Konsep Penanganan Permasalahan Dan Ketersedi

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

KONSEP PENANGANAN PERMASALAHAN KETERSEDIAAN
SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI DI RUAS JALAN M.T.
HARYONO, KECAMATAN BALIKPAPAN SELATAN, BALIKPAPAN
Ridho Rasyanda (08131004)

Transportasi mempunyai peran yang sangat penting bagi berkembangnya
suatu kota karena dinilai sebagai pendukung kegiatan ekonomi suatu kota yang
berfungsi menyediakan jasa pelayanan bagi pergerakan baik manusia maupun
barang khususnya dalam distribusi barang dan jasa untuk sampai pada lokasi
pemasarannya. Salah satu pendukung yang paling vital dari pergerakan ini adalah
tersedia dan terintegrasinya prasarana transportasi yang ada di suatu kota.
Pada dasarnya, prasarana transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu
sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan dan
sebagai prasarana bagi pergerakan manusia dan/atau barang yang timbul akibat
adanya kegiatan di suatu daerah perkotaan. Oleh karena itu, prasarana tersebut
tidak mungkin disimpan dan digunakan hanya pada saat diperlukan dan harus selalu
dapat digunakan di mana pun dan kapan pun agar tidak kehilangan manfaatnya.

Saat ini, keberadaan dan ketersediaan prasarana transportasi telah masuk dalam
ranah

pelayanan

publik,

dimana

pelayanan

publik

dimaksudkan

untuk

mempertemukan kebutuhan dasar antara pemerintah sebagai penyedia pelayanan
dan masyarakat sebagai penerima pelayanan yang mana merupakan hak seluruh
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publiknya masing-masing.

Balikpapan sebagai salah satu kota di Indonesia yang memiliki kepadatan
aktivitas cukup tinggi memilki kelengkapan infrastruktur yang memadai dan
digadang-gadang akan menjadi ‘Singapura baru’ kelak di masa depan. Integrasi
antar infrastruktur di semua lini menjadikan Balikpapan sebagai kota yang paling
layak huni di Indonesia. Namun, dibalik itu semua, masih saja terdapat beberapa
permasalahan mendasar terkait kelengkapan sarana dan prasarana transportasi
yang ada seperti kelengkapan penanda jalan, street furniture, dan lain sebagainya

Tugas I Mata Kuliah Perencanaan Transportasi

Page 1

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

yang terjadi di beberapa koridor maupun ruas jalan Kota Balikpapan, salah satunya
seperti yang terjadi di Jalan M.T. Haryono.
Lokasi ruas jalan yang diambil untuk diteliti adalah ruas Jalan M.T. Haryono
dengan batas simpang empat kawasan Balikpapan Baru hingga simpang tiga Jalan

Jenderal Soedirman/ Tugu Beruang Madu. Ruas Jalan M.T. Haryono bagian ini
merupakan jalan yang berada di wilayah administrasi Kelurahan Gunung Bahagia
dan Kelurahan Damai Bahagia, Kecamatan Balikpapan Selatan, Balikpapan. Jalan ini
merupakan jalan arteri sekunder dan dapat dicapai melalui Jalan Jenderal
Soedirman, Jalan Ruhui Rahayu, kawasan Balikpapan Baru, dan Jalan M.T. Haryono
Dalam. Secara umum, kawasan ini didominasi oleh sektor perdagangan dan jasa
yang membuat kawasan ini memiliki tarikan dan bangkitan yang cukup tinggi.
Beberapa permasalahan terkait sistem transportasi dan ketersediaan infrastruktur
jalan yang terjadi turut mengangkat citra ruas jalan ini sebagai salah satu lokasi

black spot (rawan kecelakaan) yang ada di Kota Balikpapan.
Berdasarkan pengamatan secara langsung, terdapat beberapa permasalahan
terkait transportasi yang terjadi di sepanjang ruas Jalan M.T. Haryono yaitu kurang
memadainya sarana penerangan jalan, kemacetan temporal akibat banyaknya
kendaraan yang menuju pusat perbelanjaan Giant dan melakukan putar balik tepat
di bawah tanjakan karena u-turn yang kurang memadai, kurangnya rambu serta
penunjuk jalan, serta kurang tersedianya prasarana seperti zebra cross atau area
penyeberangan bagi pejalan kaki. Sebagai jalan dengan spesifikasi kelas jalan arteri
sekunder, permasalahan-permasalahan seperti ini tentunya harus menjadi perhatian
yang serius untuk ditangani.

Terkait penanganan permasalahan ketersediaan sarana penerangan jalan,
sudah barang tentu penyediaan dan perencanaan penempatan lampu jalan
merupakan solusi yang dianggap pas. Hal ini dikarenakan selain menyebabkan
seringnya terjadi kecelakaan terutama di malam hari karena minimnya pencahayaan
serta jarak pandang, kurangnya sarana penerangan jalan juga turut mengancam
keselamatan pengguna jalan dari segi kriminalitas, baik pengguna jalan yang
menggunakan kendaraan ataupun pejalan kaki yang melintas. Oleh karena itu,
Tugas I Mata Kuliah Perencanaan Transportasi

Page 2

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

penyediaan sarana penerangan lampu jalan dianggap sebagai hal yang wajib
dilengkapi di ruas jalan ini karena merupakan salah satu persyaratan perlengkapan
jalan bagi setiap jalan yang digunakan sebagai lalu lintas umum sebagaimana yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2013 pasal
26 dan termasuk dalam pelayanan publik yang berhak dimiliki oleh setiap

masyarakat pengguna jalan. Jika penyediaan sarana penerangan berupa lampu jalan
dianggap kurang cocok dengan keadaan jalan, sistem penerangan jalan yang
mungkin dapat dijadikan sebagai alternatif yaitu dengan melakukan rekayasa jalan
berupa pemasangan bola kristal di atas marka jalan, atau yang secara formal
disebut Glass Road Stud. Sistem rekayasa jalan ini merupakan marka mekanik yang
berfungsi untuk memantulkan cahaya yang disorot dari lampu kendaraan pengguna
jalan, sehingga saat malam hari yang cukup gelap, pengguna jalan tetap dapat
melihat garis marka untuk keselamatan saat mengemudi, mengingat banyaknya
tikungan di ruas jalan ini juga turut menjadi salah satu penyebab kecelakaan karena
ketiadaan lampu jalan menyebabkan berkurangnya jarak pandang pengguna jalan.
Di ruas jalan ini, kemacetan temporal yang terjadi diakibatkan oleh pengguna
jalan yang ingin menuju Giant dari arah yang berlawanan melakukan putar balik
bebas tepat di bawah tanjakan dikarenakan median jalan dan u-turn yang berada di
depan Giant tidak memungkinkan pengguna jalan dari arah seberang Giant untuk
melakukan putaran langsung menuju Giant dan adanya rambu lalu lintas untuk tidak
boleh melakukan putar balik yang terpasang. Oleh karena adanya ‘aktivitas’ seperti
ini, tundaan-tundaan arus lalu lintas pun kerap terjadi dan tergolong membahayakan
mengingat tundaan yang terjadi berada dalam posisi miring/ menanjak. Untuk
mengatasi kemacetan temporal, harus dilakukan rekayasa jalan berupa pembuatan
median jalan serta pembenahan konsep u-turn yang ditempatkan tepat dibawah

tanjakan dari arah seberang Giant, mengingat u-turn merupakan salah satu cara
pemecahan dalam manajemen lalu lintas jalan arteri kota (Kassan, 2005). Adapun
perencanaan dan karakteristik spesifikasi u-turn atau bukaan median dapat
berpedoman kepada peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum
Bidang Bina Marga yaitu Tata Cara Perencanaan Pemisah (No. 14/T/BNTK/1990)
serta Spesifikasi Bukaan Pemisah Jalur (SKSNIS-04-1990-F). Secara umum,
Tugas I Mata Kuliah Perencanaan Transportasi

Page 3

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

pembuatan median dan u-turn ini tetap akan menimbulkan efek tundaan, namun
akan terlihat lebih aman dan etis mengingat biasanya kendaraan yang dipacu di
jalan bertipe kelas arteri sekunder berada dalam kategori cepat dan dengan adanya
median akan terbentuk suatu tanda perputaran yang jelas. Selain itu, dengan
adanya pembuatan median diharapkan dapat menjadi pembatas arus yang jelas bagi
kendaraan yang berlawanan arah sehingga bisa mengurangi aksi serobot jalur yang

biasanya berdampak pada kecelakaan.
Untuk kelengkapan prasarana bagi pejalan kaki, kurang tersedianya jalur
penyeberangan ataupun zebra cross tentunya akan mengancam keselamatan bagi
pengguna yang akan melakukan perpindahan ataupun perubahan aktivitas ke antar
sisi jalan. Langkah penanganannya adalah dengan membuat tempat penyeberangan
bagi pejalan kaki mengingat tempat penyeberangan bagi pejalan kaki merupakan
salah satu fasilitas pendukung penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan serta
merupakan hak prioritas yang dimiliki oleh pejalan kaki sebagaimana yang telah
diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan lebih lanjut dibahas dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan. Dengan lebarnya ruas jalan di lokasi studi dan dengan kondisi
kekinian yaitu ketiadaan median jalan, disarankan untuk permulaan dan disesuaikan
dengan standar minimal bagi jalan arteri sekunder yang ada yaitu pembuatan
median dengan lebar sekitar 2,0-2,5 meter, yang penggunaannya cukup untuk
penempatan rambu, lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, serta cukup untuk
pemberhentian sementara pejalan kaki. Lalu, alternatif selanjutnya yang bisa
dilakukan yaitu pemberian ataupun pemasangan Alat Pengendali Isyarat Lalu Lintas
(APILL), yaitu perangkat peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk
mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas

jalan. Saat ini, standar APILL yang paling banyak digunakan yaitu APILL dengan
jenis Pedestrian Operated Signals atau APILL yang dioperasikan langsung oleh
pejalan kaki. APILL jenis ini dilengkapi dengan tombol tekan yang dipasang di tiang
utamanya untuk memberi tahu kehadiran pejalan kaki yang menunggu. Selain itu,
terdapat tampilan isyarat pejalan kaki yang menghadap ke seberang dengan
Tugas I Mata Kuliah Perencanaan Transportasi

Page 4

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

tampilan warna merah, kuning, dan hijau untuk untuk pengemudi/ pengendara,
sedangkan ikon manusia berdiri berwarna merah dan manusia berjalan berwarna
hijau untuk pejalan kaki. Terakhir, alternatif lainnya yang juga turut dapat digunakan
yaitu penataan fisik untuk lebih menampakkan jalur penyeberangan berupa raised

crosswalk dan curbs extention dengan membuat speed table serta perbedaan warna
dan perbedaan material pada jalan. Cara ini telah banyak diimplementasikan di

negara-negara bagian Eropa dan Amerika.
Citra Jalan M.T. Haryono sebagai lokasi rawan kecelakaan juga tidak terlepas
dari adanya tanjakan-tanjakan tinggi, dimana pada lokasi studi terdapat dua buah
tanjakan yang tak jarang kerap menyebabkan kecelakaan, baik tunggal, antar
kendaraan, maupun beruntun. Untuk menyiasatinya, perlu dilakukan rekayasa jalan
berupa pemasangan pita penggaduh atau rumble strip. Pita penggaduh merupakan
bagian jalan yang sengaja dibuat tidak rata dengan menempatkan pita-pita setebal
10 mm sampai 40 mm melintang jalan pada pada jarak yang berdekatan, sehingga
bila ada kendaraan yang melaluinya akan diingatkan oleh getaran dan suara yang
ditimbulkan oleh lintasan dan tekanan ban yang akan lebih meningkatkan
kewaspadaan pengguna jalan menjelang terjadinya suatu bahaya. Pita penggaduh
sebaiknya dibuat dengan bahan thermoplastik atau bahan yang mempunyai
pengaruh setara yang dapat mempengaruhi pengemudi sehingga secara sadar atau
tidak sadar dapat mengurangi laju atau kecepatannya. Melihat kondisi tanjakan yang
ada di ruas ini, pemasangan pita penggaduh atau rumble strip ini dapat menjadi
solusi alternatif yang dibutuhkan.
Dari konsep-konsep penanganan yang telah dirumuskan, diharapkan ke
depannya mampu memberikan solusi alternatif ataupun gambaran gagasan sebagai
bentuk jawaban atas permasalahan terkait sarana dan prasarana transportasi di ruas
Jalan M.T. Haryono. Karena sebenarnya sistem yang baik tidak dilihat hanya dari

segi makro dan fundamentalnya, tapi bagaimana sistem dari segi mikro yang
mampu menjadi motor untuk bekerja, menopang, merangkai, dan saling berintegrasi
satu dengan yang lainnya untuk menciptakan suatu sistem makro yang efisien, baik,
dan bermanfaat untuk semua aspek kehidupan.

Tugas I Mata Kuliah Perencanaan Transportasi

Page 5

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2012. Serial Rekayasa Keselamatan Jalan : Panduan

Teknis 1 – Rekayasa Keselamatan Jalan. Kementerian Pekerjaan Umum :
Jakarta
Tamin, Ofyar Z. 1997. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. ITB : Bandung

Jurnal
Anugerah, M. Fajar. (2012). “Manajemen Pemerintahan Daerah dalam Pelayanan
Publik (Studi Pengelolaan Lampu Penerangan Jalan di Kota Pekanbaru Tahun
2012)”. 1-11.
Dharmawan, Weka Indra dan Oktarina, Devi. (2013). “Kajian Putar Balik ( U-Turn)
terhadap Kemacetan Ruas Jalan di Perkotaan (Studi Kasus Ruas Jalan Teuku
Umar dan Jalan ZA. Pagar Alam Kota Bandar Lampung”. Konferensi Nasional

Teknik Sipil 7 (KoNTeks 7). T-189-T-196.
Kasan, Muhammad, dkk. (2005). “Pengaruh U-Turn terhadap Karakteristik Arus Lalu
Lintas di Ruas Jalan Kota Palu (Studi Kasus Jl. Moh. Yamin Palu)”. Jurnal

SMARTek. 3 (3), 146-159.
Purba, Erick A. dan Harianto, Joni. “Pengaruh Gerak U-Turn pada Bukaan Median
terhadap Karakteristik Arus Lalu Lintas di Ruas Jalan Kota (Studi Kasus : Jl.
Sisingamangaraja Medan”. 1-11.
Suweda, I Wayan. (2009). “Pentingnya Pengembangan Zona Selamat Sekolah Demi
Keselamatan Bersama di Jalan Raya (Suatu Tinjauan Pustaka)”. Jurnal Ilmiah

Teknik Sipil. 13 (1), 1-12.
Usman, Muh. Yusuf, dkk. (2014). “Kajian Audit Keselamatan Jalan Raya Kapongan
Kabupaten Situbondo”. Jurnal Rekayasa Sipil. 8 (3), 221-228.

Tugas I Mata Kuliah Perencanaan Transportasi

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

Kebijakan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan

Tugas I Mata Kuliah Perencanaan Transportasi