TINJAUAN YURIDIS VIKTIMOLOGIS TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PENIPUAN JUAL BELI ONLINE DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.
TINJAUAN YURIDIS VIKTIMOLOGIS TERHADAP KORBAN TINDAK
PIDANA PENIPUAN JUAL BELI ONLINE DIHUBUNGKAN DENGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
Yosephine Artha In Avrielly
110110120003
ABSTRAK
Teknologi merupakan hasil budaya manusia yang saat ini sedang
mengalami kemajuan. Kemajuan teknologi juga membawa dampak negatif
bagi masyarakat yang ditandai dengan kejahatan. Kejahatan yang
ditimbulkan dengan berkembangnya teknologi adalah kejahatan dengan
pemanfaatan aplikasi di internet, salah satunya adalah penipuan jual beli
online yang menimbulkan banyak korban. Adapun yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan menganalisis
faktor-faktor penimbul korban dalam kasus penipuan jual beli online
dihubungkan dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik dan untuk mengetahui, memahami,
dan menganalisis bentuk perlindungan hukum terhadap korban tindak
pidana penipuan jual beli online dihubungkan dengan Undang-Undang
No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan
yuridis viktimologis, yaitu penelitian hukum yang berkaitan dengan
kepentingan korban. Analisis data dilakukan dengan metode yuridis
kualitatif, yaitu data yang diperoleh disusun secara kualitatif untuk
mencapai kejelasan yang akan dianalisis untuk ditarik suatu kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini yaitu pertama, faktor penimbul korban (faktor
viktimogen) dalam tindak pidana penipuan jual beli online adalah pelaku,
korban, dan undang-undang, yang memiliki hubungan timbal balik. Kedua,
perlindungan hukum bagi korban tindak pidana penipuan jual beli online
saat ini belum memadai. Adapun perlindungan terdiri dari dua bentuk,
yaitu perlindungan secara preventif dan perlindungan secara represif.
Perlindungan preventif dapat berupa mengingatkan masyarakat agar lebih
bersikap hati-hati dalam melakukan jual beli online melalui situs-situs
resmi kepolisian. Sedangkan perlindungan secara represif dapat berupa
penyelesaian kasus tindak pidana penipuan jual beli online melalui proses
peradilan pidana yang menjatuhkan pidana terhadap pelaku.
PIDANA PENIPUAN JUAL BELI ONLINE DIHUBUNGKAN DENGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI
DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK
Yosephine Artha In Avrielly
110110120003
ABSTRAK
Teknologi merupakan hasil budaya manusia yang saat ini sedang
mengalami kemajuan. Kemajuan teknologi juga membawa dampak negatif
bagi masyarakat yang ditandai dengan kejahatan. Kejahatan yang
ditimbulkan dengan berkembangnya teknologi adalah kejahatan dengan
pemanfaatan aplikasi di internet, salah satunya adalah penipuan jual beli
online yang menimbulkan banyak korban. Adapun yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan menganalisis
faktor-faktor penimbul korban dalam kasus penipuan jual beli online
dihubungkan dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik dan untuk mengetahui, memahami,
dan menganalisis bentuk perlindungan hukum terhadap korban tindak
pidana penipuan jual beli online dihubungkan dengan Undang-Undang
No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan
yuridis viktimologis, yaitu penelitian hukum yang berkaitan dengan
kepentingan korban. Analisis data dilakukan dengan metode yuridis
kualitatif, yaitu data yang diperoleh disusun secara kualitatif untuk
mencapai kejelasan yang akan dianalisis untuk ditarik suatu kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini yaitu pertama, faktor penimbul korban (faktor
viktimogen) dalam tindak pidana penipuan jual beli online adalah pelaku,
korban, dan undang-undang, yang memiliki hubungan timbal balik. Kedua,
perlindungan hukum bagi korban tindak pidana penipuan jual beli online
saat ini belum memadai. Adapun perlindungan terdiri dari dua bentuk,
yaitu perlindungan secara preventif dan perlindungan secara represif.
Perlindungan preventif dapat berupa mengingatkan masyarakat agar lebih
bersikap hati-hati dalam melakukan jual beli online melalui situs-situs
resmi kepolisian. Sedangkan perlindungan secara represif dapat berupa
penyelesaian kasus tindak pidana penipuan jual beli online melalui proses
peradilan pidana yang menjatuhkan pidana terhadap pelaku.