Refleksi Tentang Sejarah Pendapat Pendap

Rabu, 25 Desember 2013, 21:25 wib.
Filsafat Sejarah ! Apakah itu..?
Malam ini saya ingin berbagi ilmu kepada sahabat semua tentang apa itu filsafat sejarah,
darimana ia datangnya dan apa guna belajar filsafat sejarah. Kali ini saya mempunyai referensi
bagus tentang hal yang ingin kita bahas, yaitu:
-

Ankersmit, F.R., Refleksi Tentang Sejarah : Pendapat-pendapat Modern tentang Filsafat
Sejarah (diterjemahkan oleh Dick Hartoko) cet. 1, Jakarta: Gramedia, 1987. Judul aslinya,
Denken over geschiedenis : Een oversicht van moderne geschiedfilosofiche opvattingen.

Di negeri Belanda sana istilah ini lebih dikenal dengan filsafat sejarah, sedangkan di Inggris,
Jerman, dan Prancis dipakai padanan istilah sejarah filsafat. Di Jerman muncul istilah
“Theoretische Geschichte” atau “Theorie der Geschichtswissensschaft”.
Pada tahun 1931 istilah teori sejarah sudah diperkenalkan oleh Kuypers, dosen filsafat di
Universitas Utrecht, tetapi istilah ini baru umum diketahui oleh karya ahli sejarah di Universitas
di Amsterdam, Prof. J.M. Romein (1893-1962). Ia membedakan sejarah teoritis atau teori sejarah
dari filsafat sejarah, dengan memberi tempat pada teori sejarah antara filsafat dalam arti yang asli
dan pengkajian sejarah sendiri.
Romein, teori sejarah diberi tugas untuk menyajikan teori-teori dan konsep-konsep yang
memungkinkan seorang ahli sejarah mengadakan integrasi terhadap semua pandangan

fragmentaris mengenai masa silam seperti yang dikembangkan oleh macam-macam spesialisasi
di dalam ilmu sejarah. Adapan tugas dari teori sejarah ialah menyusun kembali kepingankepingan mengenai masa silam sehingga kita dapat mengenal kembali wajahnya. Gambaran
mengenai revolusi nasional misalnya, telah dipotong-potong, didekati dari sudut militer, politik,
sosial-ekonomis lalu dapat diintegrasikan dalam satu sintesa.

Unsur Filsafat Sejarah
Filsafat sejarah terdiri atas tiga unsur yang saling berhubungan.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh filsafat sejarah yang bersifat deskriptif (apa yang
ditulis oleh berbagai ahli sejarah (tersohor) baik di masa yang silam maupun di masa kini.
Kedua unsur lain yang mendasari filsafat sejarah, berasal dari kedua arti yang dapat diberikan
kepada kata sejarah itu sendiri. Hegel sudah mencatat, bahwa kata sejarah pertama-tama
diperuntukkan bagi proses historis itu sendiri, baru kemudian bagi penulisan proses historis
menurut kaidah-kaidah ilmu sejarah.

-

Filsafat sejarah yang spekulatif berdasarkan arti pertama; seorang filsuf sejarah spekulatif
memandang arus sejarah faktual dalam keseluruhannya dan berusaha untuk menemukan
suatu struktur dasar di dalam arus itu. Seorang filsuf sejarah spekulatif sungguh melangkah
lebih jauh daripada seorang ahli sejarah semata-mata. Bila seorang ahli sejarah menerangkan

dan melukiskan masa silam, ia melakukan itu dengan menerima masa silam seperti adanya.
Tetapi, seorang filsuf sejarah spekulatif tidak merasa puas dengan sikap seperti itu; ia
mencari suatu struktur-dalam yang tersembunyi di dalam proses historis yang menerangkan,
mengapa sejarah berlansung demikian dan hanya dapat berlansung demikian.

-

Filsafat sejarah yang kritis, berdasarkan arti kedua kata sejarah dan meneliti sebagai
obyeknya bagaimana masa silam dilukiskan atau digambarkan. Seorang filsuf sejarah kritis
meneliti sarana-sarana yang dipergunakan seorang ahli sejarah dalam melukiskan masa silam
dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan. Hubungan antara filsafat sejarah kritis dan
pengkajian sejarah sama seperti antara filsafat ilmu dan ilmu. Kedua-duanya meneliti secara
filsafat bagaimana proses pengumpulan pengetahuan terjadi dan bagaimana proses itu dapat
dibenarkan, entah menurut arti umum entah menurut arti formal.

Apakah Filsafat Sejarah Spekulatif Itu?
Filsafat sejarah spekulatif mencari struktur-dalam yang terkandung dalam proses sejarah
dalam keseluruhannya. Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan filsafati
mengenai tabiat atau sifat-sifat proses sejarah. Biasanya, ada tiga macam pertanyaan yang perlu
dijawab:

- Irama atau pola macam apa dapat kita amati dalam proses sejarah?
- Mana “motor” yang menggerakkan proses sejarah?
- Apa sasaran terakhir yang dituju oleh proses sejarah?
Marx mengemukakan filsafat sejarah spekulatif dibedakan tiga tahap, yakni tahap primitif, tahap
antik, tahap Abad Pertengahan dan dunia borjuis-kapitalis. Menurutnya, ‘motor’-nya ialah
pertentangan kelas, sedangkan tujuannya ialah masyarakat tanpa kelas.
Hegel dan Marx terutama mencurahkan perhatian kepada “motor” proses sejarah, sedangkan
Spengler dan Toynbee lebih memperhatikan masalah pertama dan para filsuf sejarah kristen
meneropong tujuan proses historis.