BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Bank - Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Ba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Bank

  Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu Negara sehingga kemajuan sesuatu bank disuatu Negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan Negara tersebut. Bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya.

  Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pengertian tersebut memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990.Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999: 31.1) adalah, bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihakpihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Sedangkan berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990 pengertian bank adalah suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpundan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang (Febryani dan Zulfadin, 2003).

  Berdasarkan UU Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, terdapat dua jenis bank, yaitu:

  1. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannnya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

  2. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melakasanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum adalah bank yang kegiatan usahanya menghimpun dana berupa simpanan dalam bentuk giro dan deposito, rekening koran, dan juga memberikan kredit jangka pendek. Untuk Indonesia sendiri, bank umum disebut juga dengan bank komersial yang terdiri dari bank pemerintah, bank swasta nasional, dan bank swasta asing (Triasdini, 2010).

2.1.2 Kredit

  Kegiatan bank setelah melakukan penghimpunan dana dalam bentuk simpanan (tabungan, deposito dan giro) adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat. Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk pemberian pinjaman atau dikenal dengan istilah kredit.

  Menurut Undang-Undang yang tertera dalam pasal 1 ayat 11 UU No.10/1998 tentang perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibakan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit itu sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “credere” yang mempunyai arti kepercayaan kreditur terhadap debitur yang artinya bahwa kreditur percaya bahwa debitur akan mengembalikan dana yang telah dipinjam beserta bunga yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak yang bekerja sama.Sedangkan Dendawijaya (2003) mengemukakan bahwa dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80%- 90% dari seluruh dana yang dikelola bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70% - 80% dari kegiatan usaha bank.

  Selain itu bank dalam melakukan kegiatan pemberian kredit tentu harus memperhatikan dengan baik calon nasabah yang akan menjadi penerima kredit, nasabah tersebut tentu harus dapat dipercaya.

  Analisis kredit perlu dilakukan bank untuk menguji kelayakan pinjaman yang nantinya akan diberikan. Analisis kredit tentu akan sangat berguna bagi bank sebagai salah satu langkah dalam mencegah kredit macet. Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan tentu saja bank sudah memiliki langkah-langkah dalam penyelamatan kredit. Berdasarkan pernyataan- unsur yang terkadung di dalamnya antara lain (Kasmir, 2011): 1.

   Kepercayaan

  Kepercayaan yaitu keyakinan bank sebagai pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan kepada nasabah akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang.

2. Kesepakatan

  Kesepakatan ini terjadi antara pihak pemberi kredit dan penerima kredit yang dituangkan dan ditandatangani dalam suatu perjanjian yang berisi hak dan kewajiban masing-masingpihak.

  3. Jangka waktu

  Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, dapat berupa jangka pendek, jangka menengah ataupun jangka panjang.

  4. Risiko

  Semakin panjang jangka waktu suatu kredit maka akan semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian kredit. Risiko ini akan menjadi tanggungan perusahaan, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak disengaja.

  5. Balas jasa

  Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit. Bagi bank konvensional bunga dan biaya administrasi kredit merupakan keuntungan yang diterima bank sebagai balas jasa dalam memberikan fasilitas kredit.

2.1.2.1 Tujuan Kredit

  kredit, maka dapat dikatakan bahwa pemberian kredit dapat menjadi salah satu cara dalam mencapai tujuan perbankan. Menurut Kasmir (2011) tujuan utama dalam pemberian kredit adalah

  1. Untuk mencari keuntungan bagi bank, berupa bunga, biaya administrasi, provisi, dan biaya - biaya lainnya yang dibebankan kepada debitur.

  2. Untuk meningkatkan usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja, sehingga nasabah dapat mengembangkan usahanya.

  3. Untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan pembangunan di berbagai sektor.Keuntungan lain yang didapatkan pemerintah dalam pemberian kredit oleh perbankan adalah sebagai berikut : a. Penerimaan pajak yang diterima dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

  b. Menciptakan kesempatan kerja, dimana kredit yang diperuntukkan bagi pembentukan usaha baru atau perluasan usaha baru tentu akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat memberikan peluang bagi pencari kerja dan mengurangi pengangguran.

  c. Meningkatkan devisa negara terutama bagi produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.

  d. Menghemat devisa negara terutama bagi produk-produk yang sebelumnya diimpor. Jadi dengan fasilitas kredit dapat memproduksi produk tersebut di dalam negeri tentu akan menghemat devisa negara.

  e. Meningkatkan jumlah barang dan jasa karena kredit yang disalurkan tentu dapat meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang terdapat di masyarakat.

   Fungsi Kredit

  Adapun fungsi kredit menurut Kasmir (2011) adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan daya guna uang Apabila uang yang ada hanya disimpan saja dirumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna, sebaliknya dengan disalurkannya dalam bentuk kredit maka uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang dan jasa oleh penerima kredit.

  2. Untuk meningkatkan daya guna barang

  Kredit yang diberikan oleh bank dapat digunakan untuk mengolah barang yang sebelumnya tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

  3. Untuk meningkatkan peredaran barang

  Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus peredaran barang dari suatu wilayah ke wilayah lain dan dapat meningkatkan jumlah barang yang beredar.

  4. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu - lintas uang

  Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan melalui kredit akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lain. Sehingga jika suatu daerah kekurangan uang dengan mendapatkan kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

  5. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

  Dengan menerima kredit, nasabah akan bergairah untuk membuka atau memperluas usahanya.

  6. Untuk meningkatkan hubungan internasional.

  Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara debitur dan kreditur, sehingga akan meningkatkan kerja sama pada bidang lainnya.

  7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat.

  8. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

  Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat serta meningkatkan devisa negara dalam membantu kegiatan ekspor barang

2.1.2.3 Jenis – jenis Kredit

  Beragam jenis usaha, menyebabkan pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah. Bank umum dan bank perkreditan rakyat memberikan berbagai jenis kredit kepada masyarakat. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :(Kasmir,2011) 1.

   Dilihat dari Segi Kegunaan

  a. Kredit Investasi, yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk investasi produktif seperti keperluan perluasan usaha atau membangun proyek. Kredit ini biasanya digunakan untuk jangka waktu yang relatif lama.

  b. Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja ini diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit

  a. Kredit Produktif diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan akan menghasilkan hasil tambang atau kredit industri akan menghasilkan barang industri. b. Kredit Konsumtif Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah dan kredit konsumtif lainnya.

  c. Kredit Perdagangan Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas dan perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu

  a. Kredit Jangka Pendek Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya untuk tanaman padi atau jagung.

  Kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi.

  c. Kredit Jangka Panjang Kredit yang memiliki jangka waktu kredit dengan masa pengembaliannya paling panjang yaitu di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan. Dalam prakteknya, bank dapat pula hanyamengklasifikasikan kredit menjadi hanya jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka waktu maksimal 1 tahun dianggap jangka pendek dan di atas 1 tahun dianggap jangka panjang.

  4. Dilihat dari Segi Jaminan

  a. Kredit dengan Jaminan Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud, tidak berwujud dan jaminan orang. Jadi, setiap kredit yang diberikan akan dilindungi senilai jaminan yangdiberikan si calon debitur.

  b. Kredit Tanpa Jaminan Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau namabaik si calon debitur selama ini.

  5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha

  a. Kredit Pertanian Kredit Pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian,

  b. Kredit Peternakan Kredit Petenakan merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang misalnya peternakan kambing. c. Kredit Industri Kredit Industri merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah dan industri besar.

  d. Kredit Pertambangan Kredit Pertambangan merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas atau minyak.

  e. Kredit Pendidikan Kredit Pendidikan merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk mahasiswa.

  f. Kredit Profesi Kredit Profesi merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan professional seperti dosen, pengacara dan dokter.

  g. Kredit Perumahan Kredit Perumahan merupakan kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang h. Dan sektor-sektor lainnya.

  Dalam melakukan kegiatan kredit pengendalian kredit harus dilakukan untuk menghindari dilakukan melalui pengawasan langsung, pengawasan tidak langsung dan kombinasi keduanya. Oleh karena itu pemberian kredit harus dilakukan dengan pengendalian yang baik dan benar serta memegang prinsip kehati-hatian. Bank biasanya memiliki criteria - kriteria serta aspek penilaian terhadap calon nasabah yang akan menerima fasilitas kredit. Bank dapat melakukan analisis 5C dan 7P terhadap debitur (penerima kredit) sebagai uji kelayakan kredit.

  Analisis 5C merupakan salah satu cara dalam mengurangi risiko kredit dengan melakukan analisa secara mendalam terhadap calon nasabah yang akan diberikan kredit. Adapun prinsip 5C adalah sebagai berikut : a.

   Character (watak atau kepribadian)

  Character merupakan salah satu pertimbangan terpenting dalam memutuskan pemberian kredit. Bank harus yakin bahwa peminjam mempunyai tingkah laku yang baik dan bersedia melunasi hutangnya pada waktu yang telah ditentukan. Dan untuk mengetahui watak debitur ini tidaklah semudah yang dibayangkan, terutama untuk debitur yang barupertama kali.

  b. Capacity (kemampuan)

  Pihak bank harus mengetahui dengan pasti kemampuan calon debitur dalam menjalankan usahanya karena menentukan besar kecilnya pendapatan atau penghasilan perusahaan di masa yang akan dating c.

   Capital (Modal)

  Prinsip ini menitikberatkan pada aspek permodalan calon nasabah yang menyangkut berapa dengan struktur permodalan di sini adalah tingkat likuiditas modal yang telah ada, apakah dalam bentuk uang tunai, harta yang mudah diuangkan, atau benda lain seperti bangunan.

  d. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)

  Prinsip kondisi ekonomi ini terkait dengan sektor usaha calon debitur, apakah terkait langsung, serta prospek usaha tersebut di masa yang akan datang.

  e. Collateral (Jaminan atau Agunan)

  Jaminan atau agunan merupakan harta benda milik debitur atau pihak ketiga yang diikat sebagai agunan andaikata terjadi ketidakmampuan debitur tersebut untuk menyelesaikan hutangnya sesuai dengan perjanjian kredit. Dalam hal ini jaminan tersebut mempunyai dua fungsi yaitu pertama, sebagai pembayaran hutang seandainya debitur tidak mampu membayar dengan jalan menguangkan atau menjual jaminan tersebut. Kedua, sebagai akibat dari fungsi pertama ialah sebagai faktor penentu jumlah kredit yang diberikan.

  Prinsip 7P adalah sebagai berikut : a.

   Party (golongan)

  Maksud dari prinsip ini adalah bank menggolongkan calon debitur ke dalam kelompok tertentu menurut character, capacity, dan capitalnya.

  b. Purpose (tujuan)

  Maksud dari tujuan di sini adalah tujuan pengamatan kredit yang diajukan, apa tujuan yang sebenarnya dari kredit tersebut, apakah mempunyai aspek sosial yang positif dan luas atau tidak. Dan bank masih harus meneliti apakah kredit yangdiberikan digunakan sesuai tujuan semula.

  c. Payment (sumber pembiayaan)

  dihitung kemungkinan-kemungkinan besarnya pendapatan yang akan dicapai. Sehingga bank dapat menghitungkemampuan dan kekuatan debitur untuk membayar kembali kreditnya serta menentukan cara pembayaran dan jangka waktu pengembaliannya.

  d. Profitability (kemampuan untuk mendapatkan keuntungan)

  Keuntungan di sini maksudnya bukanlah keuntungan yang dicapai oleh debitur semata melainkan juga kemungkinan keuntungan yang diterima oleh bank jika kredit yang diberikan terhadap kreditur tertentu dibanding debitur lain atau dibanding tidak memberikan kredit e.

   Protection (perlindungan)

  Perlindungan maksudnya adalah untuk berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak terduga maka untuk melindungi kredit yang diberikan antara lain adalah dengan meminta jaminan dari krediturnya.

  f. Personality

  Penilaian akan kepribadian, tingkah laku keseharian, maupun masa lalu nasabah. Selain itu meliputi pula sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi masalah.

  g. Prospect

  Penilaian akan prospek usaha nasabah di masa datang akan menguntungkan atau tidak. Jika usaha yang difasilitasi kredit tidak memilki prosek tentu saja akan merugikan kedua pihak baik bank dan nasabah.

FAKTOR FAKTOR YANG MEPENGARUHI PENYALURAN KREDIT

2.2.1 Dana Pihak Ketiga

  Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan dijelaskan bahwa dana pihak ketiga bank, untuk selanjutnya disebut DPK, adalah kewajiban bank kepada penduduk dalam rupiah dan valuta asing. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit (Warjiyo, 2005). Dana- dana yang dihimpun dari masyarakat (DPK) ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank) (Dendawijaya, 2003). Dana pihak ketiga terdiri atas beberapa jenis,yaitu : a.

   Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

  Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya.

  b. Simpanan Deposito (Time Deposit) Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo).

  Penarikannya dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Namun saat ini sudah ada bank yang memberikan fasilitas deposito yang penrikannya dapat dilakukan setiap saat. Jenis depositopun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari deposito berjangka, sertifikat, deposito dan deposit on call.

  c. Simpanan Giro

  Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapt dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga Rekening giro biasa digunakan oleh para usahawan, baik untuk perorangan maupun perusahaannya. Bagi bank jasa giro merupakan dana murah karena bunga yang diberikan kepada nasabah relatif rendah dari bunga simpanan lainnya.

2.2.2 Loan to Deposit Ratio (LDR)

  Menurut Dendawijaya (2003) menyatakan bahwa Loan to Depostit Ratio (LDR) merupakan rasio yang membandingkan antara jumlah kredit yang disalurkan oleh bank dengan dana yang dihimpun oleh bank. Menurut Hkamonangan dan Siregar (dalam Galih,2011) mengatakan bahwa LDR digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan bank guna membayar semua dana masyarakat serta modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat. Dengan kata lain bank dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya, seperti membayar pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Banyaknya kredit yang diberikan akan sangat dipengaruhi oleh dana yang diterima oleh bank, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada besar kecilnya rasio LDR ini. Kondisi bank akan relatif tidak likuid manakala bank meminjamkan seluruh dananya dengan ditunjukkan oleh rasio ini yang tinggi. Namun sebaliknya, jika rasio ini rendah ini menunjukkan bahwa bank dalam kondisi likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Rasio ini dapat dijadikan patokan apakah bank masih dapat melakukan ekspansi terhadap pinjamannya atau harus membatasinya. Namun yang terjadi jika rasio LDR ini terlampau kecil yang artinya bahwa jumlah kredit yang disalurkan nasabahnya. Hal itu sangat wajar terjadi karena bank yang dibebani oleh bunga simpanan yang besar, sedangkan bunga pinjaman yang diterima oleh bank terlampau sedikit. Jika bank mempunyai LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai resiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian. Oleh karena itu Bank Indonesia sebagai bank sentral telah memberikan standar untuk rasio LDR perbankan di Indonesia, yaitu pada kisaran antara 85% sampai dengan 100%. Dengan demikian jika rasio LDR yang dimiliki oleh bank terlalu tinggi ataupun terlalu rendah maka bank tersebut akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan labanya.

2.2.3 Capital Adequacy Ratio (CAR)

  Dalam menilai keamanan serta kesehatan sebuah bank, salah satu kunci yang harus dipertimbangkan adalah modal. Modal menjadi faktor penentu utama kapasitas pinjaman bank, karena modal tersebut bertujuan untuk menciptakan keseimbangan dan menyerap kerugian, serta guna menjaga kepercayaan nasabah pada bank (Oktaviani, 2012). Dendawijaya (2003) menyatakan bahwa Capital adequacy ratio merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihanpada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari sumber - sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain - lain. Menurut Peraturan dari Bank Indonesia No.10/15/PBI/2008 menyatakan bahwa bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8%dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR).

2.2.4 Non Performing Loan (NPL)

  Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

  (Darmawan dalam Oktaviani, 2011). Kualitas kredit bank akan dikatakan buruk apabila rasio NPL ini bernilai semain tinggi, karena dengan tingginya NPL modal bank akan semakin berkikis disebabkan perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar. Oleh karena itu pemantauan dari pihak bank sangat diperlukan setelah kredit tersebut disalurkan kepada para debitur. Hal ini ditujukan untuk meminimalisasikan resiko kredit yang terjadi. Ketentuan dari Bank Indonesia bahwa bank harus menjaga rasio NPL-nya berada dibawah angka 5%

2.2.5 Return on Asset (ROA)

  Return on Asset atau dikenal dengan ROA ini merupakan rasio yang mengukur tingkat

  optimalisasi aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan (laba). Nilai minimum ROA yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 2%. Agar dapat memenuhi kewajiban terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan, dan menigkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya inilah yang menjadi alasan mengapa perbankan berusaha memperoleh laba. Dengan nilai ROA yang tinggi, maka bank dapat memberikan kredit untuk mendapatkan pendapatan. Dana yang dihimpun dari masyarakat oleh bank berkisar antara 80% - 90% dari total danayang dikelola, sedangkan penyaluran kembali dalam bentuk kredit oleh bank sebesar 70% - 80%.Ada beberapa keunggulan penggunaan rasio Return on Asset (ROA) ini: a. Return on Asset merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dalam rasio ini.

  b. Return on Asset mudah untuk dihitung dan dipahami.

  c. Return on Asset merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.

2.2.6 Tingkat Suku BungaSertifikat Bank Indonesia (SBI)

  Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan rupiah. Bank Indonesia dapat menjual SBI agar dapat menyerap kelebihan uang primer yang telah bereadar. juga memiliki peranan tersendiri dalam pemberian kredit yang akan dilakukan. Tingkat suku bunga pada penjualan SBI ditentukan melalui system lelang. Sejak awal juli 2005, Bank Indonesia menggunakan “BI rate” (suku bunga BI), yaitu Bank Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI untuk melakukan pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam melakukan pelelangan atau dalam pelaksanaan peminjaman kredit. Jika masyarakat ingin melakukan peminjaman kredit, suka bunga merupakan faktor eksternal yang sering dilihat. Jika pada suatu bank memiliki suku bunga yang tinggi, maka permintaan kredit yang dilakukan masyarakat akan menjadi menurun. Sebaliknya jika suku bunga suatu bank mengalami penurunan, maka minat masyarakat akan permintaan .kreditnya menjadi meningkat.

  2.3 PENELITIAN TERDAHULU Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada table dibawah ini. Table 2.1 Penelitian Terdahulu

  No Peneliti dan Tahun Publikasi

  Tujuan Penelitian Variabel Hasil Penelitian

  1 Luh Gede Meydianawathi (2007

  Menganalisis faktor penawaran Kredit pada Bank Umum di Indonesia

  Jumah Penyaluran Kredit, Dana Pihak Ketiga, ROA, CAR, NPL

  Dana Pihak Ketiga, ROA, dan CAR berpengaruh positif dan signifikan, NPL memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit

  2 Hapsari (2008) Meneliti pengaruh LDR, NPL, ROA, dan ROE terhadap pemberian kredit

  LDR, NPL, ROA, dan ROE

  Cash Ratio terhadap volume kredit berpengaruh negatif, sedangkan LDR dan KPR (studi kasus ROA berpengaruh pada PD. BPR di positif terhadap Jawa Tengah) volume kredit.

  3 Fransisca dan Hasan Meneliti Pengaruh Dana Pihak DPK berpengaruh Sakti Siregar (2009) Faktor Internal Bank Ketiga, CAR, positif & tidak

  Terhadap Volume NPL, ROA signifikan, NPL Kredit. berpengaruh negative & tidak signifikan, ROA berpengaruh positif&signifikan, secara simultan berpengaruh signifikan

  4 Dias Satria dan Determinasi ROA, NPL, CAR, ROA, dan SBI Rangga Bagus Penyaluran Kredit BOPO, CAR, berpengaruh signifikan, Subegti Bank Umum Di Dana Pihak sedangakan NPL, (2010) Indonesia Periode Ketiga, BOPO, Dana pihak

  2006-2009 Penem Ketiga, dan market patan share Dana pada tidak signifikan SBI, market berpengaruh terhadap share jumlah penyaluran kredit

  5 Yulhasnita Pengaruh Risiko CAR, ROA, CAR, ROA, dan LDR (2013) Kredit, DPK, ROE, BOPO, berpengaruh negatif

  Likuiditas dan LDR tidak signifikan, ROE Tingkat Tefiiensi positif tidak signifikan, pada Volume Kredit dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap penyaluran kredit

2.4 Pengembangan Hipotesis

  2.4.1 Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

  Dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana terbesar yang diandalkan perbankan dan dibutuhkan suatu bank dalam menjalankan operasinya. Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos - pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. Hampir semua bank mengandalkan penghasilan utamanya dari jumlah penyaluran kredit oleh karena itu pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan (Dendawijaya,2003). Menurut Defi Maulidina (2006), Desi Arisandi (2008) dan Billy Arma P. (2010) DPK berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit.

  H1 : Terdapat pengaruh positif Dana Pihak Ketiga terhadap jumlah kredit perbankan

  2.4.2 Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat digunakan untuk menilai seberapa jauh kemampuan

  bank yang mengandalkan kredit sebagai sumber utama likuiditasnya dalam membayar kewajiban jangka pendeknya seperti penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dan juga bunga yang harus diberikan kepada para nasabahnya. Kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan akan semakin rendah jika LDR semakin tinggi dikarenakan jumlah dana yang digunakan untuk penyaluran kredit semakin besar. Sebaliknya, kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan akan semakin tinggi jika LDR bank tersebut semakin rendah. Oleh karena itu hal tersebut memiliki pengaruh terhadap kemampuan kredit pada suatu bank karena jika nilai LDR ini semakin tinggi maka menunjukkan kemampuan kredit yang telah disalurkan oleh bank juga semakin tinggi guna memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai LDR yang ada menunjukkan bahwa kemampuan kredit yang disalurkan oleh bank juga semakin rendah guna memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Galih (2011) dan Yuwono (2012) LDR berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan

  H2= Terdapat pengaruh positif Loan to deposit ratio (LDR) terhadap jumlah penyaluran kredit

  2.4.3 Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kinerja bank yang digunakan untuk

  mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang disalurkan oleh bank (Dendawijaya, 2003). CAR merupakan faktor internal bank yang menentukan penyaluran kredit perbankan (Yuwono, 2012). Jika nilai CAR tinggi maka akan meningkatkan kemampuan dalam hal finansial termasuk mengantisipasi kerugian yang timbul dari aktivitas penyaluran kredit perbankan. Dengan tingkat CAR yang besar sekaligus akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kreditnya. Oleh karena itu semakin tinggi kecukupan modal, maka semakin besar pula kemampuan perbankan dalam menyalurkan kreditnya. Menurut Satria dan Subegti (2010) dan Oktaviani (2012) CAR berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit.

  

H3 = Terdapat Pengaruh negatif Capital adequacy ratio (CAR) terhadap jumlah penyaluran kredit

  2.4.4 Pengaruh Non Performing Loan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur banyaknya

  peminjaman kredit yang mengalami kendala dalam melunasi kewajibannnya. Rasio NPL ini menggambarkan risiko kredit, semakin tinggi nilai NPL maka risiko kredit yang ditanggung oleh bank juga semakin besar (Ali, dalam Pratama, 2010). Menurut Francisca (2008), kredit bermasalah yang tinggi dapat menimbulkan keengganan pihak bank untuk menyalurkan kredit karena harus membentuk cadangan penghapusan yang besar. Besaran modal yang memiliki pengaruh terhadap kegiatan penyaluran kredit pada akhirnya akan ikut terkikis jika harus menyediakan pencadangan yang lebih besar (Pratama, 2010). Dengan demikian semakin besar tingkat kredit bermasalah atau macet yang ditunjukkan melalui rasio NPL ini,maka akan menurunkan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank. Menurut Meydianawathi (2007), Arisandi (2008), dan Pratama (2010) NPL berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan

  H4 = Terdapat Pengaruh negatif Non performing loan (NPL) terhadap jumlah penyaluran kredit

2.4.5 Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

  Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

  memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya, 2003). Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank, dan artinya semakin baik pula posisi dana tersebut dari segi penggunaan asset. Dengan kata lain bank tersebut semakin optimal dalam penggunaan aktivanya untuk memperoleh pendapatan, maka kegiatan kredit yang dilakukan oleh bank telah dioptimalkan dalam rangka memperoleh pendapatan. Dendawijaya (2003) mengemukakan bahwa kegiatan perkreditan yang dilakukan bank mencapai 70%-80% dari kegiatan usaha bank, sehingga penyaluran kredit menjadi kegiatan yang cukup dominan dalam menghasilkan profitabilitas perbankan. Laba yang diperoleh bank akan sangat diperlukan untuk memperkokoh strukur modal bank guna meningkatkan ekpansi kreditnya. Oleh karena itu, kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya akan semakin meningkat jika nilai ROA yang dimiliki perbankan menunjukkan nilai yang tinggi. Menurut Meydianawathi (2007), Arisandi (2008), Satria dan Subegti (2010), dan Galih (2011) ROA berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan.

  H5 = Terdapat Pengaruh Return on assets (ROA) terhadap jumlah penyaluran kredit

2.4.6 Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

  Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI diterbitkan oleh BI sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter.

  Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang (PBI No. 4/10/PBI/2002). SBI merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal bayar (Ferdian, 2008). Kegiatan dalam manajemen perbankan dalam meminimalkan risiko kredit macet ialah mencari alternatif investasi yang lebih baik yaitu salah satunya melakukan penempatan suku bunga pada SBI yang memiliki tingkat risiko paling rendah. Oleh karena itu, jika suku bunga SBI yang ditempatkan meningkat maka penyaluran kredit perbankan dapat berkurang. Menurut Billy Arma P. (2010) SBI berpengaruh negatif terhadap kredit perbankan.

  H6 : Penempatan suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit

2.5 KERANGKA KONSEPTUAL

  Dalam penelitian ini akan menguji pengaruh positif antara Dana Pihak Ketiga,Loan to

  

Deposit Ratio (LDR),Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset(ROA), terhadap jumlah

  penyaluran kredit. Sedangkan pada non performing loan (NPL), akan diuji pengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) SBI berpengaruh terhadap jumlah kredit perbankan. Dengan demikian dapat dirumuskan kerangka pemikiran penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Variable Independent Variabel Dependent

  H1

  Dana Pihak Ketiga

  H2

  Loan To Deposit Ratio(LDR)

  H3

  Capital Adequacy Ratio (CAR)

  H

  Jumlah Penyaluran Kredit

  H4

  Non Performing Loan (NPL)

  H5

  Return On Asset (ROA) Tingkat Suku Bunga

  H6

  SBI

  H7

Dokumen yang terkait

II.1 Kerangka Teori Teori merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti itu. Proposisi-proposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Adapu

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

0 0 9

Lampiran III - SUBBIDANG PENDIDIKAN SD (SEKOLAH DASAR).pdf

0 3 42

Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

0 0 12

Lampiran IV - SUBBIDANG PENDIDIKAN SMP SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.pdf

2 12 140

Lampiran VI - SUBBIDANG PENDIDIKAN SMA (SEKOLAH MENENGAH ATAS).pdf

0 3 71

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi - Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Kota Tanjung Balai

0 0 14

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio pada Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index

0 0 15

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

0 0 19

Lampiran VII - SUBBIDANG PENDIDIKAN SMK (SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN).pdf

1 19 1869