PEMURNIAN MINYAK JELANTAH DENGAN ADSORBEN BENTONIT

  

PEMURNIAN MINYAK JELANTAH DENGAN

ADSORBEN BENTONIT

Prasetyowati*, Adang Kurniawan, Dian Saputra

  • Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662

  

Abstrak

  Penggunaan minyak goreng bekas tidak baik untuk kesehatan karena minyak telah mengalami kerusakan, dimana minyak lebih kental, berbusa, warna coklat dan bau yang tidak disukai. Oleh karena itu perlu adanya usaha efesiensi pengolahan minyak goreng bekas, diharapkan agar dapat digunakan kembali. Proses utama dalam penelitian ini adalah adsorbsi dengan bentonit Pada penelitian ini dilakukan proses adsorbsi dengan mengunakan bentonit. Variabel bebas yang digunakan yaitu temperatur dan persen bentonit sedangkan variabel tetapnya adalah waktu operasi dan berat minyak. Untuk analisa digunakan analisa FFA, pH, angka asam, kadar air, peroksida, densitas dan viskositas (kualitatif) serta bau, warna dan endapan (kuantitatif). Dari hasil penelitian didapat kondisi operasi yang baik pada percobaan ini adalah temperatur 90 C dengan 20 % bentonit.

  Kata kunci : adsorbsi,bentonit, minyak bekas pakai.

  

Abstract

  The utilization of reused cooking oil is not goog for healthy because it has been distortion which is more concentrated, browny and the smell is not good.

  Therefore, it’s important to make it efficient of reusing cooking oil refinery, so that is expected return to reuse it. The first process of this research is adsorption with bentonit. In this research, adsorption process was begun using bentonit. The independend variabel is temperature and % of bentonit, as for the dependend variable is operating time. The analisys of FFA, pH, acid number. Waste rate, peroxida, densitas and viscositas (qualitative), smell, colour and percipitate (quantitative). As the result, the best operating condition of this research was obtained at 90 C degrees with 20% of bentonit.

  Keywords : adsorption, bentonit, used cooking oil.

1. PENDAHULUAN digunakan, dimana minyak menjadi berwarna

  kecoklatan, lebih kental, berbusa serta Minyak goreng merupakan salah satu dihasilkan rasa dan bau yang tidak disukai pada kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolah bahan pangan yang di goreng. bahan

  Oleh karena itu, dilakukan penelitian

  • – bahan makanan. Minyak goreng sebagai media penggoreng sangat penting dan terhadap penjernihan minyak jelantah sehingga kebutuhannya semakin meningkat. dapat digunakan kembali menjadi minyak Pada umumnya minyak yang sudah goreng layak pakai.

  digunakan untuk menggoreng tidak di buang, Permasalahan dalam penelitian ini adalah tetapi digunakan berulang kali. Demikian pula bagaimana menjernihkan minyak jelantah yang terjadi pada industri pangan yang menjadi minyak yang layak dipakai menggunakan minyak goreng dalam jumlah menggunakan metode adsorbsi. Tujuannya besar. Minyak di gunakan berulang-ulang untuk adalah untuk mengetahui pengaruh kadar menekan biaya produksi, namun penggunaan bentonit dan suhu terhadap proses pemurnian. kembali minyak goreng bekas secara berulang- ulang akan menurunkan mutu bahan pangan akibat terjadinya kerusakan pada minyak yang

  Minyak Jelantah

  b. Mg, (Ca-bentonit – non swelling bentonite)

  3. Siapkan sebanyak 200 gram minyak jelantah dalam erlenmeyer.

  2. Analisis terlebih dahulu kandungan pada minyak jelantah.

  Siapkan minyak goreng yang telah dipakai beberapa kali (jelantah).

  Proses penjernihan minyak 1.

  Bentonit yang yang akan di campurkan dengan minyak jelantah terlebih dahulu diaktivasi. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat khusus bentonit dengan cara menguapkan air yang terperangkap dalam pori kristal bentonit. Aktivasi dilakukan dengan pemanasan pada suhu 250ºC selama kurang lebih 1jam.

  Prosedur Penelitian Pengolahan Bentonit

  Buret 11. Statif dan Klem

  Labu Leher tiga 2. Thermometer 3. Pengaduk 4. Viskometer Oswald 5. Piknometer 6. Kertas saring 7. Gelas Ukur 8. Erlenmeyer 9. Beker Gelas 10.

  Peralatan Yang Digunakan 1.

  NaOH/KOH 4. Indikator PP 5. Bentonit 6. Aquadest 7. Alkohol

  2. Minyak goreng baru 3.

  Minyak jelantah

  2. METODOLOGI PENELITIAN Bahan-Bahan yang Digunakan 1.

   Tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling bentonite )

  Minyak yang telah dipakai menggoreng biasa disebut minyak jelantah. Minyak yang tinggi kandungan LTJ (Lemak Tak Jenuh)- nya memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama saja, sementara yang tinggi ALJ (Asam Lemak Jenuh)-nya bisa lebih lama lagi, meski pada akhirnya akan rusak juga. Oleh proses penggorengan sebagian ikatan rangkap akan menjadi jenuh. Penggunaan yang lama dan berkali-kali dapat menyebabkan ikatan rangkap teroksidasi, membentuk gugus peroksida dan monomer siklik. Penelitian pada binatang menunjukkan gugus peroksida dalam dosis yang besar dapat merangsang terjadinya kanker kolon, tapi kerusakan tidak hanya terjadi karena dipakai menggoreng. Penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkannya pula karena pecahnya ikatan

  a.

  Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :

  Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia perdagangan dan termasuk kelompok dioktohedral.

  Bentonit

  Proses pemucatan (bleaching) pada minyak dilakukan dengan cara mencampurkan minyak dengan sejumlah kecil adsorben. Adsorben yang umum digunakan dalam proses pemucatan minyak terdiri dari tanah pemucat (bleaching earth), arang pemucat (bleaching carbon), dan serat . Mekanisme kerja dari proses adsorbsi adalah dengan menyerap suspensi koloid (gum atau resin) serta hasil degradasi minyak (misalnya peroksida) pada permukaan adsorben.

  Proses Penjernihan Minyak Jelantah

  4. Oksidasi dan ketengikan

  Dipengaruhi produk lain.

  2. Reaksi kimia 3.

  1. Temperatur

  Faktor-faktor yang menyebabkan minyak rusak :

  menjadi gliserol dan asam lemak bebas (free fatty acid/ FFA). Selain menyebabkan tengik, FFA juga bisa menaikkan kolesterol darah. Kerusakan minyak tidak bisa dicegah, namun dapat diperlambat dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pertama, oksigen. Semakin banyak oksigen semakin cepat teroksidasi; Kedua, ikatan rangkap. Semakin banyak ALTJ- nya semakin mudah teroksidasi; Ketiga, suhu. Suhu penggorengan dan penyimpanan yang tinggi akan mempercepat reaksi; Keempat, cahaya serta ion logam tembaga (Cu++) dan besi (Fe++) yang merupakan faktor katalis proses oksidasi, dan Kelima, antioksidan. Semakin tinggi antioksidan ditambahkan semakin tahan terhadap oksidasi.

  trigliserida

  4. Kemudian masukkan bentonit ke dalam minyak tersebut.

  5. Minyak yang telah bercampur dengan bentonit kemudian di mixing dengan pengaduk mekanik selama 1jam di dalam water batch , lalu disaring.

  2) Diamkan selama 1 menit kemudian tambahkan 30 ml aquadest dan tambahkan

  Titrasi dengan 0,1N Na 2 S 2 O 3 sampai warna biru mulai hilang.

  0,5ml pati1% 3)

6. Langkah selanjutnya analisis minyak.

  (sebelum pemanasan) W2 = berat cawan + berat sampel

  3) Turunkan sampel hingga lewat garis C2, catat waktu (t) alir hingga melalui

  1) Timbang 5 gram minyak, masukan kedalam erlenmeyer, tambahkan 50 ml alkohol 95% netral. Setelah ditutup dengan pendingin balik kemudin panaskan sampai 40 C kemudian aduk untuk melarutkan asam lemak bebasnya.

  2) Titrasi dengan 0,1N larutan NaOH standart dengan indikator phenol phetalin (PP) sampai warna merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 30 detik.

  1000 contoh berat NaOH BM N NaOH ml FFA % 

     Viskositas

  1) Masukkan sampel dalam viskometer ostwald hingga memenuhi gelembung A, panaskan suhu + 40 o C selama + 15 menit.

  2) Hisap sampel hingga melewati garis C1 tanpa gelembung udara.

  C1 C2.

  Penentuan angka peroksida pada minyak : Angka peroksida =

  Keterangan : η : Viskositas ρ 1 : Densitas aquadest ρ 2 : Densitas sampel t 1 : Waktu alir aquadest t 2 : Waktu alir sampel

  V : Volume viskometer

  Densitas

  1) Panaskan piknometer kosong suhu 50 o

  C selama 1 jam, dinginkan dan timbang, kemudian catat beratnya. 2)

  Panaskan sampel suhu 40 o C + 15 menit, masukkan sampel kedalam piknometer kosong dan timbang, kemudian catat beratnya

  Penentuan Angka Asam

  Penentuan kadar air minyak dapat dilakukan dengan cara Thermogravimetri sebagai berikut : Ditimbang ± 5 gram minyak dalam botol timbang bermulut lebar, kemudian dioven pada suhu 105 C sampai berat konstan, selanjutnya ditimbang. Pengurangan berat minyak dinyatakan sebagai berat air yang menguap dari minyak.

  (sesudah pemansan) W = berat sampel (5gram)

  Penentuan kadar asam lemak bebas (Free

  Penentuan Asam Lemak Bebas (FFA)

  1) Bahan harus diaduk merata dan berada dalam keadaan cair pada waktu diambil contohnya. Timbang sebanyak 20gram contoh dalam Erlenmeyer. Tambahkan 50 ml alkohol netral yang panas dan 2 ml indikator phenolphthalein (PP).

  2) Titrasilah dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah di standarisasi sampai warna merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 30 detik.

  3) Persen asam lemak bebas dinyatakan sebagai oleat pada kebanyakan minyak dan lemak.

  Untuk minyak kelapa dan minyak inti kelapa sawit dinyatakan sebagai laurat, sedang pada minyak kelapa sawit dinyatakan sebagai palmitat. 4)

  Asam lemak bebas dinyatakan sebagai % FFA atau sebagai angka asam.

  Fatty Acid

  % 100 W W2 - W1 Kadar air  

  ) pada minyak :

  100 1000 contoh berat N lemak asam molekul berat NaOH ml FFA % 

     

  Penentuan Angka Peroksida

  1) Timbang 5,00 ± 0,05 gram sampel dalam 250 ml erlenmeyer tertutup dan tambahkan

  Prosedur Analisa Penentuan Kadar Air dalam Minyak

  Keterangan: W1 = berat cawan + berat sampel

  30 ml asam asetat-kloroform (3:2) goyangkan larutan sampai larut semua. Tambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh.

  Keterangan : ρ : Densitas V : Volume Piknometer

  pH

  Untuk mengetahui angka keasaman dari minyak kami mengunakan pH meter digital sehingga tingkat keasaman dapat diketahui secara langsung.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Dari rangkaian percobaan yang telah dilakukan diperoleh data pengaruh penambahan bentonit tehadap nilai FFA. pH, angka asam, densitas, viskositas, peroksida dan kadar air. yang ditunjukkan pada gambar berikut

  Hasil Analisa Kadar Asam Lemak Bebas (FFA-Free Fatty Acid )

  Gambar 1. Grafik pengaruh penambahan

  persen bentonit terhadap nilai FFA Pada gambar 1 merupakan grafik pengaruh penambahan % bentonit dan temperatur terhadap nilai FFA dari penjernihan minyak jelantah. Secara umum semakin besar persen bentonit, maka nilai FFA yang dihasilkan akan semakin kecil. begitu juga dengan suhu. Secara umum semakin besar suhu yang digunakan pada kondisi operasi maka penurunan FFA juga semakin turun. Penurunan nilai FFA yang paling besar terjadi pada suhu 90 C dengan 20% bentonit. Pada sampel awal didapatkan nilai FFA sebesar 5,6 % sedangkan setelah pemurnian nilai FFA terendah yang didapatkan sebesar 0,384% yaitu pada 20%bentonit dengan kondisi operasi 90 C. Untuk uji pembanding kami juga menghitung nilai FFA pada minyak goreng baru. Pada minyak goreng baru didapatkan nilai FFA sebesar 0,28.

  Hasil Analisa pH Gambar 2. Grafik pengaruh penambahan

  persen bentonit terhadap PH pada penjernihan minyak Jelantah Pada gambar 2 merupakan grafik pengaruh penambahan % bentonit dan temperatur terhadap pH dari pemurnian minyak jelantah. Pada sampel penelitian ini didapati kandungan nilai asam yaitu sebesar 2,37. Setelah minyak mengalami proses pemurnian kadar pH nya mengalami kenaikan secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari grafik yakni pada temperatur 70 C dan 90 C dengan 20 % bentonit merupakan nilai yang tertinggi dimana nilai asam nya menjadi 3,1. Kadar pH yang didapat dari proses penjernihan ini dibandingkan dengan kadar pH pada minyak baru dan didapat kandungan pH pada minyak baru sebesar 3,67.

  Hasil Analisa angka Asam Gambar 3. Grafik pengaruh penambahan

  persen bentonit terhadap angka asam pada penjernihan minyak jelantah Pada gambar 3 merupakan grafik pengaruh penambahan % bentonit dan temperatur terhadap Angka asam dari pemurnian minyak jelantah. Dari grafik dapat kita lihat bahwa nilai angka asam yang didapat berada di kisaran angka 0,85-0,55. Nilai tersebut merupakan nilai yang sudah memenuhi kriteria dari badan standar Nasional Indonesia yang terdaftar pada (SNI 01-3741-2002). Nilai kandungan asam terbaik yang di dapatkan pada analisa ini adalah 0,55 sedangkan pada analisa untuk minyak goreng baru adalah 0,35. Pada temperatur 90 C dan 16%, 20% bentonit merupakan hasil penurunan angka asam terendah yang didapat yakni sebesar 0,55. Bedasarkan data dari SNI 01-3741-2002 kandungan angka asam maksimal yang terdapat pada mutu I yaitu sebesar 0,6 mg NaOH/g dan mutu II sebesar 2 mg NaOH/gr. Sedangkan dari hasil analisa didapatkan bilangan angka asam yang terkecil sebesar 0,55. Sehingga masuk kedalam cakupan mutu I pada SNI.

  .

  Hasil Analisa Densitas Gambar 4.

  Grafik pengaruh penambahan persen bentonit terhadap nilai densitas Pada gambar 4 merupakan grafik pengaruh penambahan % bentonit dan temperatur terhadap densitas dari penjernihan minyak jelantah. Pada sampel awal dari minyak jelantah hasil analisa menunjukan densitas sebesar 0,8289 sedangkan pada analisa untuk densitas yang terdapat pada minyak goreng baru diperoleh densitas sebesar 0,82966. Pada analisa densitas ini menunjukan bahwa densitas setelah proses penjernihan minyak yang terdapat di dalam minyak goreng bekisar pada 0,82.

  Hasil Analisa Viskositas

  Pada gambar 5 merupakan grafik pengaruh penambahan % bentonit dan temperatur terhadap viskositas dari penjernihan minyak jelantah. Pada sampel awal, nilai viskositas dari minyak diperoleh sebesar 8,8196 sedangkan pada uji kadar minyak baru didapatkan nilai viskositasnya sebesar 7,7761.

  Setelah proses penambahan bentonit, viskositas minyak rata-rata mengalami penurunan. Pada hasil akhir nilai viscositas dari minyak jelantah yang mendekati nilai viskositas minyak goreng baru yaitu pada temperatur dan persen bentonit sebagai berikut. (60 C 16%,

  70 C 12%, 80 C 8% dan 12%, 90 C 16% serta

  98 C 12%). Pada saat menghitung viskositas ini hal utama yang diamati adalah waktu alir fluida pada viskometer.

  Gambar 5. grafik pengaruh penambahan persen

  bentonit terhadap nilai viskositas

  Hasil Analisa Peroksida Gambar 6. grafik pengaruh penambahan persen

  bentonit terhadap peroksida Nilai peroksida adalah angka yang menunjukan tingkat ketengikan dari suatu minyak, baik itu minyak goreng atau minyak dari bahan lain seperti minyak jagung dll. Dalam prakteknya minyak goreng tidak akan digunakan jika sudah tercium aroma tengik dari minyak goreng tersebut. Nilai peroksida dari minyak goreng segar adalah sekitar

  10 meq (miliekuivalen) per kg. dan jika Nilai peroksida sudah mencapai 30 - 40 meq maka aroma tengik sudah tercium. Pada sampel awal nilai peroksida hasil analisa yaitu sebesar 23. Setelah menjalani proses adsorbsi minyak jelantah tadi mengalami penurunan nilai peroksida. Sebesar 6-10. Akan tetapi pada temperatur 60 C dengan 4% persen bentonit nilai peroksida yang didapat sebesar 14. Hal ini dikarenakan pada temperatur rendah dan kadar bentonit yang sedikit belum mampu untuk menurunkan kandungan peroksida yang terdapat pada minyak jelantah tersebut. Sedangkan nilai peroksida minimum yang diperoleh sebesar 6 yang terdapat pada temperatur (60

  C, 80 C dengan 16% bentonit) dan (60 C,70 C,80 C,90 C dengan 20% bentonit). Jadi semakin tinggi persen bentonit maka kandungan peroksidanya semakin rendah dan dapat terlihat dari grafik diatas.

  Saran 1.

  2901-2006 : Minyak Kelapa Sawit Mentah (Crude Palm Oil). Jakarta. Haryono,Sudarmadji dan

  Badan Standarisasi Nasional-BSN. 1998. Cara Uji Minyak dan Lemak. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 2002. SNI 01- 3741-2002 : Minyak Goreng. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 2006. SNI 01-

  Pemucatan Minyak Curah dengan Bleaching Earth. Inderalaya: Jurusan Teknik Kimia UNSRI

  DAFTAR PUSTAKA Andiani, Ria, Halimatussyakdiah. 2003.

  2. Untuk penelitian lebih lanjut, perlu di coba penambahan variabel proses yang lain, misalnya : kecepatan pengadukan, lamanya pengadukan, peningkatan kadar bentonit dan lain-lain 3. Untuk penelitian lebih lanjut perlu di coba menggunakan jenis adsorbent yang lain, untuk dapat mengetahui tingkat kejernihannya.

  Untuk mengetahui kualitas minyak yang lebih akurat, hendaknya melakukan analisa yang lebih beragam.

  3. Semakin banyak persen adsorben (bentonit) maka penyerapan zat pengotor berlangsung semakin optimal, pada penelitian ini yaitu bentonit 20% merupakan hasil terbaik.

  Hasil Analisa Kadar Air Gambar 7.

  2. Temperatur mempengaruhi hasil penjernihan minyak yang diharapkan. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa Temperatur yang optimal 90 C .

  Kadar air dalam minyak dapat diturunkan hingga 0,0014 %, kadar FFA minyak bekas pakai dapat diturunkan hingga 0,384%, angka asam dapat diturunkan hingga0,55, pH dari minyak jelantah dapat ditngkatkan sehinga menjadi 3,1, kandungan peroksidanya pun dapat diturunkan mencapai 6 . Sehingga dapat mengurangi bau tengik pada minyak. Dan pada akhirnya minyak ini masih dapat digunakan kembali untuk berbagai keperluan.

  4. KESIMPULAN SARAN Kesimpulan 1.

  98 C). Hal ini dikarenakan pada proses penjernihan dengan temperatur yang tinggi maka kandungan air yang terdapat pada minyak sampel kebanyakan menguap. Akan tetapi dari hasil analisa terhadap minyak goreng baru kadar airnya didapat sebesar 0,0059

  90 C) dan (0,0014-0,0017 untuk temperatur

  C. Penurunan kadar air masih sedikit sekali hal ini dikarenakan pada temperatur rendah belum cukup optimal untuk menguapkan kandungan air tersebut. Akan tetapi pada temperatur 90 C dan 98 C kandungan air yang di dapat mengalami penurunan yang sangat besar dari sampel awal yakni berkisar (0,002-0,00156 untuk temperatur

  grafik pengaruh penambahan persen bentonit terhadap kadar air Pada gambar 7 merupakan grafik pengaruh penambahan % bentonit dan temperatur terhadap kadar air dari penjernihan minyak jelantah. Rata-rata minyak yang telah diolah memiliki kadar air yang sedikit sekali, pada sampel awal sebelum mengalami proses penjernihan hasil analisa kadar air yaitu sebesar 0,0062. Pada awal proses penjernihan yakni pada temperatur 60

  Sudarmadji.1984.Prosesdur Analisa Untuk Bahan Makanan.Yogyakarta. Herlina, Netti dan M. Hendra S. Ginting. 2002.

  Lemak dan Minyak. Medan: Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.

  http://id.Wikipedia.org/Wiki/bentonite

  Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. NN. 2008. Unand Temukan Teknologi Olah

  Minyak Jelantah. isekolah. Org Trubus. 2005. Mengolah Minyak Goreng Bekas. Trubus Agrisarana. Surabaya

  Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi I.

  Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.