Center for Indonesia Taxation Analysis M

Menakar Implementasi Tax Amnesty

Yustinus Prastowo
Executive Director, Center for Indonesia Taxation Analysis
Jakarta, 8 Februari 2017
Center for Indonesia
Taxation Analysis

Seminar Tax Amnesty – Manajemen Keuangan IPDN

“Tax Amnesty: Fakta dan Harapan”

“There were only two things certain in life:
death and taxes” – Benjamin Franklin

Center for Indonesia
Taxation Analysis

2

Sejarah Perpajakan dari Babilonia - Romawi

Publicani – Pemungut Pajak
Melakukan pemerasan kepada
rakyat

Mesir

Yunani
Mesir Memiliki Petugas Pajak yang
sangat Banyak

Babilonia
Romawi
Romawi Pemungutan
Cukai untuk
membiayai Perang

Urukagina

– 6000


SM
Center for Indonesia
Taxation Analysis

Sejarah Perpajakan EROPA
Perancis
Pemberontakan
Pemungutan Pajak demi Perang
juga dilakukan oleh Perancis dan
Berakibat pada kesewenangan
yang luar sehingga memicu
perlawanan rakyat

Revolusi
Perancis

Inggris
Revolusi - Amerika
1775–
1783


Inggris Melakukan Pemungutan
Pajak atas nama Perang untuk
melawan Perancis
Center for Indonesia
Taxation Analysis

Terlihat kantor pajak perancis yang
dibakar massa pada saat Revolusi
Perancis.

1789–1799

Center for Indonesia
Taxation Analysis

Pajak akan semakin penting di masa mendatang

Center for Indonesia
Taxation Analysis


6

Center for Indonesia
Taxation Analysis

7

Center for Indonesia
Taxation Analysis

8

Center for Indonesia
Taxation Analysis

9

Philosophy of Taxation
“Bee should collect honey without any pain of the flower”

- Mahabarata
“The art of taxation consists in so plucking the goose as to obtain
the largest amount of feathers with the least possible amount of
hissing.”
- Jean-Baptiste Colbert
“Taxation without representation is tyranny.”
- James Ortis.
“ Collecting the tax not only without corruption and injustice, but
to the satisfaction and convenience of all.”
- Aristides, The Father of Tax Justice
Center for Indonesia
Taxation Analysis

10

Outline
1. Problem Empirik– Kondisi sebelum Tax Amnesty
2. Sekilas Tax Amnesty & Update Pencapaiannya
3. Dampak TA terhadap Penerimaan Pajak
(Short-term & Long-term)

4. Tindak Lanjut DJP atas TA
5. TA sebagai Instrumen Pencapaian Sistem Perpajakan
yang Ideal

Center for Indonesia
Taxation Analysis

Problem Empirik
Kondisi Ekonomi dan Perpajakan Indonesia

Tren
Pertumbuhan
Ekonomi
Melambat
Center for Indonesia
Taxation Analysis

Rendahnya Tax
Ratio


Penurunan Tax
Bouyancy

Kepatuhan
Penyampaian
Pajak Rendah

Tax Inequality
(Ketimpangan
Pajak)

Target
Penerimaan
Pajak yang Tidak
Tercapai

12

Indonesia mengalami tren pertumbuhan ekonomi yang
melambat…

Pertumbuhan PDB, YoY
6,5

Jasa Pendidikan Jasa Perusahaan Jasa Lainnya1,68
3,04
1,72
Akomodasi
3,06
Real Estate
3,07

6,4

6,0

APBN 2016

6,0

6,2


Adm. Pemerintahan
3,45 Transportasi

5,6

5,5

5,3
5,0

5,0
4,7

4,0
2010

2011

2012


2013

2014

2015

Informasi
4,88

Konstruksi
9,86

Pertanian
12,73

Pertambangan
8,35

Impor Brg & Jasa

18.8%

Konsumsi Rumah
Tangga
56.9%

Ekspor Barang dan Jasa
18.8%

Konsumsi LNPRT
1.2%

Center for Indonesia
Taxation Analysis

Perdagangan
13,41

2016

Komposisi PDB Indonesia

PMTB
33.2%

Air
0,08

Q1-2016
= 4,92%
Jasa Keuangan
4,06

2009

Listrik & Gas1,08

Industri Pengolahan
21,64

3,95
4,79

4,5

Jasa Kesehatan1,10

Konsumsi Pemerintah
6.8%

Sumber: BPS



Pertumbuhan ekonomi pada QI-2016 sebesar 4,92% perlu
didorong untuk mencapai target APBN sebesar 5,3%



Sektor yang mendorong petumbuhan ekonomi adalah
industri pengolahan



Pada QI-2016 Konsumsi Rumah Tangga menjadi
pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Diperlkanu
kebijakan yang mendorong keep buying strategy dari sisi
pemerintah maupun masyarakat
13

Tax Ratio dan Siklus Ekonomi

Tax rasio anjlok di saat krisis ekonomi.
Penurunan penerimaan pajak > penurunan PDB
Saat krisis ekonomi, sektor yang bersifat cyclical adalah yang paling
banyak terkena imbasnya.

Sektor cyclical: sektor yang sensitif terhadap siklus ekonomi seperti Pertambangan.
Sektor counter-cyclical: tidak terpengaruh krisis ekonomi seperti makanan pokok
Kita dapat melihat sektor yang berkontribusi, kepatuhan, dan/atau sektor non-formalnya besar/kecil.
Dari tax ratio dan siklus ekonomi terlihat, sektor cyclical memiliki kontribusi dan kepatuhan yang besar
dan/atau jumlah sektor non-formalnya kecil. Dan sebaliknya untuk sektor non-cyclical .
Center for Indonesia
Taxation Analysis

14

Tax Buoyancy Indonesia 2006 - 2015

Sumber: NK APBN 2006-2015, data diolah

Tax Buoyancy yang menunjukkan pertumbuhan pajak berbanding
pertumbuhan ekonomi terus menurun sejak 2011. Kemampuan otoritas pajak
Indonesia dalam mengikuti laju pertumbuhan ekonomi terus menurun.
Center for Indonesia
Taxation Analysis

Target dan realisasi penerimaan pajak Indonesia

98%

94%

95%

97%

94%

400

885
836

662
628

577
545

433
425

600

372
358

800

535
571

1000

764
743

1200

93%

1.360

96%

92%

120%
100%

82%

1.055

107%

995
921

1400

%

1.294

1600

Realisasi

1.072
985

Target

80%
60%
40%
20%

200

0%

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Target pajak tidak pernah tercapai, kecuali tahun 2008.
Meskipun untuk pertama kalinya menembus Rp1.000 T, realisasi 2015 hanya 82%
Target dalam APBN-P 2016 kembali meningkat menjadi Rp 1365 triliun atau naik 4.7% dari target
APBN-P 2015.
Center for Indonesia
Taxation Analysis

Kepatuhan penyampaian SPT tahunan PPh
35

60,80%

30

58,87%

53,69%
46,21%

25

(Jutaan)

70%
60%
50%

20

40%
30,6

15
10

22,6
17,7

19,117,7

5

8,2

9,5

24,9
17,7
10,8

18,4
10,8

30%
20%
10%
0%

0
2011
WP terdaftar

2012
WP terdaftar wajib SPT

2013
Realisasi SPT

2014
Rasio Kepatuhan

(sumber: Dashboard Kepatuhan DJP per 31 Desember 2014

Pada 2014 hanya 10.8 juta wajib pajak melaporkan SPT dari seharusnya 18,4 juta WP,
dan tak lebih dari 900 ribu wajib pajak dengan status SPT kurang bayar.
Center for Indonesia
Taxation Analysis

17

Kinerja Penerimaan Pajak Jangka Panjang
Kinerja Penerimaan Pajak dalam 30 tahun Terakhir
1200000

70,00%
63,08%

Secara Nominal terus
meningkat

Tren pertumbuhan terus
menurun

1000000

60,00%

50,00%

46,15%

40,00%

36,69%
31,13%

600000

40,55%

39,42%

800000

33,42%
31,29%

23,02%

23,41%
23,24%
19,94%

25,68%

26,35%

19,94%

15,92%
14,71%
10,96%

15,30%
11,96%

30,00%

24,65%
19,88%
18,41%

20,64%
15,07%

400000

20,00%

13,22%
11,03%
7,40%
7,20%
10,00%

0,00%
200000
-4,93%

-10,00%

-12,77%
0

-20,00%

Pertumbuhan PPN dan PPH (%)

Penerimaan PPN dan PPh (dalam miliar rupiah) (LHS)

Sumber: Kementerian Keuangan
Center for Indonesia
Taxation Analysis

18

Kinerja dan Histografis Pajak Selama 35 tahun terakhir
Tax Adm Reform

70,00%

Pembentukan
KPP

60,00%

Pembentukan
LTO RTO

Self Assessment
50,00%

Revisi UU KUP

63,08%

Revisi UU PPh

46,15%
39,42%

40,00%

Pembentukan
Kanwil Jkt
Khusus & KPP
PND

40,55%

33,42%
31,13%
31,29%

30,00%

25,12%
20,80%
20,00%
16,83%
10,00%

19,94%

4,75%

36,69%

Revisi UU PPN
23,41%
25,68%
24,65%
26,35%
23,24% 23,02%
20,64%
19,94%
19,88%
15,92%
15,30%
18,41% 15,07% 13,22%
14,71%
11,96%
11,03%
10,96%
7,20%
7,40%

-10,00%
-12,77%
-20,00%

Center for Indonesia
Taxation Analysis

Pertumbuhan Penerimaan PPN dan PPh (%) dan Hstografis Pajak
19

2015

2014

2013

2012

-4,93%

2011

2010

2009

2008

2007

2006

2005

2004

2003

2002

2001

2000

1999

1998

1997

1996

1995

1994

1993

1992

1991

1990

1989

1988

1987

1986

1985

1984

1983

1982

1981

0,00%

Banyaknya Aset WNI yang disimpan di LN &
Tingginya tingkat penghindaran pajak
Total Aliran Dana Ilegal 2004-2013

Kerugian akibat Trade Mispricing (jutaan GBP)

Sumber: Christian Aid

Aset keuangan di Tax Haven 2010

Rank
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Negara
China,
Russia
Mexico
India
Malaysia
Brazil
Indonesia
Thailand
Nigeria
South Africa

Total (Miliar USD)
1,252
974
514
440
395
217
188
172
157
122

Sumber: Global Financial Integrity

Bank Indonesia:
“Posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) pada QI 2016
sebesar USD 214,6 miliar atau Rp 2.800 triliun, belum
termasuk aset-aset luar negeri WNI yang dimiliki melalui
Special Purpose Vehicle yang menjadi bagian dari kegiatan
ekonomi bawah tanah’
Sumber: Tax Justice Network

Center for Indonesia
Taxation Analysis

Sekilas Amnesti

21

Background Tax Amnesty

What is Tax Amnesty?
Penghapusan pajak yang seharusnya terutang
hingga tahun 2015 dan tidak mengenakan sanksi
administrasi maupun pidana, dengan syarat wajib
pajak mengungkapkan harta yang belum
dilaporkan dan membayar uang tebusan

Benefit (Fasilitas Pengampunan Pajak):

Why Tax Amnesty?

Kebijakan Tax Amnesty untuk
Mendukung Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia yang
Berkelanjutan dan Inklusif

Menciptakan
Lapangan
Pekerjaan

Pengentasan Pengentasan
Kemiskinan
Kesenjangan

• Momen rekonsiliasi antara Pemerintah
dan Wajib Pajak sebelum era Keterbukaan
Informasi (AEOI) dan dilakukannya
Penegakan Hukum Bidang Perpajakan.
• Kebutuhan Likuiditas yang tinggi
• Tax Amnesty akan memberikan makna
baru keadilan
• Program TA mampu membawa pulang
22 negeri
dana di luar

ASAS DAN TUJUAN PENGAMPUNAN PAJAK
Pengampunan Pajak bertujuan untuk:

Pengampunan Pajak dilaksanakan
berdasarkan asas:

kepastian hukum;

Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi
melalui pengalihan Harta, yang antara lain akan berdampak
terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai
tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan
investasi;

keadilan;
kemanfaatan; dan

Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan
yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan
yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi; dan

kepentingan nasional.

Meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain
akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.
Center for Indonesia
Taxation Analysis

Update Pencapaiannya

24

REALISASI PENERIMAAN AMNESTI PAJAK (SESUAI SSP)
3,06T
0,79T

107 T
103,0T

JUMLAH SURAT PERNYATAAN HARTA (SPH)
400.000

376.646

350.000

PER 31 DES. 2016
PEMBAYARAN
BUKPER
PEMBAYARAN
TUNGGAKAN
UANG TEBUSAN
(SSP)

300.000
250.000
200.000
157.562

150.000
100.000
50.000

21.722

42.570

OKTOBER

NOVEMBER

359
0
JULI

Sumber: DJP

39.164

AGUSTUS

SEPTEMBER

Per Periode (bulan)

DESEMBER

KOMPOSISI HARTA (SPH)
Sumber: DJP

Deklarasi DN

Deklarasi LN

Repatriasi

TOTAL DEKLARASI HARTA = 4.043,69 TRILIUN

130,01T

10,50T
84,63T

927,99T

3.667,69

628,14

TRILIUN

TRILIUN

2609,68T
533,02T

PERIODE I

PERIODE II

Sejauh ini repatriasi masih terbilang rendah yakni hanya Rp 141 T, sementara uang tebusan Rp 103 T.
Dapat dikatakan antara Repatriasi dan Uang tebusan Impas.
Artinya, tidak ada penambahan likuiditas berarti di sektor keuangan.
Di TA Periode III, Kemenkeu sebaiknya fokus dalam optimalisasi dana repatriasi. Pemerintah dapat menarik
minat WP melalui pemberian paket-paket insentif (terutama di sektor riil atas modal repatriasi).

JUMLAH PESERTA DAN SPH (SESUAI SPH)
PERIODE II

PERIODE I
14.818

28.675

66.361
31.103
55.786

393.358
WP

223.006
WP

256.393

79.072

84.156

14.869

28.877

66.915
33.032
56.375

398.727
SPH
260.568

Sumber: DJP

239.296
SPH
86.169

OP Non UMKM

Badan Non UMKM

OP UMKM

Badan UMKM

91.218

KARAKTERISTIK WP

Kriteria WP

Sampai 31
Desember

Periode I

Periode II

WP TERDAFTAR 2016 PASCA TA

26.911

16.472

10.439

WP DAFTAR 2015/2016 SEBELUM TA

19.226

11.600

7.626

WP TIDAK LAPOR SPT

128.820

70.671

58.149

WP LAPOR SPT

487.544

322.693

164.851

2.110

65

2.045

WP TIDAK BAYAR

Penambahan WP tidak signifikan mengakibatkan minimnya tambahan data
pada Tax Base
Sumber: DJP

STATISTIK WP BARU TERKAIT AMNESTI PAJAK
Sejak 1 Januari 2016, terdapat 15.789 WP BARU
(12.892 WP BARU sejak berlakunya UU TA)

Membayar UANG TEBUSAN Rp 1.522,17 M Melakukan
DEKLARASI HARTA Rp 75.688,57 M
Jenis Harta yang paling banyak diungkap
Logam Mulia, Barang Berharga, Harta Gerak Lainnya
Piutang dan Persediaan
Tanah, Bangunan, dan Harta Tak Gerak Lainnya
Investasi dan Surat Berharga
Kas dan Setara Kas

Center for Indonesia
Taxation Analysis

0
Deklarasi DN

200

Deklarasi LN

400

600

800

Repatriasi

1000 1200 1400 1600

Jenis Harta yang paling banyak diungkap
Logam Mulia, Barang Berharga, Harta Gerak Lainnya
Piutang dan Persediaan
Tanah, Bangunan, dan Harta Tak Gerak Lainnya
Investasi dan Surat Berharga
Kas dan Setara Kas

0
Deklarasi DN

Center for Indonesia
Taxation Analysis

200

Deklarasi LN

400

600

800

Repatriasi

1000 1200 1400 1600

Peserta Amnesti Pajak berdasarkan Komposisi Tebusan
Klasifikasi

di atas 100 juta

WP

Tebusan
(Triliun)

% wajib pajak

% tebusan

Rata-rata Harta

57,201

93

15.34%

95.88%

3,000,000,000

9,276

59

2.49%

60.82%

30,000,000,000

di atas 10 M

839

35

0.22%

36.08%

300,000,000,000

di atas 50 M

103

20

0.03%

20.62%

1,500,000,000,000

di atas 100 M

32

15

0.01%

15.46%

3,000,000,000,000

di atas 1 M

Center for Indonesia
Taxation Analysis

Perbandingan Komitemen dan Realisasi Amnesti
pajak dengan Uang Tebusan
Masuk ke Perbankan
160

140
120

Komitmen
Repatriasi

144
triliun

100

103
triliun

80
60

Masuk ke Kas Negara

Realisasi
Repatriasi

87.6
triliun

Uang Tebusan

40

20
0
Center for Indonesia
Taxation Analysis

32

Center for Indonesia
Taxation Analysis

Sumber:Direktorat Jenderal Pajak

Dampak Tax Amnesty
Terhadap Penerimaan Pajak
Shorterm & Longterm Effect
Center for Indonesia
Taxation Analysis

34

Meningkatkan Penerimaan Jangka Pendek,
TA berkontribusi menopang realisasi 2016
Dengan TA 2016

Tanpa TA 2016

107%
96% 98%

94% 95% 97% 94% 93% 92%
82%

120%

1600

100%

1400

81%
80%
60%
40%
20%

12
107%
96% 98%

1200

10

94% 95% 97% 94% 93% 92%
82%

1000

80
73%

800

60

600

40

400

20

200

0%
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Target

Realisasi

%

0%

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Target

Center for Indonesia
Taxation Analysis

Realisasi

%

35

Tax Amnesty: Positive Long Run on Trend

• Long run revenues may increase if the amnesty induces individuals or corporation
previously not on the tax rolls to come forward, and if the amnesty is accompanied by more
extensive taxpayer service, better education on taxpayer responsibilities, and greater postamnesty enforcement
Sumber: James Alm “what motivates tax compliance” (2016)
Center for Indonesia
Taxation Analysis

36

Teori Kepatuhan dan Self-reporting
Mendapatkan informasi WP

Sulitnya

Becker (1968),
Allingham dan Sandmo (1972)

Buktikan kebenaran dengan audit
atau melalui pihak ketiga

Utilitas pilihan (melanggar/tidak) menentukan kepatuhan

resiko deteksi x besarnya hukuman vs
keuntungan melanggar

Economics of Crime

Braithwaite (1985)
Kaplow dan Shavell (1994)

Model belum mencakup perilaku self-reporting.

1)

Kepatuhan dan perilaku Self Reporting
2)

Syarat:
Center for Indonesia
Taxation Analysis

principle-agent
problem

Kondisi:

Solusi:

Asimetri informasi
WP dan otoritas
pajak.
Seringkali WP
menyesali
pelanggaranny

Permudah
pembetulan
laporan.

Voluntary
Disclosure

Keuntungan:
WP tidak bayar sanksi,
Pemerintah dapat
menghemat effort.

Sanksi ex-ante (apabila membetulkan laporan secara sukarela)
Lebih kecil dibanding
Sanksi ex-post (apabila tertangkap melakukan pelanggaran).

Dampak Tax Amnesty Terhadap Penerimaan Pajak
diukur dengan tax ratio
Secara umum, tax ratio meningkat pasca Tax Amnesty
South Africa

Italia
25,00
24,00

28,00
27,00
26,00
25,00
24,00
23,00
22,00
21,00
20,00

Tax Amnesty
09

Tax Amnesty
01-03

23,00
22,00
21,00
20,00
19,00

Tax Amnesty

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
2014

2013

2012

2011

2010

2009

2008

2007

2006

2005

2004

2003

2002

2001

2000

1999

1998

1997

1996

18,00

Tax Ratio

Germany
12,00

Tax Amnesty
04-05

11,50

Portugal
24,00
23,00
22,00

11,00

21,00
20,00

10,50

19,00
10,00

18,00
17,00

9,50
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Center for Indonesia
Taxation Analysis

Tax Amnesty
2005

Tax Amnesty
2010

Dampak Tax Amnesty Terhadap Penerimaan Pajak
diukur dengan tax ratio
Namun beberapa negara justru mengalami penurunan tax ratio pasca Tax Amnesty
Belgium
27,00
26,50
26,00
25,50
25,00
24,50
24,00
23,50
23,00
22,50
22,00

Spain

Tax Amnesty

18,00

Tax Amnesty

16,00
14,00
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00

2,00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

2007

2008

India
12,00

Tax Amnesty

10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002

Center for Indonesia
Taxation Analysis

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Tax Amnesty: What’s Next?
Berhasil

Pra
Tax Amnesty

Tax
Amnesty

Pasca
Tax Amnesty







Tax Ratio Meningkat?
Tax Buoyancy Meningkat?
Target penerimaan tercapai?
Rasio kepatuhan meningkat?
Repatriasi tinggi?

Belum
Berhasil
TINDAK LANJUT

Mapping
Center for Indonesia
Taxation Analysis

Profiling

Audit
40

APA LANGKAH YANG AKAN DIAMBIL PEMERINTAH?
5 Strategi peningkatan basis pajak:

1. Memetakan data kekayaan yang dilaporkan Wajib Pajak (WP) pada Surat
Pernyataan Harta (SPH) dengan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak
(DJP).
2. Memetakan sumber-sumber tax base baru dari data kekayaan yang sudah
dilaporkan WP pada SPH maupun data lainnya yang dimiliki DJP.
3. Memetakan data kekayaan dengan penghasilan yang dilaporkan WP setelah
masa amnesti pajak.
4. Mengawasi pelaksanaan kewajiban perpajakan terhadap WP baru dan atau
WP yang selama ini tidak lapor atau tidak bayar, yang memanfaatkan
fasilitas amnesti pajak.
5. Secara konsisten melaksanakan amanat Pasal 18 Undang-undang
Pengampunan Pajak.
Pernyataan Sri Mulyani pada 14 Oktober 2016
https://m.tempo.co/read/news/2016/10/14/087812328/ini-5-strategi-sri-mulyani-genjot-basis-tax-amnesty
Center for Indonesia
Taxation Analysis

Law enforcement!
Amnesti adalah “one shoot program”, hanya
sekali untuk satu generasi. Amnesti bukanlah
program yang menjebak, sepanjang WP
mengikutinya dengan jujur.
Sasaran Pemeriksaan Pajak ke depan adalah
WP yang tidak ikut amnesti.

Mapping. DJP nantinya
akan melakukan pemetaan
(mapping) harta berikut
klasifikasinya

Profiling. Dalam tahap ini DJP
membandingkan data penghasilan,
harta dan pembayaran pajak agar
mendapatkan gambaran
kemampuan ekonomi wajib pajak
yang sebenarnya (kewajaran)

Tax Audit. Transformasi DJP dengan
peningkatan kuantitas dan kualitas
SDM dilakukan untuk mendukung
peningkatan Tax Audit Coverage
Ratio.

Center for Indonesia
Taxation Analysis

42

Sistem Perpajakan Ideal yang Ingin Dicapai
Sistem Perpajakan yang Adil, Transparan dan Akuntabel melalui Kepatuhan Pajak
Sukarela dan Otoritas yang Kredibel

Tax
Administration
Reform & Tax
Reform
Center for Indonesia
Taxation Analysis

Perluasan
Akses Data
Perbankan

Optimalisasi
Penerimaan
Pajak

Perluasan
Basis Data
Perpajakan

Tax Ratio dan
Kepatuhan
Pajak yang
Tinggi

Amnesti sebagai Instrumen Pencapaian Sistem Perpajakan yang Ideal43

Amnesti pajak menjadi sarana menuju sistem perpajakan
baru yang didasarkan pada prinsip transparansi,
akuntabilitas, keadilan.

Menuju Reformasi
Perpajakan

44
Center for Indonesia
Taxation Analysis

TAX AMNESTY SEBAGAI INSTRUMEN “COMPREHENSIVE TAX REFORM”
Tax Amnesty merupakan bagian dari strategi
reformasi perpajakan yang berkelanjutan
dan struktural: melibatkan perbaikan iklim
investasi, perbaikan regulasi, dan tata kelola.

Tujuan
Memperluas basis pemajakan

Prerequisite Pasca TA

Dengan data yang didapat dari tax amnesty

Mendorong repatriasi modal atau aset

Revisi UU Perpajakan

Dana repatriasi dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat

Menambah Jumlah Wajib Pajak
TA mendorong Wajib Pajak yang sebelumnya tidak terdaftar
untuk masuk ke system perpajakan

Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak

Akses Data Perbankan

TA mendorong WP yang sudah diampuni atau baru masuk ke
sistem perpajakan untuk tidak mengulanginya lagi.

Kesiapan
Administrasi
Manajemen Data dan
Informasi
Sistem IT Terintegrasi

Koordinasi Penegakan
Hukum Perpajakan

Untuk tingkatkan kepatuhan, fiskus perlu
diberikan akses data keuangan. Indonesia kini
terlibat dalam kerja sama pertukaran data
nasabah secara internasional seperti CRS dan
FATCA. Revisi UU Perbankan perlu dilakukan.

OJK, PPATK
Mengawasi data nasabah
dan transaksi keuangan

Kejaksaan
Kerja sama penegakan
hukum

POLRI
Center for Indonesia
Taxation Analysis

Sebagai wadah filosofi, prinsip, dan tujuan sistem
perpajakan, UU KUP harus dirancang untuk
meyakinkan wajib pajak, membangun
kepercayaan, dan meningkatkan kepatuhan pajak.
Lalu UU PPh dan UU PPN

Kerja sama penegakan
hukum

Implementasi
Single Identifitacion Number (SIN)
Untuk membangun basis data perpajakan yang
komprehensif, impleentasi SIN sangat diperlukan

Transformasi Kelembagaan (BPP)

Kesiapan Administrasi

Reformasi Administrasi
Information-based Tax Administration System
PENJUAL MASUKAN

 Penyedia Bahan/
Material
 Bank / Jasa
Keuangan
 Perush. Utilitas,
Penyedia Jasa
(Auditor, Akuntan,
Notaris, Pengacara,
dll.)

Faktor
Sukses :





Impor

Ijin / Lisensi

Pajak Tdk Langsung
atas Input
Pajak Withholding
Final/Non-Final

Usaha
Formal




Usaha
Non-Formal

Kepolisian

Notaris

Transaksi/kepemilikan asset
Kontrak Pemerintah

Center for Indonesia
Taxation Analysis

Pajak Tdk Langsung
atas Output
Pajak Withholding
Final/Non-Final

WAJIB PAJAK

Identifikasi Tunggal (Single ID):
NIK (WP OP), NPWP(??) (WP Badan)
Sistem IT yang handal
Kewajiban pertukaran data antar
instansi
Rasionalisasi struktur tarif dan
peraturan berkaitan tax
planning/transfer pricing

BPN

PEMBELI KELUARAN

Pajak Langsung
Pajak Tidak Langsung

Administrasi
Pajak

Ekspor

Kerjasama
Penegakan
Hukum:

Usaha
Formal

Kepolisian

Usaha
Non-Formal

Kejaksaan

Konsumen
Akhir

KPK

Administrasi
Jaminan Sos.

PPATK
Sumber: Sugana (2012)

PAJAK

LKPP



Laporan pajak

BI



Bank

KSEI

Transaksi/kepemilikan pinjaman/asset keuangan
Pemotongan pajak atas bunga

Membangun Kepatuhan Pajak
Slippery Slope Framework (Kircher:2007)

Center for Indonesia
Taxation Analysis

Penerimaan Pajak adalah Outcome dari Sistem Kepatuhan (output)
Penerimaan Pajak
yang Optimal

Kepatuhan Pajak
(Tax Compliance)

Birokrasi yang baik
Aparat yang profesional
dan berintegritas

Center for Indonesia
Taxation Analysis

Modal Sosial

Kesadaran
Pembayar Pajak
(Taxpayer
Awareness)

Model Kepatuhan dan Strategi Peningkatan Kepatuhan
Faktor yang
mempengaruhi
perilaku kepatuhan
Wajib Pajak

Sumber: OECD, “Compliance Risk Management: Managing and Improving Tax Compliance,” (Paris: OECD, 2004).
Dikutip dari Darussalam, 2016
Center for Indonesia
Taxation Analysis

49

Langkah Strategis yang Harus Segera Dilakukan oleh Pemerintah

Ekstensifikasi >> meningkatkan jumlah WP terdaftar yang potensial.
Sistem Identitas Tunggal/Integrasi identitas >> mempermudah ekstensifikasi dan inventarisir
data yang akurat.

Tindak Lanjut

Compliance Risk Management (CRM)

CRM: sistem pengawasan internal yang dapat memilah WP
risiko tinggi dan rendah untuk mengupayakan efektifitas
audit. CRM perlu dibuat dengan melakukan benchmarking
ke negara lain agar risiko dapat diidentifikasi

Akses ke data keuangan/perbankan yang lebih luas

Pemeriksaan dan permintaan data transaksi keuangan
didasarkan pada hasil analisis risiko (CRM)

Pemeriksaan WP prominent di tiap2 KPP

untuk mendorong keteladanan WP dan memberikan
deterrent effect

Center for Indonesia
Taxation Analysis

50

Tantangan 2017
• Hasil tax amnesty menjadi determinan pencapaian target pajak
2017
• Pertumbuhan target 2017 terlalu tinggi, dibandingkan realisasi
2016  revisi target di APBN-P
• Tidak ada “low hanging fruit” dalam jangka pendek, karena target
potensi sebagian besar sudah ikut TA
• Kendala administrasi yang belum sepenuhnya mendukung
integrasi data dan analisis.
• Persiapan teknis-administrasi dan strategi pasca-TA harus segera
dijalankan  mapping, profiling, benchmarking
• Pemulihan ekonomi belum kondusif untuk melakukan
pemungutan pajak secara agresif
• Kelanjutan Tax Reform.
Center for Indonesia
Taxation Analysis

51

Peluang 2017
• Deklarasi Harta TA menjadi potensi pajak baru.
• Deklarasi kas/setara kas akan mendorong konsumsi 
tambahan PPN
• Deklarasi Harta TA secara alamiah akan menaikkan
setoran rutin PPh.
• Pasal 18 UU TA  audit bagi yang tidak ikut TA
• Revisi UU KUP dan UU Perbankan
• Selesainya BEPS Action Plan  anti-tax avoidance
• Reformasi Perpajakan  trust

Center for Indonesia
Taxation Analysis

52

TERIMA KASIH

Center for Indonesia
Taxation Analysis
Wisma Korindo 5th Floor
Jalan MT. Haryono Kav. 62, Pancoran, Jakarta Selatan
Center for Indonesia
Taxation Analysis

53

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

An Analysis of illocutionary acts in Sherlock Holmes movie

27 148 96

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103