166 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA APARATUR UNTUK MENINGKATKAN KINERJA

RESOURCES DEVELOPMENT IN IMPROVING PERFORMANCE

( A Study at the Ketapang Regency Governance)

Erwin Sudradjat

Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Publik PPSUB

Choirul Saleh dan H.R. Riyadi Soeprapto (alm)

Dosen Jurusan Ilmu AdministrasiN Publik FIAUB

ABSTRAK

Otonomi daerah memberikan peluang yang lebih besar untuk kemajuan daerah tantangan kepada daerah disebabkan kinerja aparatur pemerintah daerah yang masih relatif rendah. Pengembangan sumberdaya aparatur, yang intinya adalah pendidikan dan pelatihan bagi aparatur, mutlak dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisa pelaksanaan program pengembangan sumberdaya aparatur di Kabupaten Ketapang serta dampaknya terhadap kinerja aparatur di daerah. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Proses analisa data mengikuti model analisa yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) dengan model interaktif, meliputi tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Dari penelitian ini ditemukan hal-hal: (1) Pelaksanaan diklatpim tingkat IV di Kabupaten Ketapang ternyata masih dirasakan banyak kekurangan dan kendala. Kekurangan yang sangat dirasakan dari segi penyelenggaraan diklat adalah mengenai materi diklat dirasakan terlalu luas, kurangnya kemampuan pelatih dalam menciptakan suasana kelas yang mampu membuat peserta tertarik untuk mengikuti kegiatan di kelas, serta sarana dan prasarana diklat yang kurang memadai; dan (2) Tujuan pelaksanaan diklatpim tingkat IV di Kabupaten Ketapang belum sepenuhnya tercapai. Alumni diklatpim tingkat IV di Kabupaten Ketapang tahun 2003 banyak yang menanggapi bahwa sebenarnya diklatpim tingkat IV tidak terlalu dirasakan dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerja. Tidak begitu nyatanya dampak pelaksanaan diklat terhadap peningkatan kinerja juga dirasakan oleh atasan langsung yang dalam hal ini merupakan pengguna langsung alumni diklatpim tingkat IV tersebut.

Saran yang dapat diberikan dari penelitian adalah : (1) perlu dipelajari tentang kemungkinan pembentukan lembaga tersendiri yang khusus menangani kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam lembaga pemerintah Kabupaten Ketapang; (2) Untuk mengetahui seberapa jauh pencapaian tujuan diklatpim yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Ketapang kiranya perlu diadakan evaluasi terhadap kinerja lulusan diklatpim tingkat IV tersebut. Hasil evaluasi terhadap peserta diklat tersebut juga nantinya dapat digunakan sebagai bahan untuk perbaikan penyelenggaraan diklat di masa mendatang.

Kata kunci: kepemimpinan, sumberdaya, aparatur

ABSTRACT

Local autonomous give larger opportunity for progress of local and also challenge to local performance of aparatus of local governance which still relative lower. Development of aparatus resources, which its core is education and training for aparatus, is absolutely needed in improving performance.

This research was aimed to describe and analyze aparatus resources development program of the Ketapang Regency Governance, through leadership education and training and also its impact on the performance of local govern aparatus.

This research using qualitative research approach. Process analysis of data follow model of analysis proposed by Miles and Huberman (1992) with interactive model, covering three path of activities that are reduce data, presentation of data and verification.

Results of this research are the followings (1). Leadership education and training level IV at the Ketapang Regency still really be felt by a lot of insuffiency and constraint. Very insuffiency felt from facet of management of leadership education and training level

IV is materials of its felt too wide, lack of ability of coach in creating atmosphere of class capable to make audiences interested to follow activity in class, and also medium which less be adequate (2). Target of leadership education and training level IV at the Ketapang Regency Govern not reached full yet. A lot of collegiate of leadership education and training level IV year 2003 at the Ketapang Regency Govern answered that in fact leadership education and training level the IV did not too felt can improve their ability in working. There is no reality affect of leadership education and training to improve of performance also felt by direct supervision which in this case represent direct consumer of collegiate of leadeship education and training level IV.

Suggestions which can be given from this research are (1). Presumably require to be learned by about possibility of special separate institute forming handle training and education activity in govern agency of the Ketapang Regency (2). To know how far the target of leadership education and training level IV attainment which have been executed by the Ketapang Regency Government presumably require to be performed by evaluation to grad leadership education and training performance level IV. Result of evaluation to the competitor of leadership education and training also later serve the purpose of the substance for the management of leadership education and training repair in a period of coming.

Keywords: leadership, aparature, performance

PENDAHULUAN

mengelola dan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada di daerah dalam

Pengembangan sumberdaya aparatur rangka menjalankan roda pemerintahan pada dasarnya merupakan bagian daripada

dan pembangunan. Namun, selain mem- program pembinaan aparatur yang ber-

berikan harapan ternyata UU No. 22 tahun tujuan untuk meningkatkan kinerja dan

1999 sekaligus juga merupakan tantangan profesionalisme aparatur. Pada akhirnya

bagi daerah terutama sehubungan dengan diharapkan tercipta aparatur yang memiliki

sangat terbatasnya kemampuan aparatur kemampuan manajerial yang baik dalam

pemerintahan daerah. Desentralisasi fungsi rangka pelayanan publik dan pelaksanaan

- fungsi pemerintahan pusat kepada tugas sehari-hari. UU No. 22 tahun 1999

pemerintah daerah secara besar-besaran tentang Pemerintah Daerah yang lahir

melibatkan pengalihan secara besar- sebagai konsekuensi

besaran pula tanggung jawab pengelolaan reformasi memberikan harapan kepada

dari semangat

berbagai sumberdaya dari pemerintah pemerintah daerah untuk lebih leluasa

pusat kepada pemerintah daerah. Oleh pusat kepada pemerintah daerah. Oleh

disampaikan, maka dalam penelitian ini untuk mempersiapkan diri dalam rangka

perumusan masalahnya adalah: (1) Bagai- merencanakan, membuat, melaksanakan,

pelaksanaan program pe- dan mengevaluasi berbagai kebijakan dan

manakah

ngembangan sumberdaya aparatur melalui program pembangunan guna mencapai

pendidikan dan pelatihan dalam jabatan kesejahteraan masyarakat dengan meman-

PNS yang dilaksanakan oleh Pemerintah faatkan berbagai sumberdaya yang ada di

Kabupaten Ketapang ? (2) Bagaimanakah daerah.

kinerja lulusan program pendidikan dan Berkenaan dengan hal di atas, Thoha

pelatihan dalam jabatan PNS setelah (1991) mengatakan bahwa sumberdaya

mereka mengikuti pendidikan dan pe- aparatur pemerintah merupakan aset

latihan yang dilaksanakan oleh Pemerintah terpenting bagi suatu pemerintahan dalam

Kabupaten Ketapang ? (3) Bagaimanakah menyelenggarakan kinerjanya. Disisi lain,

faktor-faktor yang menjadi penghambat sumberdaya aparatur adalah hambatan

dalam pelaksanaan pendidikan dan terbesar dalam pelaksanaan pembangunan

pelatihan dalam jabatan PNS sebagai salah yang disebabkan oleh kemampuan aparatur

satu strategi pengembangan sumberdaya pemerintah yang masih relatif rendah.

aparatur di Kabupaten Ketapang ? Dengan bertambahnya kewenangan dan

Tujuan yang ingin dicapai dengan tugas pemerintah daerah untuk mengelola

dilaksanakannya penelitian ini adalah: (1) dan mengembangkan sumberdaya daerah

Mendeskripsikan dan menganalisa pe- serta mengurus rumah tangganya, maka

laksanaan program pengembangan sum- seharusnya ini menjadi momentum tepat

berdaya aparatur melalui pendidikan dan bagi pemerintah lokal untuk berbenah diri.

pelatihan dalam jabatan PNS yang selama Pandangan mengenai kurang baiknya

ini dilaksanakan oleh Pemerintah Kabu- kualitas pendidikan dan pelatihan aparatur

paten Ketapang; (2) Mendeskripsikan dan juga disampaikan oleh Presiden Republik

menganalisa kinerja lulusan program Indonesia, Megawati Soekarno Putri.

pendidkan dan pelatihan dalam jabatan Dalam sambutannya pada acara pem-

PNS yang dilaksanakan oleh Pemerintah bukaan Rapat Koordinasi Pendayagunaan

Kabupaten Ketapang; (3) Mendeskripsikan Aparatur Negara Tingkat Nasional (Ra-

dan menganalisa faktor-faktor yang korpannas), kepala negara mengung-

menjadi penghambat dalam pelaksanaan kapkan perlu adanya pembenahan sistem

pendidikan dan pelatihan dalam jabatan diklat pegawai karena semakin lama

PNS sebagai salah satu strategi pengem- semakin tidak jelas terkait dengan

bangan sumberdaya aparatur di Kabupaten profesionalisme dan peningkatan pro-

Ketapang.

duktivitas pegawai. Padahal idealnya, dengan mengikuti berbagai program pendidikan dan pelatihan

METODE PENELITIAN

diharapkan akan meningkatkan kinerja peserta pelatihan dalam menjalankan

Jenis penelitian yang digunakan tugasnya. Oleh sebab itu setiap organisasi,

dalam penelitian ini adalah jenis penelitian termasuk organisasi pemerintahan, harus

yang menggunakan pendekatan kualitatif. senantiasa memantau kebutuhan terhadap

Penelitian dengan pendekatan kualitatif sumber daya manusia yang memiliki

digunakan untuk menggambarkan kehidup- kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan

an manusia yang bersifat kasuistik namun motivasi kerja dalam kadar tertentu untuk

mendalam (in depth) dan meneyeluruh disesuaikan dengan tuntutan perkem-

(holistic). Berkenaan dengan hal ini bangan pekerjaan yang harus dipenuhi

Bogdan dan Taylor sebagaimana yang guna mencapai tujuan organisasi.

dikutip Moleong (2000) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur dikutip Moleong (2000) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

tersebut adalah dalam hal pengelolaan deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

data

sumberdaya manusia (pasal 76 UU No. lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan

2. Rendahnya kualitas sumberdaya pada situasi dan individu tersebut secara

aparatur pemerintahan daerah yang holistic (utuh).

dirasakan di sebagain besar daerah di Dalam menggambarkan dan meng-

seluruh Inonesia juga dirasakan di daerah analisa hasil penelitian ini ditekankan pada

Kabupaten Ketapang. Hal ini berakibat metode

rendahnya kinerja organisasi kualitatif, yang lebih menekankan proses

atau pendekatan

deskriptif

pada

pemerintahan daerah dan merupakan penelitian daripada

pokok dalam rangka sehingga bukan kebenaran mutlak yang

hasil penelitian

permasalahan

melaksanakan otonomi daerah berdasarkan akan

dicari melainkan pemahaman Undang-undang Nomor 22 tahun 1999. mendalam tentang sesuatu fenomena. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif

Sumber Data

maka masalah-masalah akan dipandang Dalam penentuan informan ini pe- sebagai bagian yang tak terpisahkan dan

neliti memilihnya dengan cara purposive. tak terukur dari seluruh sistem dimana

Muhadjir (1991) mengatakan bahwa masalah-masalah

purposive sampling digunakan bila peneliti bagian yang saling berkaitan satu sama

tersebut

merupakan

menduga bahwa populasinya (dilihat dari lain.

segi obyek studi yang dipilih) tidak Fokus penelitian ini adalah : (1)

homogen. Dalam penelitian ini yang pelaksanaan program

menjadi obyek utama penelitian adalah sumberdaya aparatur yang dilaksanakan

pengem-bangan

pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di oleh Pemerintah Kabupaten Ketapang,

Pemerintah Kabupaten yang meliputi : (a) Peningkatan kuantitas

lingkungan

Ketapang yang telah mengikuti pendidikan sumberdaya aparatur; (b) Peningkatan

dan pelatihan kepemimpinan tingkat IV kualitas sumberdaya aparatur ; (2) Penye-

(diklatpim tingkat IV) yang diselenggara- lenggaraan pendidikan dan pelatihan

kan oleh Pemerintah Ketapang pada tahun kepemimpinan oleh Pemerintah Kabupaten

2003, dimana dilihat dari latar belakang Ketapang : Materi pendidikan dan pela-

pendidikan serta tugas pokok dan tihan, Tenaga pelatih pendidikan dan

fungsinya sangat beraneka ragam atau pelatihan ;

tidak homogen. Dari obyek studi tersebut pelatihan ; (3) Kinerja lulusan program

akan dipilih sampel yang dianggap pen-didikan dan pelatihan dalam jabatan

represantatif untuk dijadikan informan, PNS yang dilaksanakan oleh Pemerintah

yang didasari penetapan oleh informan Kabupaten Ketapang : Tingkat Kesalahan

awalnya. Dalam penelitian ini sebagai dalam melaksanakan pekerjaan ; Ketepatan

informan awalnya adalah Sekretaris waktu dalam melaksnakan pekerjaan ;

Daerah Kabupaten Ketapang dan Kepala Pengetahuan tentang pekerjaan ; Kualitas

Bagian Kepegawian Sekretariat Daerah Hasil Kerja.

Kabupaten Ketapang sebagai orang yang Penelitian dilakukan dengan lokasi

paling bertanggung jawab terhadap penelitian Pemerintah Daerah Kabupaten

pengelolaan sumberdaya aparatur di Ketapang Propinsi Kalimantan Barat

Pemerintahan Daerah dengan beberapa pertimbangan berikut :

lingkungan

Kabupaten Ketapang. Sedangkan informan

1. Dengan diberlakukannya Undang- selanjutnya ditentukan melalui informan undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

awal.

Pemerintahan Daerah maka kewenangan Dengan menggunakan pendekatan yang diberikan oleh pemerintah kepada

kualititaf maka guna memahami secara pemerintah daerah semakin besar. Salah

mendalam obyek dan fenomena penelitian, satu kewenangan yang semakin besar

peneliti perlu pula betul-betul mengamati peneliti perlu pula betul-betul mengamati

peristiwa

dan

menjadikannya sebagai salah satu sumber Berdasarkan komposisi sumberdaya data penelitian. Hasil pengamatan langsung

aparatur di Kabupaten Ketapang, pada ini lalu dibandingkan atau dipadukan

tahun 2004 telah terjadi peningkatan dengan data yang diperoleh dengan cara

jumlah pegawai secara besar-besaran di lain, sehingga data yang terkumpul akan

jajaran pemerintah Kabupaten Ketapang. lebih akurat.

Peningkatan jumlah pegawai ini bukan Berbagai peristiwa atau kegiatan yang

pada kebutuhan daerah berkaitan dengan permasalahan dalam

didasarkan

melainkan karena pengalihan status penelitian ini antara lain : (a) Penye-

sebagian besar pegawai pusat kepada lenggaraan pendidikan dan pelatihan dalam

daerah dan juga karena penerimaan jabatan PNS oleh Pemerintah Kabupaten

pegawai yang merupakan jatah dari Ketapang; (b) Rapat-rapat pembahasan

pusat. Pengembangan tentang pendidikan dan pelatihan dalam

pemerintah

sumberdaya aparatur dalam hal kuantitas jabatan PNS dalam rangka pengembangan

ini dalam banyak hal justru menjadi beban sumberdaya

pemerintah daerah Kabupaten Kabupaten Ketapang; dan (c) Berbagai

Ketapang. Kenyataan ini diperkuat pula aktivitas yang dilakukan oleh alumni

dari hasil wawancara dengan pejabat yang diklatpim tingkat IV yang dilaksanakan

berwenang dalam pengelolaan sumberdaya oleh Pemerintah Kabupaten Ketapang.

aparatur di Kabupaten Ketapang. Ditinjau Dokumen yang dikumpulkan adalah

toritis, pengembangan dokumen yang relevan dengan masalah

dari

aspek

sumberdaya sebagaimana yang seperti ini dan fokus penelitian seperti Undang-

tidak sesuai. Menurut undang mengenai kepegawaian, Peraturan

sebenarnya

Notoatmodjo (1998) peningkatan kualitas Pemerintah, Peraturan Daerah, Surat

sumberdaya manusia lebih utama daripada Keputusan

peningkatan kuantitasnya. mengatur

Bupati Ketapang

yang

Hal tersebut juga sejalan dengan pengembangan

pelaksanaan

program

pendapat Effendi (1992) yang mengatakan laporan realisasi pelaksanaan program

sumberdaya

aparatur,

pendidikan dan pelatihan pengembangan

bahwa

unsur terpenting bagi terutama pendidikan dan pelatihan di

pengembangan sumberdaya manusia. Hal Kabupaten Ketapang,

senada juga diungkapkan oleh Emerij dokumen yang berkaitan dengan masalah

dan

lain-lain

dalam Haq dan Kirdar (1986) yang yang diteliti.

mengatakan bahwa pada pokoknya

Analisa Data

sumberdaya manusia Dalam penelitian ini proses analisa

pengembangan

bertumpu pada aspek pendidikan dan data yang digunakan mengikuti model

pelatihan itu sendiri. Pengembangan analisa seperti yang dikemukakan oleh

manusia dengan Miles dan Huberman (1992) dengan model

sumberdaya

meningkatkan kuantitas pegawai justru interaktif (interactible models ) yang

akan menjadi beban tersendiri jika tidak meliputi tiga alur kegiatan yang terjadi

bisa dikelola dengan baik. Permasalahan bersamaan dan merupakan kegiatan yang

yang krusial yang dihadapi pemerintah tidak terpisahkan satu sama lain, yaitu

daerah saat ini sebenarnya adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan

meningkatkan kualitas kesimpulan/verifikasi.

bagaimana

sumberdaya aparatur yang telah ada di daerah, bukan peningkatan kuantitasnya. Memang, mengenai gaji pegawai negeri

HASIL DAN PEMBAHASAN

bukan merupakan persoalan yang pokok bagi daerah karena penggajian pegawai

Peningkatan Kuantitas Sumber

negeri

merupakan tanggung jawab

daya Aparatur

pemerintah pusat. Akan tetapi, persoalan pemerintah pusat. Akan tetapi, persoalan

meningkatkan kinerjanya. Salah satu upaya lebih penting adalah bagaimana penge-

penting dalam rangka peningkatan kualitas lolaannya dan bagaimana meningkatkan

sumberdaya aparatur tersebut adalah kualitas kinerja aparaturnya. Dengan kata

melalui pendidikan dan pelatihan, dan juga lain, pendidikan dan pelatihan sebagai

perlu didukung pengalaman lapangan yang sarana untuk meningkatkan kualitas

panjang. Hal ini bertentangan dengan sumberdaya aparatur

kenyataan di Kabupaten Ketapang yang daripada peningkatan jumlah pegawai.

lebih

penting

telah melaksanakan peningkatan kuantitas Berkenaan dengan hal di atas, Thoha

pegawainya, meskipun hal ini diakui (1991) mengatakan bahwa sumberdaya

sebagai kewajiban yang diberikan oleh aparatur pemerintah merupakan aset

pemerintah pusat sebagai salah satu terpenting bagi suatu pemerintahan dalam

konsekuensi dari pelaksanaan otonomi menyelenggarakan kinerjanya. Disisi lain,

daerah. Oleh karena itu, yang harus betul- sumberdaya aparatur adalah hambatan

betul diperhatikan adalah bagaimana terbesar dalam pelaksanaan pembangunan

dengan sebaik-baiknya yang disebabkan oleh kemampuan aparatur

mengelola

sumberdaya aparatur yang demikian besar pemerintah yang masih relatif rendah.

tersebut agar tidak menjadi beban baru Dengan bertambahnya kewenangan dan

bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tugas pemerintah daerah untuk mengelola

pemerintah daerah.

dan mengembangkan sumberdaya daerah serta mengurus rumah tangganya, maka

Peningkatan Kualitas Sumberdaya

seharusnya ini menjadi momentum tepat

Aparatur

bagi pemerintah lokal untuk berbenah diri. Dalam kaitannya dengan pengem- Dari pernyataan ini dapat dimaknai bahwa

bangan sumberdaya aparatur, di Kabupaten dengan bertambahnya kewenangan dan

Ketapang juga telah dilaksanakan berbagai tugas pemerintah daerah maka kemampuan

jenis pendidikan dan pelatihan. Jenis sumberdaya aparatur perlu ditingkatkan.

pendidikan dan pelatihan tersebut berupa Dengan demikian peningkatan kualitas

Diklat Prajabatan, Diklat Kepemimpinan, sumberdaya aparatur dalam rangka

Diklat Teknis, dan Diklat Fungsional. Dari melaksanakan kewenangan yang begitu

perspektif teoritis, pelaksanaan pengem- besar lebih utama daripada peningkatan

bangan sumberdaya aparatur melalui kuantitas.

pelatihan memang Hal yang hampir senada juga di-

pendidikan

dan

merupakan keharusan. Berbagai pendapat sampaikan oleh Rasyid (1998) yang

ahli, sebagaimana antara lain telah mengatakan bahwa inti dari otonomi

dikemukakan di atas, seperti menurut daerah adalah kinerja sumberdaya apara-

Notoatmodjo (1998) dan Effendi (1992) turnya karena ini akan menggerakkan dan

serta Emerij (dalam Haq dan Kirdar, mengarahkan pegawai dalam mencapai

1986), umumnya mengatakan bahwa inti tujuan organisasi. Dengan kata lain,

pengembangan sumberdaya perwujudan misi organisasi bisa gagal

daripada

aparatur adalah pendidikan dan pelatihan. apabila tidak didukung oleh kinerja

Di Kabupaten Ketapang, pelaksanaan pemerintahan yang berkualitas. Ini bisa

pendidikan dan pelatihan yang secara nyata diperoleh

dikelola oleh Bagian Kepegawaian Setda dipersiapkan

dari kader-kader

yang

Kabupaten Ketapang adalah Diklat pendidikan dan pelatihan yang teratur, dan

Prajabatan Golongan I dan II serta Diklat ditempa lewat pengalaman lapangan yang

Kepemimpinan tingkat IV. Sedangkan panjang. Dari pernyataan ini juga dapat

untuk diklat prajabatan golongan III, disimpulkan bahwa pengingkatan dalam

diklatpim tingkat III dan diklatpim tingkat rangka melaksanakan otonomi daerah yang

II berdasarkan peraturan yang berlaku lebih diperlukan adalah peningkatan

tidak dapat diselenggarakan oleh peme- tidak dapat diselenggarakan oleh peme-

bahwa pegawai tersebut sudah dewasa Bagian Kepegawaian Setda Kabupaten

secara intelektual sehingga mengetahui Ketapang, Hj. Normaniah, BA dalam

kelemahan-kelemahan yang masih terdapat wawancaranya dengan penulis. Namun

dalam dirinya yang harus diperbaiki demikian, penyediaan anggaran untuk

melalui program pendidikan dan pelatihan. kegiatan

Keterlibatan para manajer dari berbagai pemerintah Kabupaten Ketapang secara

satuan kerja, dalam hal ini para pimpinan keseluruhan menjadi tanggung pemerintah

instansi dalam jajaran pemerintah Kabu- Kabupaten

paten Ketapang, dalam mengidentifikasi pendidikan dan pelatihan tersebut tidak

Ketapang,

meskipun

kebutuhan diklatpim timngkat IV juga diselenggarakan oleh Bagian Kepegawaian

hanya sebatas memberikan informasi Setda Kabupaten Ketapang. Berdasarkan

mengenai jumlah pegawai yang ada di data yang ada dan dari hasil wawancara

satuan kerjanya yang sudah dan yang dengan pejabat yang berwenang, ternyata

belum mengikuti pendidikan dan pelatihan masih banyak kendala yang dihadapi

Padahal berdasarkan dalam rangka pengembangan sumberdaya

kepemimpinan.

pendapat Siagian (2003) tersebut keter- aparatur di Kabupaten Ketapang, terutama

libatan para manajer dalam meng- mengenai dana yang sangat minim atau

identifikasi kebutuhan pendidikan dan jauh dari mencukupi jika dilihat dari

dalam hal jenis jumlah pegawai yang sangat besar dan

pelatihan adalah

pendidikan dan pelatihan apa yang kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan

dibutuhkan para pegawainya. Untuk diklat- dijajaran Kabupaten Ketapang.

diklat teknis dan diklat-diklat fungsional Sementara itu menurut Siagian (2003)

sudah sesuai secara teoritis karena dalam mengidentifikasi kebutuhan akan

berdasarkan keterangan informan memang pelatihan dan pengembangan terdapat tiga

identifikasi kebutuhan pendidikan dan pihak yang turut terlibat. Ketiga pihak

pelatihan dilakukan berdasarkan teknik tersebut adalah satuan organisasi yang

prediksi yang disampaikan oleh masing- mengelola sumberdaya manusia, para

masing pimpinan instansi dalam jajaran manajer berbagai satuan kerja, dan

pemerintah Kabupaten Ketapang. pegawai yang bersangkutan. Dalam pernyataan ini terkandung makna bahwa

Penyelenggaraan Diklatpim

agar pelaksanaan diklat dapat mencapai tujuan yang diharapkan maka idenrtifikasi

Materi Pendidikan dan Pelatihan

kebutuhan akan diklat bagi masing-masing Dari pernyataan-pernyataan yang instansi sangat penting untuk dilakukan.

disampaikan oleh para alumni diklatpim Memaknai hasil wawancara sebagaimana

tingkat IV di Kabupaten Ketapang tahun yang telah dikemukakan dalam data fokus

2003 dapat disimpulkan bahwa mereka penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa

merasa materi yang diberikan dalam tidak ada keterlibatan pegawai yang

diklatpim tersebut terlalu luas atau bersifat bersangkutan dalam proses identifikasi

sangat umum. Dari dokumen yang ada kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan.

ternyata bahwa dari 23 mata pelajaran Keterlibatan

hanya 3 mata pelajaran yang langsung diperlukan agar keikutsertaan seorang

ini sebenarnya

sangat

berkenaan dengan kepemimpinan, yaitu pegawai dalam suatu kegiatan pendidikan

Pemecahan Masalah dan Pengambilan dan pelatihan benar-benar atas kesadaran

Keputusan, Kepemimpinan di Alam pegawai

Terbuka, dan Kepemimpinan Yang Baik. meningkatkan kemampuan dirinya dalam

yang bersangkutan

untuk

Dengan kata lain hanya sekitar 17 % dari melaksanakan pekerjaan. Seharusnya yang

keseluruhan materi diklatpim tingkat IV menjadi titik tolak pemberian kesempatan

berkenaan dengan kepada seorang pegawai untuk mengikuti

yang

langsung

kepemimpinan. Dari sini dapat dimaknai kepemimpinan. Dari sini dapat dimaknai

pemimpin yang berada pada tingkatan Kabupaten Ketapang memang masih

(lower manager ) dalam terlalu umum, padahal sesuai dengan

terendah

organisasi pemerintah daerah Kabupaten namanya mestinya diklatpim IV ini bisa

Ketapang. Oleh karena itu materi memberikan pengetahuan yang luas

kepemimpinan yang disampaikan dalam mengenai kepemimpinan kepada para

diklatpim tingkat IV ini juga harus peserta diklat.

disesuaikan dengan kapasitas mereka Dilihat dari perspektif atau sudut

sebagaimana tersebut. pandang teori, antara lain sebagaimana

Berdasarkan pendapat Terry dalam menurut Terry dalam Moekijat (1991)

Moekijat (1991) di atas adalah bahwa yang mengatakan bahwa materi pelatihan

harus ada kesesuaian materi pendidikan harus disesuaikan dengan tujuan yang

dan pelatihan dengan dengan tingkat hendak dicapai. Materi pelatihan dapat

kognisi serta tingkat pendidikan peserta, berupa kesesuaian

materi pendidikan dan maupun kesesuaian dalam inovasi materi

materi pelatihan

kesesuaian

pelatihan dengan kebutuhan organisasi, pelatihan. Kesesuaian materi pelatihan

dan kesesuaian materi pendidikan dan dapat berupa : kesesuaian dengan tingkat

pelatihan dengan harapan pegawai. Dari kognisi serta tingkat pendidikan peserta ;

pernyataan ini maka hal lain yang perlu kesesuaian materi pelatihan dengan

dipertimbangkan dalam penentuan materi kebutuhan perusahaan ; kesesuaian materi

pendidikan dan pelatihan ini adalah dengan pelatihan dengan harapan karyawan.

adanya perbedaan latar belakang dan Sedangkan kesesuaian inovasi materi

tingkat pendidikan para peserta diklatpim pelatihan dapat berupa : bahan materi

tingkat IV. Hal ini juga terkait dengan pelatihan dilengkapi dengan referensi

harapan para peserta pendidikan dan tambahan yang sesuai ; materi pelatihan

pelatihan mengikuti setiap materi pelajaran yang diberikan selalu baru dan up to date ;

yang disajikan. Perbedaan latar belakang materi pelatihan berorientasi menyiapkan

dan tingkat pendidikan ini membawa tenaga kerja.

dampak terhadap kemampuan peserta Dari pernyataan di atas, tersirat bahwa

diklat dalam menyerap materi pelajaran setiap pelatihan yang dilaksanakan harus

yang disampaikan. Oleh karena itu dalam ditetapkan dahulu tujuan yang hendak

menentukan materi yang akan disampaikan dicapai. Dalam

dalam setiap diklat harus pula diperhatikan pelaksanaan

arti

yang sempit

IV agar sedapat mungkin materi yang dimaksudkan

diklatpim

tingkat

disajikan dapat diserap oleh seluruh peserta seorang pegawai pada jabatan struktural

untuk

mempersiapkan

diklat. Untuk menentukan hal ini tentu eselon IV (pasal 10 butir a PP Nomor 101

diperlukan pemikiran yang mendalam. tahun 2000). Dilihat dari peserta diklatpim

para pegawai yang tingkat IV yang kesemuanya sudah

Disatu

sisi

berpendidikan SLTA/sederajat harus bisa menduduki jabatan struktural eselon IV,

menyerap materi yang disajikan, dan di sisi maka dapat dikatakan bahwa tujuan yang

lain para pegawai yang berpendidikan hendak dengan pelaksanaan diklatpim

diploma maupun sarjana jangan sampai tingkat

merasa materi yang disajikan sudah tidak kemampuan pegawai yang bersangkutan

IV adalah

meningkatkan

perlu lagi mereka ikuti dengan alasan dalam kapasitasnya sebagai pemimpin unit

karena sudah tidak sesuai lagi dengan kerja tertentu dalam suatu instansi

tingkat pendidikan yang telah mereka pemerintah. Dengan demikian seharusnya

tempuh. Dengan kata lain, dalam materi yang diberikan dalam diklatpim

mementukan materi pelajaran yang akan tingkat IV lebih menekankan pada materi

kepada para peserta yang berkenaan dengan kepemimpinan.

disampaikan

pendidikan dan pelatihan sedapat mungkin Dalam hal ini, para peserta diklatpim

mampu mengakomodasi perbedaan latar mampu mengakomodasi perbedaan latar

adalah tenaga pelatih atau pengajar. Dari penting agar materi yang diberikan betul-

pendapat ini dapat dimaknai bahwa betul dapat diserap para peserta dengan

kemampuan pelatih memegang peran yang baik dan bermanfaat dalam pelaksanaan

terhadap kelancaran dan tugas pokok dan fungsi mereka nantinya.

penting

keberhasilan program pendidikan dan pelatihan.

Kualitas pendidikan dan

Tenaga Pelatih Pendidikan dan

pelatihan organisasional sangat tergantung

Pelatihan

kemampuan pelatih untuk Berdasarkan hasil wawancara dengan

pada

merencanakan, mengorganisasi, melak- para alumni diklatpim tingkat IV di

sanakan dan mengevaluasi program Kabupaten Ketapang tahun 2003 tersirat

pelatihan. Jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa secara umum para peserta diklatpim

yang ditemukan dalam penelitian ini maka tingkat IV kurang puas dengan dengan

dengan kondisi tenaga pelatih yang kemampuan sebagian besar para pelatih

kurang memiliki atau pengajar yang berasal dari pejabat

sebagian

besar

kemampuan dalam menyampaikan materi struktur dari jajaran pemerintah Kabupaten

dan menciptakan suasana kelas yang Ketapang. Hal yang dirasakan masih

menarik bagi para peserta diklatpim tingkat kurang dan perlu mendapatkan perhatian

IV, maka diperlukan perbaikan kualitas adalah

tenaga pelatih tersebut untuk kesem- penguasaan materi pelatihan dan teknik

purnaan pelaksanaan diklatpim tingkat IV penyampaian materi agar menjadi menarik

dimasa mendatang. Hal ini menurut hemat bagi para peserta diklat. Sedangkan

penulis dapat dilakukan antara lain dengan mengenai

mengikutkan para pelatih dalam kegiatan waidyaiswara dalam pandangan para

pelatih yang

merupakan

training of trainer (TOT). Selain itu alumni diklatpim tingkat IV umumnya

kualifikasi standar atau kriteria bagi merasakan cukup puas dengan kemampuan

seseorang untuk dapat menjadi tenaga mereka dalam mengajar.

pelatih suatu diklat harus ditingkatkan dan Dari dokumen yang ada juga dapat

ditetapkan dengan jelas. dilihat bahwa tenaga pelatih/pengajar pada

Sementara itu menurut Simamora

(1995), pelatih bisa diambil dari luar Ketapang tahun 2003 sebagian besar

diklatpim tingkat IV di Kabupaten

perusahaan atau dari dalam perusahaan adalah para pejabat yang menduduki

sendiri. Dalam kaitan dengan penelitian ini jabatan struktural tertentu dalam jajaran

kiranya dapat pula dimaknai bahwa tenaga pemerintah Kabupaten Ketapang. Hanya 3

pelatih untuk diklatpim tingkat IV di orang yang bukan dari jajaran pejabat

Kabupaten Ketapang sebenarnya dapat pemerintah Kabupaten Ketapang, yaitu

diambil dari luar organisasi pemerintah mereka merupakan widyaiswara yang

Kabupaten Ketapang ataupun dari para didatangkan dari Badan Diklat Propinsi

pejabat setempat. Dari tabel 5 dapat dilihat Kalimantan Barat. Dilihat dari latar

bahwa para pelatih diklatpim tingkat IV di belakang pendidikannya, sebagian besar

Kabupaten Ketapang tahun 2003 memang tenaga pengajar tersebut berlatar belakang

berasal dari dalam dan dari luar organisasi pendidikan ilmu-ilmu sosial. Hanya dua

pemerintah Kabupaten Ketapang. Dari 15 orang yang bukan berlatar belakang

orang tenaga pelatih hanya 3 orang yang pendidikan ilmu-ilmu sosial, yaitu masing-

berasal dari luar organisasi pemerintah masing dari sarjana hukum dan sarjana

setempat, yaitu berasal dari Badan Diklat ekonomi.

Kalimantan Barat yang Ditinjau dari perspektif teori, antara

Propinsi

berkedudukan di Kota Pontianak. lain disampaikan oleh Notoatmodjo (1998)

Selanjutnya mengenai perlunya tena- bahwa dalam teori pendidikan dan

ga pelatih yang mempunyai kemampuan pelatihan salah satu faktor yang perlu

yang baik dalam rangka pelaksanaan yang baik dalam rangka pelaksanaan

pelatih/pengajar.

bahwa tepat tidaknya suatu teknik meng- Dilihat dari perspektif teori, metode ajar yang digunakan sangat tergantung

yang dipergunakan dalam diklatpim pada berbagai pertimbangan seperti

tingkat IV di Kabupeten Ketapang juga kehematan pembiayaan, materi program,

sudah sesuai dengan pendapat ahli yang tersedianya fasilitas tertentu, preferensi dan

disampaikan oleh kemampuan peserta, preferensi dan

antara

lain

Mangkunegara (2003), yaitu metode kemampuan pelatih, prinsip belajar-

konferensi, simulasi, permainan peran, dan mengajar yang hendak diterapkan. Dari

studi kasus. Dalam praktiknya, untuk pernyataan tersebut jelas mengatakan

efektifitas penerapan metode ini juga bahwa preferensi dan kemempuan pelatih

sangat tergantung pada kemampuan pelatih merupakan hal penting yang harus

atau pengajar dalam menciptakan suasana dipertimbangkan

kelas yang menarik bagi peserta. pendidikan dan pelatihan. Preferensi dan

dalam

pelaksanaan

Disamping itu, juga dituntut adanya kemampun pelatih ini akan sangat terkait

kemampuan peserta dalam berinteraksi dan dengan teknik atau metode yang digunakan

berdiskusi dalam proses pelaksanaan dalam pelaksanaan

diklatpim. Dengan jabatan struktural yang pelatihan. Dengan kenyataan sebagaimana

pendidikan dan

dimiliki pengalaman kerja para peserta yang telah disampaikan pada bagian

diklatpim tingkat IV di Kabupaten terdahulu, maka kiranya salah satu hal

Ketapang tahun 2003 yang cukup lama yang penting untuk diperhatikan guna

maka seharusnya juga dapat mendukung perbaikan pelaksanaan diklatpim tingkat

metode seperti ini.

IV di Kabupaten Ketapang dimasa Sementara itu Sunyoto (1995) menge- mendatang adalah perlunya meningkatkan

mukakan bahwa metode pengembangan kemampuan

sumberdaya manusia bagi karyawan diklatpim dimaksud.

harus dibedakan dengan karyawan operasional karena ciri atau

Metode Pendidikan dan Pelatihan

kepribadian yang berbeda. Selanjutnya Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dikatakan pula bahwa kepribadian yang dengan beberapa alumni diklatpim tingkat

penting dari karyawan manajerial adalah

IV yang dijadikan informan diperoleh pengetahuan yang luas, kemampuan tinggi jawaban yang menunjukkan bahwa mereka

untuk mengambil keputusan, kepercayaan pada umumnya merasa cukup puas dengan

besar terhadap diri sendiri, kepekaan sosial metode diklat yang digunakan dalam

yang tinggi, dan stabilitas emosi yang kuat. penyampaian materi diklat, meskipun

Dengan karakteristik seperti itu maka kepuasan itu dalam praktiknya juga sangat

metode pengembangan yang tepat untuk tergantung dari kemampuan pelatih dalam

karyawan manajerial adalah metode off the menyampaikan

job training melalui ceramah, diskusi, studi pernyataan informan umumnya mengakui

materi.

Pernyataan-

kasus ataupun permainan. Sedangkan bagi puas dengan metode yang digunakan dan

karyawan operasional atau non manajerial merasakan bahwa memang metode dalam

bisa digunakan metode on the job training.

Para peserta diklatpim tingkat IV meru- Ketapang adalah metode diklat bagi orang

diklatpim tingkat IV di Kabupaten

pakan para pegawai yang memang dewasa atau yang lebih dikenal dengan

dipersiapkan untuk jabatan struktural pada istilah

eselon IV. Dengan demikian berdasarkan demikian, metode yang digunakan dalam

metode andragogi .

Dengan

pendapat Sunyoto (1995) ini maka para

peserta diklatpim tingkat IV bisa dikatakan Ketapang tahun 2003 sudah sesuai dengan

diklatpim tingkat IV di Kabupaten

sebagai karyawan manajerial. Oleh karena peraturan

itu penggunaan metode off the job training berlaku. Efektivitas penggunaan metode ini

perundang-undangan

yang

melalui ceramah, diskusi, studi kasus melalui ceramah, diskusi, studi kasus

Kinerja Lulusan Diklatpim

pelatih/instruktur diklat yang baik.

Tingkat Kesalahan dalam Bekerja

Sementara menurut Siagian (2003) Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai teknik atau metode pelatihan yang

atasan langsung alumni diklatpim tingkat sudah umum digunakan dewasa ini adalah

IV di Kabupaten Ketapang tahun 2003 dan : pelatihan dalam jabatan, rotasi pekerjaan,

pengamatan peneliti ternyata kesalahan sistem magang, sistem ceramah, pelatihan

yang dilakukan para alumni diklatpim vestibule , studi kasus, simulasi, pelatihan

tingkat IV tersebut masih juga terjadi. laboratorium,

Namun demikian, para informan umumnya Sebenarnya diantara teknik-teknik atau

tingkat kesalahan yang metode-metode pelatihan tersebut tidak

mengakui

dilakukan para alumni diklatpim tingkat IV ada teknik yang paling baik. Selanjutnya

masih dalam batas yang wajar. Artinya, dikatakan pula bahwa dalam menentukan

berkenaan dengan kepemimpinan para metode yang tepat untuk digunakan dalam

alumni diklatpim tingkat IV tersebut pelaksanaan suatu diklat, setidaknya perlu

kesalahan yang dilakukan bukanlah ersifat dipertimbangkan kehematan pembiayaan,

prinsip. Penilaian besar-kecil tingkat materi program, tersedianya fasilitas

kesalahan yang dilakukan dapat dilihat dari tertentu, preferensi dan kemampuan

berat ringannya tugas yang diberikan dan peserta, preferensi dan kemampuan pelatih,

bagaimana dampaknya terhadap organisasi prinsip belajar-mengajar yang hendak

dan penilaian dari masyarakat. diterapkan. Dikaitkan dengan pelaksanaan

Untuk mempertajam pembahasan ini,

ada baiknya dibahas dengan melihat Ketapang tahun 2003, diklatpim ini bisa

diklatpim tingkat IV di Kabupaten

teoritisnya. Antara lain dikatakan merupakan metode pelatihan

tinjauan

disampaikan oleh Hasibuan (1997) tujuan dalam jabatan dimana dalam penerapannya

sumberdaya manusia lebih banyak melalui proses belajar-

pengembangan

adalah untuk meningkatkan kemampuan mengajar di dalam kelas dengan berbagai

teknis, teoritis, konseptual, dan moral metode belajar menagajar sebagaimana

karyawan supaya prestasi kerjanya baik telah diuraikan dalam data fokus pene-

dan bisa mencapai hasil yang optimal. Dari litian. Dari segi kehematan pembiayaan,

pengertian tersebut nampak jelas bahwa memang pelaksanaan diklatpim tingkat IV

diklat dimaksudkan pula untuk mengurangi di Kabupaten Ketapang salah satunya

tingkat kesalahan, karena tingkat kesalahan dimaksudkan untuk itu. Pendidikan dan

yang dilakukan seorang pegawai dalam pelatihan penjenjangan/struktural yang

melaksanakan pekerjaan akan dapat selama ini dilaksanakan oleh Badan Diklat

dikurangi jika dia menguasai kemampuan Propinsi di Pontianak jelas memakan biaya

teknis, teoritis dan konseptual yang yang jauh lebih besar dibandingkan dengan

dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan pelaksanaan di Kabupaten Ketapang.

tersebut. Meskipun disadari bahwa tidak Namun demikian, berdasarkan pendapat

mungkin ada seorangpun pegawai yang Siagian (2003) penghematan biaya ini juga

tidak pernah melakukan kesalahan dalam harus mempertimbangkan ketersediaan

tugasnya sehari-hari, fasilitas dan preferensi atau kemampuan

melaksanakan

seharusnya dengan mengikuti diklat bisa pelatih. Hal ini penting untuk disampaikan

melatih kepekaan dan ketelitian seorang karena tujuan utama penyelenggaraan

pegawai dalam melaksanakan peker- pendidikan dan pelatihan harus dapat

sehingga mampu menekan dicapai guna meningkatkan kinerja para

jaannya

seminimal mungkin tingkat kesalahan peserta pendidikan dan pelatihan dan

dalam melaksanakan pekerjaan. Selain itu, tentunya diharapkan akan mampu mening-

tidak semua kesalahan dapat dianggap hal katkan kinerja organisasi.

biasa. Terutama untuk pekerjaan yang berkenaan langsung dengan pelayanan biasa. Terutama untuk pekerjaan yang berkenaan langsung dengan pelayanan

(1997) hal ini mestinya tidak perlu terjadi. dibutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi

Dalam kapasitasnya sebagai seorang harus dihindari terjadinya kesalahan.

pemimpin dalam unit kerja tertentu dari Kesalahan seorang pegawai dalam

sebuah organisasi publik, seharusnya melaksanakan tugas, yang akan sangat

kesalahan sekecil apapun harus dihindari merasakan langsung akibatnya adalah

dan tidak boleh dianggap sebagai hal yang pengguna. Jika pekerjaan tersebut bersifat

wajar. Untuk organisasi yang mempunyai intern organisasi maka yang paling bisa

tugas utama memberikan pelayanan merasakannya adalah atasan langsung

kepada publik, sebuah kesalahan seorang pegawai yang bersangkutan. Kesalahan

pemimpin bisa jadi dampaknya tidak seperti ini biasanya bisa langsung diatasi

dirasakan dalam waktu dekat tetapi akan dan diselesaikan karena hanya tergantung

dirasakan pada masa yang akan datang. atasan dan bawahan tersebut. Tetapi akan

seorang pemimpin pada berbeda ceritanya jika kesalahan dalam

Kapasitas

dasarnya bisa dilihat dari kemampuannya pekerjaan tersebut berhubungan langsung

mengatasi permasalahan yang terjadi dengan pelayanan publik. Kesalahan

dalam unit kerjanya. Kesalahan yang seperti ini, jika terlalu sering dilakukan

bersifat teknis sekalipun, yang dilakukan maka akan mengakibatkan citra buruk

oleh bawahan seorang pemimpin pada organisasi. Untuk organisasi publik seperti

akhirnya tidak dapat dilepaskan dari pemerintah daerah, biasanya masyarakat

tanggung jawab pemimpin dalam unit kerja akan dengan mudah langsung mengecap

tersebut. Hal ini dapat dimaklumi dari rendahnya kualitas kinerja pemerintah

seorang pemimpin bertanggung jawab daerah. Hal inilah yang diharapkan dapat

terhadap hasil akhir dari unit kerja ataupun dihindari dengan adanya diklat, termasuk

organisasi yang dipimpinnya. Oleh karena diklatpim tingkat IV.

seorang pemimpin harus mempunyai Sementara menurut Nimran (1997)

keahlian yang cukup yang meliputi tiga usaha-usaha pengembangan sumberdaya

aspek sekaligus, yaitu kognitif, afektif, dan manusia dapat diarahkan pada tiga sasaran,

IV yaitu aspek kognitif, aspek psikomotorik,

psikomotorik. Diklatpim tingkat

sebagai bagian dari strategi pengembangan dan aspek afektif. Aspek kognitif

sumberdaya aparatur seharusnya mampu menyangkut kemampuan pikir manusia

membentuk seorang pemimpin yang untuk mengetahui,

kemampuan yang baik menjelaskan suatu fenomena. Aspek

memahami, dan

mempunyai

meliputi ketiga aspek tersebut.

psikomotorik menyangkut kemampuan Selanjutnya menurut Notoatmodjo manusia memanfaatkan anggota fisiknya

(1998) pendidikan dan pelatihan pada untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau

dasarnya merupakan upaya pengembangan menyelesaikan masalah. Sedangkan aspek

sumberdaya manusia, terutama untuk afektif menyangkut kemampuan manusia

aspek kemampuan untuk menangkap dan menerjemahkan

pengembangan

intelektual dan kepribadian manusia. segala sesuatu dengan mata hatinya, yang

Menurutnya kemampuan seorang aparatur kemudian menjadi pembimbingnya dalam

dipengaruhi oleh pendidikan, bertindak. Jadi dapat dikatakan bahwa

akan

pelatihan, dan pengalaman kerja. Ketiga sasaran

aspek tersebut tidak dapat dipisahkan manusia pada dasarnya berkenaan dengan

pengembangan

sumberdaya

dalam rangka upaya mencapai kinerja yang pengetahuan (knowledge), keterampilan

baik. Dari pendapat ini dapat dimaknai (skill), dan sikap (attitude). Temuan dari

pengembangan sumberdaya penelitian pada umumnya atasan langsung

bahwa

manusia terutama ditujukan untuk pengem- alumni diklatpim tingkat IV menganggap

bangan kemampuan intelektual dan kesalahan yang dilakukan masih dalam

kepribadian. Untuk memnacapai tujuan ini tingkat

yang wajar. Padahal

harus mempunyai harus mempunyai

didahulukan untuk dikerjakan dan mana tersebut. Oleh karena itu seorang pegawai

yang harus dikemudiankan. Hal yang patut yang sudah dibekali berbagai pendidikan

adalah, sebagaimana dan

disayangkan

diungkapkan oleh salah seorang informan, pengalaman kerja yang cukup panjang

pelatihan serta

mempunyai

tidak adanya ketentuan atau ketetapam semestinya mampu menghundari kesalahan

mengenai standar waktu yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaannya. Bagi

guna menyelesaikan pekerjaan. Padahal seorang atasan langsung, untuk menilai

baik-buruknya kinerja seorang pegawai tingkat kesalahan yang dilakukan oleh

juga sangat ditentukan dari ketepatan bawahannya seharusnya juga melihat

waktunya dalam menyelesaikan setiap pengalaman

pekerjaan. Prinsip biar lambat asal selamat bersangkutan.

tidak selalu dapat dimaklumi, terutama Kualitas

pekerjaan yang memang sebagaimana yang telah peneliti paparkan

membutuhkan waktu yang cepat untuk terdahulu sangat berhubungan erat dengan

menyelesaikannya.

tingkat kesalahan pegawai

Ditinjau dari aspek teoritis, antara lain melaksanakan pekerjaannya. Berdasarkan

dalam

disampaikan oleh Swasto (1996) yang keterangan yang diperoleh dari hasil

bahwa prestasi kerja wawancara peneliti dengan beberapa

menyatakan

tindakan-tindakan atau atasan langsung alumni diklatpim tingkat

merupakan

pelaksanaan tugas yang telah diselesaikan

IV di Kabupaten Ketapang tahun 2003, oleh seseorang dalam kurun waktu tertentu bisa dikatakan bahwa kesalahan yang

dan dapat diukur. Dari pengertian ini dapat dilakukan oleh aparatur atau pegawai

dimaknai bahwa untuk melihat kinerja setelah mengikuti diklatpim masih juga

seorang pegawai maka perlu adanya terjadi meskipun bukan kesalahan yang

standar pekerjaan yang telah ditentukan berarti. Setidaknya hal ini menunjukkan

sebelumnya. Salah satu standar tersebut bahwa jika dilihat dari tingkat kesalahan

adalah mengenai waktu yang diperlukan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. ternyata program diklat yang dilaksanakan

Berkenaan dengan hasil penelitian ini yang oleh pemerintah Kabupaten Ketapang

menunjukkan belum adanya standar waktu dalam rangka pengembangan sumberdaya

yang diperlukan untuk menyelesaikan aparatur walaupun sudah membawa hasil

pekerjaan, maka hal ini tidak sesuai dengan positif tetapi masih perlu diperbaiki dimasa

pandangan Swasto (1996) tersebut. mendatang.

Padahal menurut hemat penulis untuk organisasi yang mempunyai tugas pokok

Ketepatan Waktu dalam Bekerjaan

memberikan pelayanan kepada masya- Hasil penelitian ini menunjukkan

rakat, perlu ditetapkan standar waktu berbagai tanggapan yang beragam dari

Apalagi pelayanan para

penyelesaiannya.

tersebut bersifat teknis dan langsung ketepatan waktu dalam melaksanakan

informan dalam

menanggapi

berkenaan dengan kepentingan masya- pekerjaan. Dari pernyatan-pernyataan para

rakat, seperti pelayanan pembuatan kartu informan, peneliti dapat menarik suatu

tanda penduduk (KTP), pembuatan akte kesimpulan bahwa mengingat pelayanan

kelahiran (penacatatan sipil), pelayanan publik meliputi dimensi yang sangat luas

perijinan, dan sebagainya. Kelambanan dan kompleks maka ketepatan waktu

dalam memberikan pelayanan yang dalam menyelesaikan pekerjaan ada

berkenaan langsung dengan kepen-tingan baiknya dilihat urgensinya. Artinya, setiap