Latar Belakang - DAMPAK SERING MENONTON TELEVISI PADA ANAK USIA SEKOLAH

  

DAMPAK SERING MENONTON TELEVISI

PADA ANAK USIA SEKOLAH

  Ach. Ridwan, Trihadi Prasetya

  Abstrak

  Pengaruh media terhadap anak semakin besar, teknologi semakin canggih dan intensitasnya semakin tinggi. Padahal orang tua tidak punya waktu memperhatikan, mendampingi dan mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton televisi ketimbang melakukan hal yang lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan pengetahuan dampak sering menonton televisi pada anak usia sekolah.

  Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif. Populasi sebanyak 217 responden dan sampelnya sebanyak 30 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive sampling. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuaan Dampak

  Sering Menonton Televisi Pada Anak Usia Sekolah meliputi 15 responden (50%) mempunyai pengetahuan baik, 9 responden (30%) mempunyai pengetahuan yang cukup, 6 responden (20%) yang mempunyai pengetahuan kurang dari total 30 responden.

  Sudah sepatutnya orang tua menyadari hal ini, mengingat betapa besarnya akibat dari menonton televisi yang berlebihan. Setiap orang tua memiliki tanggungjawab untuk selalu mengawasi anaknya dan selalu memperhatikan perkembangannya, oleh sebab itu hal-hal yang sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai dampak positif dan negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang bersangkutan.

  Kata Kunci : Pengetahuan, Menonton Televisi, Anak Usia Sekolah Abstract

  Influence of media to child is ever greater, technology is sophisticated progressively and its

intensity of excelsior. Though parent fellow have no time to pay attention, consorting and observing child.

More child pass the time to watch television compared to do the other matter. Intention of this research is to

depict knowledge of impact often watch television at school age child

  Research Design is used descriptive design. Population counted 217 responder and its counted 30 responder. Intake of sample use technique of Purposive sampling. From result of research which have been conducted, to be got by result of that level knowledge of

Impact Often Watch Television At School Age Child cover 15 responder (50%) having knowledge of

goodness, 9 responder ( 30%) having knowledge which enough, 6 responder ( 20%) having knowledge less

than totalize 30 responder.

  Have deservedly old fellow realize this matter, considering what the level of effect of watch

television abundant. Old to each and everyone have responsibility always to observe their child and always

pay attention its growth, on that account things which as small as any should be able to anticipate by old to

each and everyone regarding negative and positive impact to be generated by pertinent matter.

  Keywords: Knowledge, Watching Television, School Age Child.

  

Latar Belakang dari aktivitas kesehariannya, bahkan acara

  Pada zaman sekarang Televisi merupakan menonton tv sudah menjadi agenda wajib bagi media elektronik yang mampu meyebarkan berita sebagian besar anak. (giwimukti, 2011). secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai Pengaruh media terhadap anak semakin khalayak dalam jumlah tak terhingga pada waktu besar, teknologi semakin canggih dan intensitasnya yang bersamaan. Televisi dengan berbagai acara juga semakin tinggi. Padahal orang tua tidak yang ditayangkannya telah mampu menarik minat mempunyai waktu yang cukup untuk pemirsanya, dan membuat pemirsannya ketagihan memperhatikan, mendampingi dan mengawasi untuk selalu menyaksikan acara-acara yang anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu ditayangkan. Bahkan bagi anak-anak sekalipun menonton TV ketimbang melakukan hal yang sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan lainnya. Dalam seminggu anak menonton TV sekitar 170 jam. Sehingga berdampak pada anak- anak, mereka akan belajar bahwa kekerasan itu akan menyelesaikan masalah. Mereka juga belajar untuk duduk dirumah dan menonton, bukannya bermain dan berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi didunia yang penuh dengan orang lain (IDAI, 2007).

  Pada anak usia sekolah (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif. Perkembangan motorik juga sangat menunjang keberhasilan belajar. Karena pada masa anak usia sekolah kematangan perkembangan motorik ini pada umumnya dicapainya. Sedangkan televisi dan anak adalah dua komponen yang sangat sulit dipisahkan. Karena anak-anak adalah penggemar nomor satu media televisi. Rata-rata anak menggunakan hampir sebagian besar waktunya untuk menonton acara televisi, tanpa memikirkan pantaskah acara yang sedang mereka tonton saat itu. Padahal anak usia sekolah adalah usia yang rentan. Mereka belum dapat menentukan yang baik dan yang buruk. Mereka biasa meniru atau mengimitasi kebiasaan yang sering mereka temui (arisetya, 2009)

  Saat ini jumlah acara televisi untuk anak usia sekolah dasar perminggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Tahun 2002 mengenai jumlah jam menonton televisi pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau sekitar 1560-1820 jam/ tahun. Angka ini jauh lebih besar dibanding dengan jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000 jam/ tahun. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x7 = 168 jam. Jadi, selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman, yaitu: isi acara yang banyak mengandung adegan kekerasan, seks, dan mistis yang berlebihan dan terbuka. Sebab daya tarik yang utama terdapat pada bagian tersebut. sebaiknya anak usia sekolah tidak menonton acara tersebut. Balai Besar Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta. Pada tahun 2008 ditemukan bahwa 68% (68 anak) cukup sampai sangat ingin mempratekkan trik-trik dalam film keras apabila berkelahi dengan temannya, dan 32% (32 anak) kurang sampai tidak ingin mempratekkan (Reni, 2008). Sedangkan menurut hasil penelitian Stein dan friedrich di AS, menunjukkan bahwa anak sekolah menjadi lebih agresif yang dapat dikategorikan anti sosial setelah mereka menonoton film kartun. sehingga tidak semua acara untuk anak usia sekolah itu aman. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SDN Kemaduh II Kec. Baron, Kab. Nganjuk tahun 2011, Peneliti melakukan wawancara dengan 6 anak tentang lamanya menonton televisi. Didapatkan 4 anak menonton televisi lebih dari 3,5 jam dengan cara menonton televisi sendiri tanpa didampingi oleh orang tua, dan dengan hasil nilai belajar anak yang kurang serta terkadang pada waktu di sekolah sang anak meniru gaya adegan kekerasan di televisi dengan teman-temannya sebagai objek. Juga didapatkan pernah terjadi kekerasan yang menimpa siswa dikarenakan meniru adegan film kekerasan dengan temannya hingga menyebabkan cedera.

  Pada saat ini televisi merupakan media elektronik yang sangat digemari hampir disegala jenjang usia, baik oleh anak usia sekolah maupun orang dewasa sekalipun. Menonton televisi sebenarnya sangat baik bagi anak usia sekolah dan orang dewasa, dengan catatan apabila menonton acara televisi tersebut tidak berlebihan, acara yang ditonton sesuai dengan usia, dan untuk anak usia sekolah harus disertai kontrol dan pengawasan dari orang tua. Bagi anak usia sekolah, kadang sering dijumpai akibat terlalu seringnya menonton adegan kekerasan di televisi tak jarang anak tersebut menirukan adegan tersebut kepada teman- temannya di sekolah yang hingga akhirnya mengakibatkan cedera. kebiasaan menonton televisi juga bisa mengakibatkan menurunnya minat baca terhadap buku, mengurangi semangat belajar, membentuk pola pikir yang sederhana, mengurangi kreativitas serta masih banyak lagi dampak negatif lainnya jika dibandingkan dengan dampak positifnya yang sedikit sekali (Reni, 2008). Anak usia sekolah cenderung lebih senang berlama-lama didepan televisi dibandingkan dengan harus belajar, atau membaca buku. Jika kita melihat acara-acara yang disajikan oleh stasiun televisi, banyak ditemukan acara yang kurang mendidik (Cumux, 2009). Sudah sepatutnya orang tua menyadari hal ini, mengingat betapa besarnya akibat dari menonton televisi yang berlebihan. Setiap orang tua memiliki tanggung jawab untuk selalu mengawasi anaknya dan memperhatikan perkembangannya. Oleh sebab itu hal-hal yang sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai dampak dari positif atau negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang bersangkutan. Begitu juga mengenai hal televisi telah disediakan. Kuesioner mengandung unsur ini, yang sudah nyata dampak negatifnya, sudah pengukur variabel meliputi : tujuan dan fungsi sepatutnya setiap orang tua mempersiapkan senjata menonton televisi, pengaruh positif menonton untuk mengantisipasinya (arisetya, 2009) televise, pengaruh negatif menonton televisi serta

  Mengingingat pentingnya pengetahuan cara mengurangi menonton televisi; dengan terhadap dampak yang cenderung kurang jumlah butir soal 20 buah. Pengolahan data menguntungkan terhadap seringnya menonton dilakukan dengan teknik editing, coding, scoring televisi pada anak sekolah, maka perlu peran dan tabulating. Analisis data dilakukan dengan perawat untuk memberikan penyuluhan tentang menggunakan statistik deskriptif dengan analisis fungsi dan tujuan dari menonton televisi, dampak tabulasi silang (Cross tabulation). Prinsip etika positif dan dampak negatif dari menonton televisi, yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : serta cara-cara mengurangi menonton televisi. penggunaan lembar persetujuan menjadi responden Berdasarkan fenomena diatas sudah waktunya (informed concent), ketanpanamaaan (anonimity) stasiun televisi mencamtumkan tanda bahwa serta penggunaan azas kerahasiaan program tersebut untuk orang dewasa, memerlukan (confidentiality). bimbingan orang tua, atau memang acara yang pantas untuk ditonton untuk anak usia sekolah. Hasil Penelitian Begitu pula para pengelola stasiun televisi

  a. Karakteristik responden berdasarkan umur hendaknya mempunyai tanggung jawab moral terhadap acara-acara yang ditayangkan. Berdasarkan masalah diatas maka peneliti tertarik

  27%

  untuk melakukan penelitian dengan judul

  33%

  Gambaran Pengetahuan Dampak Menonton TV Pada Anak Usia Sekolah Di SDN Kemaduh II Kec.

  40% Baron, Kab. Nganjuk tahun 2012.

  Tujuan Penelitian 6-8 (8 Responden)

  Mengetahui Gambaran Pengetahuan Dampak

  9-10 (12 Responden)

  Sering Menonton Televisi Pada Anak Usia Sekolah

  11-12 (10 Responden) Desain Penelitian

  Pada penelitian ini metode penelitian yang Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa digunakan adalah metode deskriptif. Variabel dari 30 responden yang berumur 6-8 tahun dalam penelitian ini adalah Variabel tunggal atau sebanyak 8 responden (27%), umur 9-10 tahun mandiri yaitu tingkat pengetahuan dampak sering sebanyak 12 responden (40%), dan umur 11-12 menonton televisi. Penelitian dilakukan di bulan tahun sebanyak 10 responden (33%). Juni 2012 di SDN Kemaduh II Kec. Baron, Kab.

  Ngajuk tahun. Populasi dalam penelitian ini adalah

  b. Karakterisistik responden berdasarkan jenis seluruh siswa anak sekolah yang berada di SDN kelamin

  Kemaduh II Kec. Baron Kab. Nganjuk , sejumlah 127 siswa. Sampel pada penelitian ini sebanyak 30 responden dari siswa yang berada di di SDN Kemaduh II Kec. Baron kab. Nganjuk mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Pada penelitian ini

  4 0%

  menggunakan Purposive sampling. Purposive

  6 0% sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel

  dengan cara memilih sampel yang ada diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen berupa kuesioner tertutup berdasarkan indikator yang dirumuskan dalam definisi operasional. Laki-laki (18 Responden) Peneliti mencantumkan pilihan jawaban sehingga Perempuan (12 Responden) responden tinggal memilih pilihan jawaban yang

  Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa Pembahasan dari 30 responden yang mempunyai jenis Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kelamin laki-laki yaitu sebanyak 18 responden bahwa Pengetahuan dampak sering menonton (60%), sedangkan yang berjenis kelamin televisi pada anak usia sekolah di SDN Kemaduh perempuan sebanyak 12 responden (40%)

  II Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk, Berdasarkan gambar 4.4 diagram Pie

  c. Karakteristik responden berdasarkan jenjang menunjukkan bahwa dari 30 responden di dapatkan pendidikan orang tua yang paling banyak adalah berpengetahuan baik sebanyak 15 responden (50%).

  Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, dan jenjang

  2 7% 3 3%

  pendidikan orang tua. Faktor usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun (Elizabet, B.H, 2006) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

  4 0%

  kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Hurlock,

  SD (10 Responden) SMP (12 Responden)

  2005 didalam buku Nursalam dan Siti Pariani,

  SMA (8 Responden)

  2001). Dari faktor jenis kelamin, jenis kelamin membedakan pola interaksi sosial anak antara anak laki-laki dan anak perempuan memiliki perbedaan

  Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa pola interaksi, hal ini mempengaruhi pula pada dari 30 responden dengan jenjang pendidikan kematangan sosial anak (Hurlock, 2005). Selain itu orang tua yaitu SD sebanyak 10 responden dari faktor jenjang pendidikan orang tua juga (33%), SMP sebanyak 12 responden (40%), dan sangat mempengaruhi, pendidikan orang tua yang pendidikan orang tua dengan jenjang SMA tinggi atau berpengetahuan yang luas maka orang sebanyak 8 responden (27%) tua dapat memahami bagaimana harus memposisikan diri dalam tahapan perkembangan

  d. Gambaran pengetahuan dampak sering anak. menonton televisi pada anak usia sekolah.

  Pengetahuan adalah hasil dari "tahu" dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmodjo:1997).

  2 0%

  Penginderaan ini terjadi melalui panca indra manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,

  5 0%

  penciuman, rasa dan bau, Menurut Notoatmojo ada

  3 0%

  6 tingkatan/kemampuan yaitu: pengetahuan ,pemahaman, penerapan, analisa, sintesis, evaluasi. Pengetahuaan (knowledge) adalah hasil dari tahu dari manusia, pengetahuan berhubungan dengan

  Pengetahuan Baik (15 Responden) kemampuan mengingat. Termasuk mengingat

  kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari

  Pengetahuan Cukup (9 Responden)

  seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yag

  Pengetahuan Kurang (6 Responden)

  telah di terima. Pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang Dari gambar diatas memberikan gambaran untuk dapat memecahkan masalah yang di bahwa dari 30 responden, mayoritas responden hadapinya. Pengetahuan tersebut di peroleh baik mempunyai pengetahuan baik sebanyak 15 dari pengalaman langsung maupun melalui responden (50%), pengetahuan cukup sebanyak pengalaman orang lain. Pengetahuan adalah suatu 9 responden (30%), dan mempunyai ilmu pada dasarnya ilmu pengetahuan timbul atau pengetahuan kurang sebanyak 6 responden berasal pada kekaguman manusia terhadap yang (20%). hadapinya baik mikrohosmos (alami kecil) maupun makrohosmos (alami besar). Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang teratur. Dari keadaan-keadaan ini manusia berusaha meramu segala pedoman operasional yang bermanfaat bagi kemanusiaan (Narguto, 1991).

  Dari hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan adalah baik, maka dalam hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor tersebut. Ditinjau dari faktor umur, paling banyak adalah berumur 9- 10 tahun 12 responden (40%). Dengan umur ini responden sebenarnya sudah termasuk masa kanak-kanak akhir, anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak- anak yang usianya lebih muda. Mereka senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung dan cukup matang untuk berpikir, Anak usia ini juga dapat mempertimbangkan secara logis hasil dari sebuah kondisi atau situasi serta tahu beberapa aturan atau setrategi berpikir, seperti penjumlahan, pengurangan, penggandaan, mengurutkan sesuatu secara berseri dan mampu memahami operasi dalam sejumlah konsep, seperti. Dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indra, Hal ini adalah karena mereka tidak lagi mengandalkan persepsi penglihatannya, melainkan sudah mampu menggunakan logikanya.

  Demikian juga dengan faktor jenis kelamin, jenis kelamin membedakan pola interaksi sosial anak antara anak laki-laki dan anak perempuan, keduanya memiliki perbedaan pola interaksi, hal ini mempengaruhi pula pada kematangan sosial anak, dengan kriteria perbedaan jenis kelamin paling banyak adalah laki-laki 18 responden (60%) .Hal ini berpengaruh terhadap kemampuannya untuk mendapatkan dan memahami tentang gambaran pengetahuan dampak sering menonton televisi, adanya perbedaan ini maka berdampak pada pengetahuan responden tentang gambaran pengetahuan dampak sering menonton televisi.

  Jenjang pendidikan orang tua juga dapat mempengaruhi pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang dampak sering menonton televisi pada anak usia sekolah. Disini terlihat jenjang pendidikan orang tua dari 30 responden paling banyak adalah SMP 12 responden (40%), maka responden termasuk berpendidikan cukup. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuannya untuk mendapatkan dan memahami tentang gambaran pengetahuan dampak sering menonton televisi pada anak usia sekolah, adanya keterbatasan ini maka berdampak pada pengetahuan responden tentang gambaran pengetahuan dampak sering menonton televisi pada anak usia sekolah sehingga sebagian besar dari responden memiliki pengetahuan termasuk kriteria baik.

  Pendidikan orang tua mempengaruhi bagaimana anak bersikap dengan lingkungannya termasuk pada saat menonton televisi, ketidaktahuan orang tua akan kebutuhan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya tentu membatasi anak untuk dapat lebih leluasa melakukan eksplorasi sosial diluar lingkungan rumahnya. Pendidikan orang tua yang tinggi atau berpengetahuan yang luas maka orang tua dapat memahami bagaimana harus memposisikan diri dalam tahapan perkembangan anak. Orang tua yang memiliki pengetahuan dan pendidikan yang baik maka akan cenderung mendukung anaknya agar berinteraksi sosial dengan baik.

  Dengan memiliki pengetahuan tentang dampak sering menonton televisi yang baik diharapkan responden kelak mampu menumbuhkan dan mengembangkan sikap mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dan membangun masyarakat adil dan makmur yang notabene diketahui bahwa responden adalah sebagai generasi penerus perjuangan bangsa.

  Dengan demikian, maka perlu dipertahankan dan ditingkatkan terus pengetahuan responden tentang dampak sering menonton televisi. Harapannya dengan memiliki pengetahuan yang baik, maka responden lebih mengerti akan pentingnya pengertian dampak sering menonton televisi pada anak usia sekolah, tujuan dan fungsi dari televisi, dampak positif dan negatif dari televisi serta cara mengurangi menonton televisi sehingga responden dapat lebih mengetahui dan mengerti tentang dampak sering menonton televisi melalui program penyuluhan yang secara efektif bisa menambah pengetahuan dampak sering menonton televisi pada anak usia sekolah di SDN Kemaduh II Kecamatan Baron kabupaten Nganjuk.

  Kesimpulan

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuaan Dampak Sering Menonton Televisi Pada Anak Usia Sekolah di SDN Kemaduh II Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk tahun 2012 meliputi 15 responden (50%) mempunyai pengetahuan baik, 9 responden (30%) mempunyai pengetahuan yang cukup, 6 responden (20%) yang mempunyai pengetahuan kurang dari total 30 responden.

  Saran

  (download : 8 Oktober 2011) Hurlock, Elizabet.2005 Perkembangan Anak Jilid

  Wawan & dewi. M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia.

  Keperawatan. Kediri :Pamenang Press

  Tamsuri, anas. 2006. Buku Ajar Riset

  Jakarta : Salemba Medika Reni. 2008. Pengaruh Televisi Terhadap Anak. www.puslit2.petra.dac.i.com (download : 10 Oktober 2011)

  Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

  Cipta Nursalam. 2008.

  Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka

  (download : 29 September 2011) Notoatmojo, Soekidjo. 2005. Metodologi

  Sekolah. www.thedevilarea.blogspot.com

  (download : 26 September 2011) Kikiyako. 2010. Perkembangan Anak Usia

  Anak-Anak. www.dranak.blogspot.com

  IDAI. 2007. Pengaruh Menonton Televisi Pada

  2. Jakarta : Erlangga

  Dan Remaja. www.giwimukti.multiply.com

  1. Bagi peneliti selanjutnya Dengan adanya hasil penelitian ini hendaknya menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan peneliti lebih lanjut.

  Giwimukti. 2011. Dampak Sinetron Bagi Anak

  Oktober 2011) Dadan, W. 2008. Makalah Psikologi Tentang pengaruh Televisi Terhadap Anak. www.makalahku.wordpress.com (download : 27 September 2011)

  Anak . Gumuxranger.web.id (downlaod : 6

  27 September 2011) Cumux. 2009. Pengaruh Televisi pada Perilaku

  www.ariperon.wordpress.com (download :

  Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta Ari Setya. 2009. Pengaruh Televis Terhadap Anak.

  Salemba Medika Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu

  Teknik Penulisan Ilmiah, Surabaya :

  Alimul Aziz, H. 2003. Riset Keperawatan dan

  5. Bagi tempat penelitian Diharapkan untuk lebih memperbanyak lagi program penyuluhan dampak sering menonton televisi pada anak usia sekolah, sehingga dengan memperbanyak progeram tersebut maka diharapkan akan menambah wawasan baik bagi penyuluh informasi sendiri maupun bagi para siswa siswi.

  4. Bagi orang tua Bagi orang tua diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai tambahan informasi untuk mengurangi akan dampak yang kurang menguntungkan dari menonton televisi pada anak usia sekolah.

  3. Bagi responden Bagi responden diharapkan bisa menambah pengetahuan tentang dampak sering menonton televisi pada anak usia sekolah secara complex sehingga pengetahuan responden lebih baih dan dapat dapat ditingkatkan lagi.

  2. Bagi instansi pendidikan Untuk menambah literatur tentang pengetahuan dampak sering menonton televisi yang baik dan memenuhi syarat sehingga lebih memudahkan peneliti mengumpulkan data.

  Jogjakarta : Nuha Medika