Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan tidak diinginkan (KTD) didefinisikan sebagai kehamilan yang
tidak tepat waktu (mistimed pregnancy) dan kehamilan yang tidak diharapkan
sama sekali (unwanted pregnancy). Kehamilan tidak diinginkan akan mendorong
terjadinya keguguran atau pengguguran (aborsi), berat badan lahir rendah saat
kelahiran prematur dan kelahiran bayi cacat. Hal ini tentu juga memberikan
dampak meningkatnya risiko untuk kematian ibu dan anak. Kehamilan tersebut
memberikan dampak serius dan merugikan di bidang kesehatan, sosial dan
ekonomi (BKKBN, 2007).
Kehamilan tidak diinginkan merupakan salah satu masalah yang penting
dan perlu mendapat perhatian, terutama di negara berkembang, salah satunya
adalah di Desa Pekan Tanjung Beringin. Kehamilan tidak diinginkan menjadi
kasus yang sering terjadi di Desa ini dan digambarkan dengan fenomena gunung
es yaitu banyak yang mengalami kejadian kehamilan tidak diinginkan tetapi yang
terlapor dan melapor hanya sebahagiaan kecilnya. Untuk mencegah akibat dari
kejadian kehamilan tidak diinginkan yang dapat mengancam kesehatan ibu dan
bayi maka perlu menganalisis determinan faktor apakah yang menjadi penyebab
kejadian kehamilan tidak diinginkan pada pasangan menikah di Desa Pekan
Tanjung Beringin. Dari hasil data Pusksesmas Tanjung Beringin Tahun 2015

jumlah pasangan usia subur sebanyak 1805 pasangan, dari seluruh pasangan
tersebut 122 pasangan merupakan yang pernah mengalami kejadian kehamilan

1

Universitas Sumatera Utara

tidak diinginkan, terlebih dari itu masih terdapat kejadian yang sama tapi belum
diketahui.
Kasus diatas paling sering terjadi pada ibu yang usianya pada saat hamil
yaitu ≥ 35 tahun, sedangkan pada usia tersebut merupakan usia berisiko. Apabila
usia pada saat hamil terlalu tua maka organ kandungan akan menua sehingga
terjadi persalinan macet, pendarahan bahkan anak yang dilahirkan cacat,
kecacatan yang paling umum adalah down syndrom atau bisa juga cacat fisik. Ibu
juga akan sangat rentan terhadap komplikasi seperti placenta previa, pre eklamsia,
dan diabetes. Tetapi ibu tersebut tidak mengetahui bahwa kehamilan di usia
tersebut dapat mengganggu dirinya sendiri dan keselamatan bayi yang
dikandungnya.
Hal tersebut terjadi pada ibu yang beralamat di Dusun XIII yang hamil di
usia 42 tahun, pada awal mengetahui kehamilannya dia terkejut dan spontan ingin

melakukan aborsi karena dia tidak menyangka dan tidak menginginkan
kehamilannya. Akhirnya dia harus melahirkan anak dengan keadaan cacat fisik.
Bukan hanya itu, kehamilan di usia yang terlalu tua juga akan menyebabkan
pendarahan pada saat persalinan yang menurut WHO tahun 2008 pendarahan
persalinan adalah penyebab ketiga paling umum dari kematian ibu, dan
menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada bayi dan itu juga terjadi
pada ibu di Dusun X, Dusun IV, Dusun VII, dan Dusun XI. Pendarahan tersebut
bukan hanya terjadi pada ibu yang hamil di usia ≥35 tahun tetapi juga dikarenakan
ibu terlalu sering melahirkan.

2

Universitas Sumatera Utara

Kasus lainnya dikarenakan jarak kehamilan yang terlalu dekat, hal ini
terjadi pada ibu yang bertempat tinggal di Dusun II. Pada saat anaknya berusia 9
bulan, ternyata dia sudah mengandung anak ke dua dan tanpa di sadarinya
ternyata dia sudah mengandung selama 6 bulan. Hal tersebut membuat ibu
menjadi histeris dan berniat melakukan aborsi, sebab anak pertama masih kecil
dan ibu berusia 20 tahun. Kasus yang hampir sama terjadi pada ibu yang

beralamat di Dusun V, kehamilan pertamanya di usia 18 tahun, Ibu tersebut
mempunyai anak pertama berusia 7 bulan ternyata ibu sudah mengandung bayi ke
dua berusia 5 bulan dan kejadian tersebut tidak disadarinya. Usia muda yang
sebenarnya organ reproduksinya belum siap untuk berhubungan seks atau
mengandung, sehingga jika terjadi kehamilan berisiko mengalami tekanan darah
tinggi. berisiko mengalami kanker serviks karena semakin muda usia pertama kali
seseorang berhubungan seks maka semakin besar risiko daerah reproduksi
terkontaminasi virus.
Kini ibu muda harus mengurus kedua anaknya, suami dan dirinya sendiri.
Akibat tidak mempunyai waktu istirahat yang baik menyebabkan kesehatannya
terganggu. Berat badan ibu yang terus menerus menurun, ibu yang terlalu mudah
lelah. Kesamaan dari kasus ini adalah kedua ibu gagal memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya, padahal ASI tersebut sangan menyumbang dalam sistem imunitas
dan meningkatkan resistensi terhadap penyakit. Bukan hanya manfaat pada bayi
yang didapatkan tetapi pada ibu menumbuhkan jalinan kasih sayang yang mesra
antara ibu dan bayi baru lahir.Tetapi ibu lebih memilih untuk memberikan susu
formula karna bisa langsung memberikan botol dot untuk kedua anaknya dalam

3


Universitas Sumatera Utara

waktu yang bersamaan.Dampak yang terjadi pada bayi yang tidak mendapatkan
ASI Eksklusif memiliki risiko kematian karena diare 3,94 kali lebih besar
dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI Eksklusif (Kemenkes, 2014).
Dye, et al (2011) menyatakan bahwa ibu yang mengalami kehamilan tidak
diinginkan berpeluang 2,12 kali untuk tidak memberikan ASI secara Eksklusif
kepada bayinya. Pulley juga mengatakan bahwa proporsi wanita yang menyusi
lebih besar pada kehamilan diinginkan (61%) dibandingkan kehamilan tidak
diinginkan (39,1%). Hal ini dikarenakan wanita yang mengalami kehamilan tidak
diinginkan tidak senang terhadap kehamilan tidak diinginkan tersebut, wanita itu
akan merasa sangsi terhadap dirinya dan tidak akan pedulu dengan bayinya,
bahkan dapat memberikan kepada orang lain. Sebaliknya, jika ibu menghargai dan
memberikan dukungan, wanita tersebut akan lebih percaya diri dan lebih merawat
bayi yang akan dilahirkannya.
Kasus tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Edyanti yang
meneliti tentang faktor yang mendasari terjadinya komplikasi kebidanan. Hasil
dari penelitiannya adalah didapatkan risiko ibu yang kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun 5,117 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi kehamilan
dibandingkan dengan ibu berumur 20-35 tahun. Sedangkan risiko ibu yang

berjarak kehamilan kurang dari sama dengan 2 tahun 16,512 kali lebih besar
untuk mengalami komplikasi kebidanan dibandingkan ibu yang berjarak
kehamilan lebih dari 2 tahun.
Di layanan kesehatan juga mendapatkan dampak negatif karena pada
kehamilan

tidak

diinginkan

ibu

memiliki

kecenderungan

untuk

tidak


4

Universitas Sumatera Utara

memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan yang berkompeten, imunisasi
yang tidak adekuat serta perilaku menyusi yang kurang benar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ibu yang mengalami kehamilan tidak diinginkan mempunyai
peluang untuk tidak melakukan perawatan kehamilan sesuai kriteria 1,79
dibandingkan ibu yang kehamilannya diinginkan. Hasil penelitian ini tidak jauh
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini menggunakan data
SDKI 2012, ibu yang mengalami kehamilan tidak diinginkan memiliki odds untuk
tidak memeriksakan kehamilan secara lengkap 1,4 dibandingkan kehamilan yang
diinginkan.
Semua kasus kehamilan tidak diinginkan juga berkaitan dengan keadaan
ekonomi keluarga, di Desa Pekan Tanjung Beringin yang jenis pekerjaan paling
banyak adalah seorang nelayan dan ada juga tidak mempunyai pekerjaan yang
tetap. Mereka belum tentu mendapatkan ikan dan mendapatkan upah. Sedangkan
mereka harus memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Keterbatasan ekonomi
inilah yang menyebabkan kehamilan tersebut menjadi tidak diinginkan sebab
pengeluaran akan bertambah tetapi pemasukan yang menetap bahkan berkurang.

Bukan hanya berkaitan dengan ekonomi, tetapi dengan masalah Keluarga
Berencana, mereka mengakui bahwa saat itu menggunakan alat kontasepsi tetapi
tetap terjadi kehamilan, selain kegagalan KB kasus kehamilan tidak diinginkan
juga bisa dialami oleh mereka yang tidak menggunakan kontrasepsi dalam 3 bulan
terakhir padahal mereka termasuk aktif secara seksual. Berdasrkan hasil penelitian
yang dilakukan Nurcahyani tentang kehamilan tidak diinginkan dan Berat Badan
Lahir Bayi dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sedikitnya 8 juta kasus

5

Universitas Sumatera Utara

per tahunnya kehamilan tidak diinginkan itu terjadi akibat kegagalan kontrasepsi.
Proporsi ibu wanita usia 10-49 tahun yang menggunakan KB sebanyak 55,8%,
unmeet need sebanyak 14%, tidak perlu lagi sebanyak 9,3% dan lainnya 5,4%.
Jenis KB yang paling banyak digunakan adalah suntik sebanyak 32,3% sedangkan
yang tidak memakai KB ada sebanyak 44,25. Penelitian lain yang dilakukan di
Bali tahun 2008 dari sebanyak 146 responden yang pernah mengalami kehamilan
yang tidak diinginkan pada saat itu menggunakan alat kontrasepsi tetapi gagal
sebanyak 78,7% dan responden yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dan

terjadi kehamilan tidak diinginkan sebanyak 16,4%.
Kehamilan tiak diinginkan (KTD) merupakan suatu masalah pokok yang
masih menjadi sorotan dalam dunia kesehatan. Kejadian tersebut terjadi pada 38%
dari seluruh wanita yang hamil, di mana angka kehamilan diperkirakan sebesar
200 juta per tahunnya. 30% wanita yang mengalami hal tersebut menghentikan
kehamilannnya dengan sengaja, dimana 40% dengan cara tidak aman
menyumbang 50% angka kematian ibu. Ironisnya, 53% kehamilan tak diinginkan
tersebut terjadi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi, di mana
mayoritas sebesar¾terjadi pada wanita di atas usia 20 tahun berdasarkan Journal
of The American Medical Association.
The Global Council (2002)juga menyebutkan, lebih dari 1,3 milyar
perempuan di dunia usia antara 15-45 tahun mengalami kehamilan. Dari jumlah
tersebut, 300 juta diantaranya atau seperempatnya mengalami kehamilan yang
tidak diinginkan (unwanted pregnancy), dan hampir 700.000 perempuan
meninggal karena kehamilan. Lahir sebelum waktunya, memiliki nilai kognitif

6

Universitas Sumatera Utara


yang rendah, dan masalah kesehatan lainnya (Logan et al, 2007). Anak yang
dilahirkan dari kehamilan yang tidak diinginkan juga akan berisiko mengalami
BBLR, Indonesia menempati urutan ketiga sebagai negara dengan prevalensi
BBLR tertinggi (11,1%), setelah India (27,6%) dan Afrika Selatan (13,2%
(OECD, WHO, 2013). Hasil Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan prevalensi
BBLR di Indonesia sebesar 10,2% dimana angka tersebut lebih rendah daripada
hasil Riskesdas Tahun 2010 (11,1%) (BPPPK, 2013). Namun, penurunan
prevalensi tersebut menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan pada
kejadian BBLR.
Kejadian kehamilan tidak diinginkan (unwanted pregnancy) didefinisikan
sebagai kehamilan yang terjadi pada saat tidak menginginkan anak sama sekali
atau kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat itu (mistimed pregnancy),
sedangkan kehamilan digambarkan sebagai kehamilan yang diinginkan jika
kehamilan tersebut terjadi pada waktu yang tepat atau setelah berkeinginan untuk
hamil (Santelli,2003). Kehamilan tidak diinginkan seringkali menjadi alasan
seseorang untuk melakukan tindakan aborsi. World Health Organization (WHO)
memperkirakan dari 200 juta kehamilan pertahun, sekitar 38% (75 juta)
merupakan kehamilan tidak diinginkan. Prevalensi kejadian kehamilan tidak
diinginkan di Indonesia SDKI 2007 sebesar 20,1%, selanjutnya menururt SDKI
2012 didapatkan bahwa 7 persen kelahiran tidak diinginkan sama sekali. Aborsi

yang tidak aman 11% menyebabkan kematian ibu di Indonesia. Di indonesia 2,3
juta aborsi, 700ribu disebabkan kehamilan tidak diinginkan, sedangkan 600 ribu
disebabkan kegagalan KB. Penelitian menyebutkan, 89% aborsi dilakukan oleh

7

Universitas Sumatera Utara

wanita yang sudah menikah, 11% dilakukan wanita yang belum menikah menurut
Sri tahun 2012.
Berbagai konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan
bagi kesehatan ibu dan anak, bukan hanya itu konsekuensinya juga berdampak
terhadap tingkat pertambahan penduduk yang semakin meningkat yang
mempengaruhinya adalah kelahiran (fertilitas). Fertilitas adalah kemampuan
menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan wanita (fekunditas).
Untuk itu menurut Sugini Indonesia harus memiliki Grand Design Pembangunan
Kependudukan (GDPK), yang meliputi fertilitas, mortalitas, dan mobilitas
penduduk. Kondisi yang diinginkan adalah penduduk tumbuh seimbang sebagai
prasyarat tercapainya penduduk tanpa pertumbuhan, dimana tingkat fertilitas,
mortalitas semakin menurun, dan persebaran lebih merata. Total Fertility Rate

(TFR) mengalami stagnansi dari tahun 2002-2007 tetap diangka 2,6.Hal ini
menjadi masalah mengingat jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah
dan dikhawatirkan terjadinya baby booming.

Dalam hal fertilitas adalah

tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang pada tahun 2015 dan terus
berlanjut hingga tahun 2035. Untuk mencapai Kondisi Penduduk Tumbuh
Seimbang (PTS), diharapkan angka kelahiran total (TFR) 2,1 per wanita atau net
reproduction (NRR) sebesar 1 lebih muda dicapai apabila anak pada keluarga inti
jumlahnya ideal, yaitu “dua anak cukup”, dengan cara mengatur jarak kelahiran
dan jumlah anak.
Angka fertilitas yang diinginkan (Total Wanted Fertility Rate atau TWFR)
di Indonesia lebih rendah daripada TFR. Angka TWFR adalah 2,0 anak perwanita,

8

Universitas Sumatera Utara

yang berarti wanita dapat mencapai TWFR, maka TFR di Indonesia akan turun
mencapai replacement level. Sedangkan angka fertilitas yang tidak diinginkan
adalah 14% dari kelahiran hidup termasuk kehamilan saat survei. Sehingga tidak
menutup kemungkinan bahwa TFR tidak menurun dan terjadi kenaikan fertilitas
pada rentang umur 20-29 tahun dan 40-49 tahun disebabkan karena kelahiran dari
kehamilan tidak diinginkan.
Ungkapan “banyak anak banyak rejeki” semakin tidak relevan dimasa
sekarang. Terjadi perubahan paradigma mengenai nilai anak, anak tak lagi hanya
dianggap sebagai harapan dan cita-cita pernikahan tetapi juga dinilai dari nilai
ekonomis. Dengan memiliki anak orang tua tidak hanya memiliki kewajiban
untuk memberikan kasih sayang tetapi juga penghidupan yang layak seperti
jaminan untuk sehat dan memiliki pendidikan. Hal ini sangat mempengaruhi
keinginan seseorang untuk memiliki anak dan beberapa jumlah anak yang akan
dilahirkan. Kehamilan tidak diinginkan jugalah menjadi akibat dari perubahan
nilai anak tersebut.
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak setelah
China, India dan Amerika. Berdasarkan hasil sensus penduduk pada 2010
penduduk Indonesia sudah mencapai 239 juta jiwa, pada tahun 2012 menunjukkan
penduduk Indonesia berjumlah 257,5 juta (Badan Pusat Statistik), jiwa dengan
laju pertumbuhan penduduk akan semakin banyak dan terjadi ledakan penduduk
di tahun 2030 menjadi sebesar 295 juta jiwa. Penelitian yang dilakukan di
Nairobi, Kenya menunjukkan bahwa dengan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi akan mengakibatkan terjadinya urban poor area. Penduduk di daerah urban

9

Universitas Sumatera Utara

poor ini akan lebih rentan terhadap risiko perilaku seksual yang tidak
aman.Penelitian yang dilakukan di New York, Amerika Serikat mendapatkan
bahwa kejadian kehamilan tidak diinginkan lebih tinggi terjadi di daerah urban
poor karena di daerah ini tingkat kemiskinan dan pengangguran masih tinggi
sehingga meningkatkan kejadian kehamilan tidak diinginkan.Pada daerah urban
poor juga lebih sulit untuk mendapatkan akses pendidikan serta informasi
kesehatan reproduksi seperti tentang kontrasepsi dan pencegahan kehamilan tidak
diinginkan.
Kejadian kehamilan yang tidak direncanakan itu bisa dipahami sebagai
keterbatasan pengetahuan perempuan tentang kesehatan reproduksi dan terutama
terhadap perencanaan dan pencegahan kehamilan. Para ibu sebenarnya bisa
memperoleh pengetahuan tersebut di berbagai pusat pelayanan kesehatan, apalagi
sejak tahun 1983 pemerintah mengembangkan posyandu dan berikutnya bidan
desa. Menjadi persoalan, dewasa ini peran lembaga posyandu telah melemah,
salah satunya karena dianggap kepanjangan tangan pemerintah di masyarakat dan
adanya desentralisasi.
Pemerintah Dunia dan Indonesia memberi perhatian terhadap status
kesehatan ibu dan anak, sehingga informasi tentang bagaimana keinginan untuk
hamil pada ibu bermanfaat untuk berbagai tujuan, seperti memperkirakan jumlah
kehamilan tidak diinginkan dan selanjutnya untuk memperkirakan dampak status
kehamilan terhadap perilaku ibu selama kehamilan, kelahiran, kesehatan dan
perkembangan anak yang lahir dari kehamilan yang tidak diinginkan.Kehamilan
tidak diinginkan dipengaruhi beberapa faktor yaitu intrapersonal, institusi,

10

Universitas Sumatera Utara

pelayanan kesehatan (Joren, Mawn,2010) antara lain daerah tempat tinggal, usia
ibu, jumlah anak hidup, jarak kelahiran, status penggunaan alat kontrasepsi, dan
status ekonomi. Dengan masih tingginya prevalensi kehamilan tidak diinginkan
maka perlu untuk mengetahui determinan kehamilan yang tidak diinginkan
sebagai salah satu langkah untuk menurunkan risiko terjadinya kehamilan tidak
diinginkan.
1.2 Fokus Penelitian dan Perumusan Masalah
1.2.1

Fokus Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi fokus terdapat pada “Kehamilan Tidak

Dinginkan pada pasangan menikah di Desa Pekan Tanjung Beringin”.
1.2.2

Perumusan Masalah
Kehamilan tidak diinginkan di Desa Pekan Tanjung Beringin berdampak

pada

perilaku

maternal

dengan

outcome

kehamilan

dan

komplikasi

persalinan.Kehamilan juga berpengaruh secara psikologis salah satunya adalah
masalah kunjungan pemeriksaan kehamilan. Kehadiran bayi tidak diinginkan
maka perawatan kehamilan itu tidak dilakukan sedangkan perawatan itu berfungsi
untuk mendeteksi dan menangani secara dini beberapa masalah / penyakit yang
dapat mempengaruhi kehamilan, pertumbuhan janin dan bahkan dapat mencegah
komplikasi kehamilan dan persalinan yang kelak dapat mengancam kehidupan ibu
dan bayi. Kehamilan tidak diinginkan juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang dilahirkan sebab ibu tidak memberikan asupan terbaik
selama hamil dan pemberian ASI Eksklusif gagal. Kehamilan tidak diinginkan
juga akan dapat berakhir dengan tindakan aborsi terutama tindakan aborsi yang
tidak aman.

11

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan faktor

penyebab terhadap kehamilan tidak diinginkan pada pasangan menikah di Desa
Pekan Tanjung Beringin.
1.3.2

Tujuan Khusus
Menganalisis

penyebab

terjadinya

kehamilan

tidak

diinginkan,

menganalisis alasan kehamilan menjadi tidak diinginkan, menganalisis tindakan
setelah kehamilan, menganalisis dampak kehamilan tidak diinginkan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoritis dalam dunia akademik
khususnya determinan faktor yang menyebabkan kehamilan tidak diinginkan
dalam upaya promosi kesehatan sebagai pencegahan primer.

2.

Sebagai sumbangan pengetahuan dan memberikan data dan analisis sebagai
informasi mengenai determinan faktor penyebab kehamilan tidak diinginkan
di Desa Pekan Tanjung Beringin.

3.

Sebagai bahan informasi mengenai gambaran usia ibu hamil, jumlah anak,
jarak kehamilan yang aman pada ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
kehamilan di tenaga kesehatan Desa Pekan Tanjung Beringin. Sehingga
diharapkan masyarakat lebih patuh dalam menggunakan metode kontrasepsi
dalam rangka memperbaiki kualitas hidup dan pencegahan kehamilan tidak
diinginkan.

12

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pemerolehan Bahasa Melayu Anak Usia 3-4 Tahun pada Masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin : Kajian Psikolinguistik

2 68 126

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA (Studi Kasus pada Remaja di Kota Madiun)

13 123 182

Kajian Perbandingan Tingkat Kemiskinan pada Nelayan dan Petani (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai)

1 15 100

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 13

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

0 1 14

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

0 0 2

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

0 0 24

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017 Chapter III V

0 1 74

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

1 1 4

Determinan Faktor Terjadinya Kehamilan Tidak Diinginkan Pada Pasangan Menikah (Studi Kasus Di Desa Pekan Tanjung Beringin) Tahun 2017

0 0 8