BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT. Adira Dinamika Multi Finance Med
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam mempertahankan hidupnya melakukan berbagai macam cara, yang salah satunya adalah melakukan kegiatan atau aktivitas usaha/bisnis.
Melalui kegiatan itu manusia dapat memenuhi tuntutan hidupnya yang semakin hari semakin kompleks. Kehidupan manusia di jaman modern ini begitu cepat berputar. Setiap hari manusia bekerja demi mempertahankan hidupnya.
Kehidupan yang serba cepat memacu manusia untuk dapat memenuhi
1
kebutuhan hidupnya secara cepat pula. Pemenuhan kebutuhan hidup secara cepat telah mendorong dan membuka peluang bagi manusia untuk melakukan kegiatan bisnis demi mewujudkan kehidupan yang berkecukupan dan makmur.
Di lain pihak untuk mewujudkan suatu masyarakat dengan kehidupan yang adil dan makmur secara merata pemerintah melaksanakan kegiatan pembangunan. Pembangunan itu dilaksanakan di segala bidang kehidupan bangsa, khususnya bidang ekonomi yang menjadi tulang punggung pembangunan lainnya.
Pembangunan ini berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat di indikasi dari laju pertumbuhan pendapatan penduduknya.
Untuk meningkatkan laju pertumbuhan pendapatan ini maka investasi memiliki peranan yang sangat penting. Mengenai investasi ini berkaitan erat 1 P. Lindawaty S. Sewu, Franchise Pola Bisnis Spektakuler Dalam Perspektif Hukum dan
Ekonomi, (Bandung : CV. Utomo, 2004), hal. 1. oleh lembaga keuangan (lembaga finansial) baik Bank maupun lembaga keuangan bukan Bank lainnya. Di Indonesia, lembaga keuangan tersebut terdiri dari tiga
2
bagian, yaitu: 1.
Bank 2. Lembaga Keuangan Non-Bank 3. Perusahaan Pembiayaan
Bank secara umum ialah suatu institusi perantara yang dibentuk dengan wewenang mengelola simpanan uang dari masyarakat, meminjamkan uang, serta mengeluarkan promes (surat berharga) atau banknote (uang kartal asing yang dikeluarkan dan diterbitkan oleh bank di luar negeri). Bank memiliki fungsi
3
sebagai : 1.
Agent of trust : yakni institusi dimana kegiatannya berlandaskan asas
trust (kepercayaan) apakah itu ketika menghimpun dana ataupun
pemberitahuan pinjaman. Masyarakat mau menabung di bank jika mereka percaya dengan bank itu.
2. Agent of development : yakni institusi yang mengelola dana dalam rangka pembangunan perekonomian. Aktifitas bank baik sebagai pengumpul dan penyalur dana amanat dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan ekonomi utamanya sektor riil.
2 Kasmir,Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,2008), hal.273.
3 Infobankterbaru.blogspot.com , “Pengertian Bank dan Fungsi Utamanya” melalui diakses pada tanggal 9 Juli 2015.
Agent of service : yakni institusi pengelola dana bagi pembangunan perekonomian. Selain mengumpulkan dan meminjamkan uang, bank juga menyediakan layanan perbankan lain untuk nasabah.
Lembaga keuangan non bank adalah lembaga keuangan yang berperan
secara langsung maupun tidak langsung dalam bidang keuangan yang dananya di dapat dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga. Selain itu, lembaga keuangan bukan bank juga memberikan jasa-jasa yang berkaitan dengan keuangan4 yang dananya di tarik dari masyarakat.
Adapun tujuan dari lembaga keuangan non bank ini adalah untuk
memberikan bantuan serta mendorong perkembangan pasar modal untuk 5 perusahaan-perusahaan yang memiliki ekonomi lemah.6 Lembaga keuangan Non Bank memiliki beberapa fungsi diantaranya :
1. Memberikan modal kepada masyarakat ekonomi lemah untuk membangun
usaha dengan tujuan agar mereka tidak terbelit utang dengan para rentenir.
2. Memperlancar pembangunan industri maupun ekonomi lewat pasar modal
3. Memberikan kredit kepada masyarakat ekonomi rendah. Namun kredit disini ada yang bersifat menjamin surat berharga dan ada juga yang tidak.
7 Jenis-jenis lembaga keuangan non bank di Indonesia antara lain : 1.
Asuransi Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992, Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu 4 Bayu Pratama, “Pengertian Lembaga Keuangan Non Bank” melalui
diakses pada 9 Juli 2015. 5 6 Ibid. 7 Ibid.
Ibid. yang dipertanggungkan.
2. Koperasi simpan pinjam Koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang bekerja untuk menyimpan dan memberikan pinjaman kepada masyarakat. Tujuan lembaga ini adalah untuk mengajarkan anggota agar lebih berhemat dalam kegiatan menyisihkan penghasilan (Simpan) dan memberikan pinjaman kepada anggota yang membutuhkan untuk modal usaha maupun keperluan lainnya.
3. Dana PensiunMenurut UU No.11 Tahun 1992 Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan dana pensiun.
Dengan adanya dana pensiun, setiap orang mungkin merasa tenang ketika usia telah menginjak umur yang tak muda lagi. Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga
Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan usaha diantaranya sewa guna usaha, anjak piutang, usaha kartu kredit dan atau
8 pembiayaan konsumen.
Dengan semakin berkembang pesatnya kegiatan bisnis di masyarakat maka keperluan akan modal atau dana bagi pelaku usaha juga semakin meningkat.
Oleh karenanya, sarana penyediaan dana yang dibutuhkan oleh pelaku usaha atau
9
masyarakat perlu diperluas. Umumnya dana yang dibutuhkan tersebut dapat disediakan oleh lembaga perbankan melalui fasilitas kredit. Namun demikian, fasilitas kredit dari perbankan sangat terbatas dan tidak semua pelaku usaha punya akses untuk mendapatkan bantuan pendanaan dari bank. Untuk itu, maka ada alternatif lain untuk mendapatkan dana, yaitu melalui perusahaan pembiayaan.
Pembangunan ekonomi yang sedang giat dilakukan oleh Pemerintah dan kegiatan bisnis yang berkembang pesat di masyarakat merupakan potensi 8 Wikipedia, “Perusahaan Pembiayaan” melalui akses pada tanggal 9 Juli 2015. 9 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001), hal. 45. investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi dapat diberikan oleh perusahaan pembiayaan dan dengan adanya perusahaan pembiayaan masyarakat barang-barang kebutuhan sehari-hari maupun barang-barang kebutuhan usaha dapat diperoleh atau digunakan tanpa harus membeli secara tunai dan lunas. Oleh karena itu keberadaan perusahaan pembiayaan sangat diperlukan sebagai suatu lembaga yang dapat memberikan kemudahan dalam hal persyaratan untuk memberikan pembiayaan, mengingat masyarakat maupun investor tidak selalu memiliki sesuatu yang diperlukan dalam memenuhi syarat dalam peminjaman
10 dana dari lembaga keuangan.
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar Badan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus di dirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus di dirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha,
11 Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit.
Masyarakat sebagai konsumen menginginkan adanya kemudahan, keringanan, pelayanan yang cepat, prosedur yang tidak birokratis dan tidak berbelit-belit. Oleh karena itu, beberapa hal akan menjadi pertimbangan konsumen untuk memilih perusahaan pembiayaan mana yang dapat membantu untuk mendapatkan barang-barang konsumsi yang akan dipergunakan. Beberapa
10 Indonesian Commercial Newsletter, “Perkembangan Pembiayaan Mobil di Indonesia tahun 2010” melalui akses pada tanggal 1 Mei 2015. 11 H. Ahmad Muliadi, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta : Akademia Permata, 2013), hal.5.
12
menggunakan perusahaan pembiayaan adalah antara lain sebagai berikut: 1.
Persyaratan yang tidak rumit. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada konsumen dalam memperoleh barang yang dibutuhkannya.
2. Proses penelitian konsumen oleh bank/lembaga keuangan. Perusahan pembiayaan melakukan penelitian baik lapangan maupun dokumen hal ini ditujukan untuk terhindar dari resiko-resiko yang mungkin akan terjadi.
3. Jangka waktu untuk memutuskan pemberian pembiayaan kepada konsumen yang relatif singkat. Apabila konsumen telah memenuhi persyaratan yang diberikan oleh perusahaan pembiayaan konsumen maka perusahaan pembiayaan konsumen akan segera menyetujui pembiayaan tersebut.
4. Uang muka yang diminta banyak atau sedikit. Dalam hal ini uang muka pembiayaan konsumen memberikan pilihan kepada konsumen, sesuai dengan kemampuan konsumen, hal ini sangat memudahkan konsumen.
5. Jangka waktu pembayaran yang dimungkinkan. Dalam kasus ini, konsumen ada yang meminta jangka waktu pendek dan ada pula yang meminta jangka waktu panjang, sesuai dengan kemampuan konsumen.
6. Berapa suku bunga yang ditawarkan, apakah cukup untuk bersaing atau tidak. Suku bunga yang ditawarkan oleh perusahaan pembiayaan konsumen cukup kompetitif seimbang dengan kemudahan yang diberikannya.
Fasilitas pembiayaan yang diberikan perusahaan pembiayaan kepada konsumen mengandung risiko cukup tinggi dari kemungkinan pihak konsumen tidak dapat memenuhi kewajibannya. Bila hal ini terjadi, maka yang akan memikul kerugian adalah pihak perusahaan pembiayaan. Guna menghindari risiko kerugian itu, maka pada umumnya perusahaan pembiayaan selalu meminta
13 adanya jaminan.
12 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisinis, (Jakarta : Rieka Cipta, 2003), hal.118. 13 Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hal.168. memliki hubungan kepemilikan di berbagai sub-sektor keuangan telah menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antar lembaga jasa keuangan di dalam sistem keuangan tersebut. Munculnya permasalahan lintas sektoral di bidang jasa keuangan seperti banyaknya tindakan moral hazard yang dilakukan para pelaku di bidang jasa keuangan, belum optimalnya perlindungan yang diberikan kepada konsumen jasa keuangan, dan terganggunya stabilitas sistem keuangan yang pada akhirnya akan mencipatakan kekacauan perekonomian nasional secara keseluruhan, semakin mendorong perlunya pembentukan lembaga pengawasan di
14 sektor jasa keuangan yang terintegrasi.
Berkaitan dengan itu, Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya di sebut OJK) mempunyai fungsi untuk menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan mengalami peningkatan. Dengan fungsi diatas, maka tujuan utama di bentuknya OJK adalah agar seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara, secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
15 mampu melindungi konsumen dan masyarakat.
Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional.
Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional antara lain, meliputi 14 Jonker Sihombing, Otoritas Jasa Keuangan : Konsep, Regulasi & Implementasi, (Jakarta : Ref Publisher, 2012), hal.49. 15 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta : Raih Asa Sukses, 2014), hal.111.
16 keuangan, dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.
Alasan pembentukan OJK antara lain adalah makin kompleks dan bervariasinya produk jasa keuangan, munculnya gejala konglomerasi perusahaan jasa keuangan, dan globalisasi industri jasa keuangan. Disamping itu, salah satu alasan rencana pembentukan OJK adalah karena pemerintah beranggapan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral telah gagal dalam mengawasi sektor perbankan. Kegagalan tersebut dapat dilihat pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia
17 mulai pertengahan tahun 1997, sejumlah bank yang ada pada saat itu dilikuidasi.
Dalam menjalankan tugas pengaturan dan pengawasan, OJK mempunyai
18
wewenang :
1. Terkait pengaturan Lembaga Jasa Keuangan (Bank dan Non-Bank) oleh OJK meliputi :
a. Menetapkan peraturan dan keputusan OJK;
b. Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
c. Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK
d. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu; e. Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada Lembaga Jasa Keuangan; f. Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola, memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban; dan g. Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
16 17 Ibid.
Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan, Jurnal Konstitusi, (Volume 6, Nomor 3, September 2012), hal. 152. 18 Sofyan Syafri Harahap, “Pengawasan Bank: Selamat Datang OJK” melalui http://sofyan.syafri.com/index.php/my-articles/4-economics/12-pengawasan-bank-selamat- datangojk.html, diakses pada tanggal 1 Mei 2015. lainnya meliputi :
a. Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan; b. Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala Eksekutif;
c. Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku, dan/atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
d. Memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pihak tertentu; e. Melakukan penunjukan pengelola statuter;
f. Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
g. Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; dan
h. Memberikan dan/atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan, efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan pembubaran dan penetapan lain.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya OJK merupakan lembaga yang independen bahwa OJK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang. OJK dapat melakukan kerja sama dengan otoritas pengawas Lembaga Jasa Keuangan di negara lain serta organisasi internasional dan lembaga internasional lainnya, antara lain pada bidang dan/atau kegiatan sebagai berikut:
19 1.
Pengembangan kapasitas kelembagaan, antara lain pelatihan sumber daya manusia di bidang pengaturan dan pengawasan Lembaga Jasa Keuangan; 2. Pertukaran informasi; dan 19 Zainal Arifin Mochtar dan Iwan Satriawan, Op.Cit, hal. 69.
Kerja sama dalam rangka pemeriksaan dan penyidikan serta pencegahan kejahatan di sektor keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan dirilis dalam rangka mendukung perkembangan perusahaan pembiayaan yang dinamis dan mewujudkan industri perusahaan pembiayaan yang tangguh, kontributif, inklusif, serta berkontribusi
20 untuk menjaga sistem keuangan yang stabil dan berkelanjutan.
Perusahaan Pembiayaan telah terbukti berperan penting dalam pendistribusian dan pengalokasian sumber daya keuangan kepada pelaku usaha dan masyarakat Indonesia, baik melalui penyediaan pembiayaan atas barang- barang produktif yang dibutuhkan oleh pelaku usaha maupun barang-barang konsumtif yang menjadi kebutuhan masyarakat, yang pada akhirnya akan mendorong terjadinya peningkatan aktivitas ekonomi dalam masyarakat
21 Indonesia.
Di lain pihak, terwujudnya industri Perusahaan Pembiayaan yang tangguh, kontributif, inklusif, juga dapat berkontribusi untuk menjaga sistem keuangan yang stabil dan berkelanjutan sehingga membantu mengurangi kerentanan stabilitas sistem keuangan Indonesia terhadap goncangan keuangan yang mungkin
22 terjadi di masa mendatang.
Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan peran industri Perusahaan Pembiayaan, perlu adanya terobosan-terobosan strategis yang dapat memperluas 20 Otoritas Jasa Keuangan, “Peraturan OJK tentang Penyelenggaraan Perusahaan
Pembiayaan” melalui akses pada tanggal 01 Mei 2015. 21 22 Ibid.
Ibid. memberikan ketersediaan akses pembiayaan terutama bagi masyarakat yang masih menghadapi keterbatasan akses dalam pilihan pembiayaan. Perluasan kegiatan usaha pembiayaan diharapkan dapat mendorong Perusahaan Pembiayaan
23 menjadi lebih efisien dalam mengalokasikan modal.
Berdasarkan latar belakang ini maka akan dibahas lebih lanjut mengenai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan, untuk melihat bagaimana keefektifan pelaksanaan sistem pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan terhadap Perusahaan Pembiayaan, bagaimana kendala yang dihadapi oleh OJK dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014, dan bagaimana peranan dan kewenangan OJK terhadap Perusahaan Pembiayaan.
Berdasarkan hal-hal yang dijelaskan diatas, maka permasalahan ini diteliti lebih lanjut melalui skripsi ini yang berjudul : Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan).
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka terdapat tiga pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu: 23 Ibid.
Bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan) ? E. Bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina dan
Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan)? F. Bagaimana kendala-kendala Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain : 1.
Untuk mengetahui bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan).
2. Untuk mengetahui bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan).
Untuk mengetahui kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut : 1.
Secara teoritis, untuk mengetahui kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan, untuk mengetahui bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap Perusahaan Pembiayaan, untuk mengetahui bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap perusahan pembiayaan.
2. Secara praktis, penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan, selain itu skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah dalam menata peraturan mengenai pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan, dan juga menjadi bahan masukan bagi para masyarakat umum dan perusahaan pembiayaan dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan dan dapat dijadikan referensi bagi penulisan karya ilmiah selanju
Adapun judul dari skripsi ini adalah : “Implikasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/Pojk.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance
Medan)” yang diajukan dalam rangka memenuhi tugas-tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulisan ini berdasarkan referensi dari pemikiran para praktisi, refrensi buku- buku, makalah, hasil seminar, media cetak, media elektronik seperti internet serta bantuan dari berbagai pihak yang berdasarkan pada asas keilmuan yang jujur, rasional, dan terbuka. Oleh karena itu, penulisan ini merupakan sebuah karya asli sehingga tulisan ini dapat di pertanggungjawabkan.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan suatu cara pencarian, bukan
24
hanya sekedar mengamati dengan teliti suatu obyek. Dalam penulisan skripsi metode penelitian sangat diperlukan agar penulisan skripsi menjadi lebih terarah dengan data yang telah dikumpulkan melalui pencarian-pencarian data yang berhubungan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
24 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal.28.
Jenis dan sifat penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam pembahasan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam
25
masyarakat. Metode ini juga digunakan agar dapat melakukan penelurusan terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang- undangan perlindungan konsumen yang berlaku, serta memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil
26 penelitian, koran, majalah, situs internet dan sebagainya.
Sifat penelitian pada penulisan skripsi ini adalah deskriptif analitis yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori
27 hukum yang menjadi objek penelitian.
2. Sumber Data
Penulisan skripsi ini akan menganalisis obyek penelitian dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang mencakup dokumen-dokumen
28 resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berupa laporan dan sebagainya.
29 Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari :
25 26 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum , (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal.105
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, (Bandung :
Alumni, 1994), hal.139. 27 28 Ibid., hal.105-106.Amiruddin dan H.Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012) , hal.30. 29 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosadakarya, 1996), hal.22. Bahan Hukum Primer, yang berupa ketentuan hukum dan perundang- undangan yang mengikat serta berkaitan dengan penelitian ini dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
b.
Bahan Hukum Sekunder, adalah data yang tidak diperoleh dari sumber pertama. Data sekunder bisa diperoleh dari literatur-literatur tertulis, baik berbentuk buku-buku, makalah-makalah, dokumen-dokumen, laporan penelitian, surat kabar, makalah, harian elektronik, dan lain sebagainya yang memliki relevansi dengan skripsi ini.
c.
Bahan Hukum Tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti Kamus Hukum, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Ensiklopedia dan sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Library Research (Penelitian Kepustakaan)
Library Research (Penelitian Kepustakaan) yaitu penulisan yang
dilakukan dengan cara pengumpulan literatur dengan sumber data berupa bahan hukum primer dan sekunder dari berbagai bahan-bahan bacaan yang bersifat teoritis ilmiah, buku-buku, peraturan-peraturan, juga dari majalah-majalah dan media elektronik seperti internet dan sebagainya yang ada hubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.
Field Research (Penelitian Lapangan) Metode pengumpulan data dengan cara penelitian lapangan ini dilakukan 30 dengan melakukan wawancara secara mendalam (in depth interviewing) dengan PT Adira Dinamika Multifinance Medan dan Otoritas Jasa Keuangan.
4. Analisis Data Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi atau makna suatu aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang 31 menjadi obyek kajian.
5. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan terhadap data yang berhasil dikumpulkan dilakukan dengan mempergunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif maupun secara induktif. Metode penarikan kesimpulan secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu
32
kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus. Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan
30 31 Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hal.59. 32 Zainuddin Ali, Op.Cit, hal.107.
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), hal 11.33
, permasalahan-permasalahan yang telah disusun.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, dipaparkan sistematika penulisan dengan tujuan agar mempermudah pengertian dan pendalaman secara jelas. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam 5 (lima) bab yang masing- masing bab terdiri dari beberapa sub bab, sebagaimana diuraikan sebagai berikut :
Bab I merupakan Bab Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan tentang hal- hal yang bersifat umum, dimulai latar belakang masalah yang menjadi dasar penulisan, memaparkan apa yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini dan manfaat yang diperoleh dari penulisan tersebut. Pada bagian ini juga diuraikan apa yang menjadi permasalahan, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II membahas mengenai Tinjauan Umum Perusahaan Pembiayaan Di Indonesia. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai pengertian dan sejarah perusahaan pembiayaan, kegiatan usaha perusahaan pembiayaan, peran dan fungsi perusahaan pembiayaan, serta jenis pembiayaan dalam perusahaan pembiayaan.
Bab III membahas mengenai Tinjauan Umum Mengenai Otoritas Jasa Keuangan. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai sejarah OJK, fungsi dan tugas OJK, serta struktur organisasi pada OJK.
33 Ibid., hal.10.
Nomor 29/POJK.05/2014 Tentang Penyelanggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan (Studi Pada : PT Adira Dinamika Multi Finance Medan). Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan perusahaan pembiayaan, bagaimana peranan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap Perusahaan Pembiayaan, dan bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan selaku Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.05/2014 terhadap perusahan pembiayaan.
Bab V dalam bab ini dirangkum analisa permasalahan dan pembahasannya dari bab-bab terdahulu dan kemudian menyimpulkan isi dari uraian-uraian tersebut, serta mengemukakan sejumlah saran sehubungan dengan topik dari skripsi ini.