Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Eceng Gondok Fermentasi pada Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

TINJAUAN PUSTAKA Domba

  Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80% populasinya terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mempunyai tubuh yang kecil sehingga disebut domba jawa atau domba gembel serta mampu hidup di daerah yang gersang (Mulyono, 1998).

  Ciri-ciri domba ekor tipis termasuk golongan domba berperawakan kecil, dengan berat badan domba jantan 30-40 kg dan domba betina 15-20 kg, bulu wolnya gembel berwarna putih dominan dengan warna hitam di sekeliling mata, hidung, dan beberapa bagian tubuh lain, ekornya tidak menunjukkan adanya deposisi lemak, telinga umumnya medium sampai kecil dan sebagian berposisi menggantung, domba jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina umumnya tidak bertanduk, keunggulan domba ekor tipis ini adalah bersifat prolifik (dapat melahirkan anak kembar 2-5 ekor setiap kelahiran), mudah berkembang biak dan tidak dipengaruhi musim kawin, serta mampu beradaptasi pada daerah tropis dan makanan yang bur).

  Pakan Domba

  Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan (dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban, nisbi udara) serta bobot badannya (Kartadisastra, 1997).

  Menurut Hardianto (2000) ada beberapa pengertian tentang bahan pakan ternak yaitu sebagai: 1) Sumber serat yaitu adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan serat kasar (SK)>18% (contoh: limbah pertanian dan kulit biji polong- polongan). 2) Sumber energi yaitu bahan-bahan yang memiliki kadar protein kurang dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari 35% (contoh: biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, umbi- umbian dan sisa penggilingan). 3) Sumber protein yaitu bahan-bahan yang memiliki kandungan protein kasar >20% (contoh: berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti bungkil, bekatul maupun yang bukan berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti silase ikan).

  4) Sumber mineral yaitu bahan-bahan yang memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbi-umbian. 5) Pakan tambahan yaitu bahan-bahan tertentu yang ditambah kedalam ransum, seperti: obat-obatan, anti biotika, hormon, air dan zat flavour. Kebutuhan Nutrisi Domba dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Domba

  Berat PBBH Kebutuhan Nutrisi Badan

  (kg) (g/hari) BK (g) BK (%BB) TDN (g) PK (g) PK (%) 10 200 500 5,0 400 127 25 20 250 1000 5,0 800 167 17 30 300 1300 4,3 1000 191

  15 Sumber: National Research Council (1995).

  Pertumbuhan Domba

  Pertumbuhan semua hewan pada awalnya lambat dan meningkat dengan cepat kemudian lambat pada saat hewan mendekati dewasa tubuh. Pertumbuhan ternak domba dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, umur, pakan dan lingkungan yang kesemuanya mempunyai hubungan erat dalam mempengaruhi laju pertumbuhan. Selain itu bobot tubuh pada awal fase penggemukan berhubungan dengan bobot dewasa (Soeparno, 1994).

  Herman (2003) menyatakan bahwa domba mengalami pertumbuhan yang sangat cepat pada tahun pertama yaitu 50% bobot pada umur satu tahun dicapai dalam tiga bulan pertama, 25% pada tiga bulan kedua dan 25% berikutnya dicapai dalam enam bulan terakhir.

  Domba jantan muda memiliki potensi untuk tumbuh lebih cepat dari pada domba betina muda, pertambahan bobot badan lebih cepat, konsumsi pakan lebih banyak dan penggunaan pakan yang lebih efisien untuk pertumbuhan badan (Anggorodi, 1990). Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan dan penggemukan dapat dilihat pada Tabel 2.

  Tabel 2. Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan dan penggemukan BB BK Energi Ca P

  (Kg) (kg) % PBB ME (Mkal) TDN (Kg) TP (g) (g) (g) 5 0,14 2,80 0,60 0,61 51 1,91 1,40 10 0,25 2,50 1,01

  1.28 81 2,30 1,60 15 0,36 2,40 1,37 0,38 115 2,80 1,90 20 0,51 2,60 1,80 0,50 150 3,40 2,30 25 0,62 2,50 1,91 0,53 160 4,10 2,80 30 0,81 2,70 2,44 0,67 204 4,80 2,30

  Ket: BK (Bahan Kering) PBB (Pertambahan Bobot Badan) ME (Metabolisible energy) TDN (Total Digestible Nutrient) TP (Total Protein) Sumber: National Research Council (1995).

  Eceng gondok

  Orang lebih banyak mengenal tanaman ini tumbuhan pengganggu (gulma) di perairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Awalnya didatangkan ke Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata dengan cepat menyebar ke beberapa perairan di Pulau Jawa. Manfaatnya yaitu sebagai biofilter cemaran logam berat, sebagai bahan kerajinan, dan campuran pakan ternak. Eceng gondok hidup mengapung bebas bila airnya cukup dalam tetapi berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Tingginya sekitar 0,4-0,8 meter, daunnya tunggal dan berbentuk oval, ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

  ikipedia.org, 2005).

  Eceng gondok selain sebagai tanaman pengganggu perairan, tanaman ini dimanfaatkan manusia untuk mengatasi pencemaran, baik pencemaran yang disebabkan oleh limbah industri maupun limbah rumah tangga. Eceng gondok dapat menyerap 50% N-organik dalam waktu 3,6 hari pada kolam pembersih limbah yang berasal dari daerah pertanian yang kotor, dan dapat juga menyerap timbunan logam yang berbahaya bagi kesehatan manusia seperti Cr, Cu, Cn, Hg dan Cd (Setyanto dan Warniningsih, 2011).

  Eceng gondok mengandung protein kasar 6.31%; serat kasar 18,3; BETN 57%; Lemak kasar 0,9%; abu 12,6%; Ca 1,4%; dan P sebesar 0,3%. Eceng gondok mengandung anti nutrisi berupa nitrat 0,3%, oksalat 0,6% dan sianida 30 mg/kg basah (Fuskhah, 2000).

  Fermentasi

  Menurut Fardiaz (1992), fermentasi sering didefenisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi adalah karbohidrat, sedangkan asam amino dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu.

  Pertumbuhan kapang ditandai dengan adanya miselium dan konidia. Pada proses fermentasi tahap awal, pertumbuhan kapang belum terlihat karena masih dalam tahap adaptasi. Selanjutnya pertumbuhan sel kapang meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah spora yang tumbuh di permukaan substrat (Supriyati et al., 1998).

  Mikroorganisme Lokal Saccharomyces sp

  Saccharomyces sp merupakan genus khamir/ragi/en:yeast yang memiliki

  kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO

  2 . Saccharomyces

  merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk kelompok Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 30 C dan pH 4,8. Beberapa kelebihan

  

saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat

  berkembang biak, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi. Beberapa spesies Saccharomyces mampu memproduksi ethanol hingga 13,01%. Hasil ini lebih bagus dibanding genus lainnya seperti Candida dan Trochosporon. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28-30

  C. Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces

  cerevisiae, Saccharomyces boullardii , dan Saccharomyces uvarum .

  Lactobacillus sp Lactobacilus sp adalah genus bakteri gram-positif, anaerob fakultatif atau

  mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok bakteri asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat mengubah laktosa dan gula lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan dari bakteri ini umum dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Dalam tubuh manusia, bakteri ini dapat ditemukan didalam vagina dan sistem pencernaan, dimana mereka bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari flora usus. Banyak spesies dari

  

Lactobacillus memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang sangat

  baik. Produksi asam laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan mengganggu pertumbuhan beberapa bakteri merugikan. Beberapa anggota genus ini telah memiliki genom sendiri. Beberapa spesies Lactobacillus sering digunakan untuk industri pembuatan yoghurt, keju, acar, bir, anggur (minuman), cuka kimchi, cokelat dan makanan hasil fermentasi lainnya, termasuk juga pakan hewan, seperti silase. Ada pula roti adonan asam, dibuat dengan “kultur awal” yang merupakan kultur simbiotik antara ragi dengan bakteri asam laktat yang berkembang di media pertumbuhan air dan tepung. Laktobasili, terutama L. Casei dan L. Brevis adalah dua dari sekian banyak organisme yang membusukkan bir. Cara kerja spesies ini adalah dengan menurunkan pH bahan fermentasinya dengan membentuk asam laktat 013).

  Rhizhopus sp Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota

  ordo Mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memiiki hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp yang disebut stolon menyebar diatas substratnya karena aktivitas dari hifa vegetatif.

  Rhizopus sp berproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak

  sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainnya oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contoh spesiesnya adalah Rhizopus stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi (Postlethwait dan Hopson, 2006).

  Menurut Handajani (2007), fermentasi bungkil kedelai memakai

  Rhizopus sp , mampu meningkatkan kandungan protein kasar bungkil kedelai dari

  41% menjadi 55% dan meningkatkan asam amino sebesar 14,2% sehingga diduga dapat dipakai untuk alternatif sebagai bahan pemicu pertumbuhan.

  Mikroorganisme ini mempunyai sifat–sifat sebagai berikut : a.

  Sifat amilolitik, mikroorganisme yaitu Saccharomyces akan menghasilkan enzim

  amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids yang kemudian akan menjadi asam amino.

  b.

  Sifat proteolitik, mikroorganisme yaitu Rhizopus akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak protein menjadi polipeptida, lalu menjadi peptide sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan air.

  c.

Sifat lipolitik, mikroorganisme yaitu Lactobacillus akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak

  Pembuatan mikroorganisme lokal menggunakan beberapa bahan antara lain air sumur, air tebu, ragi tape, ragi tempe dan yoghurt. Semuanya dimasukkan ke galon, lubangnya ditutup dengan kantong plastik ukuran 1 kg dan dibiarkan selama 3 hari. Guna ditutup dengan kantong plastik adalah untuk mendapatkan indikasi apakah mikroorganisme yang akan diaktifkan bekerja, bila kantong plastik menggelembung, berarti terjadi reaksi positif dari mikroorganisme dalam tahapan inokulan cair (Compost center, 2009). Komposisi zat-zat makanan eceng gondok fermentasi MOL dalam bahan kering dapat dilihat pada Tabel 3.

  Tabel 3. Komposisi zat-zat makanan eceng gondok fermentasi MOL.

  Zat-Zat Makanan Kandungan (%) Protein kasar

  9.79 Lemak

  2.82 Serat Kasar

  22.41 Abu

  11.32 Bahan Kering

  92.2 Kadar Air

  7.76 Sumber: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (2013).

  Trichoderma Trichoderma merupakan salah satu jamur yang bersifat selulolitik yang

  potensial menghasilkan selulase dalam jumlah yang relatif banyak untuk mendegradasi selulosa. Trichoderma menghasilkan enzim kompleks selulase yang dapat merombak selulosa menjadi selobiosa hingga menjadi glukosa.

  

Trichoderma memiliki kemampuan untuk menghasilkan berbagai enzim

  ekstraseluler, khususnya selulase yang dapat mendegradasi polisakarida kompleks (Harman, 2006).

  Apabila menggunakan mikroba ini, eceng gondok harus diolah terlebih dahulu menjadi tepung, kemudian baru difermentasi selama empat hari pada suhu ruang. Proses fermentasi dengan cara ini mampu meningkatkan nilai gizi yang terkandung dalam eceng gondok. Protein kasar meningkat sebesar 61,81% (6,31- 10,21%) dan serat kasar turun 18% (dari 26,61-21,82%). Proses amoniasi dan fermentasi menggunakan Trichoderma viride akan meningkatkan protein kasar pakan, sejalan dengan peningkatan kadar N dari urea dan aktivitas mikrobia, serta mampu meningkatkan nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik eceng gondok dengan melonggarkan ikatan ester antara lignin dengan selulosa dan hemiselulosa sehingga dapat mencerna pakan berserat (http://.id. Wikipedia. org. Pemanfaatan Daun Eceng Gondok sebagai Bahan Pakan. 2005).

  Trichoderma harzianum mampu secara spesifik menghasilkan enzim

selulase yang potensial untuk mendegradasi bahan lignoselulotik menjadi glukosa

  dan meningkatkan kandungan protein di dalam biomassa. Enzim-enzim yang dihasilkan dari golongan kapang diproduksi melalui proses fermentasi media padat (Darwis et al., 1990).

  Trichoderma adalah salah satu fungi yang tersebar luas dan hampir dapat

  ditemui di lahan-lahan pertanian dan perkebunan. Fungi ini tumbuh pada kisaran suhu optimal 22-30°C. Miselium Trichoderma dapat menghasilkan suatu enzim yang bermacam-macam, termasuk enzim selulase glukanase dan kitinase. Oleh karena adanya enzim selulase, Trichoderma dapat tumbuh secara langsung di atas kayu yang terdiri atas selulosa sebagai polimer dari glukosa. Enzim selulase yang dihasilkan Trichoderma viride mempunyai kemampuan dapat memecah selulosa menjadi glukosa sehingga mudah dicerna oleh ternak. Selain itu Trichoderma

  

viride mempunyai kemampuan meningkatkan protein bahan pakan. Oleh karena

  adanya enzim selulase, Trichoderma dapat tumbuh secara langsung di atas kayu yang terdiri atas selulosa sebagai polimer dari glukosa (Junaid, 2006).

  Onilude (1996), menyatakan bahwa Trichoderma harzianum merupakan kapang yang sangat penting sebagai perombak selulosa, menghasilkan enzim selulase yang dapat mendegradasi serat kasar sehingga serat kasar menurun. Koloni kapang yang berwarna hijau tua dan bentuknya bola-bola konidia yang berwarna hijau yang melekat satu sama lain (Fardiaz, 1992). Komposisi zat-zat makanan eceng gondok fermentasi Trichoderma dalam bahan kering dapat dilihat pada Tabel 4.

  Tabel 4. Kandungan nutrisi eceng gondok dengan 1 gr Trichoderma harzianum.

  Uraian Kandungan Nutrisi (%) Protein kasar 19,56 Lemak

  2,55 Serat Kasar 22,55 Kadar.Abu

  22,55 Kadar Air

  7.76 GE k.cal/gr 2,6851

  Sumber : Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih (2013) Hijauan

  Hijauan merupakan sumber bahan pakan ternak yang utama dan sangat besar peranannnya bagi ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) baik untuk hidup pokok, pertumbuhan produksi (daging, susu) maupun untuk reproduksi. Persediaan rumput yang merupakan sumber pakan hijauan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh musim. Saat musim hujan, tanaman pakan ternak dapat tumbuh baik, sehingga kebutuhan pakan hijauan dapat tercukupi.

  Sebaliknya pada musim kemarau, tanaman hijauan yang dihasilkan akan sangat berkurang dalam jumlah dan kualitasnya. Untuk mengatasi hal ini umumnya peternak menggunakan limbah pertanian yang tersedia di sekitarnya untuk pakan ternaknya (Astuti et al., 2004).

  Pakan hijauan merupakan sumber makanan utama bagi ternak ruminansia. Di daerah tropis seperti Indonesia ini, tampaknya sulit bagi domba untuk dapat berproduksi optimal jika hanya mengandalkan hijauan yang berupa rumput- rumputan didaerah tropis umumnya memiliki nilai nutrisi yang rendah

  (Handayanta, 2003).

  Ternak ruminansia mampu mencerna hijauan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya mikroorganisme didalam rumen. Makin tinggi populasinya akan semakin tinggi pula kemampuan mencerna selulosa (Siregar, 1994).

  Konsentrat

  Konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya karbohidrat dan protein seperti bungkil inti sawit (BIS), dedak padi, bungkil kedelai, bungkil kelapa, molases, ultra mineral, urea dan garam. Konsentrat untuk ternak domba umumnya disebut sebagai pakan penguat atau bahan baku pakan yang memiliki kandungan SK kurang dari 18% dan mudah dicerna. Penambahan konsentrat setiap hari sangat besar manfaatnya dan memungkinkan ternak domba untuk mengkonsumsi pakan yang lebih baik nilai gizinya, lebih palatabel serta merata setiap harinya. Tentu saja pemberian pakan seperti itu akan menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan pakan masuk ke alat pencernaan yang pada akhirnya konsumsi pakan akan mengalami peningkatan pula (Murtidjo, 1993).

  Tingkat Konsumsi dan Kecernaan

  Kartadisastra, (1997) menyatakan bahwa tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri). Menurut Cahyono, (1998) konsumsi juga dipengaruhi oleh palatabilitas pakan tersebut.

  Tingkat konsumsi (Voluntary Feet Intake) adalah jumlah pakan yang tidak sengaja dikonsumsi oleh hewan bila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Konsumsi adalah faktor essensial yang merupakan dasar untuk hidup dan menyesuaikan kondisi tubuh serta stress yang diakibatkan oleh lingkungan, pakan yaitu sifat dan komposisi kimia pakan yang dapat mempengaruhi konsumsi (Kartadisastra, 1997)

  Menurut Tillman et al., (1981) nilai koefisien cerna tidak tetap untuk setiap bahan pakan atau setiap ekor ternak, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

  1. Komposisi kimiawi Daya cerna berhubungan dengan komposisi kimiawi nya. Serat kasar berisi selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa dapat dicerna oleh ternak ruminansia secara enzimatis.

  2. Pengolahan pakan Beberapa perlakuan terhadap bahan pakan seperti pemotongan, penggilingan dan pelayuan mempengaruhi daya cerna. Penggilingan yang halus dari hijauan menambah kecepatan jalannya bahan pakan melalui usus sehingga menyebabkan pengurangan daya cerna 5-15%.

  3. Jumlah pakan yang diberikan Penambahan jumlah pakan yang dimakan ternak akan mempercepat arus pakan kedalam usus, sehingga mempengaruhi daya cerna. Penambahan jumlah pakan sampai dua kali lipat dari jumlah kebutuhan hidup pokok mengurangi daya cerna 1-2% penambahan yang lebih besar akan menyebabkan daya cerna akan semakin menurun.

  Ternak ruminansia dapat mencerna serat kasar yang tinggi karena N metabolik nya lebih tinggi sehingga daya cerna protein pada ruminansia lebih rendah dibandingkan non ruminansia, disamping adanya peran mikroorganisme yang terdapat pada rumen.

  Parakkasi (1995) menyatakan ketersediaan zat makanan yang dibutuhkan oleh mikroba rumen untuk menjalankan fungsi yang normal harus mendapatkan perhatian khusus misalnya pertambahan suplai sumber N pada bahan makanan yang rendah proteinnya akan meningkatkan konsumsi dari bahan pakan tersebut.

  Variasi kapasitas produksi disebabkan oleh makanan pada berbagai jenis ternak ditentukan oleh konsumsi (60%), kecernaan (25%) dan konversi hasil pencernaan produk yaitu sekitar 15%.

  Kecernaan Pakan

  Kecernaan pakan pada ternak ruminansia sangat erat hubungannya dengan jumlah dan aktivitas mikroba dalam rumen. Kecernaan pakan adalah bagian pakan yang tidak dieksresikan dalam feses dan selanjutnya dapat diasumsikan sebagai bagian yang diserap oleh ternak. Selisih antara zat makanan yang dikandung dalam bahan makanan dengan zat makanan yang ada dalam feses merupakan bagian zat makanan yang dicerna (Mc Donald et al., 1995).

  Menurut Mackie et al., (2002) adanya aktivitas mikroba dalam saluran pencernaan sangat mempengaruhi kecernaan. Biasanya dinyatakan dalam dasar bahan kering dan apabila dinyatakan dalam persentase maka disebut koefisien cerna (Tillman et al., 1991).

  Rata-rata kecernaan bahan kering hasil penelitian ini adalah 51,86%. Kecernaan pakan tersebut lebih rendah dibandingkan kecernaan pakan yang diperoleh Rianto et al., (2006) yang mendapatkan kecernaan bahan kering pada domba ekor tipis sebesar 64,14%, tetapi lebih tinggi dari pada hasil yang diperoleh Soeharsono et al., (2004) yaitu sebesar 47,61%. Perbedaan ketiga penelitian ini disebabkan penggunaan bahan pakan yang berbeda. Perbedaan jenis bahan pakan tersebut menimbulkan kecernaan pakan yang berbeda pula, karena komposisi kimianya berbeda.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan antara lain komposisi pakan dan jumlah pakan yang diberikan. Ransum yang kandungan proteinnya rendah, umumnya mempunyai kecernaan yang rendah pula dan sebaliknya. Tinggi rendahnya kecernaan protein tergantung pada kandungan protein bahan pakan dan banyaknya protein yang masuk dalam saluran pencernaan (Tillman et al., 1998).

  Sistem Pencernaan Ruminansia

  Sistem pencernaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi dengan beberapa organ yang bertanggung jawab atas pengambilan, penerimaan dan pencernaan bahan pakan dalam perjalanannya menuju tubuh (saluran pencernaan) mulai dari rongga mulut sampai ke anus.

  Disamping itu sistem pencernaan bertanggung jawab pula atas pengeluaran (ekskresi) bahan-bahan pakan yang tidak terserap atau tidak dapat kembali (Parakkasi,1995).

  Frandson, (1992) menyatakan bagian-bagian sistem pencernaan adalah mulut, pharink, oesophagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yang terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas.

  Proses utama pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik atau mikroba. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut dan gerakan- gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan enzimatik atau kimawi dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh berupa getah-getah pencernaan (Tillman et al.,1991).

  Menurut Arora, (1995) menyatakan bahwa rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Rumen adalah bagian perut yang paling besar dengan kapasitas paling banyak. Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan pakan yang dikonsumsi. Retikulum merupakan perut yang mempunyai bentuk permukaan menyerupai sarang tawon, dengan struktur yang halus dan licin serta berhubungan langsung dengan rumen. Omasum merupakan bagian perut yang mempunyai bentuk permukaan berlipat-lipat dengan struktur yang kasar. Bentuk fisik ini dengan gerakan peristaltik berfungsi sebagai penggiling makanan dan menyerap sebagian besar air. Abomasum adalah bagian perut yang terakhir sebagai tempat hasil pencernaan untuk diserap oleh tubuh (Kartadisastra, 1997).

Dokumen yang terkait

TUGAS AKHIR - Penentuan Slack Bus pada Jaringan Tenaga Listrik Sumbagut 150 KV Menggunakan Metode Artificial Bee Colony

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Luar 2.1.1. Pengertian Ruang dan Ruang Luar - Studi Hubungan Desain Front Yard dan Aktivitas (Studi Kasus: Front Yard Fakultas di Universitas Sumatera Utara)

0 0 26

Studi Hubungan Desain Front Yard dan Aktivitas (Studi Kasus: Front Yard Fakultas di Universitas Sumatera Utara)

0 0 19

BAB II TEORI PERUMAHAN DI PERKOTAAN 2.1 Perumahan 2.1.1 Perumahan dan Permukiman - Studi Bentuk Perumahan di Jalan Karya Wisata Medan (Studi Kasus : Perumahan Citra Wisata Dan Perumahan Johor Indah Permai I )

0 1 26

STUDI BENTUK PERUMAHAN DI JALAN KARYA WISATA MEDAN (Studi Kasus : Perumahan Citra Wisata dan Perumahan Johor Indah Permai I ) SKRIPSI

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi (Communication) - Hubungan Komunikasi Orangtua dan Anak Serta Kontrol Diri Siswa dengan Perilaku Seks Pranikah di SMA Prayatna Medan

0 0 37

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Komunikasi Orangtua dan Anak Serta Kontrol Diri Siswa dengan Perilaku Seks Pranikah di SMA Prayatna Medan

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Menular Seksual 2.1.1 Definisi dan Epidemiologi Infeksi Menular Seksual - Studi Kualitatif Pencegahan Penyakit Infeksi Menular pada Komunitas Waria di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

0 1 26

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Studi Kualitatif Pencegahan Penyakit Infeksi Menular pada Komunitas Waria di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

0 0 8

Studi Kualitatif Pencegahan Penyakit Infeksi Menular pada Komunitas Waria di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

0 0 15