang.

      Lister Berutu dan Nurbaini Padang dalam “Tradisi dan Perubahan” (1998). Buku ini menjelaskan tentang penelitian Adat Istiadat Pakpak serta kepemilikan tanah Adat Pakpak. Buku ini membantu peneliti dalam menjelaskan tentang cara memperoleh hak milik tanah di dalam hukum Adat Pakpak.

      Mariana Makmur dan Lister Berutu dalam

      “Sistem Gotong Royong pada Masyarakat Pakpak di Sumatera Utara ” (2013). Buku ini menjelaskan tentang

      sistem organisasi dan upacara Adat pada masyarakat Pakpak. Buku ini membantu peneliti untuk menjelaskan sistem organisasi yang dijalankan masyarakat Pakpak.

      M. N Angkat dalam

      “Sedjarah dari Negeri Siteloenempoe” (1964). Buku ini

      menjelaskan tentang daerah-daerah kekuasaan marga Ujung di Kecamatan

      8 sejarah Marga Ujung.

    1.6 Metode Penelitian

      Terjemahan buku Louis Gottschalk oleh Dudung Abdurahman menjelaskan metode sejarah sebagai proses menguji, menganalisis kesaksian sejarah untuk

      

    6

      menemukan data autentik atau dipercaya. Berdasarkan pengertian diatas, Louis Gottschalk menempatkan empat pokok langkah meneliti sejarah, sebagai berikut :

      Langkah pertama yang penulis kerjakan yaitu heuristik atau pengumpulan sumber

    • – sumber untuk mendapatkan data – data yang terkait dengan objek penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan) dan field research (penelitian lapangan). Sumber dapat merupakan sumber primer ataupun sumber sekunder. Suatu prinsip yang harus dipegang penulis di dalam heuristik yaitu sejarawan harus mencari terlebih dahulu sumber primer. Sumber primer yaitu sumber yang disampaikan oleh pihak yang mengalami langsung maupun menyaksikan suatu peristiwa. Hal ini dapat dalam bentuk dokumen, misalnya arsip, laporan pemerintah dan lain
    • – lain. Dalam sumber lisan yang dianggap primer adalah wawancara dengan pelaku peristiwa atau saksi mata. Akan tetapi apabila penulis tidak mendapatkan sumber primer sebagai bahan referensi maka sumber sekunder bisa digunakan. Dalam langkah yang pertama ini penulis mencari karya tulis dengan cara penelitian kepustakaan dan penulis juga mencari
    • 6 Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, hal 44.

        9 penelitian lapangan di Kecamatan Sidikalang tentang Lembaga Adat Pakpak Marga ujung. Selain menggunakan media tulisan, saya juga menggunakan media lisan, yaitu dengan teknis wawancara. Dalam mengumpulkan data tersebut, saya mewawancarai banyak orang yang bersangkutan dengan Marga Ujung sesuai dengan kajian dari skripsi saya yaitu Bapak Raja Ardin Ujung selaku ketua lembaga adat, Bapak Sahala Siagian selaku mantan camat Sidikalang, Bapak Agus Ujung selaku anggota DPRD Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.

        Langkah kedua yaitu kritik sumber (verifikasi). Setelah sumber sejarah terkumpul maka dilanjutkan dengan tahapan kritik sumber untuk mendapat keabsahan/keaslian sumber atau data yang didapat. Penulis dalam melakukan kritik sumber atau menyeleksi terhadap sumber

      • – sumber melalui kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern menelaah dan memverifikasi kebenaran isi baik yang berupa tulisan (buku, artikel, laporan dan arsip) maupun sumber lisan (wawancara). Kritik ekstern yang dilakukan dengan cara memverifikasikan untuk menentukan keaslian sumber (otentisitas) baik sumber tulisan maupun lisan. Hal ini dilaksanakan agar penulis dapat menghasilkan suatu tulisan benar
      • – benar objektif yang berdasarkan
      • – data yang terpercaya. Dalam tahap kedua ini penulis akan menyeleksi atau menyaring tulisan atau data – data dari informan.

        Langkah ketiga yaitu interpretasi untuk menganalisis terhadap hasil dari kritik sumber. Proses interpretasi ini bertujuan untuk menghilangkan kesubjektifitasan sumber walaupun sebenarnya hal ini tidak dapat dihilangkan secara total. Interpretasi ini dapat dikatakan data sementara sebelum penulis membuatkan

        10 menginterpretasi arsip atau informan tentang Lembaga Adat Pakpak yang penulis peroleh dari masyarakat sekitar maupun dari keturunan marga yang sedang diteliti.

        Langkah terakhir yaitu historiografi. Tahapan ini tentang penulisan, hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian. Sejak dari tahap awal (heuristik) sampai dengan akhir (penulisan) dapat dikatakan penulisan tersebut bersifat kronologis atau sistematis. Berdasarkan penulisan sejarah itu pula akan dapat dinilai apakah penelitian berlangsung sesuai dengan prosedur yang dipergunakannya tepat atau tidak. Apakah sumber atau data yang mendukung penarikan kesimpulannya memiliki validitas (data yang tepat) dan reliabilitas (data yang dapat dipercaya) yang memadai atau tidak, dan sebagainya. Jadi dengan penulisan sejarah itu akan dapat ditentukan mutu penelitian dan penulisan sejarah itu sendiri.

        11

Dokumen yang terkait

II.1 Sistem Informasi - Pengaruh Sistem Informasi Pelayanan Santunan Kecelakaan Terhadap Kepuasan Klaimen (Studi Pada Kantor PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Sumatera Utara)

0 0 18

Pengaruh Sistem Informasi Pelayanan Santunan Kecelakaan Terhadap Kepuasan Klaimen (Studi Pada Kantor PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Sumatera Utara)

0 0 9

Pertanyaan Kuisioner STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (Studi kasus di PT.Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi - Strategi Buruh Dalam Mempertahankan Hidup (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Strategi Buruh Dalam Mempertahankan Hidup (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

0 0 11

STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP (Studi kasus di PT.Putra Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar)

0 0 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasir silika - Pengaruh Kosentrasi Perekat Terhadap Permeabilitas dan Kuat Geser (Shear Strength) Pasir Cetak Dalam Industri Pengecoran Logam

0 0 31

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Perencanaan Kebutuhan Kapasitas Produksi di PT. Pusaka Prima Mandiri

0 0 28

Perencanaan Kebutuhan Kapasitas Produksi di PT. Pusaka Prima Mandiri

1 5 17

BAB II GAMBARAN UMUM - Perananan Lembaga Adat Pakpak Sulang Silima Marga Ujung Terhadap Masyarakat di Kecamatan Sidikalang (1994 – 2004)

0 0 11