Pengetahuan dan Sikap Masyarakat tentang TB Paru dan Pencegahannya di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar
variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti), kerangka konsep
akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam,
2008).
Berdasarkan tinjauan pustaka, pengetahuan berperan penting dalam
mempengaruhi sikap seseorang, yakni bila pengetahuan yang baik tentang TB
Paru akan mempengaruhi sikap yang positif terhadap pencegahan penyakit TB
Paru, kemudian sebaliknya bila pengetahuan yang tidak baik akan mempengaruhi
sikap yang negatif. Adapun kerangka penelitian dalam penelitian ini digambarkan
dalam bagan yang terdiri dari variabel pengetahuan dan sikap.
Pengetahuan Masyarakat
- Defenisi
- Etiologi
- Tanda dan Gejala
- Cara Penularan
- Diagnosis
- Pengobatan

- Pencegahan

Konsep TB Paru
dan Pencegahan

Sikap Masyarakat
- Sebagai Masyarakat
- Sebagai Penderita TB
Paru

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
Tentang TB Paru dan Pencegahannya di Wilayah Kerja Puskesmas Padang
Bulan Medan

31

Universitas Sumatera Utara

32


Berdasarkan kerangka penelitian diatas, maka variabel yang diteliti adalah
pengetahuan dan sikap masyarakat tentang konsep TB Paru dan Pencegahannya.
Pada variabel pengetahuan yang diteliti adalah pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, cara penularan, pengobatan, pencegahan penyakit TB Paru, dan untuk
variabel sikap adalah bagaimana sikap masyarakat dalam mencegah penyakit TB
Paru.
3.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
N
o.

1
.

2
.

Definisi
Opersional
Pengetahu Hasil

an
penginderaa
masyarakat n seseorang
tentang TB berupa apa
yang di lihat
Paru dan
Pencegaha dan
didengar
nnya
tentang TB
Paru dan
Pencegahan
nya
Variabel

Sikap
Masyaraka
t dalam
Pencegaha
n TB Paru


Alat Ukur

Kuesioner
dengan
daftar
pernyataan
berjumlah
13
Pernyataan
tentang
pengetahua
n TB Paru
dan
Pencegahan
nya
Respon
Kuesioner
seseorang
dengan

terhadap TB daftar
Paru dan
Pernyataan
Pencegahan yang
nya
berjumlah
10
pernyataan
yang tediri
dalam
pernyataan
positif dan
negatif

Skala
Ukur
Ordinal

Hasil Ukur
-


-

-

Ordinal

-

-

-

Baik bila
presentase skor
yang diperoleh 76100%
Cukup Bila
presentase skor
yang diperoleh 5675%
Tidak Baik

Bila presentase
skor diperoleh <
56%
Baik bila
presentase skor
yang diperoleh 76100%
Cukup Bila
presentase skor
yang diperoleh 5675%
Tidak Baik
Bila presentase
skor diperoleh <
56%

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif yaitu menjelaskan hasil identifikasi pengetahuan dan sikap masyarakat
tentang TB Paru dan pencegahannya di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan.

4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010). Populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan
Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Medan yang berjumlah 6033
jiwa.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Berdasarkan hasil survei data yang peneliti
lakukan di Puskesmas Padang Bulan dengan 6 kelurahan yang merupakan wilayah
kerja dari Puskesmas Padang Bulan Tersebut, terapat angka kejadian TB Paru
yang tinggi yaitu di kelurahan Titi Rante. Maka pada penelitian ini peneliti
memilih sampel pada kelurahan Titi Rante. Teknik pengambilan sampel
menggunakan Cluster Sampling.


33

Universitas Sumatera Utara

34

Besarnya sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:
n=

N
N.(d)2 + 1
6033

=
6033 . (0,01) + 1
= 98,37 = 98 orang
Keterangan:
n

= Besar Sampel


N

= Jumlah Populasi

d

= Nilai presisi / tingkat kesalahan yang dikehendaki (10%)

Dari rumus diatas dapat diketahui sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 98 responden. Responden diambil pada 10 Lingkungan di Kelurahan
Titi Rante Kecamatan Medan Baru Medan. Kemudian dalam pemilihan sampel,
peneliti membuat kriteria bagi sampel yang diambil. Sampel yang diambil
berdasarkan pada kriteria inklusi, yaitu karakteristik sampel yang dapat
dimasukkan atau layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Warga Kelurahan Titi Rante Kec. Medan Area yang berusia mulai dari
umur 12 tahun (remaja awal) keatas (Depkes,2009).
2. Berdomisili di Kelurahan Titi Rante Kec. Medan Area Medan.
3. Bersedia menjadi responden.
4. Mampu membaca, menulis dan berkomunikasi aktif.

Kriteria ekslusif:
1. Tidak dapat membaca, menulis dan mendengar

Universitas Sumatera Utara

35

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan yaitu di
kelurahan Titi Rante pada awal bulan Maret tahun 2017 selama 3 minggu.
4.4. Pertimbangan Etik
Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin dari program Studi Ilmu
keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Puskesmas Padang Bulan
serta mendapatkan persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Keperawatan USU. Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik, yaitu
memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan
prosedur pelaksanaan penelitian. Calon responden yang bersedia, maka
dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon
responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan
mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini
tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik risiko fisik
maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara
tidak

menuliskan

nama

responden

pada

instrument

dan

peneliti

memusnahkaninstrument penelitian setelah proses penulisan proposal penulisan
proposal selesai. Data-data yang diperoleh juga hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian.
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk
kuesioner daftar pertanyaan. Pertanyaan penelitian disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan konsep teori TB Paru, pengetahuan, dan sikap yang dipaparkan pada

Universitas Sumatera Utara

36

tinjauan pustaka. Pertanyaan penelitian disusun menjadi 3 bagian, diantaranya
data demografi, daftar pertanyaan pengetahuan, dan daftar pertanyaan sikap.
a.

Bagian pertama tentang pengumpulan data demografi responden yang
meliputi kode responen, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan
pekerjaan serta sumber informasi tentang TB Paru.

b.

Bagian kedua adalah daftar pertanyaan tentang pengetahuan tentang konsep
TB Paru dan pencegahannya yang terdiri dari 13 pertanyaan. Pertanyaan
yang dilampirkan pada kuesioner pengetahuan ini yaitu pengertian dari
nomor B1-B3, penyebab nomor B4-B5, tanda dan gejala nomor B6-B7, cara
penularan B8, pengobatan nomor B9, dan pencegahan nomor B10-B13
sehingga menggambarkan pengetahuan masyarakat tentang TB Paru. Skala
pengukuran

pengetahuan

tentang

TB

Paru

dan

Pencegahannya

menggunakan skala Guttman, skala yang bersifat tegas dan konsisten
dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pernyataan
benar-salah atau ya-tidak. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan
ganda atau dalam bentuk check list. Skor penilaianya jika jawaban
pernyataan benar maka nilainya 1, sedangkan jika jawaban pernyataan salah
maka nilainya 0 (Hidayat, 2007). Sehingga penilaian pengetahuan dilakukan
dengan

cara mambandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang

diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa
presentase. Hasil penilaian skor pengetahuan dibagi menjadi 3 penilaian,
yaitu baik, cukup dan kurang. Maka apabila skor yang diperoleh dari 0-4 (0-

Universitas Sumatera Utara

37

31%) kategori buruk, 5-8 (32%-62%) kategori cukup, dan 9-13 (63%-100%)
kategori baik.
c.

Bagian ketiga adalah daftar pertanyaan tentang sikap pencegahan TB Paru.
Penilaian menggunakan skala Likert dengan pernyataan tentang pencegahan
TB Paru, jawaban pernyataan dibuat dengan menggunakan checklist dan
diinterpretasi terhadap penilaian yaitu jika jawaban Sangat Setuju diberi
nilai 4, Setuju diberi nilai 3, Tidak setuju diberi nilai 2, Sangat Tidak Setuju
diberi nilai 1. Jumlah pernyataa yang diberikan pada kuesioner berjumlah 10
pertanyaan, dimana terbagi dalam pernyataan positif dan negatif. Untuk
pernyataan positif berjumlah 6 , yaitu nomor C1, C2, C3, C5, C8, C10.
Kemudian untuk pernyataan negatif berjumlah 4 , yaitu C4, C6, C7, C9.
Skala pengukuran sikap tentang upaya pencegahan penyakit tuberkulosis

menggunakan skala Likert. Dalam penilaian atau skor berdasarkan skala Likert
berbeda antara pernyataan positif dan negatif. Penilaian untuk pernyataan positif
sikap responden tentang upaya pencegahan penyakit tuberkulosis yaitu:
Sangat Setuju

:4

Setuju

:3

Tidak Setuju

:2

Sangat Tidak Setuju : 1
Sedangkan penilaian pernyataan negatif sikap yang menggunakan skala
Likert yaitu:
Sangat Setuju

:1

Setuju

:2

Universitas Sumatera Utara

38

Tidak Setuju

:3

Sangat Tidak Setuju : 4
Penilaian sikap pencegahan terhadap penyakit Tuberkulosis dilakukan
dengan cara membandingkan jumlah jawaban dengan skor yang diharapkan
(tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa presentase. Penilaian
skor sikap dibagi menjadi 3 kategori, yaitu baik, cukup dan kurang. Maka apabila
skor yang diperoleh dari 0-13 (0-33%) kategori buruk, 14-26 (34%-66%) kategori
cukup, dan 27-40 (67%-100%) kategori baik.

4.6. Uji Validitas-Reliabilitas
4.6.1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
dan kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002 dalam Nasir, 2014). Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen yang
valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Uji validitas yang dilakukan didalam penelitian ini yaitu uji validitas konstruksi
(Construct Validity). Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan
pendapat dari ahli (Judgement Experts), dalam hal ini setelah instrumen
dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori
tertentu maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli dan diteruskan uji coba
instrumen (Sugiyono, 2010).

Universitas Sumatera Utara

39

Uji validitas kuesioner penelitian ini dikonsultasikan kepada ahli yang
berkompeten di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Siti
Zahara Nasution, S.Kp, MNS dan Ibu Lufthiani S.Kep, Ns, M.Kes. Saran dosen
validitas penelitian yaitu membuat kalimat menjadi lebih sederhana, dan dapat
dimengerti, menambahkan beberapa kalimat dari tinjauan pustaka untuk dijadikan
pernyataan pada kuesioner penelitian untuk dijadikan perntanyaan positif dan
negatif.

Pada

pertanyaan

pengetahuan

dosen

ahli

menyarankan

untuk

menyesuaikan dengan konsep TB Paru yang dijelaskan pada tinjauan pustaka baik
dari pengertian, tanda gejala, diagnosis, penyebab, pengobatan, dan pencegahan.
Kemudian pada pertanyaan sikap dosen ahli menyarankan agar membuat
pertanyaan yang dibagi menjadi pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.
Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris
dilapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah
ditabulasikan maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis
faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total (Sugiyono, 2010). Hasil
skor jawaban dari pertanyaan yang didapat dikorelasikan dengan nilai koefisien
korelasi r product moment dengan taraf signifikansi 5% dengan jumlah sampel 30
yaitu dengan r hitung 0,361. Apabila skor setiap item pertanyaan lebih dari r
hitung maka pertanyaan dinyatakan valid (Notoatmodjo, 2012). Hasil uji validitas
konstruk dengan analisis korelasi didapatkan skor item yang berada dibawah r
hitung, yaitu pertanyaan pengetahuan nomor 7, 10, 11, 12, dan 17, maka
pertanyaan tersebut tidak valid dan dihilangkan, dan pertanyaan sikap yaitu nomor
4, 6, dan 12, maka pertanyaan tersebut tidak valid dan dihilangkan.

Universitas Sumatera Utara

40

4.6.2. Reliabilitas
Uji reliabilitas instrumen menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu
instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data
karena instrument tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Uji relibilitas bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara
konsisten objek yang akan diukur.
Uji reliabilitas pada instrumen pengetahuan telah dilakukan menggunakan
rumus Kruder Richardson-20 (KR-20) dan untuk instrumen sikap dilakukan
dengan bantuan program komputer Cronbach Alpha untuk melakukan analisa
reliabilitas datanya, dengan memberikan pertanyaan pengetahuan dan sikap pada
30 masyarakat di kelurahan Titi Rante kecamatan Medan Area. Hasil uji
reliabilitas untuk instrumen pengetahuan yaitu 0,862 dan instrumen sikap 0,705.
Parameter suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilainya 0,70-1,00 (Polit &
Hungler, 1999). Untuk uji reliabilitas instrumen pengetahuan tentang TB Paru dan
Pencegahannya dilakukan terhadap 30 masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Padang Bulan yaitu di kelurahan Titi Rante kecamatan Medan Area.
4.7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses pendekatan kepada subjek yang
diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2008). Pengumpulan data dilakukan di
Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan kelurahan Titi Rante untuk menjadi
lokasi sampel penelitian dengan prosedur sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

41

a.

Membuat surat permohonan izin penelitian dari institusi pendidikan yaitu
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU yang
ditujukan kepada Lurah kelurahan Padang Bulan Medan.

b.

Setelah mendapat persetujuan dari Lurah kelurahan Padang Bulan Medan,
peneliti

menyerahkan

surat

permohonan

tersebut

kepada

kepala

Lingkungan/Dusun yang telah ditentukan. Setelah itu peneliti melakukan
penseleksian calon responden.
c.

Peneliti mengidentifikasi responden yang memenuhi kriteria inklusi
penelitian.

d.

Meminta calon yang terpilih agar bersedia menjadi responden setelah
mengadakan pendekatan dan memberikan penjelasan tentang tujuan,
manfaat, dan prosedur penelitian serta hak dan kewajiban menjadi
responden. Responden yang bersedia selanjtnya diminta menandatangani
lembar informed consent.

e.

Memberikan kesempatan bertanya kepada responden untuk bertanya bila
ada yang belum jelas.

f.

Setelah pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti mengumpulkan
data dan mengucapkan terima kasih kepada responden.

4.8. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberpa
tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian
data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan

Universitas Sumatera Utara

42

tabulasi dan analisa data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan program komputer.
Data demografi seperti kode responden, umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase. Data
tentang pengetahuan dan sikap ditampilkan dengan menggunakan program
komputer dengan bentuk tabel frekuensi dan presentase.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai
kerekteristik responden, variabel pengetahuan dan sikap masyarakat tentang TB
Paru dan Pencegahannya di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2017, dengan jumlah responden sebanyak
98 orang masyarakat kelurahan Titi Rante Kecamatan Medan Area. Data hasil
penelitian dipaparkan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase.
5.1.1.

Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan presentase data karakteristik masyarakat
kelurahan Titi Rante Kecamatan Medan Area Medan (n=98)
Karakteristik
Umur (Depkes, 2009)
12-16 (Remaja Awal)
17-25 (Remaja Akhir)
26-35 (Dewasa Awal)
36-45 (Dewasa Akhir)
46-55 (Lansia Awal)
56-65 (Lansia Akhir)
>65 (Manula)
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Pendidikan Terakhir
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi

f

%

6
58
10
8
10
4
2

6,1
59,2
10,2
8,2
10,2
4,1
2,0

51
47

52,0
48,0

6
12
50
30

6,1
12,2
51,0
30,7

43

Universitas Sumatera Utara

44

Pekerjaan
Tidak bekerja
Petani/Pedagang/Buruh
Swasta
PNS/TNI/Polri
Pensiunan
Lainnya : Pengacara
Penjahit
Sumer Informasi Tentang TB Paru
Petugas Kesehatan
Media Elektronik (Televisi, Radio,
Internet)
Media Cetak (Koran, Majalah, leaflet,
Poster)
Total

62
8
19
5
2
1
1

63,3
8,2
19,4
5,1
2,1
1,0
1,0

18
60

18,4
61,2

20

20,4

98

100,0

Deskripsi karakteristik responden yang dipaparkan mencakup usia yang
dikelompokkan berdasarkan kategori usia Departemen Kesehatan tahun 2009,
jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan sumber informasi tentang TB
Paru. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa masyarakat yang menjadi
responden di kelurahan Titi Rante berumur 13 tahun sampai 76 tahun dengan
berumur 21 tahun (10,2 %). Masyarakat kelurahan Titi Rante sebagian besar
berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 51 orang (52 %), dan yang berjenis
kelamin laki-laki berjumlah 47 orang (48 %). Pendidikan terakhir responden yang
paling banyak yaitu SMA yang berjumlah 50 orang (51 %). Kebanyakan
responden tidak bekerja (63,3%), dimana paling banyak responden yang tidak
bekerja. Kemudian mereka mendapatkan informasi tentang TB Paru paling sering
dari media elektronik berjumlah 60 orang (61 %), kemudian media cetak 20 orang
(20,4%), dan mendapatkan informasi dari petugas kesehatan berjumlah 18
(18,4%) orang.

Universitas Sumatera Utara

45

5.1.2. Gambaran pengetahuan masyarakat tentang TB Paru dan
Pencegahannya kelurahan Titi Rante di wilayah kerja
puskesmas Padang Bulan Medan
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan presentase pengetahuan masyarakat
tentang TB Paru dan Pencegahnnya di wilayah kerja puskesmas Padang
Bulan Medan
Pengetahuan
tentang
f
%
Tb
Paru
dan
Pencegahannya
Pengetahuan Baik
90
91,8
Pengetahuan Cukup
8
8,2
Total
98
100,0
Distribusi Frekuensi dan presentase pengetahuan masyarakat tentang TB
Paru di kelurahan Titi Rante dalam tabel tersebut diatas menjelaskan responden
mayoritas memiliki kategori baik sebanyak 90 (91,8%) orang, kemudian kategori
cukup sebanyak 8 (8,2%) orang.

5.1.3. Gambaran sikap masyarakat tentang Pencegahan TB Paru di
wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan presentase sikap masyarakat tentang
pencegahan TB Paru di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan
Sikap Pencegahan
f
%
Tentang TB Paru
Sikap kategori Baik
94
95,9
Sikap kategori Cukup
4
4,1
Total
98
100,0
Distribusi frekuensi dan presentase sikap masyarakat tentang pencegahan
TB Paru di wilayah kerja puskesmas Padang Bulan Medan yaitu kategori cukup 4
(4,1%) orang dan kaegori baik 94 (95,9%) orang.

Universitas Sumatera Utara

46

5.2. Pembahasan
5.2.1.

Pengetahuan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja puskesmas Padang
Bulan Medan yaitu di kelurahan Titi Rante terhadap 98 responden yaitu
didapatkan data bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan baik (91,8%).
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah wawasan atau pemahaman yang dimiliki
responden tentang TB Paru dan pencegahannya yang mencakup pengertian,
penyebab, tanda gejala, cara penularan, diagnosis, pengobatan dan pencegahan.
Sehingga hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa responden memiliki
pengetahuan yang baik dengan jumlah responden sebanyak 85 orang.
Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil
dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu
objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan diperlukan sebagai
dukungan dalam menimbulkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap
hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan dominan yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Penelitian tentang pengetahuan tuberkulosis juga telah dilakukan oleh Astuti
(2013) dengan judul tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC dan
upaya pencegahannya di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara tahun 2013,
didapatkan nilai presentase yang berpengetahuan baik sebanyak 71,1%.

Universitas Sumatera Utara

47

Masyarakat kelurahan Titi Rante yang mayoritas memiliki pengetahuan
yang baik tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Budiman (2013) bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan,
informasi/media massa, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman serta
usia. Maka pada penelitian ini juga mengumpulkan data demografi yaitu usia dan
pendidikan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat
kelurhan Titi Rante tersebut.
Pada penelitian Astuti (2013) juga melaporkan bahwa responden mayoritas
berusia 30 tahun, berpendidikan SMA, dan mayoritas pekerjaan sebagai karyawan
wiraswasta. Penelitian Astuti juga menjelaskan bahwa hasil penelitian yang
didapatkan dapat dipengaruhi oleh faktor seperti sumber informasi, pengalaman
responden, pendidikan, penyuluhan dari Puskesmas dan dari kerabat terdekat yang
memberitahukan tentang penyakit TBC dan pencegahannya.
Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan data demografi yang
didapatkan bahwa sebagian besar pendidikan responden yaitu SMA sebanyak 50
(51%) orang. Pada hasil penelitian Hamidi (2011) didapatkan juga data demografi
bahwa pendidikan terbanyak responden yaitu SMA 48,2%. Notoatmodjo (2012)
mengatakan pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah seseorang tersebut menerima informasi.
Dengan memiliki pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
mendapatkan informasi baik dari media masa, dari orang lain maupun penyuluhan

Universitas Sumatera Utara

48

kesehatan dari puskesmas. Semakin banyak informasi yang diperoleh maka
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan
seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif
dan negatif. Kedua aspek inilah yang nantinya akan mempengaruhi sikap
seseorang terhadap obyek tersebut.
Karakteristik demografi yang dapat dilihat selanjutnya untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu usia yang dapat
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Hasil penelitian ini
didapatkan jumlah usia responden paling banyak berada pada kategori usia 17-25
tahun yang merupakan kategori remaja akhir berjumlah 50 orang (59,2%).
Berbeda dengan penelitian Nasir (2014) yang mendapatkan data demografi usia
paling banyak yaitu 36-40 tahun yang merupakan dewasa akhir.
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa usia merupakan suatu variabel yang
selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitan epidemiologi yang merupakan
salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Usia adalah lamanya waktu
hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang
tahun yang terakhir. Semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikir sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik.
Hanafiah (2010) mengatakan bahwa pada masa dewasa merupakan usia
produktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa keterasingan sosial,
masa penyesuaian dengan cara hidup baru, masa kreatif. Pada masa dewasa
ditandai dengan perubahan jasmani dan mental. Kemahiran keterampilan dan

Universitas Sumatera Utara

49

profesional yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesenian. Menurut Notoatmodjo (2007), usia remaja atau dewasa
memiliki daya tangkap dan pola pikir yang sedang berkembang serta individu
lebih berperan aktif dalam mencari pengetahuan sehingga pada usia ini memiliki
waktu untuk belajar, berlatih, dan membaca.
Nasir (2014) menjelaskan bahwa pengetahuan juga sangat dipengeruhi oleh
informasi yang didapatkan dari tim kesehatan dan media-media informasi serta
faktor yang sangat mempengaruhi adalah lingkungan. Sumber informasi yang
diperoleh masyarakat tentang penyakit TB Paru juga dapat mempengaruhi
pengetahuan. Informasi yang diperoleh dari pendidikan dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan sehingga berpengaruh terhadap sikap dan tindakan.
Pada penelitian ini diperoleh data tentang sumber informasi masyarakat
tentang TB Paru yaitu paling banyak dari media elektronik (televisi, radio,
internet) sebanyak 61,2 %. Majunya teknologi akan tersedia berbagai macammacam media masa yang dapat mempengaruhi pendangan masyarakat tentang
inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.

Universitas Sumatera Utara

50

Hasil penelitian ini juga didapatkan data bahwa tidak ada responden yang
memiliki pengetahuan kurang (0%). Responden yang memperoleh informasi baik
dari media masa maupun penyuluhan kesehatan dari puskesmas, terutama tentang
penyakit TB Paru dan pencegahannya sehingga menambah pengetahuan mereka
tentang konsep penyakit TB Paru dan pencegahannya yang mencakup pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, cara penularan, diagnosis, pengobatan dan
pencegahannya. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Astuti
(2013) bahwa terdapat 1,7 % responden yang memiliki pengetahuan kurang
tentang penyakit TBC dan pencegahannya seperti pengertian, komplikasi, faktor
risiko, dan beberapa pencegahan. Penelitian tersebut juga melaporkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan kurang dikarenakan kurang mendapatkan
informasi tentang penyakit tuberkulosis dari media massa maupun dari Puskesmas
karena responden jarang mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan di Puskesmas.
Berdasarkan pembahasan diatas maka masyarakat Kelurahan Titi Rante
Kecamatan Medan Area yang menjadi responden memiliki pengetahuan baik
dengan presentase (86,7%) berjumlah 85 orang. Masyarakat Kelurahahn Titi
Rante yang memiliki pengetahuan baik dan perlu perhatian serius oleh tim
kesehatan dari puskesmas Padang Bulan Medan untuk tetap mempertahankan
taraf pengetahuan masyarakat tentang TB Paru melalui program-program
kesehatan dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat agar berpartisipasi
dalam program–program yang akan dilaksanakan tersebut, sehingga masyarakat
tidak hanya mengetahui tetapi juga mendapat gambaran dari pengetahuan mereka
tersebut.

Universitas Sumatera Utara

51

5.2.2.

Sikap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden diwilayah
kerja puskesmas Padang Bulan Medan yaitu di kelurahan Titi Rante tentang sikap
masyarakat tentang pencegahan TB Paru yaitu responden yang memiliki sikap
kategori baik (95,9%). Sikap responden dalam penelitian ini berarti memiliki
sikap yang positif dan menerima yang terdiri dari pencegahan yang dilakukan
sebagai masyarakat dan pencegahan yang dilakukan sebagai penderita penyakit
TB Paru terhadap pencegahan penyakit TB Paru. Sehingga pada penelitian ini
masyarakat kelurahan Titi Rante memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan
penyakit TB Paru. Azwar (2013) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap pemtig,
pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama dan
pengaruh faktor emosional. Maka pada penelitian ini juga mengumpulkan data
demografi yaitu usia, pekerjaan, pendidikan, dan sumber informasi yang diperoleh
tentang TB Paru untuk mengetahui kaitannya dengan faktor yang mempengaruhi
sikap responden terhadap pencegahan penyakit TB Paru
Berkowitz (1972) dalam Azwar (2013) berpendapat bahwa setiap orang
yang mempunyai perasaan positif terhadap suatu objek psikologis dikatakan
menyukai objek tersebut atau mempunyai sikap favourable terhadap objek itu,
sedangkan individu yang mempunyai perasaan negatif terhadap suatu objek
psikologis dikatakan mempunyai sikap yang unfavourable terhadap objek sikap
tersebut. Sikap responden dalam penelitian ini adalah bagaimana responden
bersikap terhadap pencegahan TB Paru, baik mendukung, cukup atau tidak baik.

Universitas Sumatera Utara

52

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Proses pembentukan sikap dapat
terjadi

karena adanya rangsangan, seperti pengetahuan masyarakat tentang

penyakit TB Paru dan pencegahannya. Rangsangan tersebut menstimulus diri
masyarakat untuk memberi respon, dapat berupa sikap positif atau sikap negatif
(Notoatmodjo, 2007). Pada hasil penelitian Astuti (2013) yang mengungkapkan
bahwa sebagian besar responden juga memiliki sikap positif tentang upaya
pencegahan penyakit tuberkulosis di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara tahun
2013 sebanyak 55%.
Data

demografi

yang

diperoleh

untuk

mengetahui

faktor

yang

mempengaruhi sikap masyarakat klurahan Titi Rante yaitu pendidikan, dengan
data yang diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan SMA
(51%). Menurut Notoatmodjo (2012), pendidikan merupakan sarana untuk
mengembangkan kemampuan dan kepribadian masyarakat juga didalam
pendidikan

masyarakat

dapat

memperoleh

informasi

sebagai

landasan

pengetahuan untuk mendukung masyarakat dalam bersikap.
Sikap yang baik dalam penelitian ini terdiri dari pencegahan yang dilakukan
oleh msayarakat dan pencegahan yang dilakukan oleh penderita. Pada hasil
penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nasir (2014) juga menunjukkan
bahwa sikap pasien TB Paru tentang pencegahan di wilayah kerja Puskesmas
Langsa lama yang termasuk dalam kategori positif, yaitu sebanyak 20 orang
(60,6%), dengan hasil data karakteristik responden yang mayoritas tidak memiliki
pendidikan/tidak sekolah sebanyak 48,5%.

Universitas Sumatera Utara

53

Selanjutnya dari data demografi yang didapatkan bahwa responden paling
banyak berada pada rentang usia 17-25 tahun yang berjumlah 58 (59,2%)
responden. Menurut Hurrock (2008), mengatakan bahwa berkembangnya sikap
dan perilaku seseorang berjalan dengan umur. Menurut Depkes RI (2008) umur
merupakan salah satu variabel dari model demografi yang digunakan sebagai
ukuran mutlak atau indikator psikologis yang berbeda. Umur ini juga berkaitan
dengan kematangan akal dalam menerima, mengahayati, dan mensikapi. Seiring
bertambahnya umur seseorang, maka kematangan akal juga semakin tumbuh
dengan kuat, sehingga menumbuhka sikap yang semakin baik pada diri seseorang
(Muliadi, 2008).
Hasil penelitian diperoleh data dari status pekerjaan didapatkan bahwa
responden paling banyak tidak bekerja (63,3%). Dalam hal ini bahwa paling
banyak responden masih berpendidikan sebagai mahasiswa (30,6%). Lingkungan
juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses menerima
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Lingkungan pendidikan dimana mahasiswa memperoleh ilmu pengetahuan akan
lebih mudah dalam mendapatkan berbagai informasi kesehatan tertama tentang
bagaimana pencegahan penyakit TB Paru. Maka dari pembahasan faktor yang
mempengaruhi sikap masyarakat tersebut masyarakat memiliki sikap yang baik
dalam pencegahan penyakit TB Paru baik bersikap sebagai masyarakat maupun
sebagai penderita, sehingga masyarakat mampu menjawab pertanyaan sikap yang
diberikan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

54

Hasil penelitian ini juga didapatkan data bahwa tidak terdapat sikap
responden kategori kurang (0%). Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Fibriana (2011) yang berjudul Hubungan antara sikap dan
perilaku keluarga tentang pencegahan penyakit menular Tuberkulosis, bahwa
terdapat responden yang memiliki sikap negatif (54,5%) tentang pencegahan
penyakit menular tuberkulosis. Fibriana melaporkan bahwa hal tersebut
diseababkan oleh ebebrapa faktor yaitu pengalaman pribadi, faktor emosional,
faktor dukungan keluarga, dan usia, dimana sebagian responden dalam penelitian
tersebut berusia