PERKEMBANGAN ARSITEKTUR IKONIK DI BERBAG

PERKEMBANGAN ’ARSITEKTUR IKONIK’ DI BERBAGAI BELAHAN DUNIA
Oleh : Ir. Udjianto Pawitro, MSP.
St af Pengajar Kopert is Wilayah IV Pada Jurusan Teknik Arsit ekt ur – FTSP – Inst it ut Teknologi Nasional (It enas) Bandung

Gedung 17 Lant ai 1 – Jalan PH Hasan M ust opha 23 Bandung 40124
e-mail : udjiant o_paw it ro@yahoo.com

ABSTRAK
‘Arsitektur Ikonik’ didefinisikan sebagai arsitektur yang berfungsi sebagai ‘penanda tempat’ dan ‘penanda zaman’. Tujuan didirikannya ‘arsitektur ikonik’ ini adalah untuk mengenal ‘sesuatu’ agar mudah diingat
oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Ciri-ciri bangunan ikonik atau arsitektur ikonik ini adalah : (a)
letak atau lokasi yang strategis – sehingga mudah dilihat / dikenali oleh lingkungan sekitar, (b) pemilihan
bentuk yang cenderung ‘menarik’ sehingga mudah dijadikan ‘tanda’ atau ‘ikon’ dari lingkungan sekitar,
serta (c) memiliki unsur kekuatan atau kekokohan bangunan yang tinggi sehingga berumur panjang.
Bangunan-bangunan ikonik pada dasarnya dikenal orang atau masyarakat luas sebagai karya arsitektur yang menjadi ‘penanda tempat’ dan sekaligus sebagai ‘penanda zaman’ dalam era kebudayaan manusia. Arsitektur ikonik dapat pula berfungsi sebagai penanda tempat’ (space icon) dari lingkungan sekitarnya, serta mampu untuk berdiri - tegak tahan terhadap umur yang panjang, struktur bangunan yang
spesifik dan memiliki nilai estetika yang menawan. Pada saat sekarang ini, munculnya bangunan ikonik
atau arsitektur ikonik tidak dapat lepas dari perkembangan globalisasi ekonomi kapitalis.
Kesan mewah, megah dan mahal sudah merupakan istilah yang tidak dapat dihindari dari ‘bangunan
ikonik’ atau ‘arsitektur ikonik’ pada saat sekarang ini. Dalam sejarah perkembangan arsitektur dari dahulu
hingga saat sekarang, kita dapat belajar untuk melihat dan mengamati keberadaan dari ‘arsitektur ikonik’
yang berada di berbagai belahan dunia. Pada saat sekarang dalam memasuki abad 21 terjadi perkembangan pesat di dunia arsitektur, dimana terjadi pertemuan antara ‘seni bangunan’ dengan ‘struktur skala mega’ (mega-structure) serta didorong oleh kemampuan utilitas bangunan yang ber-teknologi tinggi
(hi-tech).

Kata Kunci : arsitektur ikonik, globalisasi ekonomi kapitalis dan penanda tempat (place-icon).

ABSTRACT
'Iconic Architecture' is defined as an architecture that serves as a 'place marker' and 'time marker'. The
purpose of the establishment of 'iconic architecture' is to know 'something' to be easily remembered by
the environment and surrounding communities. The characteristics of iconic buildings or iconic
architecture is, among others: (a) the location or strategic location - so easily seen or recognized by the
surrounding environment, (b) election form that tends to 'pull' so easy to be a 'sign' or 'icon 'of the
neighborhood with a large or grand scale, and (c) has an element of strength or robustness of a high
building so as to have a long life.
Iconic buildings are basically known to the person or the public as works of architecture to be
'place-icon' and as 'time-icon' in the era of human culture. Iconic architecture can also serve as icon of
place from the surrounding environment, and able to stand-up resistant to long age, the specific structure
of the building to have a charming aesthetic value. At this time, the emergence of iconic buildings or
iconic architecture can not escape from the globalization of the capitalist economy.
Impression, luxurious, grand and expensive is a term that can not be avoided from the 'iconic
building' or 'iconic architecture' at the present time. In the history of architectural development from
ancient times until the present time, we all can learn to see and to gamati existence of 'iconic
architecture' which are in various parts of the world. At this present time in entering the 21st century rapid
development occurred in the world of architecture, where there is a meeting or a marriage between the

art of building a mega-scale structure (mega-structure) and driven by the ability of building utilities with
the high technology (hi-tech).
Keywords: iconic architecture, the globalization of the capitalist economy and place-icon.
(*) Makalah / Tulisan ini diterbitkan pada Majalah Ilmiah TRI-DHARMA Kopertis Wilayah IV Jabar & Ban
ten, Bandung, Nomor:01/Tahun XXV/Agustus 2012.

PENDAHULUAN.
Melihat sejarah perkembangan arsitektur, arsitektur berada pada masa lalu (waktu lampau), masa sekarang ini hingga masa (waktu) yang menuju ke hari depan. Dalam sejarah perkembangan arsitektur dapat dipelajari tentang karya arsitektur pada belahan waktu yang berbeda-beda, dimana arsitektur
dapat menjadi tanda atau ciri tingkat kemajuan kebudayaan manusia. Melalui peninggalan karya arsitektur tersebut, masa-masa kejayaan dalam kebudayaan manusia dapat dipelajari dari masa ke masa.
Arsitektur (= Architecture), merupakan peninggalan (= artifak) dan juga sebagai salah satu unsur dari kebudayaan manusia, yang berwujud bangun-bangunan atau gedung atau lingkungan buatan (build environment). Bangunan atau gedung atau lingkungan buatan dimaksud – ditujukan untuk kebutuhan hidup
manusia dalam kurun waktu tertentu yang bersifat dinamis.
Dalam arsitektur terdapat bagian dari kebudayaan manusia, yang setidaknya mengandung elemen: cipta, karsa dan karya manusia. Wujud nyata dari ‘arsitektur’ pada umumnya berbentuk bangunan
atau gedung hingga lingkungan buatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan utama akan ‘tempat tinggal’ atau ‘tempat berhuni’ dapat langsung dijawab atau dsediakan oleh
‘arsitektur’, dimana pada dasarnya arsitektur ditujukan untuk memenuhi ‘kebutuhan berhuni’ manusia.
Ruang lingkup dari karya arsitektur pada dasarnya dapat berupa bangun-bangunan sederhana hingga
bangun-bangunan kompleks (beragam fungsi) hingga wujud lingkungan binaan yang bermanfaat bagi
kebutuhan hidup manusia skala besar (= masyarakat luas).
Konteks atau tautan dalam proses pewujudan karya arsitektur pada dasarnya akan berkaitan
dengan tiga unsur utama pembentuk ‘arsitektur’– yaitu: (a) pemenuhan unsur ‘kenyamanan’ dari ruang
atau bangunan (comfortibility), (b) pemenuhan unsur ‘kekuatan’ dari ruang atau bangunan (constructibility) serta (c) pemenuhan unsur ‘keindahan’ dari ruang atau bangunan. Secara lebih luas, konteks atau

tautan proses perancangan arsitektur, dapat berkembang lebih kompleks atau lebih rumit, sesuai dengan
perkembangan dari dinamika manusia dan masyarakatnya. Arsitektur dengan wujud akhir berupa: bangunan atau gedung atau lingkungan buatan digunakan untuk kebutuhan manusia dengan konteks: sosial, budaya, ekonomi, politik, hokum / pranata, sejarah hingga ke seni dan estetika.
Perkembangan sejarah arsitektur juga mengingatkan kita akan masa-masa (waktu) kejayaan dalam
kebudayaan manusia yang dikenal dengan ‘pembagian waktu’ atau ‘periodenisasi’ dalam sejarah arsitektur. Dalam sejarah perkembangan arsitektur, karya-karya arsitektur yang dihasilkan dibagi atau dikelompokkan dalam kurun wasktu atau periode waktu tertentu. Seperti misalnya: arsitektur era kebudayaan
kuno (ancient architecture), arsitektur era kebudayaan klasik (classical architecture), arsitektur era kebudayaan islam (Islamic architecture), arsitektur pada era kebudayaan modern (modern architecture) hingga kebudayaan post-modern (post-modern architecture) pada saat sekarang ini. Dalam perjalanan sejarah arsitektur yang kita kenal, terdapat karya-karya besar arsitektur yang dapat dijadikan tanda atau
penanda zaman dari kebudayaan manusia. Karya-karya besar arsitektur tersebut diatas ada kaitannya
dengan ‘tanda’ atau ‘ikon’ berupa bangunan atau gedung atau arsitektur yang dijadikan penanda tempat.
Sebagai contoh kita mengenal ‘tujuh keajaiban dunia’ darlam versi karya arsitektur yang menjadi penanda waktu atau zaman dalam kebudayaan manusia. Karya arsitektur yang termasuk dalam ‘tujuh keajaiban dunia’ yang pada dasarnya berupa karya arsitektur sekaligus merupakan artifak kebudayaan.
Karya-karya arsitektur dimaksud pada dasarnya dapat dimasukkan kedalam karya arsitektur yang identik
dengan ‘arsitektur ikonik’ (The Iconic Architecture), yaitu arsitektur yang berfungsi sebagai penanda tempat dan penanda zaman. Kita ambil contoh, misalnya: bangunan Piramida dan Spinx di Mesir, bangunan
Taman gantung di Babilonia (Irak sekarang), bangunan Pemujaan di Aztek – Amerika Tengah, bangunan
Parthenon di Athena, bangunan Candi Borobudur di Jawa Tengah Indonesia, Bangunan Meuselium TajMahal di Agra India, dsb. Bangunan-bangunan tersebut pada dasarnya banyak dikenal orang sebagai
karya arsitektur yang menjadi ‘penanda zaman’ dalam kebudayaan manusia.
Selain ‘penanda zaman’ – arsitektur ikonik dapat pula berfungsi sebagai penanda tempat atau lingkungan sekitarnya, serta mampu untuk berdiri-tegak tahan terhadap usia (umur) yang panjang, struktur bangunan yang spesifik hingga memiliki nilai estetika yang menawan. Demikian pula jika kita melihat dan
memperhatikan perkembangan arsitektur di era klasik, kebudayaan di daratan Eropa mengalami kejayaan dengan titik puncaknya pada era kebudayaan Yunani dan Romawi. Berbagai ikon arsitektur dijumpai dalam era kebudayaan klasik dimaksud. Ikonik arsitektur pada era kebudayaan klasik misalnya:
Kuil Doric, Sogesta, Cisilia (424-416 s.m.), Agora Assos, Asia Kecil (abad 2 s.m.), bangunan Pantheon,
Roma (120 – 4 s.m.), Kuil Jupiter, Roma ( 509 s.m.), dsb. Bangunan-bangunan tersebut dekat dan identik dengan ikon dalam arsitektur atau dapat juga dikatakan sebagai ‘arsitektur ikonik’.

Dalam sejarah kebudayaan manusia, kita mengenal arsitektur era Renaisance di daratan Eropa,
kita-pun mengenal ikon-ikon berbentuk bangunan atau arsitektur yang dikenal luas oleh masyarakat. Misalnya bangunan: Plaza Santa Petrus di Basilica, Italia, bangunan Gereja Santa Philipbert, Tournus,

Prancis (950 - 1120 m.), bangunan Santa Maria Novella, Florencia, Italy (1456 – 1470 m.), Plaza santo
Marco, Venesia, Italy, bangunan Pallazo Thiene, Vincenza, Italy (1545 m.), bangunan Masjid Soleyman
(dahulu gereja Aya Sofia), Istambul (1551 – 1558 m.), bangunan Gereja Redemtore, Venesia, Italy (1577
– 1592 m.), bangunan Gereja Santa Petrus, di Moterio, Roma, Italy (1502 – 1508 m.), dsb. (lihat DK
Ching -1981). Bangunan-bangunan tersebut diatas sudah banyak dikenal masyarakat luas disekitarnya –
karena letaknya yang strategis, keberadaannya yang monumental serta menjadi karya arsitektur ikonik
sebagai penanda tempat.
Di dalam era modern (1920 s/d 1980-an), dikenal bangunan atau karya arsitektur yang bersifat
modern. Karya arsitektur modern yang lahir akibat adanya revolusi industri serta ciri yang menjadikan
arsitektur bagian dari kebudayaan industrialis, menjadikan bentukan dan wujud akhir arsitektur modernpun berbeda dari sebelumnya. Pada masa kini-pun dikenal banyak karya arsitektur atau bangunan yang
sekaligus dijadikan tanda zaman atau penanda dari tempat, hal ini yang dikenal sebagai ‘arsitektur ikonik’. Banyak arsitek pada era modern yang menjadi tokoh dengan karya-karyanya yang monumental dan
dikenal luas masyarakat dunia. Misalnya: Le Corbusier, Frank Lyod Wright, Meis Van de Roche, Alvar
Aalto, Philiph Johnson, Oscar Niemeyer, dsb. diantara karya - karyanya dapat dijadikan penanda zaman
dalam kebudayaan.

MENGENAL ‘ARSITEKTUR IKONIK’ DAN PERKEMBANGANNYA.
Pada saat sekarang ini perkembangan arsitektur ikonik atau arsitektur yang menjadi penanda
zaman dan penanda tempat, dikenal dengan sebutan : arsitektur ikonik kontemporer. Dalam perkembangan arsitektur hingga saat sekarang ini, dunia arsitektur telah masuk ke era post-modernis, maka dalam perkembangannya bangunan ikonik atau arsitektur ikonik banyak bermunculan seiring dengan tumbuh-berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dunia. Keberadaan arsitektur ikonik pada saat
sekarang ini tidak dapat dipungkiri menjadi penanda atau ciri atau bukti nyata dari kekuatan-kekuatan
ekonomi dunia di beberapa tempat atau kota. Arsitektur ikonik atau Iconic Architecture pada saat sekarang ini dijadikan alat tanda dari pusat-pusat kapitalisme dunia.

Sebagai contoh misalnya ‘arsitektur’ ikonik saat ini banyak bermunculan di kawasan-kawasan tertentu,
seperti : kawasan Teluk Arab dan Teluk Irak, Eropa Barat, Jepang, China hingga USA atau Amerika Serikat. Kawasan-kawasan inilah yang pada kenyataannya merupakan kawasan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi. Di kawasan-kawasan inilah pada dasarnya merupakan tempat atau lokasi yang mampu untuk menyediakan modal atau investasi besar-besaran guna membangun ‘arsitektur
ikonik’ skala dunia. Beberapa ciri arsitektur ikonik skala dunia ini adalah: arsitektur yang mewah (penuh
gemerlap), megah (monumental) dan cenderung mahal (investasi modal yang tinggi).
Dalam memasuki abad 21, bidang arsitektur mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat
pesat (bahkan disebut sebagai ‘metamorfosa’ dalam arsitektur), karena arsitektur bergabung, berpadu
atau ‘kawin’ dengan mega-struktur atau struktur bangunan besar serta didukung oleh utilitas berteknologi tinggi. Arsitektur ini berkembang ke arah ‘pencarian tanda’ (ikonisasi) dari tempat maupun zaman atau era-nya. Tujuan dari dibangunnya arsitektur ikonik ini – ditujukan untuk kebutuhan hidup manusia masa kini yang cenderung hidup trendi. Arsitektur tidak lagi sebatas bangunan, tetapi sudah menjangkau mega-struktur dengan dukungan utilitas berteknologi tinggi membentuk ‘bangunan yang
canggih’, sehingga lahir-lah istilah: smart-building, intelligent-building, hingga ‘cyber-tecture’ dan ‘technotecture’ (lihat http:www.e-architect.co.uk)..
Apa itu ‘Arsitektur Ikonik’?. Pembahasan berkait dengan pengertian ‘Arsitektur Ikonik’ kita terikat pada dua kata kunci utama, yaitu : (a) Icon dan Iconic dan (b) Arsitektur atau bangunan. Pembahasan lebih dalam tentang pengertian diatas, ada baiknya kita melihat kata-kata kunci yang terkait didalamnya, yaitu: Icon, Iconic dan Arsitektur / Bangunan. Icon dalam kamus bahasa Inggris - Indonesia
(Hambali Sadely – 1986) dapat berarti: tanda atau penanda, ada juga yang berarti: gambar orang suci.’Iconic’ dapat berarti: yang mempunyai tanda, atau objek yang menjadi penanda (baik tempat maupun
waktu). Sedangkan dalam kamus Oxford – United Kingdom (1981), ‘Icon’ diartikan sebagai ‘penanda
tempat’ / ‘penanda zaman’. Dengan demikian pengertian dari ’Arsitektur Iconik’ adalah karya arsitektur
atau bangunan yang dapat penanda tempat di lingkungan sekitar atau-pun karya arsitektur yang menjadi
tanda waktu atau era tertentu.
Dalam perkembangannya pada saat sekarang ini, Arsitektur Ikonik tengah terjadi atau mengalami perdebatan sengit – bukan pada arti atau istilah dari arsitektur ikonik itu sendiri. Perdebatan bidang

arsitektur ini menyangkut pada pertanyaan Apakah sebuah bangunan dapat dijadikan sebagai arsitektur
ikonik atau bangunan ikonik? Jawaban atau hal ini masih dalam perdebatan panjang di kalangan para
arsitek maupun perancang kota. Mengapa demikian? Sejak memasuki abad 21 (2000-an s/d saat ini)
dunia arsitektur dikejutkan oleh banyak bermunculan apa yang orang sebut sebagai karya arsitektur ikonik atau bangunan ikonik – dengan semua skala (besaran) dimana bangunan tersebut direncanakan atau

berada. Tidak kurang dari forum arsitek di e-Architect.co.uk di Inggris pada saat ini mengangkat topic
hangat yaitu: ‘Arsitektur Ikonik’ – apakah merupakan produk arsitektur yang baik?
Mari kita lihat perkembangan arsitektur ikonik dari waktu ke waktu. Dari tujuh karya arsitektur
besar yang menjadi tujuh keajaiban dunia, terlihat bangunan-bangunan seperti: pyramid dan spinx di
Mesir, taman gantung di BabilonIia – Irak, tempat pemujaan suku Aztek di Amerika Tengah, tempat pemujaan suku Inca di Amerika Selatan, bangunan Pethenon di Yunani, dsb. jika dilihat dari skala /besaran
/dimensi bangunan pada umumnya memiliki skala yang ‘megah’ / sangat besar. Sedangkan dilihat dari
pemilihan bentuk atau sosok 3 dimensi dari bangunan tersebut – sebagian besar memilik bentuk-bentuk
bangunan yang ‘atraktif’ atau ‘menarik’ atau bentuk yang ‘tidak biasa’ atau ‘lain dari yang lain’ secara
visual. Sedangkan berkaitan dengan setting tempat, bangunan-bangunan tersebut diatas - menempati
lokasi yang strategis sehingga mudah dikenali atau dilihat secara visual oleh lingkungan sekitar.
Kita lihat perkembangan ikon arsitektur pada era arsitektur modern, dimana terlihat banyak
bangunan yang dapat dijadikan ikon atau penanda tempat. Contoh-contoh misalnya: rumah Prairie karya
Frank Llyod Wright, Chitohan House karya Le Corbusier, Barcelona Pavilion karya Mies van de Roche,
Roncham Chaple karya Le Corbusier hingga Sydney Opera House karya dari John Utzon. Demikian pula
jika kita lihat beberapa bangunan yang didirikan pada tahun 1990-an hingga 2000-an, juga telah memberi kontribusi bagi ikon modern, seperti misalnya: Gehry Bilbao Museum di Spanyol, Stadium Bilbao di
China, Malaysian-Petronas Tower, dsb. - oleh masyarakat di dunia dinilai menjadi ikon dalam arsitektur
modern.
Perdebatan hangat saat sekarang ini yang berkaitan dengan ‘Apa itu bangunan / karya arsitektur ikonik’?, menjadi hal yang tidak terbantahkan. Karena pada dekade sekarang ini banyak bermunculan
bangunan ikonik atau arsitektur ikonik yang berada di berbagai belahan dunia. Bangunan ikonik atau arsitektur ikonik pada saat sekarang ini adalah sinonim atau sepadan atau sepandan dengan kata ‘bangunan yang mempertunjukan dengan hebat (istilah bahasa Inggris-nya – ‘extravaganza’ ). Mengapa demikian? Bangunan ikonik atau arsitektur ikonik yang ada pada kenyataannya merupakan bangunan atau
arsitektur yang cenderung ‘megah’ dan ‘mewah’ serta ‘mahal’. Sebanding dengan adanya bangunan ikonik atau arsitektur ikonik skala kota maupun skala Negara, kita akan ter-heran-heran dan merasa ‘takjub’

dengan tampilan visual yang hebat lagi mewah dan megah serta mahal.
Keberadaan ‘arsitektur ikonik’ pada saat sekarang ini juga menjadi bahan kajian dan pengamatan secara seksama. Tidak kurang dari para arsitek kelas dunia, para perancang kota (urban designer),
para wakil rakyat atau angota parlemen hingga ke para konglomerat penyandang multi-juta-an dolar
bahkan sampai ke para artis dan selebritis dunia – turut dalam menggagas munculnya ‘bangunan ikonik’
atau ‘arsitektur ikonik’. Para pakar bidang arsitektur hingga ke perancang kota, pada saat sekarang ini,
giat mengadakan kajian kaitan antara arsitektur ikonik dengan arus / trends kapitalisme dunia. Bahkan
pakar ekonomi dunia dari Inggris yaitu Dr.Leslie Sklair, membuat buku yang berjudul: ‘Iconic Architecture
and Capitalist Globalization’. Sebuah buku terbaru yang mencengangkan dimana ada kaitan antara keberadaan arsitektur ikonik dengan pusat-pusat ekonomi kapitalis dunia.
Apa yang tengah terjadi pada saat sekarang ini dengan ‘bangunan ikonik’ atau ‘arsitektur ikonik’? Arsitektur ikonik dikenal sebagai bangunan atau karya arsitektur yang tampilannya menunjukan ekspresi visual yang mengagumkan atau memikat sehingga masyarakat luas dunia memberi penilaian kepadanya sebagai bangunan penanda tempat serta penanda zaman dimana mereka berada. Hampir
sebagian besar dari munculnya arsitektur ikonik (khususnya bangunan / arsitektur ikonik skala negara
dan skala global), identik dengan banyaknya dana atau modal yang di-investasikan. Bahkan para pengamat ekonomi dunia, memberi tanggapan bahwa keberadaan ‘arsitektur ikonik’ skala negara dan skala
dunia, cenderung merupakan mega-proyek yang investasinya mencapai ratusan juta dolar. Keberadaan
arsitektur ikonik skala negara atau skala dunia dimaksud dirasakan keberadaannya di kawasan pusat
pertumbuhan ekonomi kapitalis dunia.

Photo 01 :
Arsitektur Ikonik Era Arsitektur Modern : (a) Chitosan House, (b) Sydney Opera House & (c) Ronchamp Chapel.

‘ARSITEKTUR IKONIK’ DAN TREND GLOBALISASI EKONOMI KAPITALIS.
Kajian tentang arus (trend) dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dunia menjadikan berbagai

negara cenderung mempunyai tumpukan modal atau cadangan devisa yang sangat banyak. Sebagai
contoh pada saat sekarang terdapat negara-negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
cukup besar. Misalnya : negara-negara teluk disekitar jazirah Arab, negara-negara ini merupakan negara
yang kaya (memiliki kapital cukup besar) akibat limpahan produksi minyak mentah, seperti misalnya:
Arab Saudi, Qatar, Uni-Emirat Arab dan Kuwait. Kemudian kita lihat negara raksasa yang menggeliat
pertumbuhan ekonominya, yaitu China dengan tingkat pertumbuhan ekonomi mendekati 17% rata-rata
per-tahun, disusul negara Jepang, Australia, Inggris, Australia, Korea Selatan, Amerika Serikat (USA)
serta Singapura.
Dr. Leslie Skalair, pakar ekonomi dari Inggris, dalam bukunya: Iconic Architecture and Capitalist Globalization, mengungkapkan bahwa keberadaan bangunan-bangunan ikonik atau arsitekturarsitektur ikonik yang ada di dunia sekarang ini tidak lain adalah tampilan dari pusat-pusat kekuatan kapitalis dunia. Keberadaan para kapitalis dunia ini mengumpulkan modal dan dananya untuk diinvestasikan pada ‘bangunan ikonik’ yang menjadikan tanda-tanda sebagai ‘iklan’ atau ‘icon’ dari negara
tertentu. Bangunan ikonik dimaksud pada dasarnya merupakan bentuk ekspresi dari ‘fashion’ tingkat dunia yang mencirikan trend kehidupan saat sekarang ini yang cenderung bersifat konsumtif. Bangunan
ikonik atau arsitektur ikonik, pada saat sekarang ini, menjadi sarana untuk meng-iklan-kan negara atau
belahan dunia, tentang kemajuan zaman maupun kemajuan kehidupan manusia di era pasca modernis.

Photo 02 :
Arsitektur Ikonik Masa Kini : (a) Bilbao Museum Spain, (b) The Explanade Building Singapore, dan (c) Shangri-La Condominium..

Pertumbuhan ekonomi dunia banyak dipengaruhi oleh arus ekonomi kapitalis menyebabkan
tumbuhnya kawasan-kawasan tertentu yang mempunyai tingkat / laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Pemusatan kekuatan kapital atau modal dunia pada saat sekarang ini cenderung untuk diwujudkan dalam bentuk media iklan yang sangat ampuh untuk kepentingan pemasaran produk-produk mereka. Demikian pula kaum kapitalis dunia, sampai tingkatan tertentu ada kegandrungan untuk mewujudkan impiannya dalam bentuk ‘bangunan ikonik’ (skala dunia). Dalam merencanakan dan mewujudkan
‘bangunan ikonik’ yang menawan, atraktif dan cenderung mewah pada kenyataannya memerlukan dana

atau investasi atau modal yang sangat besar.
Keberadaan atau munculnya bangunan ikonik atau arsitektur ikonik skala kota ataupun skala Negara banyak menimbulkan ekses atau dampak atau dapat dikatakan – kasus. Pada beberapa hal bangunan ikonik atau arsitektur ikonik hanya dijadikan alat sebagai pemuas ‘fashion’ mutakhir bidang arsitektur. Hal ini dapat dilacak dimana beberapa arsitek cenderung menjadi ‘arsitek tanda-tangan’ yang mengiya-kan keinginan dan kebutuhan klien, yang pada dasarnya adalah pemilik modal besar para kaum kapi-

talis dunia. Keinginan para klien yang merupakan kaum kapitalis dunia ini, bersama-sama dengan para
wakil rakyat (=anggota parlemen) yang menginginkan suatu bentuk penghargaan atau pujian, menyebabkan pada banyak kenyataan sering melupakan kebutuhan primer dari masyarakat luas.
Memang dalam mewujudkan bangunan ikonik di beberapa tempat, seringkali klien berhadapan
dengan masalah-masalah ‘keterbatasan’ dana atau biaya serta masalah ‘kesepakatan politik’ pihak-pihak
berkepentingan, sehingga acapkali – proses pewujudan ‘arsitektur ikonik’ agak lambat atau tersendat
mengingat mahal atau besarnya modal yang ditanamkan. Sebagai contoh misalnya: Bangunan ‘Garuda
Wisnu Kencana’ sebuah maha-karya pematung I Nyoman Nuartha, dari saat peletakan batu pertama
dimulainya proyek ini, mengalami penundaan – sekitar lima belas tahun untuk menyelesaikan hingga
tuntas. Beruntung, lokasi proyek ini didukung penuh oleh Pemeritah Pusat dan Pemerintah Propinsi Bali.
Secara penampilan visual, bangunan ‘Garuda Wisnu Kencana’ ini selain memang memiliki nilai estetika,
juga diperkuat atau didorong oleh nilai-nilai ‘maknawi’ yang melekat pada cerita Dewa Wishnu dengan
Garuda-nya.

ARSITEKTUR ‘PENANDA TEMPAT’ (PLACE ICON) DI BERBAGAI BELAHAN DUNIA.
Arsitektur ikonik atau bangunan ikonik, melihat pengertiannya adalah arsitektur atau bangunan
yang ditujukan sebagai penanda (=icon) dari sesuatu yang akan diangkat. Arsitektur ikonik juga pada dasarnya berkedudukan atau berposisi sebagai ‘penanda tempat’ atau place icon’ dari lingkungan di sekitarnya. Setidaknya terdapat tiga ciri utama dari ‘arsitektur ikonik’, yaitu: (a) pada umumnya memiliki skala atau besaran yang ‘megah’ (sangat besar), (b) dilihat dari pemilihan bentuk atau sosok 3 dimensi dari
bangunan tersebut sebagian besar memilik bentuk bangunan yang ‘atraktif’ atau ‘menarik’ atau bentuk

yang ‘tidak biasa’ atau ‘lain dari yang lain’ secara visual, dan (c) berkaitan dengan setting tempat, bangunan-bangunan tersebut diatas – biasaya menempati lokasi (site) yang strategis sehingga mudah dikenali (atau dapat mudah dilihat secara visual) oleh dan dari lingkungan sekitarnya.
Dalam perjalanan waktu, arsitektur ikonik lebih cenderung juga sebagai ‘arsitektur penanda tempat’, yaitu arsitektur atau bangunan yang dapat dijadikan ‘tanda’ bagi tempat (place) dimana bangunan
itu berada. Dengan demikian ‘arsitektur ikonik’ dapat menjadi penanda dari suatu tempat, kawasan, lingkungan, kota bahkan suatu negara. Orang kebanyakan atau masyarakat luas, dapat menempatkan ‘arsitektur ikonik’ yang dimaksud sebagai tanda-tanda (sign) dan sekaligus penanda (icon) dari kawasan atau
lingkungan tempat atau kota atau Negara, dimana mereka pernah melihat atau mengunjunginya. Tandatanda (sign) dan penanda (icon) dimaksud, secara ‘sengaja’ dijadikan tujuan utama oleh para arsitek dalam merancang arsitektur ikonik. Dengan alat atau bantuan ‘arsitektur ikonik’ – suatu kawasan atau lingkungan, suatu kota atau negara dapat dikenali melalui ‘icon-icon-nya.
Mari kita lihat peran dari arsitektur ikonik yang berfungsi atau berposisi sebagai ‘penanda tempat’ (place icon) pada banyak kawasan atau kota bahkan negara di berbagai belahan dunia. Mulai dari
zaman Renaisance yang tengah terjadi di daratan Eropa, banyak karya arsitektur masa itu yang menjadi
arsitektur ‘penanda tempat’. Misalnya : Florence Cathedrals, dengan bentuk denah bangunan persegi
membentuk salib didukung oleh struktur Cupola untuk ruangan utama katedral, Villa de Guilia di kota
Roma, dengan gaya arsitektur renaissance yang menawan, Plaza del Campidoglio di kota Roma, karya
besar artis (seniman) Michael Angelo (proyek tahun 1569) dimana letak plaza (ruang terbuka kota) diapit
oleh bangunan bangunan perkantoran, kemudian Gereja Santa Peters di kota Roma yang bercirikan
bangunan ibadat kaum Kristiani.
Bangunan ikonik juga terus bermunculan, pada era abad ke 18 di daratan Eropa, dapat kita lihat
misalnya karya arsitektur seperti: Marie-Joseph Peyre and Charles de Wailly Theatre atau yang sekarang dikenal sebagai Theatre de France di kota Paris (1767 -1770), kemudian bangunan Jacques Gondoin - Anatomy Theatre yang sekarang dikenal sebagai Ecole de Medicine atau Sekolah Tinggi Kedokteran di kota Paris (1769 – 1775). Bangunan George Dance II – Common Council Chamber, di Guildhall
kota London (1777 -1779). Serta bangunan Lathbury Court – Bank of England, di kota London dengan
gaya arsitektur abad ke 18 yang sekarang menjadi Sir John Scane’s Musseum di kota London. (lihat
Hyman – Trachtenberg – 1986).
Di era arsitektur modern hingga saat sekarang ini (dalam memasuki abad 21), telah banyak didirikan bangunan ikonik atau karya arsitektur ikonik yang ber-posisi sebagai ‘penanda tempat’ (place
icon) sehingga mudah dikenali dan diingat masyarakat luas. Bangunan ikonik atau arsitektur ikonik dimaksud pada umumnya bangunan atau arsitektur ikonik skala kota atau bahkan skala negara. Untuk kurun waktu 1960 hingga 1980-an, banyak karya arsitektur yang berperan sebagai ‘arsitektur ikonik’ terutama yang berjasa dalam memasarkan ‘citra’ dari kota-kota tertentu di dunia. Misalnya kita ambil contoh:
(a) bangunan “Sydney Opera House, bangunan pertunjukan opera dan music ini dirancang oleh arsitek


ternama John Utzondengan mengambil analogi bentuk ‘angsa yang sedang berenang’. Bangunan ini telah berhasil menjadi icon dari kota Sydney bahkan Negara Australia secara umum.
(b) bangunan perkantoran skala dunia dengan berupa bangunan berlantai banyak (high rise building)
dengan gaya arsitektur post-modern, yaitu : bangunan kantor WTC (World Trade Center) di kawasan
bisnis kota metropolitan New York. Bangunan kantor WTC ini merupakan ikon dari kejayaan arus ekonomi kapitalis dunia, yang dirancang oleh arsitek Minoru Yamasaki. (c), bangunan museum yayasan
seni Solomon ‘Gugenheim’ di pusat kota New York. Karya era akhir dari arsitek besar Frank Lyod Right,
dengan konsep sirkulasi bangunan yang berputar ‘tiada terputus’ (continue) menjadikan ekspresi bentuk
‘yang lain’ di tengah lautan bangunan arsitektur modern yang geometris.
(d) bangunan perkantoran berlantai banyak untuk pusat John Hancock di kota Chicago. Bangunan ini
merupakan ciri dari arsitektur modern periode 1970-an, yang mengetengahkan kekokohan bangunan
struktur lantai banyak atau bangunan tinggi. Dengan ciri khasnya yaitu bangunan dengan struktur ‘braching’ (struktur diagonal pada sisi luar bangunan) yang turut menjadi ekspresi tampak bangunan. Bangunan ini untuk era 1970-1980-an menjadi icon atau penanda tempat bagi kota industri Chicago di Amerika
Serikat. Hingga (e) bangunan dari Hyatt Regency Hotel yang sangat mewah di kota San Fransisco –
Amerika Serikat. Bangunan hotel ini menggunakan strukstur system lantai berlapis-lapis dengan adanya
kantilever pada beberapa bagian bangunan yang variatif. Disamping itu bangunan hotel Hyatt ini memiliki sebuah atrium yang berukuran sangat besar.
Untuk arsitektur terkini atau arsitektur kontemporer (era 1990 hingga 2010-an), peran dari arsitektur
ikonik yang menjadi ‘penanda tempat’ (place icon) telah banyak dibangun. Namun bangunan ikonik atau
arsitektur ikonik yang dibangun tersebut lebih banyak bertujuan untuk menjual atau memasarkan pusatpusat pertumbuhan ekonomi kawasan. Sehingga tak heran jika keberadaan ‘arsitektur ikonik’ pada saat
sekarang ini

Gambar 03 :
(a) Twin Tower Petronas di Kuala Lumpur Malaysia – (b) Bangunan WTC di New York – (c) Bilbao National Stadium di Beijing.

lebih banyak berada di kawasan-kawasan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Misalnya sebagai contoh : (a) bangunan menara kembar – Twin Tower Petronas, bangunan perkantoran
yang pada era 1980-2000-an merupakan bangunan tertinggi di kawasan Asia, dapat tegak berdiri akibat
sokongan dana yang cukup besar dari Perusahaan Minyak Nasional Malaysia – Petronas. Bangunan
menara kembar ini sampai saat ini berhasil menjadi penanda (ikon) dari kota Kuala Lumpur – Malaysia.
(b) bangunan museum ‘Leuvre’ yang terletak di pusat kota Paris, dengan bentuk pyramidal yang
menawan, dijadikan symbol dan penanda tempat bagi kota Paris yang modern. Letak bangunan museum Leuvre yang sentries dengan sumbu kearah Triump of Arch menjadikan bangunan ini mudah untuk dikenali oleh para pengunjung kota maupun masyarakat luas kota. (c) bangunan stadium olah-raga
Bilbao yang berada di kota Beijing guna terselenggaranya kegiatan Olympiade 2009. Bangunan ini merupakan bangunan spektakuler dari arsitektur terkini (kontemporer) yang mengekspresikan bangunan
sangkar burung, maha karya dari arsitek Frank Gehry – seorang arsitek kelas dunia di era awal abad 21.
(e) bangunan museum Bilbao di kota Bilbao Spanyol, bangunan ini berupakan tanda atau ikon
arsitektur kontemporer yang menggabungkan seni bangunan dengan teknologi bahan bangunan yang
sangat maju. Konsep bangunan museum ini adalah ‘kertas yang dilipat’. Bentuk atau ekspresi bangunan
yang ‘tidak biasa’ ini menjadikan orang yang melihatnya menjadi terpesona. Bangunan museum ini juga
karya dari arsi
tek terkenal Frank Gehry. Sedangkan dua bangunan atau karya arsitektur kontemporer yang diulas dibawah ini merupakan arsitektur ikonik skala kota atau negara. Yaitu (f) bangunan kantor dan apartemen
‘Dancing Tower’ yang berada di ibukota Dubai. Bangunan ini mengambil analogi bentuk daun/ rumput
yang bergoyang (menari) dan (g) bangunan hotel termewah di dunia yaitu ‘Buruj al Arab di pinggir pan-

tai kota Dubai. Bangunan hotel ‘Buruj Al Arab’ ini telah menjadi symbol dan sekaligus penanda tempat
(place icon) dari negara Dubai, dsb.

Photo 04 :
Arsitektur Ikonik di Indonesia : (a) Masjid Raya Istiqlal, (b) Gelora Bung Karno – Senayan, (c) Hotel Shangri-La – Jakarta.

Bagaimana dengan kondisi bangunan ikonik di Indonesia?. Di Indonesia keberadaan bangunan
ikonik sangat erat kaitannya dengan investasi atau modal secara capital atau financial. Dibandingkan
dengan negara-negara maju (Eropa, Jepang, USA, Singapura, dll.) – terbilang hanya sedikit bangunan
atau karya arsitektur yan bersifat ‘iconik. Karena jumlah capital yang terbatas serta oerientasi pembangunan arsitektur yang belum ke arah tersebut, maka bangunan ikonik di Indonesia – masihlah terbatas
jumlahnya. Contoh-contoh bangunan ikonik di Indonesia, khususnya di kota Jakarta, misalnya : (a) masjid raya Istiqlal, (b) stadion Gelora Bung karno – Senayan, (c) Monumen Nasional (Monas), dsb. Sedang
bangunan ikonik pada saat modern sekarang ini, misalnya : (a) Plaza Indonesia – Senayan, (b) Imporium Appartement, (c) Regatta Apartement, (d) Plaza Pasific Place, (e) Hotel Ritz Carlton, (f) ShangriLa Hotel, dsb.

PENUTUP.
‘Arsitektur Ikonik’ atau ‘Iconic Architecture’ berkaitan erat dengan pengertian dari kata kunci
yang berkaitan didalamnya, yaitu : Icon dan Iconic serta Arsitektur dan Bangunan. Dalam kamus bahasa
Inggris-Indonesia (Sadely – 1986) ‘Icon’ dapat berarti: tanda atau penanda, ada juga yang berarti: gambar(an) atau tanda dari orang suci. ‘Iconic’ dapat berarti: yang mempunyai tanda, atau objek yang menjadi penanda (baik tempat maupun waktu). Dalam kamus bahasa Inggris (Oxford - 1981), ‘Icon’ dapat diartikan sebagai penanda tempat dan penanda zaman atau era dalam kebudayaan manusia. Sedangkan
pengertian dari Arsitektur Iconik adalah karya arsitektur atau bangunan yang dapat dijadikan penanda
tempat di lingkungan sekitar.
Dalam bukunya: Iconic Architecture and Capitalist Globalization, Leslie Skalair pakar ekonomi
dunia mengungkapkan bahwa keberadaan bangunan-bangunan ikonik atau arsitektur-arsitektur ikonik
yang ada di dunia sekarang ini tidak lain adalah tampilan dari pusat-pusat kekuatan kapitalis dunia. Keberadaan para kapitalis dunia ini mengumpulkan modal dan dananya untuk di-investasikan pada ‘bangunan ikonik’ yang menjadikan tanda sebagai ‘iklan’ atau ‘icon’ dari negara tertentu. Bangunan ikonik ini
pada dasarnya merupakan bentuk ekspresi dari ‘fashion’ tingkat dunia yang mencirikan trend kehidupan
saat sekarang ini yang cenderung trendi, ingin dikenal dan cenderung konsumtif. Bahkan bangunan ikonik atau arsitektur ikonik pada saat sekarang dijadikan alat atau sarana untuk meng-iklan-kan negara
tentang kemajuan zaman maupun kemajuan kehidupan / peradaban manusia di era pasca modern.
Dalam upaya membangun identitas tempat, atau kawasan / lingkungan, kota, memilih lokasi atau tempat yang cocok (= dalam hal ini disebut setting place) – agar mudah dikenali dan dilihat oleh masyarakat
banyak dan lingkungan sekitarnya, bangunan ikonik biasanya ditempatkan pada lokasi-lokasi yang sangat strategis, misalnya: di site atau lahan yang berdekatan dengan simpang jalan, sekitar alun-alun kota,
atau lokasi pinggir / berdekatan dengan taman atau ruang terbuka kota skala besar. Bangunan ikonik juga menempati lokasi yang berada di sekitar ‘node’ – persimpangan jalan-jalan utama ini ditujukan agar
mudah untuk dikenali dan dilihat oleh para pelalu-lalang di kawasan kota.
Pada sudut-sudut tertentu di kawasan kota yang mempunyai nilai visual strategis, dibuat atau direncanakan sedemikian menarik, biasanya dengan didirikan berbagai bangunan ikonik atau arsitektur ikonik.
Ciri-ciri dalam ‘arsitektur ikonik’, ditandai dengan tiga hal utama yang melekat didalamnya. Tiga hal utama yang menjadi ciri utama dari arsitektur ikonik adalah: (a) memiliki besaran atau skala bangunan yang
relative besar dan cenderung megah, (b) memiliki atau memilih bentuk-bentuk yang ‘atraktif’ (menarik)
dari aspek visual estetika, sehingga mudah dikenal maupun diingat oleh orang banyak, dan (c) memiliki

unsur kekuatan bangunan yang tinggi – sehingga bangunan ikonik cenderung tahan lama atau berumur
panjang.
Dalam kurun waktu 1960 s/d 1980-an, telah banyak bangunan ikonik atau arsitektur ikonik yang telah
berhasil menjadi penanda tempat atau penanda suatu kota. Misalnya : (a) bangunan “Sydney Opera
House’ di kota Sydney Australia, (b) bangunan perkantoran WTC (World Trade Center) di kawasan bisnis kota metropolitan New York, (c), bangunan museum Solomon ‘Gugenheim’ di pusat kota New York,
(d) bangunan perkantoran berlantai banyak John Hancock di kota Chicago, hingga (e) bangunan Hyatt
Regency Hotel yang sangat mewah di kota San Fransisco – Amerika Serikat.
Untuk periode arsitektur saat ini, yang dikenal dengan arsitektur kontemporer (1990 - 2010an),
telah banyak didirikan bangunan ikonik atau arsitektur ikonik yang berfungsi sebagai ‘penanda tempat’.
Misalnya: (a) bangunan menara kembar – Twin Tower Petronas di Kuala Lumpur – Malaysia, (b) bangunan museum ‘Leuvre’ yang terletak di pusat kota Paris, (c) bangunan stadium olah-raga Bilbao di kota
Beijing guna terselenggaranya kegiatan Olympiade 2009, (d) bangunan museum Bilbao di kota Bilbao
Spanyol, (e) bangunan kantor dan apartemen ‘Dancing Tower’ yang berada di ibukota Dubai, dan (f)
bangunan hotel termewah di dunia yaitu ‘Buruj al Arab’ di pinggir pantai kota Dubai. Bangunan ikonik
pada saat sekarang ditujukan untuk menjadi ‘penanda tempat’ dan sekaligus ‘fashion’ bagi kehidupan
manusia masa kini.

DAFTAR PUSTAKA.
(1) Broadbent, (1980) : The Design In Architecture. John - Willey Book, Co., New York.
(2) Ching, Francis DK, (1981) : Architecture: Forms, Spaces and Orders, Mc Graw Hill Book., New York.
(3) Hyman & Trachtenberg, (1986) : Architecture : From Pre-Hystoric To Post-Modern, Academic Editions, London.
(4) Sadely, Hambali, (1986) : Kamus Besar Indonesia – Inggris, PT. Gramedia, Jakarta.
(5) Williams, Gareth, (2010) : What is ‘Iconic Architecture? And Which Buildings Are Relevant to It?, Polyark-bd-online, Manchester, United Kingdom.
(6) http://www.e-architect.co.uk/iconic-architecture.htm: Architecture Debate : Iconic Buildings Design,
website download 18 November 2011 at 15.10
(7) http://www.gowealthy.com/gowealthy/wcms/en/home/real-estate/use/dubai/the-palm-delra/index.html
:Iconic Architecture Dominate Dubai Realty, website download 18 November 2011 at 15.10