NASKAH PUBLIKASI Pendekatan Metode Lean Six Sigma Untuk Menganalisis Waste Pada Batik Printing Di Puspa Kencana Laweyan.

NASKAH PUBLIKASI

PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA UNTUK MENGANALISIS
WASTE PADA BATIK PRINTING DI PUSPA KENCANA LAWEYAN

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Teknik Industri

Diajukan Oleh:
RISTI MUTIARAHADI
D 600 110 014

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

PENDEKATAN METODE LEAN SIX SIGMA UNTUK MENGANALISIS
PROSES PRODUKSI PADA BATIK PRINTING
PUSPA KENCANA LAWEYAN
Risti Mutiarahadi1,

Hafidh Munawir2, Ida Nursanti2
1
Mahasiswa Teknik Industri UMS, 2Dosen Teknik Industri UMS
Jalan Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura 57102 Telp (0271) 717417
Email: risti.m07@gmail.com
Abstrak
Batik adalah salah satu warisan budaya nasional yang sudah di kenal di dunia
internasional. Kota Surakarta memiliki kawasan pusat industri batik salah satunya
adalah Kampoeng Batik Laweyan. Salah satu industri batik di Kampoeng Batik
Laweyan adalah Batik Halus Puspa Kencana. Pada Batik Puspa Kencana ini
memproduksi berbagai macam jenis batik mulai dari batik tulis, batik cap dan batik
printing. Memiliki kualitas yang baik dan dapat memuaskan pelanggan/konsumen serta
menghilangkan waste di area produksi adalah salah satu cara yang harus dilakukan
agar dapat bersaing di pasaran salah satu caranya adalah dengan menerapkan
pendekatan lean six sigma Di Batik Printing Puspa Kencana masih terdapat banyak
jenis waste yang masih sering terjadi. Dalam penelitian ini diharapkan akan
didapatkan waste yang terjadi di area produksi hingga menemukan akar penyebab yang
nantinya akan memberikan masukan untuk perbaikan di area produksinya yaitu melalui
metode lean six sigma. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis waste apa
saja yang ada di batik printing Puspa Kencana dan menurunkan waste yang tertinggi

melalui usulan perbaikan di produksi batik printing. Dari penelitian ini didapatkan
beberapa jenis waste yang terjadi di Batik Printing Puspa Kencana yaitu waktu tunggu,
transportasi, proses tidak sesuai, persediaan, produk cacat dan gerakan tidak perlu.
Dengan dilakukannya penyebaran waste workshop didapatkan waste defect (produk
cacat) adalah waste yang tertinggi yang sering terjadi di Batik Printing Puspa
Kencana. setelah didapatkan waste tertinggi adalah defect (produk cacat) dan
ditemukan cacat warna hilang dengan prosentase yang paling banyak dan yang kedua
adalah defect kain terkena noda maka dari itu di lakukan perbaikan dengan
menggunakan 5R (Ringkas, Rapi, Rawat, Resik, dan Rajin) dengan mengontrolnya.
Kata Kunci : Lean Six Sigma, Waste, RCA, 5R

PENDAHULUAN
Batik adalah salah satu warisan budaya nasional yang sudah di kenal di dunia
internasional. Memiliki kualitas yang baik dan dapat memuaskan pelanggan/konsumen adalah
salah satu cara yang harus dilakukan agar dapat bersaing di pasaran salah satu caranya adalah
dengan menerapkan pendekatan lean six sigma yaitu lean yang di gabungkan dengan six sigma.
Lean adalah pendekatan terus menerus dengan cara menghilangkan pemborosan (waste),
sedangkan six sigma adalah tools yang sangat tepat digunakan oleh industri yang mempunyai
masalah kualitas yaitu dengan seperangkat tools mendefinisikan, mengukur, menganalisis,
memperbaiki dan mengendalikan sumber variasi dalam proses.

Di Batik Printing Puspa Kencana masih terdapat banyak jenis waste yang masih sering
terjadi. Dalam penelitian ini diharapkan akan didapatkan waste yang terjadi di area produksi
hingga menemukan akar penyebab yang nantinya akan memberikan masukan untuk perbaikan
di area produksinya yaitu melalui metode lean six sigma.

LANDASAN TEORI
Kualitas
Kualitas adalah pencapaian atau standard tertinggi pemuasan kebutuhan terhadap
konsumen (Zagloel dan Nurcahyo, 2013).
Waste/Pemborosan
Pemborosan adalah merujuk pada semua kegiatan yang tidak memiliki nilai tambah.
Dalam Liker, 2006 mengelompokan pemborosan di gemba dalam tujuh jenis yaitu: Produksi
Berlebihan (Over Production), Persediaan (Inventory), Barang Cacat (Defect), Gerakan
(Motion), Proses Berlebihan (Over processing), Menunggu (Waiting) dan Transportasi
(Transportation).
Lean Six sigma
Lean six sigma merupakan tools yang sangat tepat digunakan oleh industri ataupun
organisasi yang mempunyai masalah waste ataupun defect. Lean six sigma merupakan aplikasi
dengan mengkombinasikan metodologi lean ke six sigma. Six sigma sendiri merupakan sebuah
metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi

variasi proses sekaligus mengurangi cacat dengan menggunakan statistik dan problem solving
tools secara intensif.
METODOLOGI PENELITIAN
Objek Pebelitian
Penelitian ini dilakukan di home industri Batik Halus Puspa Kencana yang berada di
Kampoeng Batik Laweyan Jalan Sidoluhur, Surakarta, Jawa Tengah. Home industry ini
bergerak dibidang kerajinan kain batik tulis, cap dan printing. Dan objek dari penelitian ini
adalah batik printing.
Teknik Pengolahan Data
1. Define (Mendefinisikan)
Di tahap ini dilakukan identifikasi pemborosaan (waste) dengan cara megidentifikasi
masing-masing seven waste yang ada di lantai produksi batik printing dengan menggunakan
waste workshop kemudian dari ke tujuh waste tersebut di pilih satu waste yang berdampak
besar terhadap kepuasan pelanggan UKM batik printing tersebut dengan cara mencari bobot
tertinggi dari waste workshop tersebut.
2. Measure (Mengukur)
Ditahap ini dilakukan pengukuran/perhitungan waste terpilih dan kemudian melakukan
perhitungan pengukuran level sigma, sehingga dapat mengetahui bahwa di lantai produksi
batik printing di Puspa Kencana masuk dalam level berapa sigma.
3. Analyze (Menganalisis)

Ditahap ini dilakukan pengukuran/perhitungan waste terpilih dan kemudian melakukan
perhitungan pengukuran level sigma, sehingga dapat mengetahui bahwa di lantai produksi
batik printing di Puspa Kencana masuk dalam level berapa sigma.
4. Improve (Memperbaiki)
Setelah diketahui penyebab dari masalah yang terjadi di tahap analyze dengan menggunakan
root cause, maka tahap selanjutnya melakukan perbaikan dengan menggunakan 5R
(Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) untuk mengurangi masalah yang terjadi.
5. Control (Mengendalikan)
Control atau pengendalian adalah tahap terakhir yang bertujuan untuk menentukan
kemampuan untuk mengendalikan beberapa faktor vital dan menerapkan sistem
pengendalian proses. Sebagai bagian dari pendekatan Lean Six Sigma, perlu adanya
pengawasan untuk meyakinkan bahwa hasil yang diiginkan sedang dalam proses pencapaian.
6. Penarikan Kesimpulan Dan Saran
Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan atas keseluruhan hasil yang diperoleh dari
langkah-langkah penelitian yang sudah dilakukan serta tahap ini merupakan jawaban dari
permasalahan yang ada di dalam perusahaan.

KERANGKA PERMASALAHAN
Mulai


Identifikasi Masalah

Tujuan Penelitian

Studi Lapangan

Studi Pustaka

Pengumpulan
Data

Pengamatan
Langsung

Wawancara

Analisa data dengan metode
DMAIC lean six sigma

DEFINE

(Identifikasi
waste dengan
menggunakan
waste workshop
dan data
kuantitatif waste)

IMPROVE
(Perbaikan
melalui
penyebab
waste yang
terpilih)

ANALYZE
(Menganalisis penyebab
waste defect terpilih
dengan analisis 5 whys)

MEASURE

(Pengukuran
waste terpilih)

CONTROL
(Mengendalikan
waste yang
terpilih setelah
perbaikan)

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 1 Kerangka Pemecahan Masalah
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Define (Mendefinisikan)
1. Pembuatan Value Stream Mapping
Value stream mapping adalah langkah awal untuk mengetahui aliran informasi dan aliran
material dalam sistem produksi batik printing Puspa Kencana.
Waktu pengiriman


Supplier

Lead Time

Material
Planning

Jenis Kain

Jumlah yang
dipesan

Customer Schedule

Customer

Motif batik yang
dipesan


Jumlah Kain

Variabels quantity

inggu
Perm

1200 yard

Jadwal Produksi

100 pis

Grounding

Pemotongan

Kain Katun

1


1

Printing

Penjemuran

4

Penjemuran

4

2

2

Fiksasi/
Steam

Perebusan/
Lorod

Pencucian

1

Pencucian

Detergen

2

1

1

2

Inspeksi

Penjemuran

1

C/T= 130'

C/T= 140'

C/T= 1023'

C/T= 1065'

C/T= 1023'

C/T= 1036'

C/T= 75'

C/T= 190'

C/T= 75'

C/T= 70'

C/T= 1023'

C/T= 100'

1 Shift

1 Shift

1 Shift

1 Shift

1 Shift

1 Shift

1 Shift

1 Shift

1 Shift

1 Shift

1 Shift

1 Shift

30'

130'

960'

10'

140'

1020'

960'

640'

1065'

1020'

160'

1036'

80'

75'

49'

190'

93'

75'

971'

10'

70'

1020'

Packing

1

1

C/T= 12'

1 Shift
20'

22'

100'

100 pis

12'

Value Added Time: 5962'
Non Value Added Time: 4005'

Gambar 2 Value Stream Mapping
2. Identifikasi Waste
Pada tahap define ini nanti kita bisa melihat waste apa saja yang terjadi di Puspa
Kencana dengan cara menggunakan waste workshop dan kemudian kita bisa mengetahui

waste yang sangat berdapak besar terhadap kepuasan pelanggan UKM batik printing
tersebut. Dilihat dari data waste workshop yang berupa data kualitatif serta pengamatan
langsung di Batik Printing Puspa Kencana didapatkan hasil bahwa jenis waste defect adalah
waste tertinggi dan paling berpengaruh dan berdampak buruk pada kepuasan pelanggan batik
printing puspa kencana sendiri maka dari itu untuk tahap-tahap DMAIC lean six sigma
selanjutnya waste defect yang akan diselesaikan sampai tahap control.
Measure (Mengukur)
Masalah yang akan diidentifikasi disini berasal dari data defect dan produksi batik
printing 13 April 2015 sampai dengan tanggal 18 April 2015. Berdasarkan penelitian di pada
tanggal 13 April 2015 sampai dengan tanggal 18 April 2015 terdapat produk yang dihasilkan
tidak sesuai target karena defect (kecacatan) yang terjadi sangat besar. Setelah mendapatkan
hasil analisis data produksi dan jenis defect langkah selanjutnya adalah menentukan DPMO
(Defect per Million Opportunity).
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan DPMO dan Level Sigma

Analyze (Menganalisis)
Analyze merupakan tahap selanjutnya setelah measure, data yang dikumpulkan di fase
measure dianalisa dan diselidiki akar permasalahan yang menjadi penyebabnya ditahap ini
dengan menggunakan diagram fishbone setelah itu dianalisis menggunakan 5 whys dan
kemudian akan didapatkan root causenya. Dalam tahap ini akan dilakukan analisa dua jenis
cacat tertinggi yaitu warna hilang dan kain terkena noda. Berikut adalah fishbone dari kedua
kecacatan yang terpilih:
Manusia
Letak obat pewarna
tidak jadi satu di satu
tempat
Salah menakar
obat

Kurang Teliti

Banyak Pekerjaan

Warna Hilang
Lupa memasukkan soda
kue dalam takaran obat
pewarna
Tidak
menggunakan
soda kue

Material

Merasa sudah
hafal
Tidak melihat
catatan takaran
obat

Tidak menyiapkan obat
yang akan digunakan

Metode

Gambar 3 Diagram Fishbone (Defect Warna Hilang)

Manusia
Tutup belakang
tempat tinta lepas
Tinta belakang spidol
keluar dan mengotori kain
Menaruh Spidol
diatas kain

Kain Terkena Noda
Kurang bersih dalam
pembersihannya
Lantai kotor
Peralatan (plangkan)
yang digunakan
masih kotor

Kain di letakkan
dilantai

Peralatan

Metode

Gambar 4 Diagram Fishbone (Defect Kain Terkena Noda)
Improve (Memperbaiki)
Pada tahap perbaikan ini digunakan metode 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan
Rajin) dalam memperbaiki dua masalah defect di atas yaitu warna hilang dan kain terkena noda.
Berikut adalah perbaikan 5R di Batik Printing Puspa Kencana Laweyan yang dilakukan pada
tahap improve yaitu dengan melihat penyebab masalah dan root causenya:
1. Ringkas/Pemilihan (Seiri)
Tabel 2 Usulan Perbaikan Untuk Aspek Ringkas

2. Rapi/Penataan (Seiton)
Tabel 3 Usulan Perbaikan Untuk Aspek Rapi

3. Resik/Pembersihan (Seiso)
Tabel 4 Usulan Perbaikan Untuk Aspek Resik

4. Rawat/Pemantapan (Seikatsu)
Tabel 5 Usulan Perbaikan Untuk Aspek Rawat

5. Rajin/Pembiasaan (Shitsuke)
Prinsip rajin adalah terciptanya kebiasaan pribadi karyawan untuk menjaga dan
meningkatkan apa yang sudah dicapai. Rajin di tempat kerja berarti pengembangan
kebiasaan positif di tempat kerja. Orang yang mempraktekkan ringkas, rapi, resik dan rawat
secara terus menerus dan menjadikan kegiatan ini sebagai kebiasaan dalam kehidupan
sehari-harinya dapat menyebut dirinya memiliki disiplin pribadi.
Langkah melakukan rajin :
1) Target bersama,
Dalam mencapai tindakan rajin para pekerja dan pemilik Batik Puspa Kencana Laweyan
harus selalu bersama-sama melaksanakan 4 R sebelumnya yaitu Ringkas, Rapi, Resik dan
Rawat.
2) Hubungan/ komunikasi di lingkungan kerja,
Dan dalam mencapai tindakan rajin para pekerja dan pemilik Batik Puspa Kencana
Laweyan harus selalu bersama-sama saling berkomunikasi dan mengingatkan pada saat di
lingkungan kerja bahwa harus selalu melaksanakan dan mewujudkan tahap 4R
sebelumnya yaitu Ringkas, Rapi, Resik dan Rawat.
CONTROL
Dalam 5 R orang yang mempraktekkan ringkas, rapi, resik dan rawat secara terus
menerus dan menjadikan kegiatan ini sebagai kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya dapat
menyebut dirinya memiliki disiplin pribadi. 5R harus dilaksanakan secara bertahap sesuai
urutannya. Jika tahap pertama (Ringkas) tidak dilakukan dengan baik, maka tahapberikutnya
pun tidak akan dapat dijalankan secara maksimal, dan seterusnya. Setelah dilakukanya alternatif
perbaikan tersebut diharapkan di Batik Printing Puspa Kencana tidak ada kecacatan untuk warna

hilang dan cacat kain terkena noda. Setelah mendapatkan hasil analisis data perbaikan produksi
dan jenis defect langkah selanjutnya adalah menentukan baseline kinerja. Untuk menentukan
baseline Kinerja perlu menentukan DPMO (Defect per Million Opportunity) dengan
menggunakan perhitungan, sehingga akan didapatkan sigma yang terjadi pada Batik Printing
Puspa Kencana setelah perbaikan. Bahwa level sigma yang sebelum ada perbaikan adalah
sebesar 3,490222
mengalami peningkatan karena sesudah terjadi perbaikan yaitu sebesar
3,7705214 .
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari penelitian diatas didapatkan kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Dari penelitian ini didapatkan beberapa jenis waste yang terjadi di Batik Printing Puspa
Kencana yaitu waktu tunggu, transportasi, proses tidak sesuai, persediaan, produk cacat dan
gerakan tidak perlu. Dengan dilakukannya penyebaran waste workshop didapatkan waste
defect (produk cacat) adalah waste yang tertinggi yang sering terjadi di Batik Printing Puspa
Kencana.
2. Setelah didapatkan waste tertinggi adalah defect (produk cacat) dan ditemukan cacat warna
hilang dengan prosentase yang paling banyak dan yang kedua adalah defect kain terkena
noda maka dari itu di lakukan perbaikan dengan menggunakan 5R (Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat dan Rajin) dengan mengontrolnya yaitu dengan cara:
a. Harus diadakan pelatihaan untuk para operator cara bagaimana membuat atau meramu
obat pewarna batik printing agar tidak hanya ada satu operator yang bisa dalam meramu
obat.
b. Membuat lembar checklist catatan takaran dan bahan obat pewarna batik printing.
c. Menyiapkan tempat khusus/meja khusus untuk menaruh obat pewarna serta dipisah-pisah
dan diberi kode setiap warnanya agar lebih mudah untuk mencari warna yang akan
digunakan.
d. Dibuatkan tempat spidol atau alat tulis agar para pekerja tidak menaruh sembarangan
spidol dan di buat peraturan dilarang membawa alat tulis di area produksi.
e. Dibuatkan SOP (Standard Operating Procedure) untuk kebersihan area produksi.
f. Disediakan sikat halus untuk membersihkan plangkan dengan menggosoknya.
SARAN
Untuk dapat bersaing di era globalisasi dan menjadi UKM yang cepat dan tepat dalam
memenuhi kebutuhan konsumen sebaiknya:
1. Batik Printing Puspa Kencana melakukan analisa pemborosan dan melakukan perbaikan
terus menerus utuk mencapai industri yang lean.
2. Memberikan pelatihan kepada semua operator batik printing khususnya untuk membuat
adonan obat pewarna agar tidak hanya satu operator yang bisa dalam membuat adonan obat
pewarna.
3. Membuat work instruction juga menetapkan standar kerja untuk setiap proses dalam
pembuatan batik printing.
4. Untuk penelitian selanjutnaya sebaiknya dilakukan analisis untuk semua jenis waste dengan
lean six sigma.
DAFTAR PUSTAKA
Zagloel,YM dan Nurcahyo, Rahmat.2013.”TQM Manajemen Kualitas Total Dalam Perspektif
Teknik Industri”.Jakarta:Indeks
Liker, Jeffrey K.2006.”The Toyota Way”.Jakarta: Erlangga