BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Usaha Kecil - Analisis Sistem Pemberian Kredit Terhadap Pengembangan Usaha Kecil Di Medan Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (pkbl) PT. Perkebunan Nusantara III (persero)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Usaha Kecil

  Usaha kecil didefinisikan berbeda-beda menurut sudut pandang masing– masing orang yang mendefinisikan, ada yang melihat dari modal usaha, penjualan dan bahkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Tetapi pada dasarnya prinsipnya adalah sama.

  Usaha kecil menurut surat edaran Bank Indonesia No. 26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal kredit Usaha Kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total aset maksimum Rp. 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang aset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp. 600 juta.

  Menurut UU No. 9/1995 tentang Usaha Kecil yang dimaksud dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud di sini meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya (Anoraga, 2002:45). Definisi UKM menurut Biro Pusat Statistik (BPS) lebih mengacu kepada klasifikasi skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap. UKM menurut Biro Pusat Statistik (BPS) adalah usaha skala kecil yang menggunakan kurang dari 5 (lima) orang karyawan atau usaha menengah yang menyerap tenaga kerja antara 5 (lima) hingga 19 (sembilan belas) orang.

  Tohar (2001:1), mendefinisikan perusahaan kecil adalah sebagai berikut Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil. Memenuhi kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang.

  Menurut Primiana (2009:11), mendefinisikan usaha kecil adalah sebagai berikut :

  1. Pengembangan empat kegiatan ekonomi utama (core business) yang menjadi motor penggerak pembangunan, yaitu agribisnis, industri manufaktur, sumber daya manusia (SDM), dan bisnis kelautan.

  2. Pengembangan kawasan andalan, untuk dapat mempercepat pemulihan perekonomian melalui pendekatan wilayah atau daerah, yaitu dengan pemilihan wilayah atau daerah untuk mewadahi program prioritas dan pengembangan sektor-sektor dan potensi.

  3.

  Financial Accounting Standard Board (FASB) dalam Ahmed Riahi

  Balkaoui, mendefinisikan perusahaan kecil sebagai sebuah perusahaan kecil yang operasinya relatif kecil, biasanya dengan pendapatan total kurang dari $5 juta.

  Perusahaan itu umumnya (a). dikelola oleh pemilik sendiri, (b) memiliki beberapa pemilik lain, jika ada, (c) semua pemilik secara aktif terlibat dalam menjalankan urusan-urusan perusahaan kecuali mungkin anggota keluarga tertentu, (d) jarang terjadi pemindahan hak kepemilikan, dan (e) memiliki struktur modal yang sederhana (Balkaoui, 2000:50).

  Menurut Adi (2007:12) usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,-. Hal tersebut termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- dan milik Warga Negara Indonesia.

  Zulkarnain (2006:125) usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria sebagai :

  1. Usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

  2. Usaha yang memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1 miliar rupiah.

  3. Usaha yang berdiri sendiri, bukan perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau terafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau skala besar.

  4. Berbentuk badan usaha yang dimiliki perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, termasuk koperasi.

2.1.2. Pengertian Kredit

  Secara umum dan sederhana kredit berarti hutang (loan) dan hutang adalah sesuatu yang kelak harus dibayar kembali kepada yang telah meminjamkannya.

  Istilah kredit berasal dari bahasa latin “credere” (“credo” dan “creditum”) yang kesemuanya berarti kepercayaan (dalam bahasa inggris “faith” dan “trust”).

  Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur (yang memberi kredit, lazimnya Bank) dalam hubungan perkreditan dengan debitur (penerima kredit) mempunyai kepercayaan, bahwa debitur dalam waktu dan dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan (membayar kembali) kredit yang bersangkutan (Usman, 2003:236).

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. Dalam Pasal 1 Butir II Undang-Undang Perbankan yang telah diubah dirumuskan bahwa kredit adalah :

  Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

  Kredit merupakan perjanjian pinjam meminjam uang yang dilakukan antara bank dan pihak lain, kreditur peminjam dana. Perjanjian pinjam meminjam uang di buat atas dasar kepercayaan bahwa peminjam dalam tenggang waktu yang telah ditentukan akan melunasi atau mengembalikan pinjaman uang atau tagihan tersebut kepada bank disertai pembayaran sejumlah bunga sebagai imbal jasanya

  a. Fungsi Kredit

  Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang kedua belah pihak agar saling menolong guna pencapaian kebutuhan, baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari. Pihak yang mendapat kredit harus dapat menunjukkan prestasi berupa kemajuan-kemajuan pada usahanya atau mendapatkan pemenuhan atas kebutuhannya. Kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan mempunyai fungsi (Usman, 2003:237):

  1. Meningkatkan daya guna uang;

  2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang;

  3. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang;

  4. Salah satu alat stabilitas ekonomi;

  5. Meningkatkan kegairahan berusaha;

  6. Meningkatkan pemerataan pendapatan; 7. Meningkatkan hubungan internasional.

  b. Unsur-Unsur Kredit

  Pada umumnya, dalam pemberian pinjam meminjam akan ditekankan kewajiban pihak peminjam uang untuk melunasi, mengembalikan, atau mengangsur utang pokoknya beserta bunga atau imblan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kreditur, yaitu :

  1. Kepercayaan Adanya keyakinan dari pemberi kredit (Pihak debitur/kreditur) atas prestasi yang diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasi sesuai dengan diperjanjikan pada waktu tertentu.

  2. Waktu Adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan peluansannya, jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara pihak debitur dan kreditur peminjam dana.

  3. Prestasi Adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontra prestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara debitur dan kreditur peminjam dana berupa uang dan bunga atau imbalan.

  4. Resiko Adanya resiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan.

2.1.3. Besaran Kredit

  Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, dihitung, memiliki nilai dan satuan. Besaran menyatakan sifat dari benda. Sifat ini dinyatakan dalam angka melalui hasil pengukurauntuk tiap berbeda. Mengukur sebenarnya adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. Dalam hal ini besaran kredit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seberapa besar jumlah kredit yang diberikan oleh pihak PTPN III kepada pengembang usaha kecil.

2.1.4. Fungsi/Pemanfaatan Kredit

  Suatu kredit mencapai fungsinya apabila sosial ekonomis, baik bagi debitor, kreditor maupun masyarakat membawa pengaruh yang lebih baik. Bagi pihak debitor dan kreditor, mereka memperoleh keuntungan, juga mengalami peningkatan kesejahteraan, sedangkan bagi negara mengalami tambahan penerimaan negara dari pajak, juga kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro.

  Fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:

  1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang.

  2. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang.

  3. Kredit dapat meningkatkan peredaran uang dan lalu lintas uang.

  4. Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi.

  5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.

  6. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

  7. Kredit adalah sebagai alat hubungan ekonomi internasional Kredit juga memiliki manfaat, yaitu sebagai berikut :

  1. Bagi Debitur b.

  Kredit bank relatif mudah diperoleh bila usaha debitur layak dibiayai.

  c.

  Dengan jumlah yang banyak, memudahkan calon debitur memilih bank yang cocok dengan usahanya.

  d.

  Bermacam-macam jenis kredit dapat disesuaikan calon debitur.

  e.

  Rahasia keuangan debitur terlindungi.

  2. Bagi Bank a.

  Bank memperoleh pendapatan dari bunga yang diterima dari debitur.

  b.

  Dengan adanya bunga kredit diharapkan rentabilitas bank akan membaik dan perolehan laba meningkat.

  c.

  Dengan pemberian kredit akan membantu dalam memasarkan produk atau jasa perbankan lainnya.

  d.

  Pemberian kredit untuk merebut pangsa pasar dalam industri perbankan.

  e.

  Pemberian kredit untuk mempertahankan dan menggembangkan usaha bank.

  3. Bagi Pemerintah a.

  Alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi secara umum.

  b.

  Alat untuk megendalikan kegiatan moneter.

  c.

  Alat untuk menciptakan lapangan usaha.

  d.

  Meningkatkan pendapatan negara.

  e.

  Menciptakan dan memperluas pasar.

  4. Bagi Masyarakat b.

  Mengirangi tingkat pengangguran.

  c.

  Meningkatkan pendapatan masyarakat.

  d.

  Memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menyimpan uangnya di bank.

2.1.5. Peningkatan Laba

  Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan diantara keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya (Wikipedia)

  Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi, teori akuntansi sampai saat ini belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Oleh karena itu, berbeda dengan elemen statemen keuangan lainnya, pembahasan laba meliputi tiga tataran, yaitu : semantik, sintaktik, dan pragmatik.

  Berdasarkan sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara itu, pemakai informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi laba menghadapi dua pendekatan : satu laba untuk berbagai tujuan atau beda tujuan beda laba. Teori akuntansi diarahkan untuk memformulasi laba dengan pendekatan pertama.

  Konsep dalam tataran semantik meliputi pemaknaan laba sebagai pengukur kinerja, pengkonfirmasi harapan investor, dan estimator laba ekonomik.

  Meskipun akuntansi tidak harus dapat mengukur dan menyajikan laba ekonomik, akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat digunakan pemakai untuk mengukur laba ekonomik yang gilirannya untuk menentukan nilai ekonomik perusahaan.

  Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuaran dalam suatu periode yang dapat dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai sediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan.

  Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003:444).

  Pada teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi.

  Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 2001).

  Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya, dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.

  Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001:259). Hal ini menyebabkan adanya berbagai definisi untuk laba.

  Menurut Suwardjono (2008:464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa).

2.1.5.1. Teori Laba Pada perusahaan koperasi, laba disebut sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU).

  Menurut teori laba, tingkat keuntungan pada setiap perusahaan biasanya berbeda pada setiap jenis setiap industri, baik perusahaan yang bergerak dibidang tekstil, baja, farmasi, komputer, alat perkantoran, dan lain – lain. Terdapat beberapa teori yang menerangkan perbedaan ini sebagai berikut :

  1. Teori Laba Menanggung Risiko (Risk-Bearing Theory of Profit) Menurut Teori ini, keuntungan ekonomi diatas normal akan doperoleh perusahaan dengan resiko diatas rata-rata.

  a. Teori Laba Friksional (Frictional Theory of Profit).

  Teori ini menekankan bahwa keuntungan menigkat sebagai suatu hasil dari friksi keseimbangan jagka panjang (long run equilibrium).

  b. Teori Laba Monopoli (Monopoli Theory of Profit).

  Teori ini mengatakan bahwa beberapa perusahaan dengan kekuatan monopoli dapat membatasi output dan menekankan harga yang lebih tinggi daripada bila perusahaan beroperasi dalam kondisi persaingan sempurna.

  2. Teori Laba Inovasi (Innovation Theory of Profit) Dalam teori inovasi, laba yang diatas normal dapat timbul sebagai hasil inovasi yang berhasil. Walau demikian, perusahaan yang telah berhasil dalam inovasi tidaklah kebal dari serangan persaingan dari perusahaan- perusahaan imitator. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan inovasi terus-menerus.

  3. Teori Laba Efisiensi Manajerial (Manajerial Efficiency Theory of Profit) Teori ini menekankan bahwa perusahaan yang dikelola secara efisien akan memperoleh laba di atas rata-rata laba normal.

  2.1.5.2. Fungsi Laba

  Laba yang tinggi adalah pertanda bahwa konsumen menginginkan output yang lebih dari perusahaan. Sebaiknya, laba yang rendah atau rugi adalah pertanda bahwa konsumen menginginkan kurang dari produk/ komoditi yang ditangani dan metode produksinya tidak efisien.

  Fungsi laba bagi koperasi tergantung pada besar kecilnya partisipasi ataupun transaksi anggota dengan koperasinya. Semakin tinggi partisipasi anggota, maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima oleh anggota.

  2.1.5.3. Jenis-jenis Laba

  Laba adalah salah satu hal yang paling penting dalam sebuah perusahaan, Laba terdiri atas beberapa jenis, yaitu :

  1. Laba kotor, Laba kotor adalah selisih dari hasil penjualan dengan harga pokok penjualan

  2. Laba Operasional, Laba Operasional merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan besar dala perekonomiannya, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun. Oleh karenanya, angka ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada pemilik modal.

  3. Laba sebelum dikurangi pajak atau EBIT (Earning Before Tax), Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa. Bagi pihak-pihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini menyatkan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan.

  4. Laba Setelah Pajak Atau Laba Bersih, Laba Bersih adalah laba setelah dikurangi berbagai pajak. Laba dipindahkan kedalam perkiraan laba ditahan.

  Dari perkiraan laba ditahan ini akan diambil sejumlah tertentu untuk dibagikan sebagai Deviden kepada para pemegang saham.

  5. Kegiatan Laba Urutan yang sering dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan untuk laba yang diperoleh nantinya, laba ini akan dipergunakan oleh perusahaan. Di dalam standar akuntansi keuangan PSAK No. 25 (menurut IAI) disebutkan sebagai berikut :

  Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporakan kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas dibuthkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang dikelola oleh sebuah perusahaan dimasa yang akan datang. Informasi tersebut juga sering digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang akan disamakan dengan kas Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa laporan laba rugi merupakan suatu laporan sistematis mengenai penghasilan biaya laba rugi yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu periode. Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi meliputi :

  1. Bagian pertama.

  Menunjukan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan / memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.

  2. Bagian kedua.

  Menunjukan biaya-biaya operasi yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi (operating expense).

  3. Bagian ketiga.

  Menunjukan harga hasil yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya diluar usaha pokok perusahaan.

  4. Bagian keempat.

  Menunjukan laba rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.

2.1.5.4. Tujuan Laba

  Menurut Anis dan Imam (2003:216) mengutarakan bahwa tujuan pelaporan laba adalah sebagai berikut :

  1. Sebagai indikator efesiensi penggunaan dana yang tertahan dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembaliannya.

  3. Sebagai dasar penentuan besarnya perencanaan pajak.

  4. Sebagai alat pengendalian sumber daya ekonomi suatu negara.

  5. Sebagai kompensasi dan pembagian bonus.

  6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.

  7. Sebagai dasar bentuk kenaikan kemakmuran.

  8. Sebagai dasar pembagian deviden.

  Pada kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dilaporkannya laba atau lebih dikenal dengan laba atau rugi adalah sebagai indikator efesiensi penggunaan dana yang digunakan sebagai dasar untuk pengukuran, penentuan, pengendalian, motivasi prestasi manajemen dan sebagai dasar kenaikan kemakmuran serta dasar pembagian deviden untuk para investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan.

2.2. Penelitian Terdahulu

  Bahannoer (2009), Pengaruh Pemberian Kredit terhadap Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah Pada Program Kemitraan dan Bina (PKBL) PT.

  Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemberian kredit usaha kecil dan menengah program kemitraan dari PT.Pertamina (Persero) Pemasaran I Medan terhadap perkembangan usaha kecil dan menengah di Kota Medan dan apakah terdapat perbedaan perkembangan UKM sebelum dan sesudah menerima kredit dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. Pengujian ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif dan metode analisis deduktif, dengan metode yang dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan merupakan salah satu perusahaan BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang menyalurkan kredit kepada usaha kecil dan menengah dan memberikan pembinaan yang bertujuan mengembangkan usaha kecil dan menengah, sehingga diambil beberapa kesimpulan bahwa mitra binaan yang telah diberikan kredit mengalami perkembangan, ini dapat dilihat dari peningkatan laba, dan berani bersaing di pasar global melalui promosi-promosi dan pameran yang digelar atau yang diadakan oleh pihak PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan.

  Lestari (2008), dengan judul Analisis Sistem dan Prosedur Pemberian Kredit Multiguna Dalam Upaya Meningkatkan Pengendalian Kredit (Studi Pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang Madiun). Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem dan prosedur pemberian kredit multiguna yang diterapkan oleh PT Bank Jatim Cabang Madiun serta untuk mengetahui apakah sistem dan prosedur pemberian kredit Multiguna tersebut telah mendukung pengendalian kredit. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan analisis dari data yang diperoleh pada PT Bank Jatim Cabang Madiun dapat diketahui bahwa sistem dan prosedur yang diterapkan sudah mencerminkan pengendalian kredit yang baik, karena para karyawan telah melaksanakan tugas dan tanggung Cabang Madiun. Pengendalian kredit pada PT Bank Jatim Cabang Madiun selain memiliki kelebihan, juga memiliki kekurangan yang dapat dilihat dari struktur organisasi bahwa masih adanya kekosongan personel pada bagian tertentu yang belum terisi, serta tidak adanya pemeriksaan mendadak (Supriser Auditor) untuk memeriksa semua yang diperoleh karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya.

2.3. Kerangka Konseptual

  Kerangka Konseptual merupakan suatu sintetis berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang menggambarkan keterkaitan antar indikator yang diteliti. Hal ini tentu merupakan tuntutan penelitian dalam memecahkan masalah penelitian dengan menggunakan bagan alur disertai penjelasan.

  Menurut Tambunan (2009:75) Usaha kecil sulit berkembang disebabkan oleh banyak hambatan antara lain keterbatasan modal kerja maupun investasi, kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku dan input lainnya. Selain itu keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang pasar dan lainnya, keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi dan kemampuan teknologi, biaya transportasi dan energi yang tinggi, keterbatasan komuniksasi, biaya tinggi akibat prosedur administrasi dan birokrasi, khususnya dalam pengurusan izin usaha, dan ketidakpastian akibat peraturan-peraturan dan kebijaksanaan- kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tidak menentu arahnya.

  Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain tertentu dengan pemberian bunga. Pemberian kredit bertujuan untuk memastikan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak. Sistem pemberian kredit dimulai dari perencanaan kredit yang disalurkan kepada debitur, persyaratan dalam pemberian kredit, langkah pengembalian kredit sampai langkah pengamanan untuk mencegah timbulnya kredit bermasalah (Kasmir, 2007:104).

  Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut : Besaran Kredit (X )

1 Perkembangan Usaha Kecil (Y)

  Peningkatan Laba

  Pemanfaatan Kredit (X )

  2 Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

  Berdasarkan perumusan masalah, maka peneliti merumuskan hipotesis bahwa: “Terdapat Pengaruh Pemberian Kredit terhadap Perkembangan

  

Usaha Kecil Sektor Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) Medan”.

Dokumen yang terkait

Analisis Sistem Pemberian Kredit Terhadap Pengembangan Usaha Kecil Di Medan Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (pkbl) PT. Perkebunan Nusantara III (persero)

0 40 89

Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Perkembangan Usaha Kecil Dan Menengah Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan ( PKBL ) Pada PT. Persero Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan

20 96 85

Pengaruh Pengalokasian Kredit Terhadap Pengembangan Usaha Kecil Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Bank Mandiri Kantor WilayaH I Medan

0 36 92

Pengaruh Pengalokasian Kredit Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) Bank X Sentra Kredit Kecil Polonia Medan

2 40 87

Pengaruh Pelatihan Terhadap Pengembangan Usaha Kecil Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Angkasa Pura II Polonia Medan

0 19 84

Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Perkembangan Usaha Kecil Dan Menengah Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) PT.PERTAMINA (PERSERO) Unit Pemasaran I Medan

5 82 63

Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Pengembangan Usaha Kecil Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Angkasa Pura II Polonia Medan

0 26 90

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Usaha Kecil - Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Warung Teh Susu Telur (Tst) Di Jalan Halat Medan

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Usaha Kecil - Pengaruh Faktor Internal, Eskternal Dan Strategi Terhadap Daya Saing Usaha Kecil Menengah Pada Pengusaha Bika Ambon Di Medan

0 1 12

I. IDENTITAS RESPONDEN - Analisis Sistem Pemberian Kredit Terhadap Pengembangan Usaha Kecil Di Medan Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (pkbl) PT. Perkebunan Nusantara III (persero)

0 0 14