EFEKTIVITAS PEMBINAAN OLEH KEPALA SEKOLAH DILIHAT DARI KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR: Studi Kasus pada Sekolah Dasar Negeri di Kotamadya Bandung.
EFEKTIVITAS PEMBINAAN OLEH KEPALA SEKOLAH
DILIHAT DARI KUALITAS KINERJAGURU SEKOLAH DASAR
(Studi Kasus pada Sekolah Dasar Negeri di Kotamadya Bandung)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang StudiAdministrasi Pendidikan
oleh:
ATTYRESMIATI
9696007
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTTTUT KEGURUAN DAW ILMU PENDIDIKAN
1998
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing
d Fakry Gaffar, M Ed.
Pembimbing II
H
/
Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab.MA
?f
Diketahui
Ketua Program Administrasi Pendidikan
Prof. Dr. H. E. Kusmana
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Tesis ini adalah sepenuhnya karya saya
sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang termasuk plagiat dari karya orang
lain
ATTY RESMIATIARIFIEN
DAFTAR
ISi
iamar
JUDUL
!
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
V
UCAPAN TERIMA KASIH
vjj
ABSTRAK
IX
DAFTAR ISi
Xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
wi
^
i
A. Latar Belakang Masaiah
-j
B. Rumusan Masaiah
14
C. Paradigma Penelitian
17
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
21
21
21
E. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
2. Hipotesis
22
22
24
F. Sistimatika Pembahasan
24
XII
BAB IS EFEKTIVITAS PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH ...
27
A. Peran Kepala Sekolah dalam Pendidikan
27
1.KepalaSekoiahSebagai Pemimpin Pendidikan. .
30
2. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
42
B. Pembinaan Kepaia Sekolah
1. Konsep Pembinaan
54
54
2. Efektivitas Pembinaan
qq
C. Kinerja Guru
83
1. Kompetensi Guru
2. Kualitas Kinerja Guru
Q3
97
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
110
A. Metoda Penelitian
110
B. Lokasi dan Sampe! Penelitian
113
C. Pengembangan Aiat Pengumpui Data
1. Jenis dan Cara Prngumpulan Data
120
120
2. Kesahihan
(Validity)
dan
Keterandalan
(Reliability) instrumen
121
3. Hasii Uji Coba Validitas dan Reliabilitas
131
4. Pelaksanaan dan Pengambiian Data
137
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
139
A. Prosedur Pengolahan dan Analisis data
139
B. Deskripsi Data
141
C. Deskripsi Variabei yang Diteliti
1. Pembinaan Kepala Sekolah
2. Kinerja Guru Sekolah Dasar
145
145
182
D. Analisis Bivariate
212
E. Analisis Univariate
218
XIII
BABV KESiMPULAN DAN REKOMENDAS!
A. Kesimpulan
232
232
1. Peiaksanaan Pembinaan Kepala Sekolah Dasar
233
2. Kinerja Guru Sekolah Dasar
234
3. Pengaruh Pembinaan Kepaia Sekolah terhadap
Kinerja Guru
236
B. Rekomendasi
C. Penutup
240
242
DAFTAR PUSTAKA
243
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A.TABEL
247
B. INSTRUMEN PENELITIAN
C. TANDA BUKTi PENELITIAN
251
271
Xi\
DAFTAR TABEL
Tabe!
1
2
3
4
5
6
7
8
9
halaman
115
11 g
Kisi-kisi instrumen Pembinaan Kepala Sekolah
125
Kisi-kisi instrumen Kinerja Guru
126
Hasil Perhitungan Validitas Item Pembinaan Kepaia Sekolah
132
Hasil Perhitungan Validitas Item Kinerja Guru Sekolah Dasar
133
Uji Reliabiiitas Pembinaan Kepala Sekolah
135
Uji Reliabiiitas Kinerja Guru
135
Penyebaran Angket dan Jumiah angket yang dioiah
144
Populasi Penelitian
Daftar Responden
10 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Keterampilan
11
Manajerial Kepala Sekolah
Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Keterampilan Teknis
Kepala Sekolah
145
155
12 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Keterampilan
Hubungan Kemanusiaan Kepala Sekolah
13 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Kemamouan Pribadi
Guru
172
182
14 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Kemampuan Profesi
Guru
190
15 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Kemampuan Sosial
Guru
206
16 Uji Korelasi Pembinaan Kepaia Sekolah Dengan Kualitas
Kinerja Guru
17 Uji Korelasi Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah
Dengan Kualitas Kinerja Guru
216
220
18 Uji Korelasi Keterampilan Teknis Kepala sekolah Dengaj
Kualitas Kinerja Guru
J*?
:2
19 uji Korelasi Keterampilan Hubungan Kemanusiaan^ngan v
Kualitas Kinerja Guru
r'^*"* ;•
20 Deskripsi Variabe! yang Diteliti
Si 0 >i* Wkfog't. ','
21 Koefisien Korelasi Variabel Dependent danV^rfale'f:;^;•- #/
Independent
V:o''' "" " 22%^//
XV
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Bagan
h-ia-an
Maiaman
1
Paradigma Peneiitian
13
2
Sistem Pengaruh Supervisi Pengajaran
46
3
Hubungan Antara Indikator Variabel Xdengan Variabel Y
226
XVI
BAB \
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Menjelang dimasukinya tahap kedua Pembangunan Nasional
Jangka Panjang, Indonesia sudah berada dalam era globalisasi, suatu
kondisi dunia yang saling bergantung satu sama lain, sebagai akibat
perkembangan teknologi, perdagangan internasional, arus informasi,
sistem komunikasi, dan trasportasi yang canggih. Karena itu setiap negara
dan warga negara perlu meningkatkan kualitasnya agar dapat survive,
mampu
meningkatkan
mutu
kehidupan,
dan
mampu
terus
mengembangkan dirinya.
Dalam menghadapi kondisi tersebut, Indonesia telah bertekad,
seperti dirumuskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1993
untuk tidak menghindar dari dunia maju, melainkan sudah terlibat dan
akan makin berperan dalam dunia baru. Untuk mendukung dunia baru
tersebut dituntut kualitas manusia Indonesia yang memadai.
Untuk mewujudkan masyarakat maju yang menuntut adanya
manusia yang berkualitas, maka Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989,
tentang Sistem Pendidikan Nasional, menggariskan bahwa pembangunan
nasional di bidang pendidikan, adalah upaya "mencerdaskan kehidupan
bangsa" dan meningkatkan "kualitas manusia Indonesia" dalam
mewujudkan "masyarakat yang adil dan makmur", serta memungkinkan
para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek
jasmaniah, maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Pendidikan
Nasional
pada
dasarnya
merupakan
proses
pencerdasan kehidupan bangsa, sangat berperan dalam meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, dan berfungsi mengembangkan kemampuan,
keterampilan, serta mutu kehidupan manusia Indonesia seutuhnya,
diselenggarakan melalui berbagai program pendidikan, yang meliputi
berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
Sekolah Dasar adalah satuan pendidikan formal pertama yang
mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi
peserta didik, dimana keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar
diharapkan akan menjadi pijakan bagi keberhasilan pendidikan di jenjang
berikutnya.
Dengan demikian keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar akan
sangat menentukan keberhasilan pendidikan di tingkat lanjutan. Oleh
karena itu dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
maka Sekolah Dasar dijadikan fokus perhatian utama.
Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang strategis dalam
sistem pendidikan di Indonesia, hal ini disebabkan antara lain oleh :
pendidikan dasar dan selanjutnya. Kualitas pendidikan Sekolah Dasar
akan sangat mempengaruhi terhadap kualitas pendidikan selanjutnya,
bahkan terhadap kualitas sumber daya manusia.
Secara
konsepsional,
yang
bertanggung
jawab
atas
penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar adalah Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah hams bertanggung jawab atas pengelolaan pendidikan
secara mikro, yakni suatu tahapan yang membahas dan melaksanakan
proses belajar mengajar, dimana guru sebagai pengelola utama
pendidikan.
Kepaia Sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai
peranan sangat besar dalam mengembangkan kualitas pendidikan di
Sekolah Dasar. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang
harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang
menyenangkan serta perkembangan kualitas profesional guru banyak
ditentukan oleh kualitas pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Sesuai Pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1990, bahwa:
"Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemefiharaan
sarana serta prasarana".
Pertama, Tujuan Sekolah Dasar, sebagai program pendidikan dasar
awal adalah memberikan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Dengan demikian
diharapkan program Sekolah Dasar ini menjembatani tercapainya tujuan
program SMP, yang seterusnya menjembatani tercapainya tujuan jenjang
pendidikan menengah dan tinggi.
Kedua, Program Sekolah Dasar yang memberikan pengetahuan
dan keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan di masyarakat,
secara sosial politik, maupun sosial budaya menempatkan Sekolah Dasar
memiliki kedudukan strategis, karena di Sekolah Dasar diberikan nilai dan
norma dasar tentang apa dan bagaimana seharusnya hidup di tengah
masyarakat.
Ketiga, Kurikulum pendidikan jenjang Sekolah Dasar menentukan
bagi keberhasilan mutu lulusan (SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi) secara
berkesinambungan.
Keempat, Secara administratis Sekolah Dasar juga dipandang
strategis karena program pendidikan Sekolah Dasar menjadi syarat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ijazah Sekolah Dasar
syarat untuk melanjutkan pendidikan di SLTP, dan seterusnya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, jelaslah bahwa Sekolah Dasar
memiliki kedudukan strategis dalam pendidikan nasional, serta dapat
diambil pengertian definitip bahwa terdapat hubungan sistemik antara
4
pendidikan dasar dan selanjutnya. Kualitas pendidikan Sekolah Dasar
akan sangat mempengaruhi terhadap kualitas pendidikan selanjutnya,
bahkan terhadap kualitas sumber daya manusia.
Secara
konsepsionai,
yang
bertanggung
jawab
atas
penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar adaiah Kepaia Sekolah.
Kepala Sekolah harus bertanggung jawab atas pengeioiaan pendidikan
secara mikro, yakni suatu tahapan yang membahas dan melaksanakan
proses belajar mengajar, dimana guru sebagai pengeloia utama
pendidikan.
Kepaia Sekolah adaiah pemimpin pendidikan yang mempunyai
peranan sangat besar daiam mengembangkan kualitas pendidikan di
Sekolah Dasar. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang
harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang
menyenangkan serta perkembangan kualitas profesional guru banyak
ditentukan oleh kualitas pembinaan yang diiakukan oleh kepaia sekolah.
Sesuai Pasai 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1990, bahwa:
"Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan
sarana serta prasarana".
Pembinaan pada dasarnya berkaitan dengan fungsi-fungsi dan
usaha-usaha untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
manusia-manusia dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan
bersama, hal tersebut terutama dilakukan melalui usaha menciptakan
suasana atau iklim kerja yang dapat mendorong untuk dapat
mengembangkan potensi secara optimal.
Tujuan pembinaan disusun untuk mengembangkan kemampuan
agar dapat melaksanakan tugas dan fungsi menjadi lebih baik dan lebih
efektip dan menuntut pandangan yang lebih luas, kemampuan dan
keterampilan yang lebih baik.
Pembinaan guru-guru Sekolah Dasar, merupakan tanggung para
pemimpin pendidikan, tetapi Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan
terdekat dengan guru Sekolah Dasar yang lebih mengetahui keadaan guru
tersebut. Setiap saat Kepala Sekolah dituntut untuk meiakukan pembinaan
agar guru-guru dapat meningkatkan
kualitas
kinerjanya
dalam
melaksanakan tugasnya mengelola kegiatan belajar mengajar.
Betapapun sempurna atau baiknya kurikulum, tersedianya fasilitas
pengajaran yang memadai, tetapi jika Kepala Sekolah hanya merasa
sebagai pelaksana saja, tidak mampu melaksanakan pembinaan terhadap
guru-gurunya, maka keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar akan sulit
dicapai. Untuk itu Kepala Sekolah perlu merasa dan bertindak sebagai
penguasa tunggal yang positif di sekolahnya, Disamping berpedoman
pada peraturan yang telah ada Kepala Sekolah perlu menciptakan kiat-kiat
yang tepat untuk mengatasi rintangan-rintangan yang mungkin muncul
dalam menyelenggarakam pendidikan.
Oleh karena itu, maka pembinaan yang diberikan oleh Kepaia
Sekolah kepada Guru sekolah Dasar, harus dapat meningkatkan
kemampuan Guru Sekolah Dasar, yang meliputi pengetahuan, wawasan,
kreativitas, komitmen, serta disiplin, sehingga kegiatan belajar mengajar di
Sekolah Dasar dapat berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil
guna.
Pembinaan tersebut akan berhasil dengan baik, apabila Kepala
Sekolah mempunyai keterampilan untuk melaksanakan pembinaan
tersebut, dimana keterampilan tersebut merupakan the requisite
knowledge and ability (Alfonso, Fith, dan Nevile 1981). Keterampilan bisa
dipelajari, dideskripsikan, dan keberadaannya bervariasi. Keterampilan ini
diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas atau peran-peran Kepala
Sekolah.
Berangkat dari konsep Robert L Katz dalam "Skill of an Effective
Administrator", bahwa posisi-posisi manajerial memerlukan tiga macam
tipe keterampilan dasar, yakni : keterampilan tehnikal, keterampilan
berhubungan dengan manusia, dan keterampilan konseptual.
Kompetensi dalam hubungan-hubungan antar perorangan
merupakan sebuah aktivum penting bagi seorang manajer, mengingat
bahwa setiap manajer melaksanakan pekerjaan melalui pihak lain, maka
harus mampu memadukan upaya-upaya bawahannya yang berbeda latar
belakang mereka.
Kemampuan untuk mengintegrasi berbagai macam kepentingan
secara simultan mempertahankan loyalitas dan enthusiasme bawahan
yang dipimpinnya, sangat membantu secara langsung kepada pencapaian
tujuan.
Keterampilan-keterampilan konseptual adalah esensial dalam
merumuskan problem-problem, menyajikan pemecahannya, menganalisis
data dan memberikan penilaian. Oleh karenanya kebutuhan akan
keterampilan-keterampilan tersebut berbeda dari satu posisi ke posisi lain
didalam setiap organisasi.
Dalam hal ini, Kepala Sekolah adalah berada pada posisi manajerial
yang paling dekat dengan Guru Sekolah Dasar, untuk itu menurut Alfonso,
Fith dan Nevile (1981), berangkat dari konsep keterampilan administrator
yang efektip sebagaimana yang dikemukakan oleh Katz (1955) dan Mann
(1965), ada tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah
sebagai pembina pengajaran di sekolah dasar, yakni :
Pertama, apa yang disebut dengan istilah Keterampilan
Teknis (Technical Skill), keterampilan ini berkenaan dengan
pengetahuan khusus yang diperlukan untuk memperformansikan
fungsi-fungsi pokok atau tugas-tugas yang berkenaan dengan
8
posisi pembina. Adapun rincian keterampilan teknis ini meliputi
antara lain ; menggunakan sistem observasi kelas, menetapkan
tujuan pengajaran, mengklasifikasikan temuan-temuan penelitian,
mengembangkan
sistem
pengajaran,
mendemonstrasikan
keterampilan pengajaran.
Kedua, adalah keterampilan Hubungan Kemanusiaan
(human relation skill), keterampilan ini berkenaan dengan
kemampuan kepala sekolah dalam bekerja sama dengan orang lain
dan memotivasi mereka agar bersungguh-sungguh dalam bekerja.
Dimana keterampilan ini meliputi antara lain ; merespon perbedaan
individual, memimpin diskusi, mendengarkan, memecahkan konflik,
dan memberi contoh.
Ketiga,
Keterampilan
manajerial (Managerial
Skill).
Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan membuat
keputusan dan melihat hubungan-hubungan penting dalam
mencapai tujuan. Keterampilan manajerial meliputi antara lain ;
menetapkan prioritas, mengukur kebutuhan guru, menganalisis
lingkungan pendidikan, menggunakan sistem perencanaan,
memonitor atau mengontrol aktivitas kelas.
Melalui keterampilannya tersebut, Kepala Sekolah menentukan
sasaran dan program pembinaan bagi guru-guru yang dipimpinnya,
setelah itu melakukan pembinaan dengan melalui strategi pembinaan
terpilih.
Sasaran pembinaan Kepala Sekolah bukan saja ditujukan kepada
aspek peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru, meiainkan juga
pada peningkatan komitmen atau kemauan atau motivasi guru.
Untuk itu Sergiovani (1987), menegaskan lebih lengkap tentang
tujuan pembinaan pengajaran, yakni pengawasan kualitas, pengembangan
profesional, dan memotivasi guru.
Pengawasan kualitas, Kepala Sekolah memonitor kegiatan belajar
mengajar melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas disaat guru
sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya,
maupun dengan sebagian murid-muridnya.
Pengembangan profesional, Kepala Sekolah membantu guru
mengembangkan
kemampuannya
dalam
memahami
pengajaran,
kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya, dan
menggunakan kemampuannya melalui tehnik-tehnik tertentu, dimana
tehnik tersebut bukan saja bersifat individual, akan tetapi dapat bersifat
kelompok.
Memotivasi guru, Kepala Sekolah mendorong guru menerapkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya,
mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta
10
mendorong guru agar memilikiperhatian yang sungguh-sungguh terhadap
tugas dan tanggung jawabnya.
Pengembangan profesional, Kepala Sekolah membantu guru
mengembangkan
kemampuannya
dalam
memahami
pengajaran,
kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya, dan
menggunakan kemampuannya melalui tehnik-tehnik tertentu, dimana
tehnik tersebut bukan saja bersifat individual, akan tetapi dapat bersifat
kelompok.
Memotivasi guru, Kepala Sekolah mendorong guru menerapkan
kemampuannya
dalam
melaksanakan
tugas-tugas
mengajarnya,
mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta
mendorong guru agar memilikiperhatian yang sungguh-sungguh terhadap
tugas dan tanggung jawabnya.
Program pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah harus
berencana, teratur dan kontinu, dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pembinaan.
Kemampuan yang dijelaskan oleh Broke dan Stone merupakan
gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti,
sedangkan menurut Charles E Jhonson, kemampuan merupakan perilaku
yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan
kondisi yang diharapkan.
11
Dari kedua pendapat tersebut, maka kemampuan mengacu kepada
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, yang
ditunjukkan melalui "performance", atau perbuatan-perbuatan yang
rasional untuk memenuhi verifikasi tertentu di dalam melaksanakan tugas
pendidikan.
Dalam hal tersebut, Cooper mengemukakan empat kompetensi
Guru, yakni : (a), mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah
laku manusia, (b) mengetahui pengetahuan dan menguasai bidang studi
yang dibinanya, (c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri,
sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, (d) mempunyai
keterampilan tehnik mengajar.
Pendapat yang hampir serupa dikemukakan oleh Glasser. Menurut
Glasser ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni : (a) menguasai
bahan pelajaran, (b) mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, (c) mampu
melaksanakan proses belajar mengajar, (d) mampu mengukur hasil
belajar siswa.
Bertolak dari pendapat tersebut, maka kemampuan Guru dapat
dibagi kedalam tiga bidang, yakni :
a. Kemampuan Profesional (Profesional Competency), yakni
kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses belajar
mengajar, seperti penguasaan materi setiap mata pelajaran,
penguasaan
dalam pengeiolaan kelas, Penguasaan dalam
12
pengelolaan Program Belajar Mengajar , Keterampilan dalam
menggunakan metode pengajaran, serta penguasaan dalam
menggunakan tehnik evaluasi.
b. Kemampuan Pribadi (Personal Competency), Kemampuan yang
berkaitan dengan kemantapan dan integritas pribadi guru,
termasuk didalamnya komitmen guru dalam melaksanakan
tugas, keuletan dan ketekunan dalam melaksanakan tugas,
kreativitas, kewibawaan, serta disiplin dalam arti luas.
c. Kemampuan Sosial (Sociaal Competency), adalah kemampuan
guru dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk siswa,
teman sejawat, atasan, orang tua murid, masyarakat sekitar, juga
dengan BP3. Dimana kemampuan tersebut meliputi keterampilan
berkomunikasi, kerjasama, keluwesan dalam bergaul, dan
kemampuannya dalam menarik simpati.
Dengan demikian jelaslah, bahwa tiga kemampuan dasar tersebut
harus dimiliki oleh setiap guru sekolah dasar dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik dan pengajardi sekolah dasar.
Akan tetapi kemampuan dan kecakapan guru mendidik dan
mengajar tersebut diatas tidak akan berkembang pesat bila hanya
mengandalkan pengalaman. Pengalaman kadang-kadang terialu rutin dan
monoton, bahkan kurang memupuk potensi-potensi kreativitas yang
semula ada, apabila tidak dirangsang, didorong serta dilengkapi dengan
13
pengetahuan-pengetahuan baru agar dapat menumbuhkan sikap profesi
yang makin matang, sikap ingin mencoba, ingin belajar dan ingin maju
terus serta sikap ingin selalu mengadakan inovasi dan mencoba berkreasi.
Hal tersebut diatas dapat diupayakan melalui berbagai pembinaan
yang dilakukan oleh atasan langsung guru tersebut, dimana salah satu
atasan yang terdekat yang lebih mengetahui keberadaan guru tersebut
adalah Kepala Sekolah .
Dengan demikian esensi pembinaan yang dilakukan oleh kepala
sekolah terhadap guru-guru sekolah dasar adalah membantu guru dalam
mengembangkan kompetensinya, sehingga guru tersebut memiliki
kemampuan (ability) dan kemauan (motivasi), dimana kemampuan dan
kemauan tersebut tercermin dari kinerja guru yang bersangkutan.
Dalam kesehariannya, kepala sekolah selalu disibukan dengan
berbagai rutinitas tugas, baik itu yang berasal dari unsur Dinas maupun
dari unsur Departemen, disamping fasilitas waktu, tempat, dan biaya yang
relatif kurang memadai, menjadikan kendala bagi para kepala sekolah
dalam melakukan pembinaan secara terprogram melalui strategi yang
terpilih , dengan mengharapkan hasil yang efektif.
Pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat dikatakan
baik dan efektif jika kepala sekolah dalam peranannya sebagai pembina
pengajaran mampu meningkatkan kemampuan dan kemauan guru dalam
14
melaksanakan tugasnya,
sehingga pembinaan tersebut mampu
mengubah perilaku mengajar guru .
Kaitannya dengan peiaksanaan pembinaan tersebut, Kotamadya
Bandung yang memiliki 948 Sekolah Dasar Negeri, dan 5243 orang guru
Sekolah Dasar, dibina oleh 910 Kepala Sekolah Dasar Negeri, yang
tersebar di 26 Kecamatan.
Dibanding dengan kabupaten dan kotamadya lainnya, Bandung
memiliki tingkat kepadatan sekolah yang tinggi dan jumlah guru yang
besar. Profil kependidikan Sekolah Dasar tersebut, dengan berbagai latar
sosial budaya dan sosial ekonomi yang majemuk dan industrial,
memerlukan penanganan yang profesional.
Penelitian tentang pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah,
diharapkan mampu memberikan kontribusi yang maksimal terhadap
peningkatan mutu pendidikan Sekolah Dasar di wilayah tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Peningkatan kualitas pendidikan khususnya di Sekolah Dasar
merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan sumber daya
manusia, Sekolah Dasar adalah satuan pendidikan formal pertama yang
mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar.
15
Dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut, Kepala Sekolah
sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peran yang sangat besar dalam
keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar, karena berkembangnya
semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan
pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu
profesional guru banyak ditentukan oleh kualitas pembinaan yang
dilakukan oleh kepala sekolah.
Pembinaan Kepala Sekolah yang dimaksud adalah pembinaan yang
diberikan terhadap para guru, agar mereka dapat meningkatkan
kemampuan, dan kemauan sehingga mampu meningkat kompetensi guru
yang dimilikinya , dimana kompetensi sebagai penyatuan kemauan dan
kemampuan tersebut dapat tercermin dari kualitas kinerja yang
ditunjukkannya dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar
mengajar.
Pembinaan tersebut akan berhasil dengan baik apabila Kepala
Sekolah memiliki keterampilan dalam melaksanakan pembinaan, yang
meliputi keterampilan teknis, keterampilan hubungan kemanusiaan, dan
keterampilan manajerial. Dimana dalam peiaksanaan pembinaannya selalu
ditujukan kepada peningkatan kemampuan guru, dengan menggunakan
program yang terencana, teratur dan kontinu, serta memperhatikan
prinsip-prinsip pembinaan, melalui tehnik pembinaan yang strategis.
16
Dengan demikian maka efektifitas pembinaan kepala sekolah,
tercermin dari kualitas kinerja guru-gum yang dipimpinnya. Untuk itu maka
masaiah dari penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana keterampilan kepala sekolah dalam melaksanakan
pembinaan terhadap guru-gum yang dipimpinnya ?.
2. Sampai sejauh mana pembinaan yang dilakukan oleh kepala
sekolah efektip sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja
guru dalam melaksanakan tugasnya?.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis mengemukakan
judul : "EFEKTIVITAS PEMBINAAN OLEH KEPALA SEKOLAH
DILIHAT DARI KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR"
( Studi Kasus pada Sekolah Dasar diKotamadya Bandung).
Penelitian ditujukan kepada kemampuan Kepala Sekolah dalam
melaksanakan pembinaan yang meliputi ketrampilan teknis, keterampilan
dalam hubungan kemanusiaan, serta keterampilan manajerial.
Keterampilan yang dimiliki oleh Kepala Sekolah tersebut sampai
sejauh mana dapat meningkatkan kemampuan profesional, kemampuan
pribadi dan kemampuan sosial Guru Sekolah Dasar, yang tercermin dalam
kinerja Guru Sekolah dasar dalam melaksanakan tugasnya.
A —
!
/
C. PARADIGMA PENELITIAN.
Untuk memberikan gambaran tentang pembinaan yang dilakukan
oleh kepala sekolah , diperlukan acuan penelitian yang akan dibahas
secara rinci, dalam bentuk paradigma penelitian sebagai berikut :
Gambar 1
PARADIGMA PENELITIAN
Sebagai
Administrator
Peranan
Keberhasilan
Pendidikan di
Sekolah Dasar
Kepaia Sekolah
dalam pendidikan
t
JSebagai
[Supervisor
Keterampiian
Kemampuan
Manajerial
Kualitas
Kemampuan j
Kinerja
Profesi
melaksanakan! Keterampilan
Guru
Pembinaan
Sekolah
Dasar
Teknis
Keterampilan
Hubungan
Kemampuan
Pribadi
18
Kepaia Sekolah Dasar mempunyai peranan yang sangat besar
dalam keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar. Sebagai administrator,
kepala sekolah dituntut untuk memimpin pengelolaan pendidikan , dan
sebagai supervisor kepala sekolah dituntut untuk memberikan bimbingan,
bantuan, pengawasan, dan penilaian pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan teknis pendidikan.
Dalam melaksanakan perannya, setiap kepala sekolah dasar harus
memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembinaan, terutama kepada
guru-guru yang dipimpinnya, agar dapat meningkatkan daya guna dan
hasil guna dalam suatu proses kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Essensi pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah
membantu guru dalam mengembangkan kemampuan dasar yang paling
pokok, yakni kemampuan profesional, kemampuan pribadi dan
kemampuan sosial. Dimana kemampuan guru tersebut tercermin dalam
kualitas kinerja yang ditampiikan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya.
Dengan demikian pembinaan yang dilaksanakan kepala sekolah
dapat dikatakan efektif, apabila mampu meningkatkan kualitas kinerja
guru-guru yang dipimpinnya.
Untuk mengetahui sampai sejauh mana pembinaan oleh kepala
sekolah tersebut efektif, sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja
guru-guru yang dipimpinnya, maka dalam penelitian ini dikemukakan dua
IQ
variabel penelitian, yakni variabel pembinaan kepala sekolah sebagai
variabel bebas, dan variabel kualitas kinerja guru sebagai variabei terikat.
Indikator variabel bebas, atau pembinaan kepala sekolah terdiri dari
keterampilan manajerial, keterampilan teknis dan keterampilan hubungan
kemanusiaan, dengan berbagai aspek yang diamati seperti berikut:
a. Keterampilan manajeriai, mengamati aspek-aspek manajerial yang
dimiliki oieh setiap kepaia sekolah, yakni : kepemilikan visi;
keterampilan dalam perencanaan kegiatan sekoiah; pengorganisasian
sekolah; memotivasi; mengembangkan kemampuan guru; dan
memonitor aktivitas guru.
b. Keterampilan Teknis, mengamati aspek-aspek teknis pendidikan dan
pengajaran yang dimiliki oleh kepala sekolah, yakni : menentukan
tujuan, merencanakan program; mengobservasi kelas; pengelolaan
kegiatan
belajar mengajar;
penyeleksian sumber mengajar;
mengevaluasi metoda mengajar; memonitor tehnik evaluasi; dan
mengadakan sarana.
c. Keterampilan Hubungan Kemanusiaan, mengamati aspek-aspek sosial
dalam hubungannya dengan tugas kepaia sekolah, yakni : keterampilan
kepala sekolah dalam berkomunikasi/menjelaskan; merespon perbedaan
individual; kerjasama; dan memecahkan konflik.
20
Adapun indikator variabel terikat, atau kualitas kinerja guru terdiri
dari kemampuan pribadi, kemampuan profesi dan kemampuan sosial,
dengan aspek-aspek yang dlamati sebagai berikut :
a. Kemampuan pribadi, mengamati kemampuan yang berkaitan dengan
kemantapan dan integritas pribadi guru dalam melaksanakan tugas,
termasuk didaiamnya komitmen guru dalam melaksanakan tugas; motivasi
kerja; kreativitas; dan disipiin kerja.
b. Kemampuan Profesi, mengamati kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam proses belajar mengajar, seperti pemahaman kurikulum;
kemampuan merencanakan pengajaran; penguasaan materi pengajaran;
pengelolaan kelas; pengelolaan kegiatan belajar mengajar; penggunaan
alat peraga; dan penggunaan tehnik evaluasi.
c. Kemampuan Sosial, adalah kemampuan guru daiam berhubungan
dengan orang lain, termasuk siswa, teman sejawat, atasan, orang tua
siswa, dan masyarakat sekitar. Dimana kemampuan tersebut meliputi
keterampilan berkomunikasi; bekerjasama; dan afeksi.
21
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.
1. Tujuan Penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan :
a. Gambaran deskriptif tentang keterampiian kepala sekolah dasar
di Kotamadya Bandung, dalam melaksanakan pembinaan
terhadap guru-gum yang dipimpinnya.
b. Gambaran deskriptif tentang kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar
di Kotamadya Bandung.
c. Gambaran deskriptif tentang efektivitas pembinaan Kepala
Sekoiah Dasar sampai sejauh mana dapat berpengaruh dalam
meningkatkan kualitas kinerja guru sekoiah dasar di Kotamadya
Bandung.
d. Gambaran deskriptif tentang keterampilan kepala sekolah dasar,
sampai sejauh mana dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas kinerja guru-guru yang dipimpinnya.
2. Manfaat Penelitian.
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
llmu Administrasi Pendidikan terutama mengenai pembinaan yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah Dasar, sampai sejauh mana dapat
mempengaruhi kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.
22
Secara praktis penelitian ini bermanfaat:
a. Sebagai evaluasi bagi pembinaan Kepaia Sekolah Dasar.
b. Sebagai masukan bagi pembinaan Kepala Sekolah Dasar.
E. ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS
1. Anggapan Dasar
Anggapan Dasar adaiah titik tolak pemikiran yang kebenarannya
diterima oieh peneliti. Anggapan Dasar ini diperlukan untuk memperkuat
permasalahan, membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan obyek
penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen pengumpul data.
Seperangkat pendapat yang dibangun sebagai landasan untuk
keyakinan tentang kokohnya peiaksanaan penelitian, adalah sebagai
berikut:
1. "...pembinaan kepegawaian mencurahkan perhatiannya pada
pribadi-pribadi dalam hubungannya dengan pekerjaan dan
perusahaan (organisasi), ia menaruh perhatian terutama pada
hubungan perorangan. Oleh karena itu maka pembinaan
kepegawaian adalah pembinaan terhadap pribadi-pribadi,
masalah-masalah dan hubungannya terhadap penyesuaian
pribadi "(Gordon LWatkins ; 1985;95)
23
2. "...sebagai konsekuensi dari pembinaan kepegawaian maka
setiap manajer di tingkat apapun juga adalah juga sebagai
manajer kepegawaian, karena pekerjaan utama mereka
berhubungan dengan sumber daya manusia. Efektivitas mereka
erat kaitannya dengan efektivitas dari pegawai-pegawai
mereka". (Robert LMathis, 1979;8).
3. "Pembinaan pegawai tidak saja ditujukan terhadap usaha
pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan kejiwaan". (Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974).
4. "Kepala Sekolah bertanggung jav/ab atas penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeiiharaan
sarana dan prasarana ". (pasai 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1990).
Dari berbagai
pendapat tersebut diatas,
maka penulis
mengemukakan Anggapan Dasar sebagai berikut:
Kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan pembinaan
akan menentukan kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.
24
2. Hipotesis.
Berdasarkan Anggapan Dasar tersebut, maka penulis mengajukan
Hipotesis Penelitian sebagai berikut :
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
pembinaan Kepala Sekolah dengan kualitas kinerja Guru
Sekoiah Dasar.
a.. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
keterampilan manajerial yang dimiliki oleh Kepala Sekolah
dengan kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.
b. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
keterampiian teknis yang dimiliki oleh Kepala Sekolah dengan
kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.
c. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
keterampilan hubungan kemanusiaan yang dimiliki oleh
Kepala Sekolah dengan kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN.
_-""''
\
^vx
Untuk memudahkan dalam mengikuti jalan pemikiran penulis, mafar\
penuiisan ini disusun dengan sistematika pembahasany^gai.b&dt: ~3jj
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan. Pafebab^Tni penults/
mengutarakan gambaran umum tentang latar beiakang ma§Sfe*^w6sfn
masaiah, tujuan dan manfaat penelitian, agar pembaca memahami maksud
zo
penulis.
Selanjutnya diuraikan pula Anggapan Dasar dan Hipotesis
yang diajukan. dan pada sub bab terakhir, penulis menyampaikan
sistematika pembahasan dengan maksud seperti penulis sampaikan pada
awai tulisan ini.
Bab kedua , Merupakan uraian-uraian tentang teori-teori dasar yang
ada kaitannya dengan efektivitas pembinaan yang dilaksanakan oleh
kepala sekolah dasar.
Bahasan
diawali
dengan
mengutarakan
peranan kepala sekolah dalam pendidikan, kepaia sekolah sebagai
pemimpin pendidikan juga sebagai supervisor pengajaran. Sub bagian
kedua adaiah tentang pembinaan kompetensi guru yang diilaksanakan
oleh kepala sekolah dasar, dimana didalamnya dipaparkan tentang konsep
dan teori pembinaan serta kriteria efektivitas pembinaan oleh kepala
sekolah. Dan Sub bab yang terakhir dari bab kedua ini yaitu tentang
konsep kinerja guru, dimana dalam uraiannya dikemukakan tentang
konsep kompetensi yang hams dimiliki oleh setiap guru dalam
melaksanakan tugasnya, yang ditunjukkan dalam bentuk kinerja guru yang
bersangkutan, serta kriteria kualitas kinerja guru sekolah dasar.
Bab ketiga, Menjabarkan lebih rinci tentang prosedur penelitian,
yang secara garis besar telah disinggung pada bab satu.Diawali dengan
metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, serta iokasi
penelitian yang meliputi populasi dan sampel yang diteliti. Berikutnya
adalah pengembangan aiat pengumpul data dan membahas mengenai
26
jenis dan cara pengumpulan data serta laporan tentang instrumen yang
digunakan, beserta validitas dan reliabilitasnya. Dalam sub bab ini pula
dibahas pula tentang prosedur pengoiahan dan analisis data.
Bab keempat, Dalam bab ini penulis menyajikan analisis data hasil
penelitian, termasuk didalamnya uraian tentang deskripsi data hasil
penelitian yang dilanjutkan dengan mendeskripsikan data setiap variabel
yang diteliti, yakni variabel pembinaan oleh kepala sekolah dan variabel
kualitas kinerja guru. Berikutnya dalam bahasan analisis bivariate dan
analisis univariate dijeiaskan secara rinci tentang pengujian secara statistik
atas hipotesis yang diajukan serta hasil yang diperoleh melalui penelitian.
Bab kelima, Akhirnya pada bab ini
penulis akan
mencoba
mengemukakan beberapa kesimpulan dari uraian yang telah dikemukakan,
yakni kesimpulan tentang peiaksanaan pembinaan oleh kepaia sekolah
dasar di Kotamadya Bandung, tentang kualitas kinerja guru-guru sekolah
dasar di Kotamadya Bandung, serta sampai sejauhmana pembinaan yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah dasar tersebut dapat berpengaruh
terhadap guru-guru sekolah dasar yang dipimpinnya, untuk kemudian
diajukan rekomendasi bagi para pembuat kebijakan, para pengguna hasil
penelitian serta para peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini, sebagai
sumbangan penulis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
Demikian sistematika pembahasan penuiisan tesis ini.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Penelitian
ini dimaksudkan
untuk mengungkap gambaran
peiaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, sampai
sejauh mana pengaruhnya terhadap kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar
yang di Kotamadya Bandung.
Oleh karena dalam penelitian ini, menggunakan populasi yang
sangat besar, dengan jumlah responden yang cukup banyak , dimana
data yang dikumpuikan dengan menggunakan alat pengumpul data yang
utama dalam bentuk kuesioner, maka metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian survai.
Penelitian survai merupakan usaha yang sistematis untuk
mengungkapkan fenomena sosial, dengan cara memandang fenomena
tersebut sebagai hubungan antar variabel.
Masri Singarimbun (1989 ; 4), mengemukakan pendapat bahwa
penelitian survai dapat digunakan dengan maksud (1) penjajagan
(eksploratif); (2) deskriptif; (3) penjelasan (explanatory atau confirmatory)
;yakni untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa ; (4)
evaluasi ; (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang
110
111
akan datang ; (6) penelitian operasional ; dan (7) pengembangan
indikator-indikator sosial.
Wallace (1973 ; 16-24), menggambarkan penelitian survai, sebagai
proses untuk mentrasformasikan lima komponen informasi ilmiah, dengan
enam kontrol metodologis. Komponen-komponen informasi ilmiah yang
dimaksud, adalah : (1) teori ; (2) hipotesa ;(3) observasi ; (4) genaralisasi
empiris ;dan (5) penerimaan atau penolakan hipotesa. Kontrol metodologis
adalah : (1) deduksi logika ; (2) interpreted, penyusunan instrumen,
penyusunan skala dan penentuan sampel ; (3) pengukuran
penyederhanaan data, dan perkiraan parameter, (4) pengujian hipotesa,
inferensi logika, dan (5) formulasi konsep, formulasi proposisi, serta (6)
penataan proposisi.
Dari berbagai pendapat tersebut, maka penelitian survei terdiri dari
dua tahap, yakni proses teoritisasi dan proses empirisasi. Pemahaman
tentang berbagai unsur penelitian diperlukan agar dapat merumuskan
hubungan-hubungan teoritis dengan baik. Pada tahap empirisasi
diperlukan pengetahuan tentang variabel, hipotesa, dan defmisi
operasional, agar mempunyai gambaran yang jelas tentang data yang
hendak dikumpuikan.
Dengan demikian informasi yang dikumpuikan bersifat faktual dan
mampu memberikan gambaran tentang gejala-gejala yang ada dimana hal
112
ini mempunyai implikasi untuk mengembangkan sumber daya manusia
selanjutnya.
Penelitian survai dimulai dengan munculnya minat peneliti terhadap
suatu fenomena sosial tertentu. Minat itu kemudian disusun menjadi
masaiah penelitian yang lebih jelas dan lebih sistematis dengan
menggunakan informasi ilmiah yang sudah tersedia dalam literatur, yakni
teori.
Karena teori adalah informasi ilmiah yang abstrak sifatnya, maka
melalui deduksi logika, teori yang abstrak tadi diterjemahkan menjadi
hipotesa, yakni informasi ilmiah yang lebih spesifik dan lebih sesuai
dengan tujuan penelitian.
Hipotesa memberikan informasi tentang variabel-variabel penelitian
serta hubungannya. Untuk mengumpulkan informasi yang cocok dengan
variabel-variabel tadi, maka serangkaian kontrol metodologis dilakukan .
Interpretasi yang tepat atas konsep dan konstruk yang akan diteliti,
serta penggunaan instrumen yang tepat sesuai konsep dan konstruk,
sangat penting artinya, karena konsep yang diteliti bersifat abstrak. Begitu
pula halnya dengan populasi penelitian yang cukup besar jumlahnya,
sehingga periu ditentukan sampel yang tepat pula.
Dari langkah metodologis tersebut, diperoleh informasi yang relevan
berupa data. Data yang terkumpul tersebut kemudian diolah dengan
menggunakan metoda pengolahan data yang teliti.
113
Atas dasar data yang sudah disederhanakan, kemudian dibuat
generalisasi empiris atau kesimpulan-kesimpulan umum yang didasarkan
atas fakta-fakta empiris tentang sampel penelitian.
Penelitian ini tidak hanya sekedar memberikan gambaran tentang
sekelompok sampel dan populasi tetapi lebih jauh melihat bagaimana
pengaruh antara kedua variabelnya. Oleh karena itu dalam upaya
memperkaya date dan lebih memahami variabel-variabel yang diteliti,
diupayakan untuk menambah informasi kualitatif pada date kuantitatif.
Dengan demikian, maka tambahan berbagai informasi kualitatif
tersebut, diharapkan memperoleh gambaran yang sangat jelas tentang
variabel-variabel yang diteliti.
B. LOKASI DAN SAMPEL
1. Lokasi Penelitian.
Lokasi penelitian dilakukan di Kotamadya Dati II Bandung, yang
terdiri dari enam wilayah, dan 26 kecamatan. Kotamadya Bandung
sebagai ibukota propinsi Jawa Barat berfungsi sebagai pusat kota
pemerintahan juga merupakan pusat pendidikan, perdagangan, pariwisata,
dan kota industri.
Adapun penetapan lokasi penelitian, berdasarkan pada aiasan yang
menguntungkan :
114
Pertama, Kondisi kuantitatif sekolah di Kotamadya Bandung relatif
beragam. Dilihat dari beberapa hal di Kotamadya Bandung, terdapat
kualitas sekolah dasar dalam kategori baik, sedang dan kurang, yang
dikarenakan beberapa faktor.
Kedua, Keragaman kondisi kualitas sekolah dasar tersebut
berimpllkasi
terdapatnya
permasalahan
yang
beragam
dalam
pembinaannya.
Ketiga, Studi tentang efektivitas pembinaan oleh kepala sekolah,
dilihat dari kualitas kinerja guru sekolah dasar, belum pernah dilakukan
secara intensif.
2. Populasi Penelitian.
Populasi penelitian adalah meliputi keseiuruhan aspek peiaksanaan
pembinaan Kepala Sekolah Dasar dan Kinerja Guru Sekolah Dasar di
Kotamadya Bandung. Dengan demikian yang menjadi anggota populasi
adalah 918 orang Kepala Sekolah Negeri dan 5243 orang Guru Sekolah
Dasar Negeri yang tersebar pada 910 Sekolah Dasar Negeri di 26
Kecamatan Kotamadya Bandung.
Berikut ini adalah tabel tentang banyaknya kepala sekolah dan guru
yang dijadikan responden dalam populasi penelitian.
115
Tabei 1
POPULASI PENELITIAN
PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH
DAN KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR.
NO
NAffiA
KKCAtoATAN
JUWEEAfi
i $D
KERALA:
GURU SD/
UMUM
SD
1
Andir
31
29
174
2
Arcamanik
33
33
227
3
Astanaanyar
50
46
224
4
Babakan Ciparay
53
51
229
5
Bandung Kidul
16
13
72
6
Bandung Kulon
41
41
227
7
Bandung Wetan
4
4
26
8
Batununggal
52
51
291
9
Bojongloa Kaler
18
18
81
10
Bojongloa Kidul
22
22
118
11
Cibeunying Kaler
24
23
149
12
Cibeunying Kidul
61
52
352
13
Cibiru
35
35
230
14
Cicadas
46
44
307
15
Cicendo
50
50
239
16
Cidadap
18
17
72
17
Coblong
65
64
318
18
Kiaracondong
59
56
340
19
Lengkong
26
26
165
20
Margacinta
37
35
264
;
116
21
Rancasari
17
17
106
22
Regol
56
49
244
23
Sukajadi
44
42
215
24
Sukasari
38
36
166
25
Sumur Bandung
24
22
148
26
Ujung Berung
34
34
259
948
910
5,243
Jumlah
Sumber: Dinas Pdan KKotamadya Bandung, Tahun 1998.
Dari jumlah populasi yang ada, akan diambil sampel dengan cara
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel atau Probability Sampling, melalui
tehnik Cluster Sampling (Area Sampling) karena populasi yang akan
dijadikan obyek penelitian sangat luas.
Sedangkan jumlah sampel yang akan diambil merujuk pada
pendapat Suharsimi Arikunto (1987 ; 107), bahwa apabila populaslnya
lebih besar dari 100, maka dapat diambil 10% -25% atau lebih, tergantung
kepada :
1) Kemampuan peneliti yang meliputi dana, waktu dan tenaga.
2) Sempitatau luasnya pengamatan
3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
117
Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan diambil
sampel dari 4 kecamatan yakni, kecamatan Arcamanik, Bandung Weten,
Bandung Kidul dan Sumur Bandung, dengan rincian sebagai berikut:
1) Kecamatan Arcamanik
Memiliki 33 Sekolah Dasar Negeri, dengan 33 orang Kepala Sekolah
dan 227 orang Guru Sekolah Dasar Negeri.
Sampel yang diambil adalah 17 orang Kepala Sekolah, dan 17 orang
Guru Sekolah Dasar.
2) Kecamatan Bandung Weten.
Memiliki 4 Sekolah Dasar Negeri, dengan 4 orang Kepala Sekolah dan
26 Guru Sekolah Dasar.
Sampel yang diambil adalah 4 Kepala Sekolah dan 4 Guru Sekolah
Dasar.
3). Kecamatan Bandung Kidul.
Memiliki 16 Sekolah Dasar Negeri, dengan 13 Kepala Sekolah dan 72
Guru Sekolah Dasar.
Sampel yang diambil adalah 3 Kepala Sekolah Dasar Negeri, dan 3
Guru Sekolah Dasar Negeri.
4) Kecamatan Sumur Bandung.
Memiliki 24 Sekolah Dasar Negeri, dengan 22 orang Kepala Sekolah
dan 148 orang Guru Sekolah Dasar.
118
Sampel yang diambil adalah 13 orang Kepala Sekolah dan 13 orang
guru Sekolah Dasar Negeri.
3. Sampel Penelitian.
Dengan demikian jumlah sampel yang diteliti, adalah 37 Sekoiah
Dasar Negeri. dengan 37 Kepala Sekolah Dasar dan 37 Guru Sekolah
Dasar sebagai responden. Berikut ini adalah daftar responden dar ke 37
Sekolah Dasar Negeri di Kotamadya Bandung :
Tabel 2.
DAFTAR RESPONDEN
Ho
32
Na-maSekolah pw&r
Keeamaftan
Bina Harapan 01
Arcamanik
Bina Harapan 02
Arcamanik
Bina Harapan 05
Arcamanik
42
Sukakarya
Arcamanik
52
Sukakarya III
Arcamanik
Nugraha
Arcamanik
Lokajaya II
Arcamanik
Lokajaya III
Arcamanik
Sindanglaya
Arcamanik
10
Sindanglaya
Arcamanik
11
Sindanglaya V
Arcamanik
12
Sindanglaya IX
Arcamanik
13
Arcamanik Endah
Arcamanik
14
Arcamanik
Arcamanik
119
15
16
17
Sukamiskin
Cisaranten Kulon
Cisaranten Kulon VIII
Arcamanik
Arcamanik
Arcamanik
18
Ciujung
Bandung Wetan
19
Ciujung II
Bandung Wetan
20
Ciujung
Bandung Wetan
21
Ciujung IV
Bandung Wetan
22
Batununggal
Bandung Kidul
23
Batununggal
Bandung Kidul
24
Pasawahan IV
Bandung Kidul
25
Banjarsari
Sumur Bandung
26
Banjarsari
Sumur Bandung
27
Banjarsari IV
Sumur Bandung
28
Banjarsari VI
Sumur Bandung
29
Soka 34/1
Sumur Bandung
30
Soka 34/III
Sumur Bandung
31
Soka 34/ V
Sumur Bandung
32
Soka 34/VI
Sumur Bandung
33
Merdeka 5/II
Sumur Bandung
34
Merdeka 5/IV
Sumur Bandung
35
Merdeka 5A/I
Sumur Bandung
36
Patrakomala II
Sumur Bandung
37
Patrakomala III
Sumur Bandung
120
C. PENGEMBANGAN ALAT PENGUMPUL DATA
1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.
Dalam penelitian ini, selain menggunakan observasi, dan
wawancara, juga dipergunakan alat pengumpul data yang berupa angket
(kuesioner), mengenai variabel yang sedang diteliti, yaitu Variabel
Pembinaan Kepala Sekolah dan Variabel Kinerja Guru Sekolah Dasar di
Kotamadya Bandung. Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar dalam
pembuatan alat pengembangan /pengumpul date ini adalah :
a. Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti
dapat dianalisis dan diolah secara statistik.
b. Dengan pengumpulan data tersebut, memungkinkan dapat
diperoleh data yang obyektif.
c. Dengan alat pengumpul data ini, memungkinkan penelitian
dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu,
biaya dan tenaga.
Jelasnya alat pengumpul data untuk mengungkapkan variabel
Pembinaan Kepala Sekolah dan
Kinerja Guru Sekolah
Dasar
menggunakan tehnik kuesioner ateu angket dengan jawaban tertutup.
Jawaban yang diberikan responden dinilai dengan menggunakan skala
berjenjang, dengan bates tertinggi 5 dan bates terendah 1.
Untuk mengukur tiap variabel digunakan instrumen, yang dapat
menjaring indikator-indikator yang akan diukur. Untuk Variabel Pembinaan
121
Kepala Sekolah, meliputi aspek keterampilan Teknis, keterampilan
hubungan kemanusiaan, dan keterampilan manajerial. Adapun aspek dari
Variabel Kemampuan Guru Sekolah Dasar Negeri, meliputi kemampuan
profesional, kemampuan pribadi, dan kemampuan sosial.
2. Kesahihan (Validity) dan keterandalan (Reliability) Instrumen.
Instrumen pengumpul data dalam penelitian harus memenuhi
persyaratan kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability). Oleh
karenanya dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data penelitian, teriebih dahulu diuji cobakan guna
mengetahui kesahihan dan keterandalan tidaknya intrumen.
Validitas.
Validitas adalah suatu pengukuran untuk mengetahui apakah
instrumen betul-betul mengukur suatu atribut yang dikehendaki. Dengan
demikian validitas instrumen akan menunjukkan apakah instrumen yang
dimaksud berguna atau tidak.
Kerlingger (1990 ; 730) menyatakan bahwa definisi yang lazim
mengenai
validitas
tercermin
dalam
pertanyaan
:"Apakah
kite
sungguh-sungguh mengukur ihwal yang memang kite ingin ukur ?". Dalam
pertanyaan ini ditekankan adalah apa yang sedang diukur.
122
Kemudian pernyataan Julian C. Stanley & Kenneth D. Hopkins
(1972; 101), sebagai berikut:
"The validity of a measure is how well it fulfills the function for
which it is being used the degree to which it is capable ofachieving
certain aims. Regardless of other merits ofa test, if it lacks validity
for aparticulr task, the information it provides is useless. The validity
ofa testis the accuracy ofspesific prediction made from itsscores".
Selanjutnya Sugiyono (1993 ; 93) menyatakan bahwa "...hasil
penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan date yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti". Kalau
dalam obyek berwarna merah, maka date yang terkumpul juga
memberikan data merah.
Jadi dalam mengukur validitas, kita melihat isi dan kegunaan instrumen
tersebut. Muljarto Tjokrowinoto (1981 ; 27), menyatakan bahwa validitas
akan menjawab beberapa pertanyaan, dianteranya :
"Unsur-unsur apa yang terdapat dalam instrumen ?, Untuk apa
instrumen diciptakan dan apakah tujuan pencipteannya tercapai ? Apakah
instrumen itu sesuai dengan konsep dan variabel yang hendak diukur ?."
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa suatu instrumen
yang valid untuk tujuan tertentu belum tentu valid untuk tujuan lain. Untuk
DILIHAT DARI KUALITAS KINERJAGURU SEKOLAH DASAR
(Studi Kasus pada Sekolah Dasar Negeri di Kotamadya Bandung)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang StudiAdministrasi Pendidikan
oleh:
ATTYRESMIATI
9696007
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTTTUT KEGURUAN DAW ILMU PENDIDIKAN
1998
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing
d Fakry Gaffar, M Ed.
Pembimbing II
H
/
Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab.MA
?f
Diketahui
Ketua Program Administrasi Pendidikan
Prof. Dr. H. E. Kusmana
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Tesis ini adalah sepenuhnya karya saya
sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang termasuk plagiat dari karya orang
lain
ATTY RESMIATIARIFIEN
DAFTAR
ISi
iamar
JUDUL
!
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
V
UCAPAN TERIMA KASIH
vjj
ABSTRAK
IX
DAFTAR ISi
Xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
wi
^
i
A. Latar Belakang Masaiah
-j
B. Rumusan Masaiah
14
C. Paradigma Penelitian
17
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
21
21
21
E. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
2. Hipotesis
22
22
24
F. Sistimatika Pembahasan
24
XII
BAB IS EFEKTIVITAS PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH ...
27
A. Peran Kepala Sekolah dalam Pendidikan
27
1.KepalaSekoiahSebagai Pemimpin Pendidikan. .
30
2. Kepala Sekolah sebagai Supervisor
42
B. Pembinaan Kepaia Sekolah
1. Konsep Pembinaan
54
54
2. Efektivitas Pembinaan
C. Kinerja Guru
83
1. Kompetensi Guru
2. Kualitas Kinerja Guru
Q3
97
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
110
A. Metoda Penelitian
110
B. Lokasi dan Sampe! Penelitian
113
C. Pengembangan Aiat Pengumpui Data
1. Jenis dan Cara Prngumpulan Data
120
120
2. Kesahihan
(Validity)
dan
Keterandalan
(Reliability) instrumen
121
3. Hasii Uji Coba Validitas dan Reliabilitas
131
4. Pelaksanaan dan Pengambiian Data
137
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
139
A. Prosedur Pengolahan dan Analisis data
139
B. Deskripsi Data
141
C. Deskripsi Variabei yang Diteliti
1. Pembinaan Kepala Sekolah
2. Kinerja Guru Sekolah Dasar
145
145
182
D. Analisis Bivariate
212
E. Analisis Univariate
218
XIII
BABV KESiMPULAN DAN REKOMENDAS!
A. Kesimpulan
232
232
1. Peiaksanaan Pembinaan Kepala Sekolah Dasar
233
2. Kinerja Guru Sekolah Dasar
234
3. Pengaruh Pembinaan Kepaia Sekolah terhadap
Kinerja Guru
236
B. Rekomendasi
C. Penutup
240
242
DAFTAR PUSTAKA
243
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A.TABEL
247
B. INSTRUMEN PENELITIAN
C. TANDA BUKTi PENELITIAN
251
271
Xi\
DAFTAR TABEL
Tabe!
1
2
3
4
5
6
7
8
9
halaman
115
11 g
Kisi-kisi instrumen Pembinaan Kepala Sekolah
125
Kisi-kisi instrumen Kinerja Guru
126
Hasil Perhitungan Validitas Item Pembinaan Kepaia Sekolah
132
Hasil Perhitungan Validitas Item Kinerja Guru Sekolah Dasar
133
Uji Reliabiiitas Pembinaan Kepala Sekolah
135
Uji Reliabiiitas Kinerja Guru
135
Penyebaran Angket dan Jumiah angket yang dioiah
144
Populasi Penelitian
Daftar Responden
10 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Keterampilan
11
Manajerial Kepala Sekolah
Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Keterampilan Teknis
Kepala Sekolah
145
155
12 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Keterampilan
Hubungan Kemanusiaan Kepala Sekolah
13 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Kemamouan Pribadi
Guru
172
182
14 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Kemampuan Profesi
Guru
190
15 Distribusi Frekuensi Kategori Jawaban Kemampuan Sosial
Guru
206
16 Uji Korelasi Pembinaan Kepaia Sekolah Dengan Kualitas
Kinerja Guru
17 Uji Korelasi Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah
Dengan Kualitas Kinerja Guru
216
220
18 Uji Korelasi Keterampilan Teknis Kepala sekolah Dengaj
Kualitas Kinerja Guru
J*?
:2
19 uji Korelasi Keterampilan Hubungan Kemanusiaan^ngan v
Kualitas Kinerja Guru
r'^*"* ;•
20 Deskripsi Variabe! yang Diteliti
Si 0 >i* Wkfog't. ','
21 Koefisien Korelasi Variabel Dependent danV^rfale'f:;^;•- #/
Independent
V:o''' "" " 22%^//
XV
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Bagan
h-ia-an
Maiaman
1
Paradigma Peneiitian
13
2
Sistem Pengaruh Supervisi Pengajaran
46
3
Hubungan Antara Indikator Variabel Xdengan Variabel Y
226
XVI
BAB \
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Menjelang dimasukinya tahap kedua Pembangunan Nasional
Jangka Panjang, Indonesia sudah berada dalam era globalisasi, suatu
kondisi dunia yang saling bergantung satu sama lain, sebagai akibat
perkembangan teknologi, perdagangan internasional, arus informasi,
sistem komunikasi, dan trasportasi yang canggih. Karena itu setiap negara
dan warga negara perlu meningkatkan kualitasnya agar dapat survive,
mampu
meningkatkan
mutu
kehidupan,
dan
mampu
terus
mengembangkan dirinya.
Dalam menghadapi kondisi tersebut, Indonesia telah bertekad,
seperti dirumuskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1993
untuk tidak menghindar dari dunia maju, melainkan sudah terlibat dan
akan makin berperan dalam dunia baru. Untuk mendukung dunia baru
tersebut dituntut kualitas manusia Indonesia yang memadai.
Untuk mewujudkan masyarakat maju yang menuntut adanya
manusia yang berkualitas, maka Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989,
tentang Sistem Pendidikan Nasional, menggariskan bahwa pembangunan
nasional di bidang pendidikan, adalah upaya "mencerdaskan kehidupan
bangsa" dan meningkatkan "kualitas manusia Indonesia" dalam
mewujudkan "masyarakat yang adil dan makmur", serta memungkinkan
para warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek
jasmaniah, maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Pendidikan
Nasional
pada
dasarnya
merupakan
proses
pencerdasan kehidupan bangsa, sangat berperan dalam meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, dan berfungsi mengembangkan kemampuan,
keterampilan, serta mutu kehidupan manusia Indonesia seutuhnya,
diselenggarakan melalui berbagai program pendidikan, yang meliputi
berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
Sekolah Dasar adalah satuan pendidikan formal pertama yang
mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi
peserta didik, dimana keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar
diharapkan akan menjadi pijakan bagi keberhasilan pendidikan di jenjang
berikutnya.
Dengan demikian keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar akan
sangat menentukan keberhasilan pendidikan di tingkat lanjutan. Oleh
karena itu dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
maka Sekolah Dasar dijadikan fokus perhatian utama.
Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang strategis dalam
sistem pendidikan di Indonesia, hal ini disebabkan antara lain oleh :
pendidikan dasar dan selanjutnya. Kualitas pendidikan Sekolah Dasar
akan sangat mempengaruhi terhadap kualitas pendidikan selanjutnya,
bahkan terhadap kualitas sumber daya manusia.
Secara
konsepsional,
yang
bertanggung
jawab
atas
penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar adalah Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah hams bertanggung jawab atas pengelolaan pendidikan
secara mikro, yakni suatu tahapan yang membahas dan melaksanakan
proses belajar mengajar, dimana guru sebagai pengelola utama
pendidikan.
Kepaia Sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai
peranan sangat besar dalam mengembangkan kualitas pendidikan di
Sekolah Dasar. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang
harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang
menyenangkan serta perkembangan kualitas profesional guru banyak
ditentukan oleh kualitas pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Sesuai Pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1990, bahwa:
"Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemefiharaan
sarana serta prasarana".
Pertama, Tujuan Sekolah Dasar, sebagai program pendidikan dasar
awal adalah memberikan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Dengan demikian
diharapkan program Sekolah Dasar ini menjembatani tercapainya tujuan
program SMP, yang seterusnya menjembatani tercapainya tujuan jenjang
pendidikan menengah dan tinggi.
Kedua, Program Sekolah Dasar yang memberikan pengetahuan
dan keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan di masyarakat,
secara sosial politik, maupun sosial budaya menempatkan Sekolah Dasar
memiliki kedudukan strategis, karena di Sekolah Dasar diberikan nilai dan
norma dasar tentang apa dan bagaimana seharusnya hidup di tengah
masyarakat.
Ketiga, Kurikulum pendidikan jenjang Sekolah Dasar menentukan
bagi keberhasilan mutu lulusan (SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi) secara
berkesinambungan.
Keempat, Secara administratis Sekolah Dasar juga dipandang
strategis karena program pendidikan Sekolah Dasar menjadi syarat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ijazah Sekolah Dasar
syarat untuk melanjutkan pendidikan di SLTP, dan seterusnya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, jelaslah bahwa Sekolah Dasar
memiliki kedudukan strategis dalam pendidikan nasional, serta dapat
diambil pengertian definitip bahwa terdapat hubungan sistemik antara
4
pendidikan dasar dan selanjutnya. Kualitas pendidikan Sekolah Dasar
akan sangat mempengaruhi terhadap kualitas pendidikan selanjutnya,
bahkan terhadap kualitas sumber daya manusia.
Secara
konsepsionai,
yang
bertanggung
jawab
atas
penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar adaiah Kepaia Sekolah.
Kepala Sekolah harus bertanggung jawab atas pengeioiaan pendidikan
secara mikro, yakni suatu tahapan yang membahas dan melaksanakan
proses belajar mengajar, dimana guru sebagai pengeloia utama
pendidikan.
Kepaia Sekolah adaiah pemimpin pendidikan yang mempunyai
peranan sangat besar daiam mengembangkan kualitas pendidikan di
Sekolah Dasar. Berkembangnya semangat kerja, kerjasama yang
harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang
menyenangkan serta perkembangan kualitas profesional guru banyak
ditentukan oleh kualitas pembinaan yang diiakukan oleh kepaia sekolah.
Sesuai Pasai 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
1990, bahwa:
"Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan
sarana serta prasarana".
Pembinaan pada dasarnya berkaitan dengan fungsi-fungsi dan
usaha-usaha untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
manusia-manusia dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan
bersama, hal tersebut terutama dilakukan melalui usaha menciptakan
suasana atau iklim kerja yang dapat mendorong untuk dapat
mengembangkan potensi secara optimal.
Tujuan pembinaan disusun untuk mengembangkan kemampuan
agar dapat melaksanakan tugas dan fungsi menjadi lebih baik dan lebih
efektip dan menuntut pandangan yang lebih luas, kemampuan dan
keterampilan yang lebih baik.
Pembinaan guru-guru Sekolah Dasar, merupakan tanggung para
pemimpin pendidikan, tetapi Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan
terdekat dengan guru Sekolah Dasar yang lebih mengetahui keadaan guru
tersebut. Setiap saat Kepala Sekolah dituntut untuk meiakukan pembinaan
agar guru-guru dapat meningkatkan
kualitas
kinerjanya
dalam
melaksanakan tugasnya mengelola kegiatan belajar mengajar.
Betapapun sempurna atau baiknya kurikulum, tersedianya fasilitas
pengajaran yang memadai, tetapi jika Kepala Sekolah hanya merasa
sebagai pelaksana saja, tidak mampu melaksanakan pembinaan terhadap
guru-gurunya, maka keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar akan sulit
dicapai. Untuk itu Kepala Sekolah perlu merasa dan bertindak sebagai
penguasa tunggal yang positif di sekolahnya, Disamping berpedoman
pada peraturan yang telah ada Kepala Sekolah perlu menciptakan kiat-kiat
yang tepat untuk mengatasi rintangan-rintangan yang mungkin muncul
dalam menyelenggarakam pendidikan.
Oleh karena itu, maka pembinaan yang diberikan oleh Kepaia
Sekolah kepada Guru sekolah Dasar, harus dapat meningkatkan
kemampuan Guru Sekolah Dasar, yang meliputi pengetahuan, wawasan,
kreativitas, komitmen, serta disiplin, sehingga kegiatan belajar mengajar di
Sekolah Dasar dapat berlangsung dengan baik, berdaya guna dan berhasil
guna.
Pembinaan tersebut akan berhasil dengan baik, apabila Kepala
Sekolah mempunyai keterampilan untuk melaksanakan pembinaan
tersebut, dimana keterampilan tersebut merupakan the requisite
knowledge and ability (Alfonso, Fith, dan Nevile 1981). Keterampilan bisa
dipelajari, dideskripsikan, dan keberadaannya bervariasi. Keterampilan ini
diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas atau peran-peran Kepala
Sekolah.
Berangkat dari konsep Robert L Katz dalam "Skill of an Effective
Administrator", bahwa posisi-posisi manajerial memerlukan tiga macam
tipe keterampilan dasar, yakni : keterampilan tehnikal, keterampilan
berhubungan dengan manusia, dan keterampilan konseptual.
Kompetensi dalam hubungan-hubungan antar perorangan
merupakan sebuah aktivum penting bagi seorang manajer, mengingat
bahwa setiap manajer melaksanakan pekerjaan melalui pihak lain, maka
harus mampu memadukan upaya-upaya bawahannya yang berbeda latar
belakang mereka.
Kemampuan untuk mengintegrasi berbagai macam kepentingan
secara simultan mempertahankan loyalitas dan enthusiasme bawahan
yang dipimpinnya, sangat membantu secara langsung kepada pencapaian
tujuan.
Keterampilan-keterampilan konseptual adalah esensial dalam
merumuskan problem-problem, menyajikan pemecahannya, menganalisis
data dan memberikan penilaian. Oleh karenanya kebutuhan akan
keterampilan-keterampilan tersebut berbeda dari satu posisi ke posisi lain
didalam setiap organisasi.
Dalam hal ini, Kepala Sekolah adalah berada pada posisi manajerial
yang paling dekat dengan Guru Sekolah Dasar, untuk itu menurut Alfonso,
Fith dan Nevile (1981), berangkat dari konsep keterampilan administrator
yang efektip sebagaimana yang dikemukakan oleh Katz (1955) dan Mann
(1965), ada tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah
sebagai pembina pengajaran di sekolah dasar, yakni :
Pertama, apa yang disebut dengan istilah Keterampilan
Teknis (Technical Skill), keterampilan ini berkenaan dengan
pengetahuan khusus yang diperlukan untuk memperformansikan
fungsi-fungsi pokok atau tugas-tugas yang berkenaan dengan
8
posisi pembina. Adapun rincian keterampilan teknis ini meliputi
antara lain ; menggunakan sistem observasi kelas, menetapkan
tujuan pengajaran, mengklasifikasikan temuan-temuan penelitian,
mengembangkan
sistem
pengajaran,
mendemonstrasikan
keterampilan pengajaran.
Kedua, adalah keterampilan Hubungan Kemanusiaan
(human relation skill), keterampilan ini berkenaan dengan
kemampuan kepala sekolah dalam bekerja sama dengan orang lain
dan memotivasi mereka agar bersungguh-sungguh dalam bekerja.
Dimana keterampilan ini meliputi antara lain ; merespon perbedaan
individual, memimpin diskusi, mendengarkan, memecahkan konflik,
dan memberi contoh.
Ketiga,
Keterampilan
manajerial (Managerial
Skill).
Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan membuat
keputusan dan melihat hubungan-hubungan penting dalam
mencapai tujuan. Keterampilan manajerial meliputi antara lain ;
menetapkan prioritas, mengukur kebutuhan guru, menganalisis
lingkungan pendidikan, menggunakan sistem perencanaan,
memonitor atau mengontrol aktivitas kelas.
Melalui keterampilannya tersebut, Kepala Sekolah menentukan
sasaran dan program pembinaan bagi guru-guru yang dipimpinnya,
setelah itu melakukan pembinaan dengan melalui strategi pembinaan
terpilih.
Sasaran pembinaan Kepala Sekolah bukan saja ditujukan kepada
aspek peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru, meiainkan juga
pada peningkatan komitmen atau kemauan atau motivasi guru.
Untuk itu Sergiovani (1987), menegaskan lebih lengkap tentang
tujuan pembinaan pengajaran, yakni pengawasan kualitas, pengembangan
profesional, dan memotivasi guru.
Pengawasan kualitas, Kepala Sekolah memonitor kegiatan belajar
mengajar melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas disaat guru
sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya,
maupun dengan sebagian murid-muridnya.
Pengembangan profesional, Kepala Sekolah membantu guru
mengembangkan
kemampuannya
dalam
memahami
pengajaran,
kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya, dan
menggunakan kemampuannya melalui tehnik-tehnik tertentu, dimana
tehnik tersebut bukan saja bersifat individual, akan tetapi dapat bersifat
kelompok.
Memotivasi guru, Kepala Sekolah mendorong guru menerapkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya,
mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta
10
mendorong guru agar memilikiperhatian yang sungguh-sungguh terhadap
tugas dan tanggung jawabnya.
Pengembangan profesional, Kepala Sekolah membantu guru
mengembangkan
kemampuannya
dalam
memahami
pengajaran,
kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya, dan
menggunakan kemampuannya melalui tehnik-tehnik tertentu, dimana
tehnik tersebut bukan saja bersifat individual, akan tetapi dapat bersifat
kelompok.
Memotivasi guru, Kepala Sekolah mendorong guru menerapkan
kemampuannya
dalam
melaksanakan
tugas-tugas
mengajarnya,
mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta
mendorong guru agar memilikiperhatian yang sungguh-sungguh terhadap
tugas dan tanggung jawabnya.
Program pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah harus
berencana, teratur dan kontinu, dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pembinaan.
Kemampuan yang dijelaskan oleh Broke dan Stone merupakan
gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti,
sedangkan menurut Charles E Jhonson, kemampuan merupakan perilaku
yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan
kondisi yang diharapkan.
11
Dari kedua pendapat tersebut, maka kemampuan mengacu kepada
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, yang
ditunjukkan melalui "performance", atau perbuatan-perbuatan yang
rasional untuk memenuhi verifikasi tertentu di dalam melaksanakan tugas
pendidikan.
Dalam hal tersebut, Cooper mengemukakan empat kompetensi
Guru, yakni : (a), mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah
laku manusia, (b) mengetahui pengetahuan dan menguasai bidang studi
yang dibinanya, (c) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri,
sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, (d) mempunyai
keterampilan tehnik mengajar.
Pendapat yang hampir serupa dikemukakan oleh Glasser. Menurut
Glasser ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni : (a) menguasai
bahan pelajaran, (b) mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, (c) mampu
melaksanakan proses belajar mengajar, (d) mampu mengukur hasil
belajar siswa.
Bertolak dari pendapat tersebut, maka kemampuan Guru dapat
dibagi kedalam tiga bidang, yakni :
a. Kemampuan Profesional (Profesional Competency), yakni
kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses belajar
mengajar, seperti penguasaan materi setiap mata pelajaran,
penguasaan
dalam pengeiolaan kelas, Penguasaan dalam
12
pengelolaan Program Belajar Mengajar , Keterampilan dalam
menggunakan metode pengajaran, serta penguasaan dalam
menggunakan tehnik evaluasi.
b. Kemampuan Pribadi (Personal Competency), Kemampuan yang
berkaitan dengan kemantapan dan integritas pribadi guru,
termasuk didalamnya komitmen guru dalam melaksanakan
tugas, keuletan dan ketekunan dalam melaksanakan tugas,
kreativitas, kewibawaan, serta disiplin dalam arti luas.
c. Kemampuan Sosial (Sociaal Competency), adalah kemampuan
guru dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk siswa,
teman sejawat, atasan, orang tua murid, masyarakat sekitar, juga
dengan BP3. Dimana kemampuan tersebut meliputi keterampilan
berkomunikasi, kerjasama, keluwesan dalam bergaul, dan
kemampuannya dalam menarik simpati.
Dengan demikian jelaslah, bahwa tiga kemampuan dasar tersebut
harus dimiliki oleh setiap guru sekolah dasar dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik dan pengajardi sekolah dasar.
Akan tetapi kemampuan dan kecakapan guru mendidik dan
mengajar tersebut diatas tidak akan berkembang pesat bila hanya
mengandalkan pengalaman. Pengalaman kadang-kadang terialu rutin dan
monoton, bahkan kurang memupuk potensi-potensi kreativitas yang
semula ada, apabila tidak dirangsang, didorong serta dilengkapi dengan
13
pengetahuan-pengetahuan baru agar dapat menumbuhkan sikap profesi
yang makin matang, sikap ingin mencoba, ingin belajar dan ingin maju
terus serta sikap ingin selalu mengadakan inovasi dan mencoba berkreasi.
Hal tersebut diatas dapat diupayakan melalui berbagai pembinaan
yang dilakukan oleh atasan langsung guru tersebut, dimana salah satu
atasan yang terdekat yang lebih mengetahui keberadaan guru tersebut
adalah Kepala Sekolah .
Dengan demikian esensi pembinaan yang dilakukan oleh kepala
sekolah terhadap guru-guru sekolah dasar adalah membantu guru dalam
mengembangkan kompetensinya, sehingga guru tersebut memiliki
kemampuan (ability) dan kemauan (motivasi), dimana kemampuan dan
kemauan tersebut tercermin dari kinerja guru yang bersangkutan.
Dalam kesehariannya, kepala sekolah selalu disibukan dengan
berbagai rutinitas tugas, baik itu yang berasal dari unsur Dinas maupun
dari unsur Departemen, disamping fasilitas waktu, tempat, dan biaya yang
relatif kurang memadai, menjadikan kendala bagi para kepala sekolah
dalam melakukan pembinaan secara terprogram melalui strategi yang
terpilih , dengan mengharapkan hasil yang efektif.
Pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat dikatakan
baik dan efektif jika kepala sekolah dalam peranannya sebagai pembina
pengajaran mampu meningkatkan kemampuan dan kemauan guru dalam
14
melaksanakan tugasnya,
sehingga pembinaan tersebut mampu
mengubah perilaku mengajar guru .
Kaitannya dengan peiaksanaan pembinaan tersebut, Kotamadya
Bandung yang memiliki 948 Sekolah Dasar Negeri, dan 5243 orang guru
Sekolah Dasar, dibina oleh 910 Kepala Sekolah Dasar Negeri, yang
tersebar di 26 Kecamatan.
Dibanding dengan kabupaten dan kotamadya lainnya, Bandung
memiliki tingkat kepadatan sekolah yang tinggi dan jumlah guru yang
besar. Profil kependidikan Sekolah Dasar tersebut, dengan berbagai latar
sosial budaya dan sosial ekonomi yang majemuk dan industrial,
memerlukan penanganan yang profesional.
Penelitian tentang pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah,
diharapkan mampu memberikan kontribusi yang maksimal terhadap
peningkatan mutu pendidikan Sekolah Dasar di wilayah tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Peningkatan kualitas pendidikan khususnya di Sekolah Dasar
merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan sumber daya
manusia, Sekolah Dasar adalah satuan pendidikan formal pertama yang
mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sikap dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar.
15
Dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut, Kepala Sekolah
sebagai pemimpin pendidikan mempunyai peran yang sangat besar dalam
keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar, karena berkembangnya
semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan
pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu
profesional guru banyak ditentukan oleh kualitas pembinaan yang
dilakukan oleh kepala sekolah.
Pembinaan Kepala Sekolah yang dimaksud adalah pembinaan yang
diberikan terhadap para guru, agar mereka dapat meningkatkan
kemampuan, dan kemauan sehingga mampu meningkat kompetensi guru
yang dimilikinya , dimana kompetensi sebagai penyatuan kemauan dan
kemampuan tersebut dapat tercermin dari kualitas kinerja yang
ditunjukkannya dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar
mengajar.
Pembinaan tersebut akan berhasil dengan baik apabila Kepala
Sekolah memiliki keterampilan dalam melaksanakan pembinaan, yang
meliputi keterampilan teknis, keterampilan hubungan kemanusiaan, dan
keterampilan manajerial. Dimana dalam peiaksanaan pembinaannya selalu
ditujukan kepada peningkatan kemampuan guru, dengan menggunakan
program yang terencana, teratur dan kontinu, serta memperhatikan
prinsip-prinsip pembinaan, melalui tehnik pembinaan yang strategis.
16
Dengan demikian maka efektifitas pembinaan kepala sekolah,
tercermin dari kualitas kinerja guru-gum yang dipimpinnya. Untuk itu maka
masaiah dari penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana keterampilan kepala sekolah dalam melaksanakan
pembinaan terhadap guru-gum yang dipimpinnya ?.
2. Sampai sejauh mana pembinaan yang dilakukan oleh kepala
sekolah efektip sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja
guru dalam melaksanakan tugasnya?.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis mengemukakan
judul : "EFEKTIVITAS PEMBINAAN OLEH KEPALA SEKOLAH
DILIHAT DARI KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR"
( Studi Kasus pada Sekolah Dasar diKotamadya Bandung).
Penelitian ditujukan kepada kemampuan Kepala Sekolah dalam
melaksanakan pembinaan yang meliputi ketrampilan teknis, keterampilan
dalam hubungan kemanusiaan, serta keterampilan manajerial.
Keterampilan yang dimiliki oleh Kepala Sekolah tersebut sampai
sejauh mana dapat meningkatkan kemampuan profesional, kemampuan
pribadi dan kemampuan sosial Guru Sekolah Dasar, yang tercermin dalam
kinerja Guru Sekolah dasar dalam melaksanakan tugasnya.
A —
!
/
C. PARADIGMA PENELITIAN.
Untuk memberikan gambaran tentang pembinaan yang dilakukan
oleh kepala sekolah , diperlukan acuan penelitian yang akan dibahas
secara rinci, dalam bentuk paradigma penelitian sebagai berikut :
Gambar 1
PARADIGMA PENELITIAN
Sebagai
Administrator
Peranan
Keberhasilan
Pendidikan di
Sekolah Dasar
Kepaia Sekolah
dalam pendidikan
t
JSebagai
[Supervisor
Keterampiian
Kemampuan
Manajerial
Kualitas
Kemampuan j
Kinerja
Profesi
melaksanakan! Keterampilan
Guru
Pembinaan
Sekolah
Dasar
Teknis
Keterampilan
Hubungan
Kemampuan
Pribadi
18
Kepaia Sekolah Dasar mempunyai peranan yang sangat besar
dalam keberhasilan pendidikan di Sekolah Dasar. Sebagai administrator,
kepala sekolah dituntut untuk memimpin pengelolaan pendidikan , dan
sebagai supervisor kepala sekolah dituntut untuk memberikan bimbingan,
bantuan, pengawasan, dan penilaian pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan teknis pendidikan.
Dalam melaksanakan perannya, setiap kepala sekolah dasar harus
memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembinaan, terutama kepada
guru-guru yang dipimpinnya, agar dapat meningkatkan daya guna dan
hasil guna dalam suatu proses kerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Essensi pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah
membantu guru dalam mengembangkan kemampuan dasar yang paling
pokok, yakni kemampuan profesional, kemampuan pribadi dan
kemampuan sosial. Dimana kemampuan guru tersebut tercermin dalam
kualitas kinerja yang ditampiikan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya.
Dengan demikian pembinaan yang dilaksanakan kepala sekolah
dapat dikatakan efektif, apabila mampu meningkatkan kualitas kinerja
guru-guru yang dipimpinnya.
Untuk mengetahui sampai sejauh mana pembinaan oleh kepala
sekolah tersebut efektif, sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja
guru-guru yang dipimpinnya, maka dalam penelitian ini dikemukakan dua
IQ
variabel penelitian, yakni variabel pembinaan kepala sekolah sebagai
variabel bebas, dan variabel kualitas kinerja guru sebagai variabei terikat.
Indikator variabel bebas, atau pembinaan kepala sekolah terdiri dari
keterampilan manajerial, keterampilan teknis dan keterampilan hubungan
kemanusiaan, dengan berbagai aspek yang diamati seperti berikut:
a. Keterampilan manajeriai, mengamati aspek-aspek manajerial yang
dimiliki oieh setiap kepaia sekolah, yakni : kepemilikan visi;
keterampilan dalam perencanaan kegiatan sekoiah; pengorganisasian
sekolah; memotivasi; mengembangkan kemampuan guru; dan
memonitor aktivitas guru.
b. Keterampilan Teknis, mengamati aspek-aspek teknis pendidikan dan
pengajaran yang dimiliki oleh kepala sekolah, yakni : menentukan
tujuan, merencanakan program; mengobservasi kelas; pengelolaan
kegiatan
belajar mengajar;
penyeleksian sumber mengajar;
mengevaluasi metoda mengajar; memonitor tehnik evaluasi; dan
mengadakan sarana.
c. Keterampilan Hubungan Kemanusiaan, mengamati aspek-aspek sosial
dalam hubungannya dengan tugas kepaia sekolah, yakni : keterampilan
kepala sekolah dalam berkomunikasi/menjelaskan; merespon perbedaan
individual; kerjasama; dan memecahkan konflik.
20
Adapun indikator variabel terikat, atau kualitas kinerja guru terdiri
dari kemampuan pribadi, kemampuan profesi dan kemampuan sosial,
dengan aspek-aspek yang dlamati sebagai berikut :
a. Kemampuan pribadi, mengamati kemampuan yang berkaitan dengan
kemantapan dan integritas pribadi guru dalam melaksanakan tugas,
termasuk didaiamnya komitmen guru dalam melaksanakan tugas; motivasi
kerja; kreativitas; dan disipiin kerja.
b. Kemampuan Profesi, mengamati kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam proses belajar mengajar, seperti pemahaman kurikulum;
kemampuan merencanakan pengajaran; penguasaan materi pengajaran;
pengelolaan kelas; pengelolaan kegiatan belajar mengajar; penggunaan
alat peraga; dan penggunaan tehnik evaluasi.
c. Kemampuan Sosial, adalah kemampuan guru daiam berhubungan
dengan orang lain, termasuk siswa, teman sejawat, atasan, orang tua
siswa, dan masyarakat sekitar. Dimana kemampuan tersebut meliputi
keterampilan berkomunikasi; bekerjasama; dan afeksi.
21
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.
1. Tujuan Penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan :
a. Gambaran deskriptif tentang keterampiian kepala sekolah dasar
di Kotamadya Bandung, dalam melaksanakan pembinaan
terhadap guru-gum yang dipimpinnya.
b. Gambaran deskriptif tentang kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar
di Kotamadya Bandung.
c. Gambaran deskriptif tentang efektivitas pembinaan Kepala
Sekoiah Dasar sampai sejauh mana dapat berpengaruh dalam
meningkatkan kualitas kinerja guru sekoiah dasar di Kotamadya
Bandung.
d. Gambaran deskriptif tentang keterampilan kepala sekolah dasar,
sampai sejauh mana dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas kinerja guru-guru yang dipimpinnya.
2. Manfaat Penelitian.
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
llmu Administrasi Pendidikan terutama mengenai pembinaan yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah Dasar, sampai sejauh mana dapat
mempengaruhi kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.
22
Secara praktis penelitian ini bermanfaat:
a. Sebagai evaluasi bagi pembinaan Kepaia Sekolah Dasar.
b. Sebagai masukan bagi pembinaan Kepala Sekolah Dasar.
E. ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS
1. Anggapan Dasar
Anggapan Dasar adaiah titik tolak pemikiran yang kebenarannya
diterima oieh peneliti. Anggapan Dasar ini diperlukan untuk memperkuat
permasalahan, membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan obyek
penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen pengumpul data.
Seperangkat pendapat yang dibangun sebagai landasan untuk
keyakinan tentang kokohnya peiaksanaan penelitian, adalah sebagai
berikut:
1. "...pembinaan kepegawaian mencurahkan perhatiannya pada
pribadi-pribadi dalam hubungannya dengan pekerjaan dan
perusahaan (organisasi), ia menaruh perhatian terutama pada
hubungan perorangan. Oleh karena itu maka pembinaan
kepegawaian adalah pembinaan terhadap pribadi-pribadi,
masalah-masalah dan hubungannya terhadap penyesuaian
pribadi "(Gordon LWatkins ; 1985;95)
23
2. "...sebagai konsekuensi dari pembinaan kepegawaian maka
setiap manajer di tingkat apapun juga adalah juga sebagai
manajer kepegawaian, karena pekerjaan utama mereka
berhubungan dengan sumber daya manusia. Efektivitas mereka
erat kaitannya dengan efektivitas dari pegawai-pegawai
mereka". (Robert LMathis, 1979;8).
3. "Pembinaan pegawai tidak saja ditujukan terhadap usaha
pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan kejiwaan". (Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974).
4. "Kepala Sekolah bertanggung jav/ab atas penyelenggaraan
kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeiiharaan
sarana dan prasarana ". (pasai 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1990).
Dari berbagai
pendapat tersebut diatas,
maka penulis
mengemukakan Anggapan Dasar sebagai berikut:
Kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan pembinaan
akan menentukan kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.
24
2. Hipotesis.
Berdasarkan Anggapan Dasar tersebut, maka penulis mengajukan
Hipotesis Penelitian sebagai berikut :
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
pembinaan Kepala Sekolah dengan kualitas kinerja Guru
Sekoiah Dasar.
a.. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
keterampilan manajerial yang dimiliki oleh Kepala Sekolah
dengan kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.
b. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
keterampiian teknis yang dimiliki oleh Kepala Sekolah dengan
kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.
c. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
keterampilan hubungan kemanusiaan yang dimiliki oleh
Kepala Sekolah dengan kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar.
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN.
_-""''
\
^vx
Untuk memudahkan dalam mengikuti jalan pemikiran penulis, mafar\
penuiisan ini disusun dengan sistematika pembahasany^gai.b&dt: ~3jj
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan. Pafebab^Tni penults/
mengutarakan gambaran umum tentang latar beiakang ma§Sfe*^w6sfn
masaiah, tujuan dan manfaat penelitian, agar pembaca memahami maksud
zo
penulis.
Selanjutnya diuraikan pula Anggapan Dasar dan Hipotesis
yang diajukan. dan pada sub bab terakhir, penulis menyampaikan
sistematika pembahasan dengan maksud seperti penulis sampaikan pada
awai tulisan ini.
Bab kedua , Merupakan uraian-uraian tentang teori-teori dasar yang
ada kaitannya dengan efektivitas pembinaan yang dilaksanakan oleh
kepala sekolah dasar.
Bahasan
diawali
dengan
mengutarakan
peranan kepala sekolah dalam pendidikan, kepaia sekolah sebagai
pemimpin pendidikan juga sebagai supervisor pengajaran. Sub bagian
kedua adaiah tentang pembinaan kompetensi guru yang diilaksanakan
oleh kepala sekolah dasar, dimana didalamnya dipaparkan tentang konsep
dan teori pembinaan serta kriteria efektivitas pembinaan oleh kepala
sekolah. Dan Sub bab yang terakhir dari bab kedua ini yaitu tentang
konsep kinerja guru, dimana dalam uraiannya dikemukakan tentang
konsep kompetensi yang hams dimiliki oleh setiap guru dalam
melaksanakan tugasnya, yang ditunjukkan dalam bentuk kinerja guru yang
bersangkutan, serta kriteria kualitas kinerja guru sekolah dasar.
Bab ketiga, Menjabarkan lebih rinci tentang prosedur penelitian,
yang secara garis besar telah disinggung pada bab satu.Diawali dengan
metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, serta iokasi
penelitian yang meliputi populasi dan sampel yang diteliti. Berikutnya
adalah pengembangan aiat pengumpul data dan membahas mengenai
26
jenis dan cara pengumpulan data serta laporan tentang instrumen yang
digunakan, beserta validitas dan reliabilitasnya. Dalam sub bab ini pula
dibahas pula tentang prosedur pengoiahan dan analisis data.
Bab keempat, Dalam bab ini penulis menyajikan analisis data hasil
penelitian, termasuk didalamnya uraian tentang deskripsi data hasil
penelitian yang dilanjutkan dengan mendeskripsikan data setiap variabel
yang diteliti, yakni variabel pembinaan oleh kepala sekolah dan variabel
kualitas kinerja guru. Berikutnya dalam bahasan analisis bivariate dan
analisis univariate dijeiaskan secara rinci tentang pengujian secara statistik
atas hipotesis yang diajukan serta hasil yang diperoleh melalui penelitian.
Bab kelima, Akhirnya pada bab ini
penulis akan
mencoba
mengemukakan beberapa kesimpulan dari uraian yang telah dikemukakan,
yakni kesimpulan tentang peiaksanaan pembinaan oleh kepaia sekolah
dasar di Kotamadya Bandung, tentang kualitas kinerja guru-guru sekolah
dasar di Kotamadya Bandung, serta sampai sejauhmana pembinaan yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah dasar tersebut dapat berpengaruh
terhadap guru-guru sekolah dasar yang dipimpinnya, untuk kemudian
diajukan rekomendasi bagi para pembuat kebijakan, para pengguna hasil
penelitian serta para peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini, sebagai
sumbangan penulis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.
Demikian sistematika pembahasan penuiisan tesis ini.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Penelitian
ini dimaksudkan
untuk mengungkap gambaran
peiaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, sampai
sejauh mana pengaruhnya terhadap kualitas kinerja Guru Sekolah Dasar
yang di Kotamadya Bandung.
Oleh karena dalam penelitian ini, menggunakan populasi yang
sangat besar, dengan jumlah responden yang cukup banyak , dimana
data yang dikumpuikan dengan menggunakan alat pengumpul data yang
utama dalam bentuk kuesioner, maka metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian survai.
Penelitian survai merupakan usaha yang sistematis untuk
mengungkapkan fenomena sosial, dengan cara memandang fenomena
tersebut sebagai hubungan antar variabel.
Masri Singarimbun (1989 ; 4), mengemukakan pendapat bahwa
penelitian survai dapat digunakan dengan maksud (1) penjajagan
(eksploratif); (2) deskriptif; (3) penjelasan (explanatory atau confirmatory)
;yakni untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa ; (4)
evaluasi ; (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang
110
111
akan datang ; (6) penelitian operasional ; dan (7) pengembangan
indikator-indikator sosial.
Wallace (1973 ; 16-24), menggambarkan penelitian survai, sebagai
proses untuk mentrasformasikan lima komponen informasi ilmiah, dengan
enam kontrol metodologis. Komponen-komponen informasi ilmiah yang
dimaksud, adalah : (1) teori ; (2) hipotesa ;(3) observasi ; (4) genaralisasi
empiris ;dan (5) penerimaan atau penolakan hipotesa. Kontrol metodologis
adalah : (1) deduksi logika ; (2) interpreted, penyusunan instrumen,
penyusunan skala dan penentuan sampel ; (3) pengukuran
penyederhanaan data, dan perkiraan parameter, (4) pengujian hipotesa,
inferensi logika, dan (5) formulasi konsep, formulasi proposisi, serta (6)
penataan proposisi.
Dari berbagai pendapat tersebut, maka penelitian survei terdiri dari
dua tahap, yakni proses teoritisasi dan proses empirisasi. Pemahaman
tentang berbagai unsur penelitian diperlukan agar dapat merumuskan
hubungan-hubungan teoritis dengan baik. Pada tahap empirisasi
diperlukan pengetahuan tentang variabel, hipotesa, dan defmisi
operasional, agar mempunyai gambaran yang jelas tentang data yang
hendak dikumpuikan.
Dengan demikian informasi yang dikumpuikan bersifat faktual dan
mampu memberikan gambaran tentang gejala-gejala yang ada dimana hal
112
ini mempunyai implikasi untuk mengembangkan sumber daya manusia
selanjutnya.
Penelitian survai dimulai dengan munculnya minat peneliti terhadap
suatu fenomena sosial tertentu. Minat itu kemudian disusun menjadi
masaiah penelitian yang lebih jelas dan lebih sistematis dengan
menggunakan informasi ilmiah yang sudah tersedia dalam literatur, yakni
teori.
Karena teori adalah informasi ilmiah yang abstrak sifatnya, maka
melalui deduksi logika, teori yang abstrak tadi diterjemahkan menjadi
hipotesa, yakni informasi ilmiah yang lebih spesifik dan lebih sesuai
dengan tujuan penelitian.
Hipotesa memberikan informasi tentang variabel-variabel penelitian
serta hubungannya. Untuk mengumpulkan informasi yang cocok dengan
variabel-variabel tadi, maka serangkaian kontrol metodologis dilakukan .
Interpretasi yang tepat atas konsep dan konstruk yang akan diteliti,
serta penggunaan instrumen yang tepat sesuai konsep dan konstruk,
sangat penting artinya, karena konsep yang diteliti bersifat abstrak. Begitu
pula halnya dengan populasi penelitian yang cukup besar jumlahnya,
sehingga periu ditentukan sampel yang tepat pula.
Dari langkah metodologis tersebut, diperoleh informasi yang relevan
berupa data. Data yang terkumpul tersebut kemudian diolah dengan
menggunakan metoda pengolahan data yang teliti.
113
Atas dasar data yang sudah disederhanakan, kemudian dibuat
generalisasi empiris atau kesimpulan-kesimpulan umum yang didasarkan
atas fakta-fakta empiris tentang sampel penelitian.
Penelitian ini tidak hanya sekedar memberikan gambaran tentang
sekelompok sampel dan populasi tetapi lebih jauh melihat bagaimana
pengaruh antara kedua variabelnya. Oleh karena itu dalam upaya
memperkaya date dan lebih memahami variabel-variabel yang diteliti,
diupayakan untuk menambah informasi kualitatif pada date kuantitatif.
Dengan demikian, maka tambahan berbagai informasi kualitatif
tersebut, diharapkan memperoleh gambaran yang sangat jelas tentang
variabel-variabel yang diteliti.
B. LOKASI DAN SAMPEL
1. Lokasi Penelitian.
Lokasi penelitian dilakukan di Kotamadya Dati II Bandung, yang
terdiri dari enam wilayah, dan 26 kecamatan. Kotamadya Bandung
sebagai ibukota propinsi Jawa Barat berfungsi sebagai pusat kota
pemerintahan juga merupakan pusat pendidikan, perdagangan, pariwisata,
dan kota industri.
Adapun penetapan lokasi penelitian, berdasarkan pada aiasan yang
menguntungkan :
114
Pertama, Kondisi kuantitatif sekolah di Kotamadya Bandung relatif
beragam. Dilihat dari beberapa hal di Kotamadya Bandung, terdapat
kualitas sekolah dasar dalam kategori baik, sedang dan kurang, yang
dikarenakan beberapa faktor.
Kedua, Keragaman kondisi kualitas sekolah dasar tersebut
berimpllkasi
terdapatnya
permasalahan
yang
beragam
dalam
pembinaannya.
Ketiga, Studi tentang efektivitas pembinaan oleh kepala sekolah,
dilihat dari kualitas kinerja guru sekolah dasar, belum pernah dilakukan
secara intensif.
2. Populasi Penelitian.
Populasi penelitian adalah meliputi keseiuruhan aspek peiaksanaan
pembinaan Kepala Sekolah Dasar dan Kinerja Guru Sekolah Dasar di
Kotamadya Bandung. Dengan demikian yang menjadi anggota populasi
adalah 918 orang Kepala Sekolah Negeri dan 5243 orang Guru Sekolah
Dasar Negeri yang tersebar pada 910 Sekolah Dasar Negeri di 26
Kecamatan Kotamadya Bandung.
Berikut ini adalah tabel tentang banyaknya kepala sekolah dan guru
yang dijadikan responden dalam populasi penelitian.
115
Tabei 1
POPULASI PENELITIAN
PEMBINAAN KEPALA SEKOLAH
DAN KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR.
NO
NAffiA
KKCAtoATAN
JUWEEAfi
i $D
KERALA:
GURU SD/
UMUM
SD
1
Andir
31
29
174
2
Arcamanik
33
33
227
3
Astanaanyar
50
46
224
4
Babakan Ciparay
53
51
229
5
Bandung Kidul
16
13
72
6
Bandung Kulon
41
41
227
7
Bandung Wetan
4
4
26
8
Batununggal
52
51
291
9
Bojongloa Kaler
18
18
81
10
Bojongloa Kidul
22
22
118
11
Cibeunying Kaler
24
23
149
12
Cibeunying Kidul
61
52
352
13
Cibiru
35
35
230
14
Cicadas
46
44
307
15
Cicendo
50
50
239
16
Cidadap
18
17
72
17
Coblong
65
64
318
18
Kiaracondong
59
56
340
19
Lengkong
26
26
165
20
Margacinta
37
35
264
;
116
21
Rancasari
17
17
106
22
Regol
56
49
244
23
Sukajadi
44
42
215
24
Sukasari
38
36
166
25
Sumur Bandung
24
22
148
26
Ujung Berung
34
34
259
948
910
5,243
Jumlah
Sumber: Dinas Pdan KKotamadya Bandung, Tahun 1998.
Dari jumlah populasi yang ada, akan diambil sampel dengan cara
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel atau Probability Sampling, melalui
tehnik Cluster Sampling (Area Sampling) karena populasi yang akan
dijadikan obyek penelitian sangat luas.
Sedangkan jumlah sampel yang akan diambil merujuk pada
pendapat Suharsimi Arikunto (1987 ; 107), bahwa apabila populaslnya
lebih besar dari 100, maka dapat diambil 10% -25% atau lebih, tergantung
kepada :
1) Kemampuan peneliti yang meliputi dana, waktu dan tenaga.
2) Sempitatau luasnya pengamatan
3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
117
Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan diambil
sampel dari 4 kecamatan yakni, kecamatan Arcamanik, Bandung Weten,
Bandung Kidul dan Sumur Bandung, dengan rincian sebagai berikut:
1) Kecamatan Arcamanik
Memiliki 33 Sekolah Dasar Negeri, dengan 33 orang Kepala Sekolah
dan 227 orang Guru Sekolah Dasar Negeri.
Sampel yang diambil adalah 17 orang Kepala Sekolah, dan 17 orang
Guru Sekolah Dasar.
2) Kecamatan Bandung Weten.
Memiliki 4 Sekolah Dasar Negeri, dengan 4 orang Kepala Sekolah dan
26 Guru Sekolah Dasar.
Sampel yang diambil adalah 4 Kepala Sekolah dan 4 Guru Sekolah
Dasar.
3). Kecamatan Bandung Kidul.
Memiliki 16 Sekolah Dasar Negeri, dengan 13 Kepala Sekolah dan 72
Guru Sekolah Dasar.
Sampel yang diambil adalah 3 Kepala Sekolah Dasar Negeri, dan 3
Guru Sekolah Dasar Negeri.
4) Kecamatan Sumur Bandung.
Memiliki 24 Sekolah Dasar Negeri, dengan 22 orang Kepala Sekolah
dan 148 orang Guru Sekolah Dasar.
118
Sampel yang diambil adalah 13 orang Kepala Sekolah dan 13 orang
guru Sekolah Dasar Negeri.
3. Sampel Penelitian.
Dengan demikian jumlah sampel yang diteliti, adalah 37 Sekoiah
Dasar Negeri. dengan 37 Kepala Sekolah Dasar dan 37 Guru Sekolah
Dasar sebagai responden. Berikut ini adalah daftar responden dar ke 37
Sekolah Dasar Negeri di Kotamadya Bandung :
Tabel 2.
DAFTAR RESPONDEN
Ho
32
Na-maSekolah pw&r
Keeamaftan
Bina Harapan 01
Arcamanik
Bina Harapan 02
Arcamanik
Bina Harapan 05
Arcamanik
42
Sukakarya
Arcamanik
52
Sukakarya III
Arcamanik
Nugraha
Arcamanik
Lokajaya II
Arcamanik
Lokajaya III
Arcamanik
Sindanglaya
Arcamanik
10
Sindanglaya
Arcamanik
11
Sindanglaya V
Arcamanik
12
Sindanglaya IX
Arcamanik
13
Arcamanik Endah
Arcamanik
14
Arcamanik
Arcamanik
119
15
16
17
Sukamiskin
Cisaranten Kulon
Cisaranten Kulon VIII
Arcamanik
Arcamanik
Arcamanik
18
Ciujung
Bandung Wetan
19
Ciujung II
Bandung Wetan
20
Ciujung
Bandung Wetan
21
Ciujung IV
Bandung Wetan
22
Batununggal
Bandung Kidul
23
Batununggal
Bandung Kidul
24
Pasawahan IV
Bandung Kidul
25
Banjarsari
Sumur Bandung
26
Banjarsari
Sumur Bandung
27
Banjarsari IV
Sumur Bandung
28
Banjarsari VI
Sumur Bandung
29
Soka 34/1
Sumur Bandung
30
Soka 34/III
Sumur Bandung
31
Soka 34/ V
Sumur Bandung
32
Soka 34/VI
Sumur Bandung
33
Merdeka 5/II
Sumur Bandung
34
Merdeka 5/IV
Sumur Bandung
35
Merdeka 5A/I
Sumur Bandung
36
Patrakomala II
Sumur Bandung
37
Patrakomala III
Sumur Bandung
120
C. PENGEMBANGAN ALAT PENGUMPUL DATA
1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.
Dalam penelitian ini, selain menggunakan observasi, dan
wawancara, juga dipergunakan alat pengumpul data yang berupa angket
(kuesioner), mengenai variabel yang sedang diteliti, yaitu Variabel
Pembinaan Kepala Sekolah dan Variabel Kinerja Guru Sekolah Dasar di
Kotamadya Bandung. Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar dalam
pembuatan alat pengembangan /pengumpul date ini adalah :
a. Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti
dapat dianalisis dan diolah secara statistik.
b. Dengan pengumpulan data tersebut, memungkinkan dapat
diperoleh data yang obyektif.
c. Dengan alat pengumpul data ini, memungkinkan penelitian
dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu,
biaya dan tenaga.
Jelasnya alat pengumpul data untuk mengungkapkan variabel
Pembinaan Kepala Sekolah dan
Kinerja Guru Sekolah
Dasar
menggunakan tehnik kuesioner ateu angket dengan jawaban tertutup.
Jawaban yang diberikan responden dinilai dengan menggunakan skala
berjenjang, dengan bates tertinggi 5 dan bates terendah 1.
Untuk mengukur tiap variabel digunakan instrumen, yang dapat
menjaring indikator-indikator yang akan diukur. Untuk Variabel Pembinaan
121
Kepala Sekolah, meliputi aspek keterampilan Teknis, keterampilan
hubungan kemanusiaan, dan keterampilan manajerial. Adapun aspek dari
Variabel Kemampuan Guru Sekolah Dasar Negeri, meliputi kemampuan
profesional, kemampuan pribadi, dan kemampuan sosial.
2. Kesahihan (Validity) dan keterandalan (Reliability) Instrumen.
Instrumen pengumpul data dalam penelitian harus memenuhi
persyaratan kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability). Oleh
karenanya dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data penelitian, teriebih dahulu diuji cobakan guna
mengetahui kesahihan dan keterandalan tidaknya intrumen.
Validitas.
Validitas adalah suatu pengukuran untuk mengetahui apakah
instrumen betul-betul mengukur suatu atribut yang dikehendaki. Dengan
demikian validitas instrumen akan menunjukkan apakah instrumen yang
dimaksud berguna atau tidak.
Kerlingger (1990 ; 730) menyatakan bahwa definisi yang lazim
mengenai
validitas
tercermin
dalam
pertanyaan
:"Apakah
kite
sungguh-sungguh mengukur ihwal yang memang kite ingin ukur ?". Dalam
pertanyaan ini ditekankan adalah apa yang sedang diukur.
122
Kemudian pernyataan Julian C. Stanley & Kenneth D. Hopkins
(1972; 101), sebagai berikut:
"The validity of a measure is how well it fulfills the function for
which it is being used the degree to which it is capable ofachieving
certain aims. Regardless of other merits ofa test, if it lacks validity
for aparticulr task, the information it provides is useless. The validity
ofa testis the accuracy ofspesific prediction made from itsscores".
Selanjutnya Sugiyono (1993 ; 93) menyatakan bahwa "...hasil
penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan date yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti". Kalau
dalam obyek berwarna merah, maka date yang terkumpul juga
memberikan data merah.
Jadi dalam mengukur validitas, kita melihat isi dan kegunaan instrumen
tersebut. Muljarto Tjokrowinoto (1981 ; 27), menyatakan bahwa validitas
akan menjawab beberapa pertanyaan, dianteranya :
"Unsur-unsur apa yang terdapat dalam instrumen ?, Untuk apa
instrumen diciptakan dan apakah tujuan pencipteannya tercapai ? Apakah
instrumen itu sesuai dengan konsep dan variabel yang hendak diukur ?."
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa suatu instrumen
yang valid untuk tujuan tertentu belum tentu valid untuk tujuan lain. Untuk