BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Jus Buah Stroberi (Fragaria X Ananassa) Terhadap Diskolorasi Gigi Yang Disebabkan Oleh Kopi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Perubahan warna gigi merupakan faktor yang sangat merugikan bagi penderitanya

  apalagi jika terjadi pada gigi anterior yang menarik perhatian sabagai titik pandang pertama ketika seseorang membuka mulut atau berbicara. Gigi putih sangat menarik untuk dilihat, tetapi tidak banyak orang beruntung memiliki warna gigi sempurna. Perubahan warna dapat mengenai satu gigi, beberapa gigi atau semua gigi. Perubahan warna gigi dapat hanya melibatkan permukaan saja atau sampai melibatkan struktur

  12 gigi.

2.1Perubahan warna gigi

  Umumnya noda pada gigi dikategorikan menjadi tiga, yaitu ekstrinsik, intrinsik dan oleh umur. Noda ekstrinsik paling sering dan paling mudah diatasi. Berada pada permukaan superfisial dan dapat disebabkan oleh kopi, teh, makanan dengan pewarnaan tinggi, penggunaan tembakau atau proses metabolik dari pasien itu sendiri. Noda intrinsik adalah diskolorasi yang berpenetrasi kedalam stuktur gigi. Terjadi selama perkembangan gigi akibat konsumsi obat tertentu atau jumlah floride yang berlebihan. Noda ini tidak dapat hilang dengan tindakan profilaksis, tetapi dapat memberikan respon dengan tindakan bleaching tergantung pada warna dan intensitas dari noda itu sendiri. Noda oleh karena perubahan umur adalah kombinasi dari noda ekstrinsik yang telah berpenetrasi kedalam struktur gigi dalam jangka waktu yang

  4 sudah sangat lama, penipisan enamel dan penggelapan warna dentin.

2.1.1 Definisi perubahan warna gigi Perubahan warna gigi terjadi selama atau sesudah pembentukan email dan dentin.

  Ada perubahan warna yang tampak setelah gigi erupsi dan ada yang timbul akibat

  13

  prosedur perawatan. Perubahan warna pada gigi dapat terjadi oleh banyak faktor, tetapi secara umum perubahan dibagi menjadi dua kategori utama yaitu noda intrinsik

  14

  dannoda ekstrinsik. Perubahan warna ini dapat hanya mengenai satu gigi, beberapa

  12 gigi atau semua gigi.

2.1.2Klasifikasi dan etiologi perubahan warna gigi

  Bagian koronal gigi terdiri dari enamel, dentin dan pulpa. Setiap perubahan terhadap struktur kemungkinan akan menghasilkan perubahan pada penampilan luar gigi disebabkan oleh transmisi cahaya dan mencerminkan sifat. Munculnya warna gigi tergantung pada kualitas cahaya yang dipantulkan. Secara historis, perubahan warna gigi telah diklasifikasikan menurut lokasi noda, yang dapat berupa intrinsik atau

  15 ekstrinsik.

2.1.2.1 Perubahan warna ekstrinsik

  Panjang rantai dari polisakarida dan materi protein membentuk suatu lapisan yang erat pada seluruh permukaan gigi yang disebut pelikel. Dimana pelikel ini sangat

  14

  mudah ternodai. Perubahan warna ekstrinsik didefinisikan sebagai perubahan warna yang terletak pada permukaan luar dari struktur gigi dan disebabkan oleh agen topikal atau ekstrinsik. Hal ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, langsung dan tidak langsung. Pewarnaan langsung disebabkan oleh senyawa-senyawa yang bergabung ke dalam lapisan pelikel dan noda adalah hasil warna dasar dari kromogen. Pewarnaan langsung memiliki multi-faktorial etiologi dengan kromogen berasal baik dari diet atau zat biasa ditempatkan di mulut. Pewarnaan tidak langsung di sisi lain adalah disebabkan oleh interaksi kimia di permukaan gigi. Biasanya berhubungan dengan antiseptik kationik dan garam logam. Secara tradisional, perubahan warna gigi ekstrinsik juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan asalnya, seperti logam

  15, 16 ataunon-logam.

  Faktor yang bertanggung jawab untuk perubahan warna ekstrinsik : a.

  Diet: noda cokelat pada permukaan gigi bisa disebabkan oleh pengendapan tanin yang ditemukan dalam teh dan kopi, wine, cola, kunyit dan beberapa makanan dan minuman lainnya juga dapat menyebabkan perubahan warna gigi. b.

  Kebersihan rongga mulut: Akumulasi plak gigi, kalkulus dan partikel makanan menyebabkan noda cokelat atau hitam. Bakteri kromogenik juga telah diusulkan sebagai faktor etiologi dalam produksi noda biasanya pada margin gingiva gigi.

  c.

  Kebiasaan: Tembakau dari rokok, cerutu, pipa, dan mengunyah tembakau menyebabkan noda cokelat dan hitam gelap yang menutupi sepertiga tengah servikal gigi.

  d.

  Faktor Obat: antiseptik kationik seperti chlorhexidine, cetylpyridinium

  

chloride dan obat kumur lainnya dapat menyebabkan noda setelah penggunaan

  jangka panjang. Chlorhexidine, misalnya, menghasilkan perubahan warna cokelat sampai hitam. Bukti yang paling menunjukkan bahwa penyebab kemungkinan pewarnaan adalah pengendapan makanan anionik kromogens ke kation teradsorpsi.

  e.

  Pekerjaan dan faktor lingkungan: paparan Industri besi, mangan, dan perak dapat menodai gigi hitam. Merkuri dan debu timbal dapat menyebabkan noda biru- hijau; tembaga dan nikel, noda hijau ke hijaubiruan dan asap asam kromat dapat 15, 17, 20. menyebabkan noda oranye yang pekat.

2.1.2.2Perubahan warna intrinsik

  Penyebab perubahan warna gigi berasal dari gigi itu sendiri: 1.

  Dekomposisi jaringan pulpa atau sisa makanan. Adanya gas yang dihasilkan oleh pulpa nekrosis dapat membentuk ion sulfida yang berwarna hitam.

  2. Pemakaian antibiotik, misalnya tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan penyebab paling sering dari perubahan warna gigi yang bersifat intrinsik. Pemakaian obat golongan tetrasiklin selama proses pertumbuhan gigi dapat menyebabkan perubahan warna gigi yang permanen.

  Periode waktu pemberian tetrasiklin yang menyebabkan perubahan warna pada gigi:

  a. Semasa dalam kandungan pada usia kehamilan ibu lebih dari 4 bulan,molekul tetrasiklin dapat melewati pertahanan plasenta gigi sulung yang sedang terbentuk.

  b. Masa bayi sesudah lahir sampai usia 5 tahun, pada periode ini terjadi pembentukan mahkota gigi insisivus permanen. Mekanismenya adalah tetrasiklin akan terikat dengan kalsium dan membentuk senyawa kompleks berupa tetrasiklin kalsium ortofosfat . Jaringan gigi yang sedang dalam proses mineralisasi itu tidak hanya memperoleh kalsium, tetapi juga molekul tetrasiklin yang kemudian tertimbun di dalam jaringan dentin dan email.

  3. Penyakit metabolik yang berat selama fase pertumbuhan gigi. Misalnya alkaptonuria yang menyebabkan warna cokelat, endemikfluorosis yang menyebabkan bercak cokelat pada gigi.

  4. Pendarahan dalam kamar pulpa. Ini disebabkabkan oleh terjadinya trauma, aplikasi bahan devitalisasi arsen ataupun eksterpasi pulpa yang masi vital.

  5. Medikamentasi saluran akar. Obat terapeutik yang digunakan dalam endodonti dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi, misalnya perak nitrat.

  6. Bahan pengisi saluran akar. Di antara bahan pengisi saluran akar gigi yang dapat mewarnai dentin adalah iodoform dan semen saluran akar yang mengandung

  12 perak atau minyak esensial.

  7. Proses penuaan. Dengan bertambahnya umur, enamel menjadi lebih tipis karena abrasi/erosi dan dentin menjadi lebih tebal karena deposisi dentin sekunder dan dentin reparatif yang menghasilkan perubahan warna pada gigi selama hidup

  17 seseorang. Gigi orangtua biasanya lebih kuning keabu-abuan dari gigi orang muda.

2.2Perawatan perubahan warna gigi dengan bleaching Bleaching merupakan salah satu usaha memperbaiki perubahan warna pada gigi.

  Teknik pemutihan ini dapat dilakukan oleh dokter gigi di tempat praktek (office

  

bleaching) dan dapat dilakukan oleh pasien sendiri dirumah dibawah pengawasan

  17

  dokter gigi (home bleaching). Pemutih gigi umumnya dikenal sebagai bleaching vital, adalah metode noninvasif dalam mencerahkan warna gelap atau gigi yang berubah warna. Tiga indikasi untuk dapat melakukan prosedur bleaching adalah disebabkan oleh (1) noda ekstrinsik dari makanan, menghisap rokok, kopi atau teh, (2) usia gigi, (3) noda intrinsik seperti noda tetrasiklin dan flourosis ringan. Tipe perawatan bleaching biasanya lebih sering dipilih oleh pasien sendiri. Pasien harus

  20 siap bahwa hasilnya tidak ada garansi dan tidak permanen.

2.2.1 Reaksi kimia bleaching

  Oksidasi adalah proses kimia dimana bahan organik yang akhirnya dikonversi menjadi CO

  2 dan air. Kayu terbakar di perapian adalah contoh dari proses oksidasi,

  dan itu adalah bahwa proses kimia yang sama untuk memutihkan gigi. Perbedaan antara pembakaran kayu dan pemutihan gigi adalah tingkat dari proses oksidasi. Akhirnya, kedua proses akan menghasilkan CO dan air.Bleaching adalah proses

  2

  oksidasi-reduksi atau reaksi redoks. Dalam reaksi redoks, bahan oksidator (seperti hidrogen peroksid) memiliki radikal bebas dengan elektron yang tidak berpasangan yang akan tereduksi, sedangkan bahan reduktor (bahan yang akan diputihkan)

  4 menerima elektron dan teroksidasi.

  Hidrogen peroksida adalah agen pengoksidasi yang menghasilkan dua radikal bebas, HO

  

2 dan oksigen. PH larutan ini mempengaruhi kekuatannya. Hidrogen peroksida

bersifat asam lemah dan menghasilkan lebih dari oksigen lemah radikal bebas.

  Larutan buffer ini memiliki pH 9,5-10,8 untuk mendorong produksi dari persentase yang lebih tinggi dari HO

  2 radikal bebas yang kuat. Bahan organik dapat

  mengganggu reaksi pemutihan. Kehadiran dekomposisi katalis dan enzim dapat mengubah reaksi sehingga tidak ada radikal bebas diproduksi. Oleh karena itu sangat penting bahwa gigi harus kering dan dibersihkan dari kotoran sebelum agen

  4 bleaching diaplikasikan.

  

Gambar 1. Hubungan proses oksidasi dengan bleaching sampai

21

dengan titik saturasi.

  Larutannya harus menembus permukaan gigi. Dalam memutihan gigi, hidrogen peroksida berdifusi melalui matriks organik enamel dan dentin, memancarkan radikal bebasnya. Radikal ini bereaksi sampai menjadi molekul-molekul sederhana yang merefleksikan sedikit cahaya terbentuk. Ada titik yang disebut saturasi atau titik jenuh, dimana pencerahan berhenti dan penghancuran struktur gigi dimulai. Selama pemutihan berlangsung dan proses pencerahan melambat secara dramatis, titik jenuh telah tercapai. Pada titik ini, kehilangan enamel menjadi cepat. Pemutihan harus berhenti di titik jenuh untuk meminimalkan kerapuhan gigi dan peningkatan porositas. Optimal bleach mencapai pemutihan yang maksimal. Over bleach dapat

  4 merusak enamel dan tidak akan menginduksi pencerahan lebih lanjut.

2.2.2Bahan bleaching

  Bahan-bahan yang digunakan sebagai bleaching menurut Walton dan Torabinayed (2002) antara lain hidrogen peroksid, natrium perborat, natrium hipoklorit, karbamid peroksid dan bahan oksidator lain seperti natrium oksiborat. Untuk intracoronal

  

bleaching yang sering digunakan adalah natrium perborat dan hidrogen peroksid.

  Sedangkan untuk extracoronal bleaching adalah karbamid peroksid dan hidrogen

  17 peroksid.

  2.2.2.1 Hidrogen peroksid

  Hidrogen peroksid dengan dengan konsentrasi 30-35% disebut juga superoksol yang banyak digunakan pada extracoronal maupun intracoronal bleaching. Superoksol ini harus disimpan ditempat yang dingin dan dapat bertahan sampai 3 bulan. Sebagai bahan bleaching dapat dicampur dengan natrium perborat menjadi pasta atau juga dapat digunakan tanpa dicampur dengan natrium perborat. Efek pemutihan pada gigi terjadi karena berat molekul yang kecil dapat berdifusi ke enamel dan dentin. Jadi

  17

  proses oksidasi secara langsung pada substansi pembentuk warna. perubahan yang terjadi pada lapisan gigi yang disebabkan oleh reaksi dari H

  2 O 2 30% dengan molekul

  apatit, dengan proses pemanasan akan terjadi reaksi sebagai berikut : H

  2 O 2 ------- H

  2 O

2 + On

  Ca

  10 (PO 4 ) 6 (OH) 2 + On ------ 10 CaO + 3 P

  2 O 5 + H

  2 O

  Hidroksi apatit putih Hidroksi apatit ini bereaksi dengan superoxol dan menyebabkan pengendapan

  12 CaO. CaO inilah yang menimbulkan warna putih pada gigi.

  2.2.2.2Sodium perborat

  Bahan oksidator sodium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Sodium perborat merupakan bahan kimia yang sedikit demi sedikit akan mengalami degradasi dan melepaskan sedikit hidrogen peroksid. Jika bahan masih baru, bahan ini mengandung 95% perborat dalam 9,9% oksigen. Sodium perborat stabil bila dalam keadaan kering, tetapi bila dicampur dengan asam atau air akan berubah menjadi

  17

  sodium metaborat, hidrogen peroksid dan oksigen bentuk onasen. Sodium perborat lebih gampang untuk dikontrol dan aman bila dibandingkan dengan konsentrasi larutan higrogen peroksid. Untuk itu menjadi material yang lebih sesuai untuk

  23 internal bleaching .

2.2.2.3Karbamid peroksid

  Karbamid peroksid yang ada dipasaran tidak hanya mengandung karbamid peroksid, tetapi juga mengandung bahan tambahan misalnya polimer karboksi polimetilen (karbopol), fenasitin, trietanolamin, gliserol dan anhidrida. Karbopol berfungsi untuk menambah kekentalan dan daya lekat, memperlambat proses pelepasan oksigen karbamid peroksid, serta bereaksi lebih lama. Konsentrasi yang aman dan efektif dalam penggunaan karbamid peroksid adalah 10-15%, dianjurkan pemakaian bahan tersebut dilakukan dibawah pengawasan dokter gigi. Karbamid peroksid 10% sama

  17,22 efektifnya dengan hidrogen peroksid 3%.

  Pada dasarnya mekanisme dasar karbamid peroksid adalah sama. Karbamid peroksid terurai menjadi hidrogen peroksid dan urea ketika berkontak dengan jaringan lunak atau saliva pada temperatur mulut. Hidrogen peroksid yang dihasilkan

  21

  akan terionisasi dengan reaksi seperti berikut : Karbamid peroksid Hidrogen peroksid + Urea (CH

  2 N

  2 OH

  2 O 2 ) (H

  2 O 2 ) (CH

  2 N

  2 O)

  Hidrogen peroksida Air + Oksigen (H

  2 O 2 ) (H

  2 O) (O 2 )

  Urea Amonia + Karbon dioksida (CH N O) NH (CO )

  2

  2

  3

  2 Urea dalam karbamid peroksid berperan sebagai penstabil agar efek bahan tersebut

  lebih panjang dan berperan memperlambat pelepasan hidrogen peroksid. Agar efek karbamid peroksid maksimal dibutuhkan waktu yang lama untuk kontak dengan gigi. Sementara urea dalam karbamid peroksid dapat bergerak bebas kedalam enamel dan dentin pada proses degradasi amonia selanjutnya karbondioksida akan dilepas serta

  21 menigkatkan pH.

  2.2.3 Kontra indikasi bleaching 1.

  Diskolorisasi karena amalgam 2. Diskolorisasi berat akibat tetrasiklin (derajat III & IV) 3. Restorasi atau karies yang luas 4. Enamel loss atau deep pitting 5. Kelainan Temporomandibuar joint (TMJ) 6. Wanita hamil dan sedang menyusui

  17 7.

  Pasien dengan dentin hipersensitif

  2.2.4 Efek samping bleaching

  Faktor keamanan pasien merupakan faktor yang menjadi perhatian utama untuk

  17

  setiap tindakan. Kasus efek samping dari vital dan nonvital bleaching telah banyak

  24 dilaporkan.

  a.

  Gigi sensitif. Merupakan efek samping yang paling sering terjadi setelah melakukan external bleaching. Data dari penelitian sebelumnya oleh Haywood dkk. 10% penggunaan karbamid peroksid dari 15-65% pasien melaporkan meningkatnya

  9 gigi sensitif.

  b.

  Iritasi mukosa. Konsentrasi hidrogen peroksida yang tinggi (dari 30-35%) menyebabkan rasa pedas pada membran mukosa dan dapat menyebabkan luka bakar

  9

  dan bercak putih pada gingiva. Oleh karena itu, pada saat pemakaian larutan tersebut,

  23 jaringan lunak hendaknya selalu dilindung dengan mengolesi vaselin.

  c.

  Resopsi akar. Laporan klinikal dan histologi menunjukkan bahwa

  

intracoronal bleaching dapat menyebabkan resorpsi akar eksternal. Ini mungkin

  dikarenakan oleh agen oksidasi, khususnya 30-35% hidrogen peroksida. Mekanisme

  

bleaching menyebabkan rusaknya jaringan periodonsium atau sementum belum dapat

  dijelaskan. Sepertinya, zat kimia yang mengiritasi masuk berdifusi melalui tubulus dan cacat sementum dan akibat nekrosis sementum tersebut terjadi inflamasi pada

  23 ligamen priodontal dan akhirnya terjadilah resorpsi akar.

  d.

  Merusak tambalan. Bleaching dengan hidrogen peroksida dapat menyebabkan efek pada ikatan antara resin komposit dan jaringan keras gigi. Foto mikroskopi elektron menunjukkan adanya interaksi antara keduanya dan menyebabkan inhibisi polimerisasi dan meningkatkan porositas resin dan celah marginal sehingga tambalan

  23,24 menjadi lepas.

2.3 Metode evaluasi stabilitas warna

  Hal ini jelas melalui tinjauan literatur, stabilitas bahan warna dapat dievaluasi dengan berbagai metode. Ini melibatkan pewarnaan pada spesimen dan dievaluasi perubahan warnanya selama periode waktu tartentu. Evaluasi warna dapat dilakukan baik oleh penilaian visual atau metode instrumental.

  1. Metode visual. Banyak metode penilaian visual yang telah digunakan oleh berbagai peneliti. Dalam satu metode, pengamat mengevaluasi perubahan warna dari spesimen terhadap latar yang berwarna putih. Perubahan warna tersebut kemudian dihitung sebagai sedikit, sedang, atau berat. Penilaian visual juga dapat dilakukan dengan mengambil foto dari spesimen dan kemudian mengukur perubahan warnanya.

  Albert Munsell menggambarkan warna dalam fenomenal tiga dimensi. Dia menggambarkan tiga dimensi sebagai hue, value(kecerahan) dan chroma( saturasi).

  Hue. Hue adalah kualitas warna yang membedakan satu warna dengan warna

  lain, yang dispesifikasikan dalam rentang dominan suatu panjang gelombang dalam spektrum tampak yang menghasilkan warna. Hue adalah sebuah interpretasi fisiologis dan psikologis dari sejumlah panjang gelombang. Dalam hal gigi, hue diwakili oleh A, B,C atau D dalam shade guide Vita Classic yang sering digunakan.

  Chroma. Chroma adalah saturasi, intensitas atau kekuatan dari hue. Bayangkan

  ketika pewarna merah makanan diteteskan kedalam segelas air. Setiap kali pewarna makanan itu ditambahkan, intensitas akan meningkat, tapi itu adalah warna merah yang sama (hue). Seiring dengan pertambahan pewarna, campuran juga akan terlihat lebih gelap, sehingga peningkatan chroma memberikan perubahan terhadap

  value. Bila chroma meningkat maka value akan menurun, chroma dan value

  berbanding terbalik. Nomor tertinggi yang terdapat pada shade guideVita Classic

  25 mewakili warna dari chroma.

  

Value. Value atau kecerahan adalah sejumlah cahaya kembali dari suatu objek.

  Munsell menggambarkan value sebagai warna putih-hitam dalam skala abu-abu. Benda yang cerah memiliki jumlah abu-abu yang lebih rendah, sedangkan benda yang kurang cerah memiliki jumlah abu-abu yang lebih banyak dan akan menjadi

  25

  lebih gelap. Urutan contoh warna yang digunakan pada perawatan Dental Whitening menggunakan dasar value yang paling rendah yaitu C4 diletakkan pada sisi paling kanan contoh dan warna dengan value paling tinggi yaitu warna B1 diletakkan disisi kiri dari urutan contoh warna.

  2. Metode Instrumental. Variabilitas hasil dengan penilaian visual dapat timbul karena beberapa faktor termasuk obyek yang diamati, posisi cahaya terhadap pengamat relatif dan sama, karakteristik lain warna cahaya tersebut, metamerism, kelelahan, penuaan dan keadaan emosional dari pengamat. Sejak pengukuran instrumen dapat menghilangkan penafsiran subjektif dari perbandingan warna visual, spektrofotometer dan colorimeter lebih banyak digunakan saat ini. Instrumen ini menggunakan CIE L*a*b* (CIELAB) sistem warna, yang dikembangkan pada tahun 1978 oleh Komisi Internationale de L'Eclairage untuk karakteristik warna untuk persepsi manusia. CIE L*a*b* (CIELAB) ruang warna adalah tiga dimensi warna sistem order. Koordinat ∆L menunjukkan kecerahah, sejalan dengan value dari sistem Munsell. Koordinat

  ∆a menunjukkan kemerahan atau kehijauan dan koordinat ∆b menunjukkan kekuningan atau kebiruan. Perbedaan warna ∆E adalah jarak aljabar antara dua titik dalam ruang warna. Ini merupakan perubahan warna relatif yang diamati untuk material setelah diberi perlakuan atau antara periode waktu. Perbedaan

  2

  2

  • 2 ½
  • warna dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ∆E = ( ∆L ∆a

  ) , di mana ∆b ∆L, ∆a, ∆b adalah perbedaan dalam L, a, b nilai sampel sebelum dan sesudah perendaman dalam pewarna. Um dan Ruyter menyarankan bahwa perubahan warna yang jelas harus disebut sebagai nilai yang diterima

  • = 33, dimana Guller

  5 menyatakan bahwa nilai dari 3,7 harus dianggap sebagai visual yang jelas.

2.4Stroberi

  Stroberidikenal dengan nama arbei yang berasal dari bahasa Belanda, aardbei yaitu sebuah genus tumbuhan dalam keluarga Rosaceae. Di indonesia, buah ini disebut “stroberi”. Ada kurang lebih 20 spesies stroberi. Spesies paling umum di tanam untuk dijual adalah hasil dari penyilangan Fragaria x ananassa. Stroberi merupakan berry

  26 yang paling terkenal dari semua berry dan termasuk tanaman semak.

  Gambar 2. Buah stroberi

2.4.1Klasifikasi tanamanstroberi

  Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman stroberi di klasifikasikanadalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Rosaceae Genus : Fragaria Spesies : Fragaria spp. Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L.

  var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hibrid yang merupakan

  stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var Duchesne. Varitas stroberi introduksi yang dapat ditanam di Indonesia adalah Osogrande, Pajero, Selva, Ostara,

  Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet . Di Cianjur ditanam varitas

  asal Jepang yang cepat berbuah. Petani Lembang (Bandung) yang sejak

  Hokowaze lama menanam stroberi, menggunakan varitas lokal Benggala dan Nenas yang cocok

  26 untuk membuat makanan olahan dari stroberi seperti selai.

2.4.2 Manfaat buahstroberi

  Buah stroberimemiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Sehingga stroberi dijadikan alternatif untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi beberapa resiko penyakit, antara lain; 1.

  Stroberi sebagai Pencegah Kanker. Di dalam buah stroberi ada dua kandungan yang bernama antioksidan dan anti-inflamasi. Dengan kombinasi dua kandungan

  26 tersebut maka buah stroberi dapat mencegah tumbuhnya penyakit kanker.

  2. Stroberi Baik Untuk Tulang. Stroberi sangat baik dan bermanfaat untuk memelihara tulang. Karena di dalamnya terkandung senyawa mangan sehingga dapat

  26 membantu membangun dan memilihara tulang dan sendi.

  3. Stroberi Bermanfaat untuk Diet Sehat. Dalam secangkir stroberi memiliki banyak kandungan serat. Tapi kalorinya sedikit hanya sekitar 43. Dengan adanya serat yang terkandung di dalam buah stroberi dapat membuat pencernaan menjadi

  26 lancar.

  4. Stroberi sebagai sumber Vitamin C. Menurut penelitian di dalam satu gelas Strawberry terkandung 136% RDA vitamin C. Kita tahu bahwa vitamin C mempunyai manfaat yang luar biasa untuk membuat kekebalan tubuh semakin meningkat dan dapat mencegah degenerasi manula. Di samping manfaat dari vitamin

  26 C adalah untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi.

  5. Memutihkan gigi. Stroberi adalah salah satu bahan alami yang dapat

  26

  memutihkan kembali gigi yang telah berubah warna. Tanaman ini mengandung

  1 asam elagat dan asam malat yang dapat memutihkan gigi.

2.4.3 Kandungan senyawa fitokimia buah stroberi

  Kandungan senyawa fitokimia buah stroberi antara lain: 1.

  Ellagic Acid Buah stroberiterdapat ellagic acid, yang terkandung didalamellegitanin yang dapat memutihkan gigi. Kandungannya berkisar antara 0,43-4,64 mg per gram berat

  26

  kering. Reaksi yang terdapat pada senyawa ini adalah reaksi oksidasi dimana ellagic

  

acid melepaskan elektron yang dapat berikatan dengan zat yang menyebabkan

  perubahan warna pada enamel. Adanya perbedaan keelektronegatifan diantara O dan

  H pada gugus OH yang lebih besar dibandingkan CO dan OH pada gugus COOH

  • menyebabkan gugus OH akan lebih mudah putus dan menghasilkan radikal H .
  • Radikal H yang terbentuk akan berikatan dengan 3 molekul C tersier yang terdapat pada enamel gigi yang mengalami diskolorasi. Ikatan ini menyebabkan terjadinya ganguan konjugasi elektron dan perubahan penyerapan energi pada molekul organik enamel sehingga terbentuk molekul organik enamel dengan struktur tidak jenuh.

  Setelah radikal H dilepaskan, ellagic acid melepaskan 4 radikal OH yang dapat mengganggu struktur tidak jenuh dari enamel tersebut menjadi struktur jenuh dengan

  1 warna lebih terang.

  2. Anthocyanin

Anthocyanin tergolong dalam komponen flavonoid. Senyawa ini merupakan pigmen

26 pemberi warna merah pada stroberi.

  3. Catechin, Quercetin dan Kaempferol

  26 Memiliki aktivitas sebagai antioksidan.

2.5 Kopi

  Kopi merupakan biji-bijian dari pohon jenis coffea. Buah kopi terdiri dari 4 bagian yaitu lapisan kulit luar (exocarp), daging buah (mesocarp), kulit tanduk ( parchment) dan biji (endosperm). Senyawa terpenting yang terdapat dalam kopi adalah kafein. Kafein dapat bereaksi dengan asam, basa dan logam berat dalam asam. Kafein disintesis dalam perikarp. Kafein dapat larut dalam air, mempunyai aroma wangi tetapi rasanya sangat pahit. Kafein bersifat mono-cidic yang lemah dan dapat memisah dengan penguapan air. Dengan asam, kafein akan bereaksi dan membentuk

  27 garam yang stabil. Sedangkan dengan basa akan membentuk garan yang stabil.

  Kopi yang kita konsumsi sehari-hari berasal dari bagian biji yang terdapat pada buah kopi. Setelah dilepaskan dari daging buah, biji kopi selanjutnya dikeringkan. Biji kopi mengandung protein, minyak aromatis dan asam-asam organik. Biji kopi kering ini tidak mempunyai aroma sama sekali, karena aroma baru timbul setelah proses sangrai. Setelah disangrai biji kopi kemudian dihaluskan, baik secara manual dengan alu maupun mesin. Kasar atau halusnya bubuk kopi disesuaikan dengan selera masing-masing. Bubuk kopi inilah yang selanjutnya disuguhkan dengan seduhan air panas dengan tambahan gula atau krim sesuai selera. Penambahan gula jangan berlebihan, karena akan menghilangkan cita rasa dari kopi itu sendiri. Secara umum, dikenal 4 jenis kopi, yaitu kopi arabika, kopi robusta, kopi liberika dan kopi excelsa. Diantara keempatnya, kopi liberika adalah juaranya. Pohon kopinya mencapai 30 meter menghasilkan biji kopi terbesar didunia yang tumbuh di hutan pedalaman Kalimantan dan merupakan bahan minuman tradisional suku Dayak. Kebanyakan kopi yang beredar didunia adalah arabika yang menguasai 70% pasar

  28 dan robusta 30%.

2.5.1 Kopi arabika

  Kopi arabika tumbuh sesepanjang Amerika Latin, Afrika Tengah dan Timur, india dan Indonesia. Kopi arabika merupakan kopi tradisional yang rasanya dianggap paling enak oleh para penikmat kopi. Biji kopi arabika memiliki ciri-ciri ukuran biji yang lebih kecil bila dibandingkan biji jenis robusta, kandungan kafeinnya lebih rendah, rasa dan aroma lebih nikmat harga yang lebih mahal. Contoh kopi arabika

  28 adalah kopi Toraja atau kopi Jawa.

  Klasifikasi kopi arabika ( Coffea arabica L). Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

  Bangsa : Rubiales Suku : Rubiaceae Marga : Coffea Spesies : Coffea arabica L.

  Jenis ini secara genetik berbeda-beda dari spesies kopi lainnya, mempunyai empat set kromosom. Buahnya berbentuk oval dan masak dalam waktu 7-9 bulan. Daun, buah dan akar kopi mengandung saponin, flavonoida dan polifenol, disamping itu buahnya

  28 juga mengandung alkaloida.

2.5.2 Kopi robusta

  Kopi robusta biasa tumbuh di Afrika Barat dan Tengah, sepanjang Asia Tenggara dan Brazil. Kopi robusta memiliki ukuran biji kopi yang besar, bentuknya oval, tinggi kafein dan memiliki aroma yang kurang harum. Robusta dapat dikembangkan dalam lingkungan dimana arabika tidak akan tumbuh, dam membuatnya menjadi pengganti arabika yang murah dan rasanya pahit dan asam. Contoh kopi jenis robusta adalah

  28 kopi Lampung dan kopi Bali.

  Klasifikasi kopi robusta ( Coffea robusta Lindl ex DeWild L). Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Rubiales Suku : Rubiaceae Marga : Coffea Spesies : Coffea robusta Lindl ex DeWild Buah kopi ini berbentuk bulat dan membutuhkan 11 bulan untuk menjadi matang; biji kopinya lebih kecil dibandingkan C. Arabica. Daun kopi ini mengandung alkaloid

  28 saponin, flavonoida dan polifenil.

  Tak selamanya kafein yang terkadung dalam kopi berefek negatif, apalagi dikonsumsi dalam jumlah wajar. Hal ini sesuai dengan hasil studi Dr. Murdoch Ritchie, dalam “

  

The Pharmacological Basic of Therapeutics”, yaitu kafein dalam 1-2 cangkir kopi dapat menambah kecepatan berpikir dan inspirasi, membuat badan lebih segar, serta mengobati rasa kantuk dan lelah. Namun dapat berefek racun jika dikonsumsi dalam jumpal besar (10 cangkir) berturut-turut menyebabkan kecemasan, gelisah, insomnia

  28

  dan diare hingga kematian. Dari beberapa hasil penelitian juga mengatakan bahwa kopi dapat mempengaruhi warna gigi menjadi lebih kuning. Kopi ditemukan

  5,28.

  memiliki kromatogen yang lebih kuat jika dibandingkan dengan teh atau cola.

2.6 Kerangka konsep

  Konsumsi kopi Perubahan warna gigi Bleaching

  Jus buah stroberi 100% Jus buah stroberi 50%

  Carbamide peroxide 15% Ellagic acid Mengubah struktur tidak jenuh organik enamel yang berubah warna menjadi struktur yang jenuh yang lebih terang.

  

Pemutihan gigi

Perubahan warna menjadi

lebih putih ?

  Shade guide

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi - Profil Penderita Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) Tipe Bahaya Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2010

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Perbandingan Pendapatan Petani Kopi Ateng yang Menjual dalam Bentuk Gelondong Merah (Cherry red) dengan Kopi Biji di Desa Bangun Das Mariah, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun)

0 5 16

BAB II GAMBARAN UMUM - Petani Nilam (Studi Deskriptif Terhadap Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Tanaman Nilam Di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

0 1 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Petani Nilam (Studi Deskriptif Terhadap Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Tanaman Nilam Di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Cost of Equity Capital - Pengaruh Intellectual Capital, Asetri Informasi dan Nilai Pasar Ekuitas terhadap Cost of Equity Capital pada perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI (2011-2013)

0 0 20

Pengaruh Intellectual Capital, Asetri Informasi dan Nilai Pasar Ekuitas terhadap Cost of Equity Capital pada perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI (2011-2013)

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Perspektif teori agency merupakan dasar yang digunakan untuk - Analisis pengaruh penerapan prinsip good corporate governance terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia

0 2 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis pengaruh penerapan prinsip good corporate governance terhadap kinerja perusahaan di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

BAB II KERANGKA TEORI 2.1.2 Strategi 2.1.1 Definisi Strategi - Analisis Strategi Bersaing Pada Usaha Laundry Di Padang Bulan (Studi Kasus Pada Cheap Laundry)

0 1 33

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengembangan Usaha 2.1.1 Pengertian pengembangan Usaha - Analisis Profitabilitas Dalam Pengembangan Usaha (Studi Kasus Pada Dian Aquatik Indonesia)

0 1 40