PEMERIKSAAN KADAR KALSIUM, KALIUM DAN BESI PADA SAYUR BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) VARIETAS BABUD SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
PEMERIKSAAN KADAR KALSIUM, KALIUM DAN BESI PADA SAYUR BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) VARIETAS BABUD SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ABSTRAK Subiyandono Latar Belakang: Telah dilakukan penelitian tentang “Pemeriksaan Kadar Kalsium, Kalium dan Besi pada Sayur Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Varietas Babud secara Spektrofotometri Serapan
Atom”. Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa kadar zat kalsium, kalium dan besi pada sayur buncis (Phaseolus vulgaris L.) varietas babud apakah sesuai dengan literatur dan seberapa besar ketiga kadar yang terkandung didalamnya.
Metode: Pada penelitian ini digunakan sampel berupa sayur buncis varietas babud yang mempunyai panjang polong sekitar 15 cm sebanyak lebih kurang 50 gram. Sampel dibakar di atas api bebas hingga menjadi arang, lalu diabukan di dalam furnace nabertherm dengan suhu 600˚C sampai menjadi abu sempurna. Hasil abu ditimbang, lalu dipanaskan dengan aqua regia hingga larut. Larutan sampel yang sudah siap, diukur absorbannya dengan AAS Shimadzu type AA-7000. Sedangkan larutan baku standar digunakan untuk menghasilkan kurva kalibrasi dalam penelitian ini, dibuat dalam berbagai seri konsentrasi hingga didapatkan persamaan regresi linier untuk dapat mengukur kadar sebenarnya.
Hasil: Dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam 100 gram sayur buncis mengandung
kadar kalsium sebesar 5,6403 mg / 100g, kadar kalium 72,7705 mg / 100g dan kadar besi
0,3573 mg / 100 g.Kesimpulan: Berdasarkan hasil tersebut dan dibandingkan dengan literatur, dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan dari nilai ketiga kadar yang dapatkan dalam penelitian, ketiga kadar yang didapatkan lebih rendah dibandingkan dengan literatur yang ada.
Kata kunci
:
PENDAHULUAN Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah diatas normal. Hipertensi merupakan faktor resiko utama stroke dan serangan jantung. Berdasarkan data Lancet (2008), jumlah penderita hipertensi didunia terus meningkat. Di India jumlah penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun 2025. Di Cina, 98,5 juta orang mengalami hipertensi dan menjadi 151,7 juta orang pada tahun 2025. Di Asia, tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Di Indonesia, mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi (Muhammadun, 2010). Untuk memperbaiki kontrol tekanan darah dapat dilakukan perubahan gaya hidup dan pola makan dengan mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran, salah satunya adalah buncis.
Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sejenis polong-polongan yang dimanfaatkan sebagai sayuran. Sayuran ini bergizi tinggi dan kaya akan kandungan protein serta mineral dan vitamin. Namun ternyata buncis termasuk salah satu sayuran yang jarang dikonsumsi (Rosidi dan Sulistiyowati, 2012). Padahal dari segi manfaatnya, buncis dapat membantu menurunkan tekanan darah serta mengawal metabolidalam darah dan amat sesuai dimakan oleh mereka yang mengidap penyakityani, 2012), karena di dalam buncis kaya akan kandungan
Buncis mengandung mineral, baik mineral makro maupun mineral mikro. Mineral makro yang dikandungnya adalah natrium, kalsium, kalium dan fosfor. Sedangkan mineral mikronya adalah besi. Berdasarkan data dari USDA (United State Department of Agricultural), di dalam 100 gram sayur buncis (Phaseolus vulgaris L.) mengandung kalsium 56 mg, kalium 132 mg dan besi 0,80 mg, karena mengandung kalsium dan kalium menjadikan sayuran ini dapat membantu menurunkan tekanan darah (Septiyani, 2012).
Kalsium adalah salah satu unsur penting dalam tubuh. Jumlah kalsium di dalam tubuh bekisar antara 1,5-2% dari berat badan orang dewasa. Peningkatan asupan kalsium bisa menurunkan tekanan darah pada beberapa penderita hipertensi. Kalsium juga berperan penting dalam reaksi enzim dan tekanan darah (Wirakusumah, 2010). Selain kalsium, konsumsi kalium dalam jumlah yang tinggi dapat melindungi individu dari hipertensi. Asupan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik (Hull, 1993). Dari kedua mineral tersebut, besi termasuk salah satu zat gizi yang juga merupakan zat yang berkaitan dengan darah terutama dalam pembentukan darah. Kelebihan asupan zat gizi yaitu tingginya konsumsi lemak dapat menyebabkan hipertensi. Sehingga secara tidak langsung besi juga berpengaruh pada penyakit hipertensi.
Sehubungandengan kandungan kalsium, kalium dan besi, buncis dapat digunakan sebagai hipertensi. Buncis dibudidayakan dalam berbagai o
nabertherm dengan suhu 450 o
ppm ; 1 ppm ; 2 ppm dan 4 ppm), larutan induk K (KNO
Sampel yang sudah ditimbang ± 50 g diiris kemudian dikering anginkan. Sampel dimasukkan ke dalam cawan porselen, kemudian bakar di atas api bebas sampai menjadi arang dan asapnya hilang.Setelah menjadi arang, sampel diabukan di dalam furnace
Pengabuan
Bersihkan sampel dari kotoran lalu keringkan, kemudian ditimbang ± 50 g.
Prosedur Kerja Persiapan Sampel
), larutan standar Fe (0,5 ppm ; 1 ppm ; 2 ppm dan 4 ppm.
3
standar K (1 ppm ; 2 ppm ; 4 ppm dan 6 ppm), larutan induk Fe (FeCl
3 ), larutan
2 ), larutan standar Ca (0,5
buncis hawaian wonder, buncis kopak, buncis kansender, hawkesburry wonder dan buncis lokal Surakarta. Dari beberapa varietas yang ada yang dipilih adalah buncis babud yang termasuk varietas yang sudah banyak ditanam petani sehingga mudah didapatkan (Triastuti, 2012). Buncis babud mempunyai panjang polong sekitar 15 cm dengan ujung agak melengkung dan biji berwarna putih. Tempat tumbuh varietas dari buncis akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan hasil kandungan gizi tanaman buncis. Kandungan gizi setiap sayuran berbeda-beda dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perbedaan varietas, keadaan cuaca tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat kematangan saat pemanenan, dan kondisi penyimpanan (Dwiari, dkk 2008).
65%, larutan induk Ca (CaCl
3
Sayur buncis, aquabidest, HCl (p) 36%, HNO
Bahan
gas, Furnace Nabertherm, kertas saring Whatman no. 42.
Shimadzu Tipe AA-7000, Kompor
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi neraca analitik, beaker gelas (Pyrex), labu takar 25 ml 50 ml dan 100 ml (Pyrex), erlenmeyer (Pyrex), corong gelas, cawan porselin, spatula, pisau, pipet ukur 10 ml (Iwake), hot plate, pipet volume 1 ml, 5 ml, 10 ml, 25 ml (Pyrex), buret 25 ml (Pyrex), AAS
METODE PENELITIAN Alat-alat
Mengingat varietas dan tempat tumbuh merupakan faktor yang mempengaruhi kandungan gizi buncis, maka telah dilakukan penelitian kandungan kalsium, kalium dan besi yang terkandung pada sayur buncis (Phaseolus vulgaris L.) dengan varietas babud karena varietas ini banyak dijual di berbagai pasar tradisional. Metode yang dipilih untuk penetapan kadar ketiga mineral ini adalah spektrofotometri serapan atom karena pelaksanaannya relatif sederhana, interferensinya sedikit (Rohman dan Gandjar, 2009), dan memiliki sensitifitas serta selektifitas yang tinggi jika dibandingkan dengan metode lainnya. Disamping itu, kecepatan analisisnya yang tidak memerlukan pemisahan pendahuluan (Khopkar, 2003).
- 600
Hasil
Pembuatan Larutan Sampel Hasil yang diperoleh dari
Hasil abu dimasukkan proses pengabuan masing-masing ke dalam beaker gelas, kemudian sayur buncis varietas babud segar tambahkan aqua regia dapat dilihat pada tabel 1. masing-masing sampel abu sebanyak Tabel 1. Hasil Pengabuan Buncis 5 ml. Panaskan di atas hot plate
Berat Persen-
sampai gas berwarna coklat dari
Nama Sampel Hasil No. tasi Sampel Segar yang Pengabuan
HNO hilang dan abu terlarut pada
3 (%) o
Tertimbang
suhu 200
C. Dinginkan, kemudian
1. Buncis I 50,0172 g 0,3974 g 0,79 Buncis
saring dengan kertas Whatman no.42
2. 50,0178 g 0,4188 g 0,83
II
ke dalam labu takar 25 ml. Bilas
Buncis 3. 50,0175 g 0,4079 g 0,81
III
beker gelas dengan aquabidest, masukkan ke dalam labu takar. Kertas saring Whatman no.42 dicuci dengan
Hasil absorbansi larutan aquabidest sedikitnya tiga kali, lalu standar kalsium dengan berbagai masukkan ke dalam labu takar. konsentrasi larutan seri standar yaitu
Tambahkan aquabidest hingga batas 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm dan 4 ppm tera dan homogenkan. Larutan siap dapat dilihat pada tabel 2. diukur absorbansinya.
No. Konsentrasi Absorbansi 1. 0,5 ppm 0,0193 2. 1 ppm 0,0438
Penetapan Sampel 3. 2 ppm 0,0510
Larutan sampel diukur
4. 4 ppm 0,0979
absorbannya dengan alat AAS.Bila absorban sampel belum dapat terbaca Berdasarkan data di atas, oleh AAS, maka larutan sampel perlu dapat diperoleh kurva kalibrasi seperti dilakukan pengenceran hingga di bawah ini. absorban terbaca.Kemudian tentukan konsentrasi dengan menggunakan
Abs = 0.020807 conc + 0.013987
persamaan regresi linier yang
r = 0.9799
diperoleh oleh kurva kalibrasi. Hitung
0,5
kadar Ca, K dan Fe (mg / 100 gram
0,4 0.0979 sampel) dengan rumus.
0.0510 0,3 bs A
0,2 0.0438 0.0193
Cara Pengolahan dan Analisis Data 0,1
Data yang diperoleh dari hasil
2
4
6
8
penelitian ditampilkan dalam bentuk
Conc (ppm) Abs
tabel dan dibuat kurva larutan standar serta hasil yang didapat dibandingkan hasilnya dari literatur.
Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kalium Hasil absorbansi larutan standar kalium dengan berbagai konsentrasi larutan seri standar yaitu 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm dan 6 ppm didapatkan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Data Absorbansi Larutan
Standar Kalium
2. Buncis 0,4188 0,0393 1,2166 1,2166
8 A bs Conc (ppm) Abs = 0.018445 conc - 0.0019348 r = 0.9987
6
4
2
0.0344 0.0718 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
Abs 0.0059 0.0185
10 A bs Conc (ppm) Abs = 0.056431 conc + 0.073451 r = 0.9912
5
0.3182 0.3988 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
3. Buncis 0,4079 0,0348 1,0003 1,0003 0.1150 0.1954
1. Buncis 0,3974 0,0383 1,1685 1,1685
No. Konsentrasi Absorbansi 1. 1 ppm 0,1150 2. 2 ppm 0,1954 3. 4 ppm 0,3182 4. 6 ppm 0,3988
Linear Konsentrasi (ppm) dari Print out SSA
Nama Sampel Berat Abu Abs Konsentrasi (ppm) dari Perhitungan Persamaan Regresi
Tabel 5. Hasil Konsentrasi Kalsium Sayur Buncis No.
Gambar 3. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Besi Hasil konsentrasi kadar kalsium, kalium dan besi terhadap sampel buncis varietas babud dibuat menjadi dua hasil konsentrasi dapat dilihat pada tabel 5.
Berdasarkan data di atas, dapat diperoleh kurva kalibrasi. seperti di bawah ini.
No. Konsentrasi Absorbansi 1. 0,5 ppm 0,0059 2. 1 ppm 0,0185 3. 2 ppm 0,0344 4. 4 ppm 0,0718
Standar Besi
0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm dan 4 ppm dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Data Absorbansi Larutan
Hasil absorbansi larutan standar besi dengan berbagai konsentrasi larutan seri standar yaitu
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kalium
Berdasarkan data di atas, dapat diperoleh kurva kalibrasi. seperti di bawah ini.
A… Tabel 6. Hasil Konsentrasi Kalium Sayur Buncis
No. Nama Sampel Berat Abu Abs Konsentrasi (ppm) dari Perhitungan Persamaan Regresi
(mg/100g) dengan Konsentrasi dari Print out
1. Buncis 0,3974 75,5395 72,7698 75,5405 72,7705
Kadar K rata-rata Kadar K Literatur
Kadar K rata-rata Kadar K (mg/100g) dengan Konsentrasi dari Print out SSA
Kadar K (mg/100g) dengan Konsentrasi dari Persamaan Regresi Linear
Nama Sampel Berat Abu
Tabel 9. Hasil Pengujian Kadar Kalium terhadap Sampel No.
3. Buncis 0,4079 4,9997 4,9997
2. Buncis 0,4188 6,0808 6,0808
56 mg/100g
1. Buncis 0,3974 5,8404 5,6403 5,8404 5,6403
Kadar Ca Literatur
SSA Kadar Ca rata- rata
Regresi Linear Kadar Ca rata- rata Kadar Ca
Linear Konsentrasi (ppm) dari Print out SSA
Kadar Ca (mg/100g) dengan Konsentrasi dari Persamaan
Nama Sampel Berat Abu
Tabel 8. Hasil Pengujian Kadar Kalsium terhadap Sampel No.
Hasil pengujian kadar kalsium, kalium dan besi terhadap sampel buncis yang telah diperoleh kadar abunya sebanyak 0,3974 gram, 0,4188 gram dan 0,4079 gram dengan menggunakan konsentrasi yang didapat dari perhitungan regresi linier dan konsentrasi yang di dapat dari hasil print out SSA sebagai berikut.
3. Buncis 0,4079 0,125 6,8818 6,8817
2. Buncis 0,4188 0,1328 7,3047 7,3046
1. Buncis 0,3974 0,132 7,2613 7,2612
Linear Konsentrasi (ppm) dari Print out SSA
No. Nama Sampel Berat Abu Abs Konsentrasi (ppm) dari Perhitungan Persamaan Regresi
Tabel 7. Hasil Konsentrasi Besi Sayur Buncis
3. Buncis 0,4079 0,8485 13,7345 13,7346
2. Buncis 0,4188 0,9103 14,8296 14,8297
1. Buncis 0,3974 0,9263 15,1131 15,1133
132 mg / 100g Nilai r diatas didapatkan dari
Dilihat dari kurva kalibrasi pada gambar 5, 6 dan 7 menunjukkan bahwa nilai r yang dihasilkan dari persamaan regresi linear masing- masing adalah 0,9799, 0,9912 dan 0,9987. Nilai tersebut diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi linear yaitu bx + a, dimana nilai b (slope) dan a (intersep).
2. Buncis 0,4188 0,3651 0,3651
Menurut Syafnir dan Putri (2011), kurva kalibrasi merupakan metode yang banyak digunakan untuk penentuan konsentrasi analit serta menunjukkan kelinieran pengukuran, yaitu dari persamaan regresi kurva yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi dari persamaan regresi kurva yang mendekati nilai 1.
Setelah diabukan, sampel yang telah menjadi abu sempurna kemudian dipanaskan pada hot plate, didinginkan dan disaring. Selanjutnya larutan sampel diperiksa kadar kalsium, kalium dan besinya. Pada tabel 4, 5 dan 6 diperoleh nilai absorbansi dari masing-masing larutan, terlihat bahwa hasil absorbansi dari larutan Ca, K dan Fe tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar nilai absorbansinya dan sebaliknya semakin kecil nilai absorbansi maka semakin rendah konsentrasinya.
Pada penelitian ini dihasilkan warna abu yang putih dengan data hasil pengabuan dapat dilihat pada tabel 3. Dari tabel tersebut abu yang diperoleh sebesar 0,79
nabertherm untuk menghasilkan suatu abu sempurna.
Pada penelitian ini digunakan sampel berupa sayur buncis (Phaseolus vulgaris L.) varietas babud yang segar. Sebelum diabukan sampel terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran, kemudian dikering anginkan, diris dan ditimbang. Setelah itu buncis dilakukan pengarangan. Pengarangan dilakukan dengan cara memanaskan bahan uji dalam cawan porselen di atas api bebas pada kompor. Kemudian sampel hasil pengarangan dimasukkan ke dalam furnace
3. Buncis 0,4079 0,3439 0,3439 Pembahasan
0,80 mg/100g
Tabel 10. Hasil Pengujian Kadar Besi terhadap Sampel No.
1. Buncis 0,3974 0,3629
0,3573
0,3629 0,3573Fe rata- rata Kadar Fe Literatur
(mg/100g) dengan Konsentrasi dari Print out SSA Kadar
Kadar
Fe rata-
rata Kadar FeKadar Fe (mg/100g) dengan Konsentrasi dari Persamaan Regresi Linear
Nama Sampel Berat Abu
- – 0,83 % dari berat sampel segar yang tertimbang. Menurut Sudarmadji (1996), jika pada hasil pengabuan terdapat noda hitam dibagian tengahnya, maka pengabuan tersebut belum sempurna sehingga perlu diabukan lagi sampai noda hitam hilang dan diperoleh abu yang berwarna putih keabu-abuan dan beratnya konstan.
Perlu diperhatikan juga pada saat pengukuran konsentrasi larutan sampel di SSA tidak dengan mudah langsung terbaca oleh alat ini. Sampel harus diencerkan hingga terbaca. Hal ini disebabkan karena larutan sampel yang dimasukkan ke dalam alat SSA mempunyai konsentrasi diatas
working range . Bila konsentrasi
tersebut digunakan untuk mengukur sampel, maka akan memberikan hasil pengukuran yang tidak akurat (Hadi, 2007). Sehingga perlu dilakukan pengenceran untuk mendapatkan hasil yang akurat, pada penelitian ini larutan sampel untuk pengukuran kadar kalsium dan kalium dilakukan pengenceran sebanyak 100 kali dan untuk pengukuran kadar besi hanya satu kali.
Hasil pengukuran dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada tabel 10, 11 dan 12 didapatkan masing-masing kadar berdasarkan hasil perhitungan menggunakan persamaan regresi linear adalah sebagai berikut : kalsium 5,6403 mg/100g, kalium 72,7698 mg/100g dan besi 0,3573 mg/100g. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan menggunakan print out SSA didapatkan masing-masing kadar sebagai berikut kalsium 5,6403 mg/100g, kalium 72,7705 mg/100g dan besi 0,3573 mg/100g.
Dari hasil kedua perhitungan tersebut didapatkan bahwa kadar kalsium dan besi mempunyai nilai yang sama, namun pada kadar kalium terdapat sedikit perbedaan hasil. Perbedaan kadar besi tersebut tidak begitu bermakna. yaitu sebesar 0,0007. Hal ini dikarenakan faktor lampu katoda pada kadar kalium yang mulai berkurang keakuratan dan sensitifitasnya. Gangguan dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom juga mempengaruhi seperti ganguan ionisasi, dengan adanya atom-atom yang terionisasi dalam nyala akan mengakibatkan sinyal yang ditangkap detektor menjadi berkurang sehingga sensitivitas dan linearitasnya menjadi terganggu (Kusumawati, 2010).
Menurut data dari USDA di dalam 100 gram sayur buncis (Phaseolus vulgaris L.) mengandung kalsium 56 mg, kalium 132 mg dan besi 0,80 mg. Namun hasil ketiga kadar yang didapat dari penelitian berbeda dengan yang tertera pada literatur, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perbedaan varietas, keadaan cuaca tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat kematangan saat pemanenan, dan kondisi penyimpanan (Dwiari, dkk 2008). Selain itu perbedaan hasil penelitian yang diperoleh dengan literatur yang nilainya jauh berbeda dapat juga dikarenakan pada abu yang menempel dikertas untuk menutupi cawan porselen sebelum abu sampel di larutkan.
Disamping itu, buncis tumbuh baik pada tanah yang subur, yang memiliki pH 5,5-6, sedangkan di daerah Sumsel rata-rata pH tanahnya adalah 4-5,5. Menurut Cahyono (2003) tanah yang terlalu asam tidak baik untuk usaha pertanian karena akan mengganggu penyerapan zat makanan oleh akar yang dapat menyebabkan penghambatan serapan Ca, K, P, Mn, Fe, Cu dan Zn (Najiyati dan Daniyati, 1999). Sehingga pada pH tanah yang rendah ketersediaan kadar kalsium, kalium dan besi yang dimiliki juga rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Mineral . Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Erlangga.
Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam . Jakarta :
Bunda, Group Puspa Swara. Day, R dan Underwood, A., 2002.
Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5 . Jakarta : Pustaka
Dalimartha, S., 2008. Atlas
Yogyakarta : Kanisus. Cairns, D., 2008. Intisari Kimia Farmasi . Jakarta : EGC.
Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani .
Cahyono, B., 2003. Kacang Buncis
Penerjemah : A. Hadyana P. dan L.
Vogel’s Textbook of Quantitative Inanorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis .
Malang. Basset, J., 1991.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan “Pemeriksaan Kadar Kalsium, Kalium dan Besi pada Sayur Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Varietas Babud secara Spektrofotometri Serapan Atom” dapat disimpulkan bahwa :
Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi . Jakarta : EGC
Pertanian, 27(3),99-105 Arisman, 2004. Gizi dalam Daur
Mineral Esensial Mikro dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya . Jurnal Litbang
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Arifin, Z., 2008. Beberapa Unsur
Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Cetakan ke VII .
2. Diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketiga kadar sampel buncis varietas babud dengan metode lain.
Diharapkan kepada masyarakat untuk lebih rajin mengonsumsi sayuran buncis, terutama bagi anak-anak, sayur buncis masih jarang untuk dikonsumsi.
Saran 1.
3. Kadar besi pada sayur buncis varietas babud yang telah diteliti adalah sebesar 0,3573 mg / 100 g
2. Kadar kalium pada sayur buncis varietas babud yang telah diteliti adalah sebesar 72,7705 mg / 100g.
1. Kadar kalsium pada sayur buncis varietas babud yang telah diteliti adalah sebesar 5,6403 mg / 100g.
Azhar, M., 2012. Makalah Klasifikasi Depkes, 1995. Farmakope Indonesia
edisi IV . Jakarta : Departemen Kesehatan.
Kedokteran EGC. Khopkar, S. M., 2003. Konsep Dasar
Pitojo, S., 2004. Benih Buncis.
Skripsi Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Waktu Panen dan Penundaan Pengeringan terhadap Viabilitas Benih Buncis (Phaseolus vulgaris L.) .
Swadaya : Jakarta. Pancaningtyas, S., 2006. Pengaruh
Palawija Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar
Najiyati, S dan Danati., 1999.
Bersama Hipertensi Seringai Darah Tinggi Sang Pembunuh Sekejap . Yogyakarta : In- Books.
Universitas Sumatera Utara Fakultas Farmasi, Medan. Muhammadun, AS., 2010. Hidup
Berwarna Kuning dan Merah Secara Spektrofotometri Serapan Atom . Skripsi,
Schard) Daging Buah
Kalium, Natrium dan Magnesium Pada Buah Semangka (Citrullus vulgaris,
Yogyakarta. Muftri, S., 2012. Penetapan Kadar
Kusumawati, D. R., 2010. Laporan Spektrometri Serapan Atom .
Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Elektrolit dan Asam Basa Edisi Kedua . Jakarta : Buku
Djuariah, D., 1995. Uji Daya Hasil
Horne, M. M dan Swearingen, P. L., 1993. Keseimbangan Cairan
Analitik Dasar . Jakarta: Gramedia.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Harjadi, W., 1993. Ilmu Kimia
ISO/IEC 17025:2005 Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi .
Penerapan
Hadi, A., 2007. Pemahaman dan
Masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gibney, M. J., Margetts, B. M., Kearney, J. M. dan Arab, L., 2009. Gizi Kesehatan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Pangan jilid 1 . Jakarta :
B. K. W., 2008. Teknologi
Dwiari, S. R., Asadayanti, D. D., Nurhayati., Sofyaningsih, M., Yudhanti, S. F. A. R., Yoga, I.
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditas Sayuran, Peneliti Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang.
dan Kualitas Hasil Buncis Merambat (Phaseolus vulgaris L.) Galur Harapan .
Yogyakarta : Kanisus. Rohman, A dan Gandjar, I.G., 2009.
Kimia Farmasi Analisis .
Bahan Makanan dan Pertanian . Yogyakarta:
Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi . Jakarta: PT Trubus
Wirakusumah, E. S., 1999.
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang-Banten.
Tanaman Buncis . Jurusan
F., 2012. Budidaya
Triastuti,
Obat-obat Penting . Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Studi Farmasi, Universitas Islam Bandung. Tjay, T. H. dan Rahadja, K., 2007.
Pengujian Kandungan Merkuri dalam Sediaan Kosmetik dengan Spektrofotometri Serapan Atom. Bandung : Program
Syafnir, L. dan Putri, A. P., 2011.
Penerjemah : Ir. L. Setiono dan Dr. A Hadyana Pudjaatmaja. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.
Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima .
Svehla, G., 1990. Vogel bagian I :
Kedokteran EGC. Sudarmadji, S.B.H.S., 1996. Analisa
Cetakan
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik . Jakarta : Buku
Universitas Diponegoro Fakultas Teknik, Semarang. Setiono, 1994. Buku Ajar Vogel :
Suhu dan Waktu pada Pembuatan Kripik Buncis dengan Vaccum Frying . KTI
diakses tanggal 8 Februari 2014 pukul 20.50 Septiyani, F. E., 2012. Pengaruh
Tersedia:
Jakarta : Kawan Pustaka. Salila, M., 2010. Spektrofotometri Serapan Atom . [Online].
Mada University Press Anggota IKAPI : Yogyakarta. Ruslianti, 2008. Menu Sehat untuk Pengidap Diabetes Mellitus .
Analisis Farmasi . Gadjah
Roth, H. J dan Blaschke, G., 1998.
1. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang.
Nomor
Peran Pendidikan dan Pekerjaan Ibu dalam Konsumsi Sayur Anak Prasekolah . Volume 1,
I. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Rosidi, A. dan Sulistyowati, E., 2012.
Agriwidya.