HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK

  J URNAL Vol.1 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010

  

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN

PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGANOM

KABUPATEN NGANJUK

  Anas Tamsuri Dosen Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri

  Leprae is a chronic communicable disease caused by Mycobacterium Leprae. The spreading of the

disease is strongly related to the patient’s attitude. The knowledge of the patient may affect patients in their

manner on prevent of the spreading of the disease.

  The objective of the research was to investigate the relationship between the knowledge and the attitude of the patients at working area of Public Health Centre of Tanjunganom, Nganjuk District. Research method was qualitative by cross-sectional design. It was conducted on May to July 2007 at

working area of Public Health Centre of Tanjunganom, Nganjuk Distric, The subject of the study was all 44

patients. Data were gathered through questionnaire and they were analyzed by correlation test.

  The result of the study by spearman correlation with α

  =0,05 returned the correlation coefficient 0,616

with significance level =0,000 which mean that there was a moderate correlation between the knowlede and

the attitude of the patient of Leprae at working area of Public Health Centre of Tanjunganom, Nganjuk

District.

  Based on the result of the study, it was suggested to the patient to improve their knowledge by seek

information about their disease and to health care personals to actively inform the disease and the

prevention behavior of the disease, especially to the patients and its relatives. Keywords :Knowledge, Attitude, Leprae

LATAR BELAKANG

  Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya (Depkes, 2002, h. 5). Penyakit kusta merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang menimbulkan dampak yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis, akan tetapi meluas sampai pada masalah sosial, ekonomi, dan budaya. Dampak penyakit tersebut sedemikian besarnya sehingga menimbulkan keresahan yang sangat mendalam, tidak hanya pada penderita itu sendiri tetapi juga pada keluarganya dan masyarakat sekitarnya (Fajar, 2002).

  Penderita kusta tersebar diseluruh dunia dan Indonesia merupakan negara ketiga terbanyak penderitanya setelah India dan Brasil dengan prevalensi 1,7 per 10.000 penduduk (Harahap, 2000,

  h. 260). Pada tahun 2005, pemerintah melaporkan jumlah kasus kusta baru sebanyak 19.696 kasus diseluruh Indonesia. Pada tahun 2006, tingkat kasus rata-rata (prevelance rate) di Indonesia adalah 1,03 per 10.000 penduduk (www.Media Indonesia.com). Berdasarkan laporan program kusta di Dinas

  Kesehatan Jawa Timur pada tahun 2003, angka kesakitan penyakit kusta sebesar 1,39 per 10.000 penduduk, berada diurutan ketujuh (Nasional 0,080 per 10.000 penduduk). Namun jika dilihat dari jumlah penderita, Jawa Timur berada diurutan pertama diantara provinsi yang lain di Indonesia (Mulyadi, A, 2006). Angka Kejadian penderita kusta di Puskesmas Tanjung Anom pada tahun 2005 berjumlah 13 orang, tahun 2006 berjumlah 15 orang dan tahun 2007 berjumlah 16 orang. Berdasarkan kenyataan di lapangan penderita kusta lebih banyak laki-laki daripada perempuan dengan keadaan ekonomi menengah kebawah dengan pendidikan yang rendah.

  Penyakit kusta bila tidak diobati secara dini dan teratur akan meningkatkan angka prevalensi kusta di masyarakat sehingga target global secara menyeluruh tentang pencapaian program eliminasi kusta yang sudah ditetapkan melalui Resolusi WHO pada tahun 1994 akan semakin sulit untuk terwujud ( Susanto,C.E, 2007). Namun pada saat datang ke Puskesmas umumnya penderita sudah dalam stadium lanjut sehingga sulit diatasi, hal ini menyebabkan sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu diperhatikan oleh pihak yang terkait. Karena Populasi dalam penelitian ini adalah semua mengingat kompleknya masalah penyakit kusta, penderita penyakit kusta di Puskesmas maka diperlukan program penanggulangan secara Tanjunganom Kabupaten Nganjuk sejumlah 44 terpadu dan menyeluruh dalam hal pemberantasan, orang. Seluruh populasi pada penelitian ini rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial ekonomi dan digunakan sebagai sampel (teknik sampling jenuh/ permasyarakatan dari bekas penderita. total sampling).

  Pengumpulan data ini menggunakan alat / ( Messwati,E.D, 2001 ). instrumen kuesioner berupa daftar pertanyaan

  Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku dengan jawaban pilihan ganda. Kuesioner terdiri pengobatan dan pencegahan adalah pengetahuan. atas pertanyaan tentang identitas responden,

  Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) pengetahuan tentang penyakit kusta dan perilaku menyebutkan bahwa pengetehuan merupakan salah pencegahan penyakit kusta. Instrumen pada satu faktor predisposisi terbentuknya perilaku. penelitian ini diuji validitas dengan menggunakan

  Kejadian dan keparahan penyakit kusta dapat uji korelasi Pearson dan juga diuji reliabilitasnya dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, ras, dengan menggunakan teknik Alpha-Cronbach; dan kebiasaan, adat budaya serta gaya hidup dari dinyatakan telah valid dan reliabel.Analisis data masyarakat itu sendiri. Berbagai faktor sosial dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif budaya seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, dan menggunakan uji Korelasi. kondisi ekonomi, pengetahuan, kepercayaan, sikap, nilai dan kebiasaan dalam keluarga merupakan suatu

HASIL PENELITIAN

  hal yang dianggap sangat mempengaruhi

  a. Pengetahuan Penderita Tentang Penyakit Kusta pengobatan dini dan keteraturan berobat pada di Puskesmas Tanjunganom Kabupaten Nganjuk penderita kusta. Pengetahuan penderita tentang pada Tahun 2008 penyakit kusta akan mempengaruhi perilaku

  Gambaran pengetahuan penderita tentang pengobatan penyakit. Hal ini sesuai dengan penyakit kusta di Puskesmas Tanjunganom pendapat Notoatmodjo (2003, h. 128) bahwa dapat dilihat dari tabel berikut : pengetahuan merupakan domain yang sangat Tabel 1 Distribusi frekuensi gambaran penting untuk terbentuknya tindakan seseorang pengetahuan penderita tentang penyakit

  (Overt Behavior). Berdasarkan uraian diatas maka kusta di puskesmas Tanjunganom penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan Kabupaten Nganjuk pada tahun 2008. judul Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Penularan Penyakit Kusta di Wilayah

  No. Pengetahuan Frek Persentase

  Kerja Puskesmas Tanjunganom Kabupaten Nganjuk.

  1. Cukup 6 13,64 %

  2. Kurang 16 36,36 %

  3. Tidak baik 22 50,00 %

TUJUAN PENELITIAN

  Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan penyakit kusta di Jumlah 44 100%

  Wilayah Puskesmas Tanjunganom Kabupaten Nganjuk.

  Berdasarkan tabel di atas pengetahuan penderita tentang penyakit kusta dari 44

  

METODE PENELITIAN responden didapatkan 6 responden (13,64%)

  Metode penelitian yang digunakan dalam dengan pengetahuan cukup, 16 responden penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif (36,36%) dengan pengetahuan kurang, 22 dengan desain cross sectional yaitu penelitian responden (50%) dengan pengetahuan tidak observasrional dimana pengamatan terhadap baik. variabel dependen dan independen dilakukan satu kali dalam suatu waktu tertentu.

  b. Perilaku Pencegahan Penularan Penyakit Kusta Penelitian diselenggarakan pada bulan Mei – Juli pada Pasien di Puskesmas Tanjunganom 2008 di Wilayah Kerja PuskesmasTanjunganom Kabupaten Nganjuk Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk.

  Perilaku pencegahan penularan penyakit Variabel penelitian ini adalah Variabel Independen kusta pada pasien di Puskesmas Tanjunganom yaitu tingkat pengetahuan dan Variabel dependen Kabupaten Nganjuk pada tahun 2007 adalah yaitu perilaku pencegahan penularan. sebagaimana table berikut:

  Vol.1 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010 J URNAL

  J URNAL Vol.1 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010

  22 (50,00%) 16 (36,36%)

  15 (34,1 %) 15 (34,1 %)

  3 (6,8 %) 33 (75,0 %)

  Baik

  (0,00 %)

  1 (2,33 %) 3 (6,8 %)

  4 (9,09 %) Jumlah

  6 (13,64%) 44 (100 %)

  7 (15,4%) (0,00%) (0,00%) 7 (15,4%)

  Dari tabel diatas diperoleh gambaran hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan adalah: dari kelompok dengan pengetahuan tidak baik terdapat 7 responden (15,4 %) beperilaku kurang dan 15 responden (34,1 %) berperilaku cukup. Sementara dari 16 responden yang berpengetahuan kurang didapatkan tidak ada yang berperilaku kurang, 15 responden berperilaku cukup serta terdapat 1 responden berperilaku baik. Dari kelompok responden dengan pengetahuan cukup didapatkan tidak ada responden dengan perilaku kurang, 3 responden dengan perilaku cukup dan 3 responden lainnya dengan perilaku pencegahan penularan dalam kategori baik.

  Pengujian normalitas data terhadap variabel pengetahuan dan variabel perilaku dilakukan dengan uji Kosmolgorov-Smirnov pada α=0,05. Hasil pengujian dengan software SPSS versi 13.0 didapatkan nilai signifikansi untuk pengetahuan sebesar 0,444 lebih besar dari 0,05 yang berarti data pengetahuan berdistribusi normal. Data perilaku menunjukkan nilai siginifikansi 0,006 lebih kecil dari 0,05 bermakna data perilaku memiliki distribusi tidak normal.

  Memperhatikan normalitas data selanjutnya dilakukan uji korelasi Spearman dengan α=0,05. Hasil pengujian dengan SPSS 14.0 didapatkan signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan perilaku pencegahan penularan penyakit Kusta. Koefisien korelasi sebesar 0, 616.

  PEMBAHASAN

  1. Tingkat Pengetahuan Penderita Tentang Penyakit Kusta Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 didapatkan

  6 responden (13,64%) berpengetahuan cukup, 16 responden (36,36 %) berpengetahuan kurang, 22 responden (50 %) berpengetahuan tidak baik tentang penyakit kusta.

  Cukup

  Kurang

  Tabel 2 Distribusi frekuensi Perilaku Pencegahan Penularan oleh penderita kusta di puskesmas Tanjunganom Kabupaten Nganjuk pada tahun 2008

  7 9,09 %

  No. Perilaku Frekuensi Persentase 1.

  2.

  3. Baik Cukup

  Kurang

  4

  33

  75,00 % 15,91 %

  Tidak Baik Kurang Cukup Jumlah

  Jumlah 44 100% Berdasarkan tabel 4.2 diatas didapatkan dari 44 responden yang diteliti, 4 responden (9,09

  %) berperilaku baik, 33 responden (75,00 %) berperilaku cukup dan 7 responden (15,91 %) berperilaku kurang baik.

  c. Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Penularan Penyakit Kusta pada Pasien di Puskesmas Tanjunganom Kabupaten Nganjuk pada Tahun 2007

  Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Penularan Penyakit Kusta pada Pasien di Puskesmas Tanjunganom Kabupaten Nganjuk pada Tahun 2007 dapat digambarkan dalam tabulasi silang sebagai berikut:

  Tabel

  3 Tabulasi silang Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Penularan oleh penderita kusta di puskesmas Tanjunganom Kabupaten Nganjuk pada tahun 2007

  Pengeta huan Perilaku

  Menurut Notoatmodjo (2003, h. 121) pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan juga di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal (umur dan perilaku), dan faktor eksternal (pendidikan, lingkungan, dan informasi). Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat . pengetahuannya (Notoatmodjo (1996, h. 127). Dengan memberikan informasi – informasi tentang cara – cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan

  J URNAL Vol.1 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010

  1. Pengetahuan penderita tentang penyakit kusta adalah 6 responden (13,64%) berpengetahuan cukup, 16 responden (36,36%) berpengetahuan kurang, 22 responden (50%) berpengetahuan tidak baik.

  2. Bagi tenaga kesehatan Pemberian informasi tentang penyakit kusta harus lebih dioptimalkan sehingga dapat menambah pengetahuan penderita kusta. Sebagai langkah awal untuk mengatasi penyakit dan penularannya.

  1. Bagi penderita kusta Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dengan cara aktif bertanya dan atau mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang kusta dan penularannya

  Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan penderita tentang penyakit kusta di Puskesmas Tanjunganom Kabupaten Nganjuk, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut :

  SARAN

  3. Hasil uji statistik didapatkan hubungan antara pengetahuan dan perilaku pasien dalam upaya pencegahan penularan penyakit kusta adalah signifikan (p=0,000) dengan koefisien korelasi 0,616 (cukup kuat).

  44 responden yang diteliti adalah: 4 responden (9,09 %) berperilaku baik, 33 responden (75,00 %) berperilaku cukup dan 7 responden (15,91 %) berperilaku kurang baik

  2. Perilaku pencegahan penularan dari

  SIMPULAN

  meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut (Notoatmodjo, 2003, h. 177).

  Memperhatikan teori determinan perilaku kesehatan dari Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi, salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh oleh individu dapat membangun sikap dan persepsi sebagai dasar untuk bertindak. Pender dalam Tamsuri (2007) mengungkapkan bahwa perilaku untuk meningkatkan kesehatan dipengaruhi oleh persepsi individu tentang manfaat melakukan perilaku, persepsi tentang hambatan menjalankan perilaku serta dipengaruhi oleh komitmen untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan.

  Hasil uji statistik didapatkan hubungan antara pengetahuan dan perilaku pasien dalam upaya pencegahan penularan penyakit kusta adalah signifikan (p=0,000) dengan koefisien korelasi 0,616 (cukup kuat).

  3. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Penularan Penyakit Kusta

  Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predispocing factor) seperti pengetahuan, nilai dan kepercayaan serta sikap; faktor pemungkin (enabling factor) seperti ketersediaan dana dan fasilitas, waktu serta sarana; dan juga faktor pendorong (reinforcing factor) seperti dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan.

  Hendric L. Bloom dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa perilaku merupakan salah satu determinan yang mempengaruhi derajad kesehatan. Perilaku adalah segala tindakan seseorang yang disengaja untuk tujuan tertentu. Perilaku dapat timbul akibat dipengaruhi oleh berbagai faktor.

  2. Perilaku Pencegahan Penularan Penyakit Kusta Berdasarkan penelitian didapatkan dari 44 responden yang diteliti, 4 responden (9,09 %) berperilaku baik, 33 responden (75,00 %) berperilaku cukup dan 7 responden (15,91 %) berperilaku kurang baik.

  Menurut peneliti tingkat pengetahuan penderita kusta di Puskesmas Tanjunganom Kabupaten Nganjuk dalam kategori tidak baik. Melihat fakta yang ada, bahwa sebagian besar responden mempunyai pendidikan yang relatif rendah (54,54%) yaitu SMP, dengan keadaan ekonomi menengah kebawah dan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Situasi ini dapat merupakan faktor yang menyebabkan responden tidak memiliki akses yang cukup luas dengan masyarakat. Pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka meningkat pula ketaatannya dalam berobat sebaliknya pengetahuan yang kurang dapat mempengaruhi keteraturannya dalam berobat, selain itu juga dapat berpengaruh terhadap proses penularan yaitu dengan kontak langsung melalui saluran pernafasan dan kulit, serta komplikasinya (kecacatan).

  3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi calon peneliti yang berminat melanjutkan penelitian ini maka hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data penunjang.

  Susanto, C.E. (2007). Tingkat Kecacatan Penderita

DAFTAR PUSTAKA

  Kusta di Indonesia, www.google.co.id

  (download : 29 September 2007) Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu

  Tamsuri, Anas (2007) Konseling dalam Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

  Keperawatan , Penerbit EGC, Jakarta

  Depkes RI. (2002). Buku Pedoman Pemberantasan

  Penyakit Kusta, Cetakan XV. Jakarta : Ditjen

  PPM dan PL Djuanda, A. (2006). Ilmu Penyakit Kulit dan

  Kelamin, Ed. 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

  Fajar, N.A. (2002). Penyakit Kusta,

  www.google.co.id. (download : 29 September

  2007) Harahap, M. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates.

  Hiswani. (2001).

  Kusta Salah Satu Penyakit Menular di Indonesia. www.google.com

  (download : 30 September 2007) Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran,

  Ed. 3. Jakarta : Media Aesculapius

  Messwati, E.d. (2006). Memberdayakan Eks

  Penderita. www.google.com (Download : 3 Otkober 2007).

  Mulyadi, A. (2006). Deteksi Mycobacterium Leprae. www.google.co.id (download : 30 September 2007)

  Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan

  Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Jakarta :

  Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku

  Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

  Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian

  Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

  Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

  Jakarta : Salemba Medika.

  Vol.1 No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010 J URNAL