Meningkatkan Hasil Belajar Pada Kompetensi Menghitung Volume Prisma Segitiga Melalui Penggunaan Alat Peraga Siswa Kelas VI SDN Jaranih Kecamatan Pandawan

  

Meningkatkan Hasil Belajar Pada Kompetensi Menghitung

Volume Prisma Segitiga Melalui Penggunaan Alat Peraga Siswa

Kelas VI SDN Jaranih Kecamatan Pandawan

  • Mawardiansyah

  

Sekolah Dasar Negeri Jaranih Pandawan

Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan

  • • Terima: 29-07-2018 • Revisi: 25-08-2018 • Terbit Daring: 28-08-2018

  

Abstrak

Penggunaan atat peraga sebagai media belajar banyak membantu guru dan siswa dalam proses belajar mengajar matematika,

namun tidak sedikit guru di sekolah-sekolah yang jarang menggunakannya. Guru lebih sering melaksanakan pembelajaran

melalui pendekatan konsep dengan lebih banyak ceramah dan tanya jawab sehingga siswa merasa cepat jenuh dan bosan. Hal

ini mengakibatkan rendahnya aktivitas dan pencapaian hasil belajar. Mengatasi permasalah tersebut dilakukan pembelajaran

dengan menggunakan alat peraga. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI

SD Negeri Jaranih pada kompetensi menghitung volume prisma segitiga. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

(PTK) yang dilakukan melalui pola berdaur (siklus) dan berlangsung 2 siklus, setiap siklus terdiri atas 4 tahapan yaitu

perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data penelitian berupa aktivitas dan hasil belajar siswa

diperoleh melalui pengamatan dan penilaian dianalisis secara deskriptif berdasarkan nilai yang tercapai. Penelitian

dilaksanakan pada semester II tahun 2016/2017 dengan subjek 15 orang siswa kelas VI. Hasil penelitian dan pembahasan

disimpulkan bahwa aktivitas siswa dapat ditingkatkan dari 64,55% dalam kategori cukup aktif pada siklus I menjadi 74,24%

dalam kategori aktif pada siklus II dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dari ketuntasan 66,67% (tidak tuntas) menjadi

93,33% (tuntas belajar). © 2018 Rumah Jurnal. All rights reserved Kata-kata kunci: Alat peraga, hasil belajar, prisma * ———

  Korespondensi. Mawardiansyah; E-mail: mawardiansyah@gmail.com

  Matematika memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Pembelajaran matematika tidak hanya sekedar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam memahami konsep, namun juga bertujuan agar siswa mampu menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. Pembelajarannya menuntut guru mampu menggunakan berbagai alat atau media pembelajaran yang sesuai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

  Matematika selama ini dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipelajari oleh siswa sehingga tidak jarang ditemukan banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran ini. Berhasil tidaknya pembelajaran matematika, sangat dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilakukan guru. Guru dituntut lebih kreatif dan inovatif agar pembelajaran dapat lebih memotivasi dan menyenangkan para siswa. Pembelajaran matematika juga harus melibatkan peran aktif siswa sebagai salah satu upaya untuk mendekatkan dengan alam pikiran siswa.

  Keterlibatan aktif siswa dalam pelajaran matematika dapat ditempuh melalui berbagai upaya seperti dengan menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran. Penggunaan atat/media ini banyak membantu guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, namun demikian tidak sedikit guru di sekolah-sekolah yang jarang menggunakannya. Guru lebih sering melaksanakan pembelajaran matematika melalui pendekatan konsep dengan lebih banyak ceramah dan tanya jawab. Basanya guru menjelaskan materi dengan panjang lebar dan siswa hanya mendengarkannya sehingga pembelajaran terjadi satu arah. Hal yang demikian setidaknya terjadi di SD Negeri Jaranih.

  Pembelajaran matematika di SD Negeri Jaranih lebih sering berlangsung searah dengan lebih dominannya guru selama berlangsungnya proses pembelajaran, siswa hanya sebagai pendengar pasif. Kondisi demikian menjadikan siswa merasa cepat jenuh dan bosan sehingga tidak dapat dihindari jika ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Kejenuhan siswa ini akan mengakibatkan rendahnya pencapaian hasil belajar. Pada kompetensi menghitung volume prisma segitiga yang menekankan pada kemampuan siswa untuk menentukan volume dalam pemecahan masalah hasil belajar siswa masih tidak sesuai harapan.

  Berdasarkan hasil ulangan harian matematika siswa kelas VI SD Negeri Jaranih pada kompetensi menghitung volume prisma segitiga tahun sebelumnya, banyak siswa yang belum dapat memenuhi ketuntasan belajar yang telah ditetapkan sebesar 70. Dari 15 orang siswa hanya 4 orang yang dapat menuntaskan materi pelajaran atau sebesar 26,67% sedangkan sisanya ada 11 orang atau sebesar 73,33% belum bisa menuntaskan kompetensi ini. Hasil ini menggambarkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disajikan. Hal tersebut disebabkan karena aktivitas siswa yang masih kurang dalam proses pembelajaran dan kurangnya atau tidak adanya alat bantu yang digunakan sebagai media pembelajaran.

1. Pendahuluan

  Mengatasi kurangnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika, dapat ditempuh melalui penggunaan alat peraga sebagai media dalam belajar siswa. Penggunaan alat peraga ini selain dapat mempermudah siswa memahami materi pelajaran juga dapat menjadikan pembelajaran matematika tidak membosankan dan menyenangkan siswa. menurut Piaget (Dahar, 1996), agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai optimal dalam menyajikan materi, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan segala potensinya, membangun sendiri pengetahuannya untuk memecahkan masalah matematika serta membuat pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan.

  Menurut Murtadho dan Tambunan (1987), dalam belajar konsep pada matematika siswa yang masih berada dalam tahap operasi konkrit, biasanya perlu melihat dan memegang benda (objek) yang dinyatakan oleh konsep itu. Pada umumnya, sekelompok siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sulit difahami. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain siswa kurang memiliki pengetahuan prasyarat serta kurang mengetahui manfaat pelajaran matematika yang ia pelajari, dan daya abstraksi siswa kurang dalam memahami konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak. Dalam mengajarkan matematika, sebaiknya diusahakan agar siswa mudah memahami konsep yang ia pelajari, sehingga siswa lebih berminat untuk mempelajarinya. Jika sekiranya diperlukan media atau alat peraga yang dapat membantu siswa dalam memahami konsep matematika, maka seyogyanya guru menyiapkan media atau alat peraga yang Alat peraga bisa dikatakan sebagai media, media berasal dari bahasa Latin bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar, dalam bahasa Inggris media dikenal dengan istilah medium yang berarti perantara, demikian pula dalam bahasa Arab disebut wasa’il yang berarti perantara. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran (Saiful dan Aswin, 1995).

  Media pembelajaran atau alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada peserta didik. Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai beberapa fungsi seperti: (1) sebagai sarana menarik perhatian siswa, (2) membantu mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran, (3) memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis, (4) mengatasi keterbatasan ruang, (5) pembelajaran lebih komunikatif dan produktif, (6) waktu pembelajaran bisa dikondisikan, (7) menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, (8)meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar, dan (10) meningkatkan kadar keaktifan/ keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran (Fathurrohman dan Sutikno, 2009).

  Metodologi memberikan gambaran yang jelas terhadap pencapain tujuan penelitian (Dalle, 2010; Dalle et al., 2017). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan lokasi di SD Negeri Jaranih Kecamatan Pandawan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Penelitian berlangsung pada semester II tahun pelajaran 2016/2017 dengan subjek 15 orang siswa kelas VI terdiri dari 8 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

  Pada tahap perencanaan peneliti melakukan beberapa hal yaitu: (1) membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) persiklusnya, (2) mempersiapkan media atau alat peraga pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan, (3) observasi siswa, dan (4) mempersiapkan tes hasil belajar siswa. Peneliti juga perlu melakukan sosialisasi kepada siswa di kelas VI agar memiliki kesiapan sewaktu dilakukan pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan proses belajar mengajar sesuai skenario yang telah direncanakan dalam RPP. Selama berlangsungnya proses pembelajaran dilakukan pengamatan oleh observer untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa. Pada setiap akhir siklus peneliti melakukan refleksi bersama observer atas proses dan hasil pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.

  Data dalam penelitian ini meliputi aktivitas dan hasil belajar siswa yang didapat melalui observasi dan tes (evaluasi), selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Data aktivitas siswa yang terkumpul dari hasil pengamatan dihitung untuk memperoleh nilai rata-rata aktivitas siswa yang ditafsirkan dengan kriteria nilai 5 (Sangat Baik), 4 (Baik), 3 (Cukup Baik), 2 (Kurang Baik), dan 1 (Tidak Baik).

  Hasil belajar siswa dihitung dan dianalisis dengan menggunakan statistik sederhana rata-rata. Siswa dikatakan tuntas belajar jika nilai yang diperolehnya dapat memenuhi KKM yang telah ditetapkan, yaitu 70. Apabila terdapat 85% siswa yang mencapai nilai memenuhi KKM sebesar 70, maka secara klasikal siswa dikatakan tuntas belajar.

  Penelitian ini dikatakan berhasil apabila aktivitas siswa setidaknya mencapai nilai 4 dengan kriteria baik dan hasil belajar siswa dapat dapat mencapai ketuntasan secara klasikal, yaitu terdapat 85% siswa yang mencapai nilai memenuhi KKM sebesar 70.

2. Metodologi

  3. Hasil dan Pembahasan

  Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I dapat diketahui, rata-rata aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 60,76% dalam kategori cukup aktif, melalui pembelajaran pada kompetensi menghitung volume prisma segitiga dengan menggunakan alat peraga dapat ditingkatkan pada pertemuan 2 menjadi 64,55% dalam kategori cukup aktif.

  Hasil belajar siswa pada kompetensi menghitung volume prisma segitiga dengan pembelajaran menggunakan alat peraga siklus I dapat diketahui, rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 63,33 dengan ketuntasan 46,67%, melalui pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dapat ditingkatkan pada pertemuan 2 menjadi 68,67 dengan ketuntasan 66,67%.

  Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II dapat dijelaskan, rata-rata aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 1 dapat mencapai 69,24% sehingga sudah dapat dikategorikan aktif, melalui pembelajaran pada kompetensi menghitung volume prisma segitiga dengan menggunakan alat peraga aktivitas siswa pada pertemuan 2 meningkat menjadi 74,24% dalam kategori aktif.

  Hasil belajar siswa pada kompetensi menghitung volume prisma segitiga dengan pembelajaran menggunakan alat peraga siklus II dapat diketahui, rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan 1 mencapai 76,67 dengan ketuntasan 80,00% dan melalui pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dapat ditingkatkan pada pertemuan 2 menjadi 80,67 dengan ketuntasan 93,33%.

  Pada pelaksanaan siklus I rata-rata aktivitas siswa sudah tergolong cukup aktif. Aktivitas siswa yang terlihat menonjol adalah memperhatikan alat peraga yang didemonstrasikan guru dan mencatat hal-hal penting dari alat peraga tersebut. Siswa umumnya terlihat antusias dalam melakukan kedua aktivitas tersebut. Kenyataan ini menggambarkan bahwa siswa merasa tertarik belajar dengan menggunakan alat peraga. Hal demikian sesuai dengan fungsi alat peraga sebagai media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa.

  Aktivitas siswa pada siklus I yang terlihat masih kurang adalah menjawab pertanyaan guru tentang alat peraga dan mengajukan/menjawab pertanyaan dari siswa lain. Siswa masih terlihat kurang aktif dalam menjawab pertanyaan guru disebabkan karena masih kurangnya kegiatan tanya jawab yang dilakukan pada siklus I sehingga hanya beberapa siswa tertentu saja yang berani menjawab pertanyaan guru. Aktivitas siswa dalam mengajukan/menjawab pertanyaan dari siswa lain juga terlihat masih kurang bisa disebabkan karena belum maksimalnya guru dalam memfasilitasi kegiatan tersebut.

  Pada pelaksanaan siklus II, melalui pembelajaran dengan menggunakan alat peraga rata-rata aktivitas siswa dapat semakin ditingkatkan. Siswa semakin banyak yang dapat menjawab pertanyaan dari guru. Hal tersebut terjadi karena guru mampu melakukan perbaikan pembelajaran, yaitu dengan melakukan kegiatan tanya jawab dengan lebih sering selama berlangsungnya proses pembelajaran. Begitu juga dengan aktivitas siswa dalam mengajukan/menjawab pertanyaan dari siswa lain, walaupun siswa masih terlihat kurang aktif namun pada siklus II sudah dapat ditingkatkan.

  Peningkatan aktivitas siswa secara umum pada siklus II ini terjadi karena siswa semakin tertarik dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Hal demikian terlihat dengan semakin gairahnya siswa melakukan pengamatan/memperhatikan alat peraga yang didemonstrasikan guru, seperti yang dikemukakan oleh Fathurrohman dan Sutikno (2009) bahwa sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai beberapa fungsi seperti sebagai sarana menarik perhatian siswa dan meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/menimbulkan gairah belajar.

  Aktivitas siswa pada penelitian ini dapat meningkat sebesar 9,69% dari 64,55% pada siklus I menjadi 74,24% pada siklus II. Aktivitas siswa pada siklus II sudah dapat dikategorikan aktif. Hasil ini sudah dapat memenuhi indikator keberhasilan dengan aktivitas setidaknya mencapai 69% dalam kategori aktif. Dengan demikian penelitian pada siklus II ini dapat dikatakan berhasil.

  Hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran matematika pada kompetensi menghitung volume prisma segitiga memberikan dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya hasil belajar siswa terhadap materi yang disampaikan guru menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada penelitian ini dapat meningkat sebesar 12,00 dari nilai 68,67 pada siklus I menjadi 80,67 pada siklus II. Ketuntasan belajar siswa pada penelitian ini dapat meningkat sebesar 26,66% dari nilai 66,67% pada siklus I menjadi 93,33% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II ini terjadi karena melalui penggunaaan alat peraga materi pelajaran menjadi lebih mudah dipahami dan bermakna bagi siswa. Hal tersebut akan membantu siswa dalam mengingat materi pelajaran pada saat mengerjakan soal-soal tes yang diberikan guru. Fathurrohman dan Sutikno (2009) menyatakan bahwa sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai fungsi memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis sehingga membantu mempercepat pemahaman siswa.

  Ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat mencapai 93,33%. Hasil ini sudah dapat memenuhi bahkan melampaui indikator keberhasilan, yaitu dengan hasil belajar setidaknya mencapai ketuntasan

  85%. Dengan demikian penelitian pada siklus II ini dapat dikatakan berhasil.

4. Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dalam pembelajaran dengan menggunakan alat peraga pada kompetensi menghitung volume prisma segitiga disimpulkan (1) Aktivitas siswa dapat ditingkatkan dari 64,55% dalam kategori cukup aktif pada siklus I menjadi 74,24% dalam kategori aktif pada siklus II; (2) Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dari ketuntasan 66,67% (tidak tuntas) menjadi 93,33% (tuntas belajar).

  Daftar Rujukan Dahar, R. W. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga.

  Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara Malaysia. Dalle, J., Hadi, S., Baharuddin., & Hayati, N. (2017). The Development of Interactive Multimedia Learning Pyramid and

  Prism for Junior High School Using Macromedia Authorware.

  The Turkish Online Journal of Educational Technology , November. 714-721.

  Djamarah, S.B., & Zain, A. (1995). Strategi belajar mengajar.

  Jakarta: Bhinneka Cipta Fathurrohman, P., & Sutikno, S.M. (2009). Stategi belajar mengajar . Jakarta: PT. Refika Aditama.

  Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). supervisi akademik: materi pelatihan penguatan kemampuan kepala sekolah .

  Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan PSDMP dan PMP. Murtadho, S., & Tambunan. (1987). Pengajaran matematika, Jakarta:Universitas Terbuka.