Penambahan Berbagai Sumber Beta Karoten Alami Dalam Pakan Terhadap Peningkatan Kecerahan Warna Ikan Koi (Cyprinus Carpio)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Ikan Koi
Ikan koi termasuk keluarga Cyprinidae, masih sekerabat dengan ikan mas
(Cyprinus carpio) dan ikan maskoki (Cyprinus auratus). Hal ini bisa dibuktikan
dari sosoknya yang memang mirip yaitu pipih. Hanya saja, penampilan koi lebih
cantik karena ditunjang oleh beragam warna yang sangat menawan. Warna
tubuhnya sendiri sangat variatif mulai dari hitam, putih, merah, kuning, silver
hingga keemasan (Redaksi Penebar Swadaya, 2008).
Ikan ini terletak dalam sistem taksonomi ilmiah. Sebagaimana diakses
pada http://www.wikipedia.com dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas


: Actinopterygii

Ordo

: Cypriniformes

Subordo

: Cyprinoidea

Famili

: Cyprinidae

Subfamili

: Cyprininae

Genus


: Cyprinus

Spesies

: Cyprinus carpio
Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 316

Masehi. Ikan koi dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita
ketahui saat ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di
pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi. Pemuliaan yang dilakukan bertahun-

Universitas Sumatera Utara

tahun menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar penilaian ikan koi.
Nishikigoi adalah nama Jepang untuk ikan koi (Alex, 2009).
Sejak dihasilkannya varietas pertama berwarna merah dan biru cerah,
hingga kini telah tercipta puluhan varietas ikan koi yang cantik dan memikat.
Jenis yang paling banyak dikenal antara lain kohaku, showa sanke, taisho sanke,
asagi, beko, shusui, ogon, tancho dan kinginrin. Ikan koi paling tepat dipajang di
kolam taman sehingga dapat dinikmati keelokan seluruh tubuhnya. Jika dalam

akuarium, hanya tubuh bagian samping saja yang dapat dinikmati, padahal
kecantikan ikan koi justru pada bagian atas tubuhnya (Daelami, 2000).
Ikan koi mempunyai badan yang berbentuk torpedo dengan alat gerak
berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi ikan koi adalah sebuah
sirip punggung (dorsal fin), sebuah sirip anus (anal fin), sebuah sirip ekor (caudal
fin), sepasang sirip dada (pectoral fin) dan sepasang sirip perut (ventral fin). Siripsirip tersebut sangat penting bagi ikan koi untuk berpindah tempat (Prasetya, dkk.,
2013). Selain itu, menurut Susanto (2000), dari pertengahan kepala hingga batang
ekor terdapat gurat sisi (linear lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran
suara.
Tubuh ikan koi tertutup selaput yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan
pertama terletak di luar dikenal sebagai lapisan epidermis, sedang lapisan dalam
disebut endodermis. Epidermis terdiri dari sel-sel getah yang menghasilkan lendir
(mucus) pada permukaan badan ikan. Lapisan endodermis tediri dari serat-serat
yang penuh dengan sel. Pangkal sisik dan urat-urat darah terdapat pada lapisan ini,
juga sel warna (Susanto, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pada pola warna, sisik dan lain-lain, ikan koi terbagi menjadi
beberapa jenis. Trubus No. 508 (2012), menyatakan beberapa jenis ikan koi

adalah sebagai berikut:
1.

Kohaku

7.

Doitsu

13. Gin rin

2.

Sanke

8.

Showa

14. Hikarimuji mono


3.

Koromo

9.

Hikari Utsuri

15. Usturi

4.

Kawarimono

10. Chagoi

16. Tancho

5.


Kage

11. Hikarimoyo

17. Bekko

6.

Asagi

12. Goshiki

Ikan koi banyak sekali jenisnya tergantung warna dan coraknya selain itu
juga terdiri dari berbagai kualitas. Untuk ikan koi yang mempunyai penampilan
sempurna masuk dalam kualitas A, berikutnya kualitas B, C dan yang paling
rendah masuk kelas kropyokan. Tingkatan kualitas ikan koi dapat dilihat dalam
Tabel 1. Harganya juga tergantung kualitas, ikan koi yang masuk kualitas A
biasanya sangat mahal bahkan mencapai puluhan juta (Effendy, 1993).
Tabel 1. Tingkatan Kualitas Ikan Koi

Tingkatan
Kualitas
1.
A
2.
B
3.
C
4.
Kropyokan
Sumber : Effendy, 1993
No.

Keterangan
Pola warna sangat tajam, kontras, bentuk tubuh bagus
Pola warna tajam dan kontras, bentuk tubuh bagus
Pola warna kurang tajam dan kurang kontras
Pola warna jelek

Kohaku merupakan jenis ikan koi yang paling banyak diinginkan. Kohaku

yang berkualitas bisa sangat berharga dan tampak menonjol dalam kolam.
Varietas ini memiliki dua warna dan termasuk dalam jenis ikan koi nonmetalik.
Ikan koi ini mempunyai warna dasar putih dengan bercak merah (Hi) di bagian

Universitas Sumatera Utara

punggung. Spesimen kohaku yang baik mempunyai pola tertentu, yaitu tepian
yang jelas dan warna dasar putih bersih tanpa cela yang sering disebut putih
“salju”. Perbedaan warna merah dan putih inilah yang membuat kohaku begitu
berharga. Kohaku dapat dilihat pada Gambar 2 (Twigg, 2013).

Gambar 2. Ikan Koi Jenis Kohaku
Ikan koi hidup di perairan air tawar di daerah beriklim sedang. Koi dapat
hidup pada suhu air 8-30o C sehingga bisa dipelihara di daerah dataran tinggi atau
rendah (150-600 m dpl). Namun demikian, idealnya koi hidup di perairan dengan
suhu 25-30o C. Koi termasuk ikan yang tidak tahan goncangan perubahan suhu
drastis. Penurunan 5o C dalam tempo singkat dapat menyebabkan ikan stress,
bahkan berujung pada kematian. Pada suhu rendah 7o C, koi akan bergerak
dengan lambat dan cenderung berada di dasar air. Meskipun termasuk hewan air
tawar, tetapi koi masih bisa bertahan di perairan payau dengan kadar garam 20-30

ppm. Ukuran kualitas air pada budidaya ikan koi dapat dilihat pada Tabel 2
(Redaksi Penebar Swadaya, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Ukuran Ideal Kualitas Air Bagi Ikan Koi
No
Parameter
Ukuran
1.
Klorin
< 0,05 ppm
2.
Oksigen Terlarut
> 5 ppm
3.
Amonia
< 0,1 ppm
4.
Nitrit

< 0,2 ppm
5.
Nitrat
< 50 ppm
6.
pH
6,5-9
7.
Alkalinitas
50-170 ppm
8.
Kekerasan
75-150 ppm
9.
Salinitas
0,1-0,3%
10.
Fosfat
Munculnya alga
11.

Tembaga
< 0,1 ppm
Sumber : Redaksi Penebar Swadaya, 2008

Makanan dan Kebiasaan Makan
Pakan atau makanan merupakan unsur penting dalam budidaya ikan. Ada
dua jenis pakan berdasarkan pembuatannya, yaitu pakan alami dan buatan. Pakan
alami adalah organisme hidup, baik hewan maupun tumbuhan yang dapat
dikonsumsi oleh ikan. Sedangkan, pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan
formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatannya, yang didasarkan
pada kebutuhan nutrien ikan, kualitas bahan baku dan nilai ekonomisnya
(Liviawaty dan Eddy, 1990).
Pakan alami mempunyai beberapa keuntungan karena nilai gizinya baik
terutama kandungan proteinnya tinggi, mudah dimangsa dan dicerna karena pakan
alami ini bergerak aktif, ukurannya relatif kecil serta elastis, mudah dikulturkan
dan murah harganya. Meskipun telah diberi pakan alami, benih ikan juga perlu
diberi pakan tambahan agar dapat dicapai pertumbuhan dan proses kelangsungan
hidup yang sebaik mungkin. Untuk memperoleh derajat efisiensi pakan lebih

Universitas Sumatera Utara

tinggi, bentuk dan sifat pakan buatan harus disesuaikan dengan cara dan kebiasaan
makan dari masing-masing jenis ikan serta ukuran ikan (Daelami, 2000).
Keseimbangan pakan salah satunya dilihat dari kandungan nutrisinya yang
terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin. Protein sangat
berguna untuk membentuk jaringan tubuh. Lemak merupakan sumber energi
utama dan membentuk membran. Karbohidrat merupakan sumber energi siap
pakai yang harus segera dimanfaatkan. Mineral membantu proses metabolisme
tubuh, termasuk ikut berperan dalam pembentukan struktur tulang, osmoregulasi,
membangun saraf dan membantu peredaran darah. Vitamin merupakan unsur
esensial untuk metabolisme dan pertumbuhan secara normal (Redaksi Penebar
Swadaya, 2008).
Pakan yang baik adalah memiliki komposisi zat gizi lengkap. Zat makanan
terpenting yang diperlukan ikan untuk pertumbuhan adalah zat protein.
Pertumbuhan ikan akan dapat dipercepat dengan pemberian pakan yang
mengandung protein tinggi (30 – 40 %) karena protein merupakan bagian terbesar
dari daging ikan. Zat protein digunakan hewan untuk pemeliharaan tubuh,
pembentukan jaringan tubuh, penambahan protein tubuh dan pengganti jaringan
yang rusak (Cahyono, 2000).
Agar ikan hias tetap sehat, nutrisi dalam pakannya harus cukup dan
lengkap. Bila pakan utamanya berupa pakan buatan, sesekali bisa diberi pakan
hidup. Bila ikan yang dipelihara merupakan jenis karnivora, usahakan pakan
hidup yang diberikan bervariasi. Hal ini untuk menghindari ikan kekurangan gizi
karena tiap jenis pakan memiliki kandungan nutrisi yang berbeda-beda. Selain itu,
agar ikan tidak mengalami kebosanan (Lesmana, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Pelet tersedia dalam berbagai ukuran untuk menyesuaikan dengan ukuran
mulut ikan. Pakan buatan ikan koi mengandung berbagai macam bahan mentah
yang dicampur untuk menghasilkan makanan seimbang. Pelet harus mengandung
kualitas dan kuantitas yang tepat dalam berbagai kandungan gizi yakni protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Twigg, 2013).
Selain itu, tips memberi makan ikan koi adalah lebih baik memberi makan
dalam jumlah sedikit tetapi dalam frekuensi yang sering dibandingkan memberi
makanan dalam jumlah banyak dalam frekuensi yang sedikit. Frekuensi
pemberian pakan dapat dilihat dalam Tabel 3. Karena ikan koi jika perutnya sudah
penuh, makanan akan langsung dikeluarkan sebagai kotoran. Karena itu yang
perlu dipertimbangkan agar jangan sampai overfeeding (Alex, 2009).
Ikan tidak dapat membuat sendiri pigmen warna oleh karenanya harus
disuplai dari makanan yang dimakan. Karena itu, jika ikan diberi makan yang
tidak mengandung pigmen warna yang dibutuhkan, maka ikan tersebut akan
kehilangan warnanya (Khairyah, dkk., 2010). Bila ikan memiliki bakat warna
yang bagus, pemberian pakan tepat dan sesuai mampu memaksimalkan warna.
Pakan ikan koi idealnya memenuhi unsur yang dapat meningkatkan daya
tahan tubuh, melancarkan pencernaan, mencerahkan warna dan memacu
pertumbuhan (Wisnu, 2012).
Pakan buatan bagi ikan hias memiliki banyak jenis dan merk dagang.
Salah satu diantaranya adalah jenis Takari. Takari merupakan resep istimewa
yang mengandung nilai nutrisi cukup untuk pertumbuhan yang sehat bagi ikan.
Komposisi Takari meliputi tepung ikan, tepung udang, tepung kedelai, vitamin,
mineral, pencerah warna, anti oksidan dan lainnya. Adapun kandungan nutrisi

Universitas Sumatera Utara

Takari ialah protein 30%, Lemak 3%, Serat 4%, Abu 12%, Kadar Air 12%,
Vitamin A, D3, E, B1, B6, B12, Niacin, Biotin, Panthotenic, Choline dan lainnya
(PT.Central Proteinaprima Tbk, 2014).
Tabel 3. Frekuensi Pemberian Pakan dan Tipe Pakan Ikan Koi
Temperatur
Air (oC)

Frekuensi
Pemberian Pakan

Tipe Pakan

< 10

Jangan memberi
makan ikan koi

Suhu pada 10 oC lebih dari satu bulan
mungkin memerlukan pakan tambahan
protein rendah dan karbohidrat tinggi.
Untuk ikan koi yang hidup di daerah
bermusim dingin.

10-13

2-3 kali seminggu
atau jika ikan koi
lapar

Karbohidrat tinggi, rendah protein.

15

4-5 kali seminggu
atau jika ikan koi
lapar

Protein rendah (25%) pakan pelet,
karbohidrat tinggi, sayuran dan buah.

15-18

Sekali dalam satu
hari

Kadar dan jumlah protein ditingkatkan
menjadi (35%), sayuran dan buah.

18-22

Satu atau dua kali
sehari

35% protein pelet, tambahkan buah,
sayuran dan plankton sebagai variasi.

22-26

3-4 kali
sehari

Pelet dengan protein tinggi (35%40%), color enhancers. Tambahkan
plankton, sayuran dan buah-buahan.

dalam

Sumber : Alex, 2009
Sebagai hewan omnivora, ikan koi memakan segala seperti manusia. Di
dalam air ikan koi mampu mengenali pakannya dan bahkan mengaduk-aduk dasar
kolam atau pematang kolam untuk mencari makanan. Karena koi mempunyai
organ penciuman yang sangat tajam berupa dua pasang sungut yang terletak
dipinggir mulut (Susanto, 2002).
Menurut Effendy (1993), salah satu faktor yang menunjang keberhasilan
pemeliharaan ikan adalah penyediaan makanan secara cukup dan kontinu,

Universitas Sumatera Utara

terutama makanan yang dapat diberikan untuk berbagai tingkatan umur serta
ukuran ikan.

Warna pada Ikan
Zat warna menurut asalnya terdiri dari zat warna alami dan zat warna
sintetik. Zat warna alami (pigmen) adalah zat warna yang secara alami terdapat
dalam tanaman maupun hewan. Zat warna alami dapat dikelompokkan sebagai
warna hijau, kuning dan merah (Winarti, dkk., 2008).
Pewarnaan pada ikan pada dasarnya berhubungan dengan pigmen pada
kulit. Ada dua macam sel khusus yang memberikan warna terhadap ikan,
kromatofor dan iridosit. Kromatofor terletak pada dermis kulit yaitu sisi luar dan
diantara sisik serta mengandung butiran pigmen sebagai sumber warna
sebenarnya. Kromatofor ini dapat bergerak dalam sitoplasma atau menumpuk
pada permukaan kulit. Iridosit dapat disebut sebagai sel cermin, karena
mengandung materi pemantul yang memantulkan warna dari luar tubuh ikan
(Yahyadi, dkk., 2004).
Warna merupakan salah satu alasan ikan hias diminati oleh masyarakat,
sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan cara
memberi pakan yang mengandung pigmen warna. Warna pada ikan disebabkan
adanya sel kromatofor yang terdapat pada kulit bagian dermis. Sel ini
diklasifikasikan menjadi lima kategori warna dasar, yaitu eritrifora menghasilkan
warna merah dan oranye, xanthofora menghasilkan warna kuning, melanofora
menghasilkan warna hitam, leukofora menghasilkan warna putih dan iridofora
yang dapat memantulkan refleksi cahaya (Sholichin, dkk., 2012).

Universitas Sumatera Utara

Berbagai warna-warni indah pada ikan pada dasarnya dihasilkan oleh selsel pigmen yang terletak pada kulit ikan. Mekanisme pergerakan butiran pigmen
pada ikan dikendalikan oleh hormon-hormon tertentu sebagai akibat reaksi
terhadap kondisi lingkungan ikan yang bersangkutan. Oleh karena itu, ikan bisa
tampak berbeda pada kondisi lingkungan berbeda. Pola warna dasar ikan
sepenuhnya ditentukan oleh faktor genetik ikan bersangkutan. Tampilan warna
ikan selain ditentukan oleh jumlah dan konsentrasi sel-sel warna, juga ditentukan
oleh kedalaman letak sel tersebut dalam lapisan kulit (Khairyah, dkk., 2010).
Bahan aktif tertentu yang ditambahkan pada makanan dapat membuat
warna ikan koi lebih cemerlang. Ikan koi yang dipelihara atau diternakkan pada
kolam lumpur yang banyak mengandung ganggang menunjukkan warna dan
kualitas kulit yang baik. Ganggang mengandung zat khusus disebut karoten,
mampu membantu membuat warna lebih cemerlang serta banyak makanan ikan
koi mengandung ganggang seperti spirulina untuk memperkuat warna ikan
(Twigg, 2013).
Komponen utama pembentuk warna merah dan kuning pada ikan hias
adalah senyawa karotenoid. Hewan akuatik tidak dapat mensintesis karotenoid
dalam tubuhnya dan oleh karena itu harus mendapatkan pigmen ini dari pakan
(Maulid, 2011).

Astaxanthin
Karotenoid dalam bentuk anorganik yang biasa digunakan pada
pembuatan pakan ikan adalah astaxanthin. Astaxanthin merupakan salah satu
senyawa dari kelompok pigmen karotenoid yang dapat digunakan sebagai

Universitas Sumatera Utara

suplemen pakan untuk peningkatan warna ikan hias. Ada dua kelompok karoten
yaitu bersifat nutrien aktif seperti alpa, beta dan gamma karoten serta non nutrien
aktif seperti astaxanthin dan kataxanthin (Subamia, dkk., 2010).
Menurut Gupta dan Jha (2006), astaxanthin merupakan pigmen alami dan
dikenal sebagai karotenoid yang memiliki warna merah. Secara alami terdapat
pada tanaman serta beberapa organisme fotosintesis seperti alga dan beberapa tipe
dari jamur, bakteri, pada kulit, cangkang dan kerangka luar hewan air seperti
moluska, krustase dan ikan. Namun, jenis karotenoid yang paling efektif dan
dominan untuk pewarnaan pada ikan adalah karotenoid dari kelas xantofil jenis
astaxanthin.
Astaxanthin adalah pigmen karotenoid golongan xantofil yang dikenal
sebagai antioksidan biologis yang baik. Astaxanthin bisa ditemukan pada
mikroalga yang hidup di perairan seluruh dunia serta pada hewan laut seperti
salmon segar, udang dan lobster. Astaxanthin digunakan sebagai sumber
pigmentasi yang memberikan warna merah muda pada organisme-organisme
tersebut (Fretes, dkk., 2012).
Menurut Abdullah (2012), kulit udang, lobster dan kepiting mengandung
astaxanthin. Senyawa itu mampu meningkatkan kecerahan warna pada berbagai
produk seperti kulit ikan. Sedangkan menurut Amin, dkk (2012), astaxanthin
dapat diperoleh dari berbagai organisme laut, meliputi tumbuhan mikroskopik
yang dikenal sebagai mikroalga serta didapat dari beberapa jenis ikan seperti
salmon, tuna dan trout, juga terdapat pada sekelompok krustasea.
Selain diperoleh dari sumber-sumber alami, astaxanthin juga diproduksi
secara sintetis yang sudah diperjualbelikan dalam bentuk bubuk. Astaxanthin

Universitas Sumatera Utara

sintetis diperoleh dengan cara mengekstrak bahan-bahan, seperti: alga renik
Haematococus pluvialis dikenal mempunyai kandungan astaxanthin yang tinggi.
Selain itu, astaxanthin dapat pula diperoleh melalui proses fermentasi sebangsa
kamir Xanthophyllomyces dendrorhous atau dengan cara mengekstrak dari udangudangan krill Antartik (Euphausia superba) (McCoy, 1999).
Menurut Naguib (2000), astaxanthin merupakan antioksidan paling kuat
yang pernah ditemukan di alam. Astaxanthin memiliki aktifitas antioksidan 10
kali lebih kuat dari kelompok karoten berupa kanthaxanthin, lutein dan
zeaxanthin. Di dalam astaxanthin terkandung karoten yang penting, yaitu berupa:
α-karoten, β-karoten, likopen, lutein, zeaxanthin dan β-cryptoxanthin. Kandungan
dalam tepung astaxanthin dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Tepung Astaxanthin
No.
Komponen Kimia
1.
Air
2.
Protein
3.
Lemak
4.
Karbohidrat
5.
Sodium
6.
Energi
Sumber : Oryza, 2010

Tepung Astaxanthin (100 g)
0.00
0.03
22.0
78.0
0.17
510 kal

Menurut Munifah dan Thamrin (2008), astaxanthin atau (3,3’-dihydroxyβ,β’-karoten-4,4’-dione) merupakan salah satu senyawa aktif yang memiliki
kandungan 10 kali lipat dibandingkan antioksidan dari beta-karoten yang
ditemukan pada wortel, 100 kali lipat dari Vitamin E dan 1.000 kali lipat lebih
kuat dari Coenzyme Q10 (CoQ10). Astaxanthin dapat dilihat pada Gambar 3.
Timbulnya warna ikan secara alami disebabkan tersedianya karotenoid
dari makanan alami, sedangkan sumber karotenoid bagi ikan yang dipelihara
secara artifisial berasal dari pakan buatan yang jumlahnya sedikit. Karotenoid

Universitas Sumatera Utara

tidak dapat disintesa di dalam tubuh hewan sehingga harus ditambahkan ke dalam
pakan (Fuji, 1993). Ikan hias air tawar yang diberi pakan astaxanthin dapat
membuat warnanya menjadi lebih berkilau atau cemerlang (Sasson, 1991).

Gambar 3. Astaxanthin
Penggunaan karotenoid sebagai sumber pembentuk pigmen warna pada
ikan akan lebih efektif jika bahan tersebut berada dalam tubuh makhluk hidup.
Pemberian karotenoid dan xantofil yang berasal dari pakan hidup dapat
meningkatkan kualitas warna pada ikan. Secara umum, ikan akan menyerap
astaxanthin dari pakan dan menggunakannya langsung sebagai sel pigmen warna
merah. Namun, dapat pula beberapa ikan mengubah astaxanthin ini menjadi
pigmen dasar lutein yang kuning atau zeaxanthin yang oranye tergantung
kebutuhannya (Subamia, dkk., 2010).
Berdasarkan hasil penelitian Sari dkk. (2012), bahwa penambahan tepung
kepala udang sebagai sumber karotenoid astaxanthin dalam pakan pada persentase
10% merupakan jumlah optimal untuk memberikan intensitas warna terbaik pada
ikan koi.

Universitas Sumatera Utara

Wortel
Wortel merupakan salah satu jenis tanaman penghasil karoten yang dapat
mempercantik warna ikan hias yang tidak memerlukan biaya besar. Wortel kaya
akan beta karoten sehingga bisa menaikkan warna merah seperti spirulina
(Sunarno, 2012).
Dalam sistem taksonomi, tanaman wortel diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledon

Ordo

: Umbelliferales

Famili

: Umbelliferae

Genus

: Daucus

Spesies

: Daucus carota L. (Pohan, 2008).
Warna oranye tua pada wortel menandakan kandungan beta karoten yang

tinggi. Makin jingga warna wortel, makin tinggi kadar beta karotennya. Kadar
beta karoten yang terkandung dalam wortel lebih banyak dibanding kangkung,
caisim dan bayam. Secara kimia, karoten adalah terpena, disintesis secara
biokimia dari delapan satuan isoprena. Dia ada dalam dua bentuk utama yang
diberi karakter Yunani: alfa-karoten (α-karoten) dan beta-karoten (β-karoten).
Gamma, delta, dan epsilon (γ, δ d an ε-karoten) juga ada. Tepung wortel dapat
dilihat pada Gambar 4 (Khairyah, dkk., 2010).
Wortel mengandung senyawa karotenoid dalam jumlah besar, berkisar
antara 6000-54.800 pg/100 g. Karotenoid adalah pigmen berwarna kuning, oranye
dan oranye kemerahan yang terlarut dalam lipida meliputi kelompok hidrokarbon

Universitas Sumatera Utara

yang disebut karoten dan derivat oksigenasinya xantofil. Dengan kandungan
karotenoid yang tinggi, wortel dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna pangan
alami (Ikawati, 2005).

Gambar 4. Tepung Wortel

Spirulina
Spirulina merupakan makhluk hidup autotrof berwarna kehijauan,
kebiruan dengan sel berkolom membentuk filamen terpilin menyerupai spiral
(helix) sehingga disebut juga alga biru hijau berfilamen. Bentuk tubuh spirulina
yang menyerupai benang merupakan rangkaian sel berbentuk silindris dengan
dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen spirulina hidup
berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas (Hariyati, 2008).
Alga hijau-biru spirulina merupakan sumber fikobili protein khususnya
fikosianin, yang dapat mencapai 17-20% dari berat kering spirulina. Nama
spirulina adalah nama umum suplemen makanan dan hewan yang dihasilkan
terutama dari dua spesies spirulina yaitu Spirulina platensis dan Spirulina
maxima. Spirulina juga mengakumulasi β-karoten lebih dari 0,8-1,0% berat
keringnya (Fretes, dkk., 2012).

Universitas Sumatera Utara

Sumber pigmen alami dapat diperoleh dari Spirulina platensis. Komposisi
pigmen yang terkandung dalam spirulina adalah phycocyanin, chlorophyll-a dan
carotene. Kandungan karoten yang tersusun adalah xantofil (37%), β-karoten
(28%) dan zeaxanthin (17%) (Kurniawati,dkk., 2012).
Kandungan beta karoten pada spirulina akan masuk dalam metabolisme
ikan lalu diserap tubuh untuk kemudian mempercerah pigmen. Spirulina
meningkatkan warna merah pada ikan (Sunarno, 2012). Selain itu, spirulina
terutama mencerahkan warna kuning, merah dan jingga. Tumbuhan bersel satu itu
sangat cocok untuk ikan koi yang dipelihara dalam kolam tanpa lumut atau
plankton sebagai sumber nutrisi (Anggawati, 2012).
Spirulina menghasilkan berbagai senyawa bioaktif yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi seperti karotenoid (Suharyanto, 2011). Karotenoid merupakan
pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman serta beberapa organisme
fotosintesis seperti alga dan beberapa tipe dari jamur serta bakteri. Fungsi penting
dari karotenoid diantaranya sebagai pembentuk pigmen jingga yang dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ikan misalnya menambah kecerahan warna pada ikan
koi, kandungan karotenoid pada spirulina juga dapat menjadi antioksidan dan
dijadikan sebagai food supplement (Layam dan Chandra, 2007).
Saat ini, banyak hobiis ikan hias yang memanfaatkan spirulina sebagai
suplemen tambahan untuk mendongkrak warna merah pada tubuh ikan hias
peliharaannya, khususnya pada jenis ikan koi. Hal ini karena selain mengandung
protein yang tinggi, spirulina juga mengandung pigmen astaxanthin, zeaxanthin
dan beta karoten. Spirulina dapat dilihat pada Gambar 5 (Lesmana, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Pakan ikan koi yang beredar di Indonesia umumnya memiliki varian
khusus untuk mencerahkan warna, kandungan utamanya adalah spirulina.
Spirulina dalam pakan ikan koi berkualitas foodgrade, sehingga tidak berbahaya
bagi ikan (Sribudiono, 2012).

Gambar 5. Alga Hijau Spirulina
Berdasarkan hasil penelitian Barus (2014), bahwa penambahan spirulina
pada pakan sebanyak 3% menghasilkan tingkat perubahan intensitas warna paling
tinggi pada ikan maskoki dan lebih efektif dibandingkan dengan dosis spirulina
yang lain.

Universitas Sumatera Utara