ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI KECAMATAN KUALA PESISIR KABUPATEN NAGAN RAYA

ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI KECAMATAN KUALA PESISIR KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI

  OLEH

RIRIN MARINI

  08C10404102

  Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT TAHUN 2013

  1

I. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

  Indonesia merupakanNegara yang sangatsubursertamenyimpanberbagaipotensi yang dapatdimanfaatkandandikembangkan.Denganpotensipanjangpantai yang mengelilingimasing-masingpulau yang tersebar di negeriinimenjadikanbanyakmasyarakat yang bermanfaatwilayahtersebutuntuklahanbudidayaikan.

  Kondisinelayansecaraumum di Indonesia lainnya yang matapencahariannyasecaratidaklangsungberhubungandenganpenggunaansumberd ayalaut.Tingkat kemakmuranmasyarakat Indonesia yang bergantungkepadaperikanansebagaisumberkehidupanpadaumumnyamasihsangatre ndah.

  Terkaittingkatkemiskinannelayanseringdisebutsebagaimasyarakattermiskind arikelompokmasyarakatlainnya (the poorest of the poor).Mengenaikemiskinan, bahwa 108,78 juta orang atau 49 persendari total penduduk Indonesia dalamkondisimiskindanrentanmenjadimiskin. BadanPusatStasistik (BPS), denganperhintunganberbedadari bank dunia, mengumumkanangkakemiskinan di Indonesia sebesar 34,96juta orang (15,42 persen). Angka tersebutdiperolehberdasarkanukurangaris kemiskinanditetapkansebesar 1,55 Dollar AS. Sebagianbesar (63,47persen) pendudukmiskin di Indonesia di daerahpesisirdanperdesaan (BPS, 2008).

  2 Secaraumum, kelompokusahabersamanelayan di seluruh Aceh membentukkelompokusahabersama (KUB) Propinsi

  Aceh.Pembentukanorganisasiitubertujuanuntukmeningkatkankemampuanberusah asecarabersamagunamendapatkanpendapatandankesejahteraannelayan.Secaraumu m, denganadanyakelompok usaha bersamadiharapkandapatmeningkatkanskalaekonomiusahanelayangunameningkat kanproduktifitasdanefisienusahanelayansertadalampemasaranhasilperikanan.Untu kmewujudkaninitidakadacara lain agar nelayan Aceh harusbersatumembangunhubungan sesamanelayan Aceh, dan forum KUB sertamenjadipenampungdan yang memberimotivasipenyelesaianbagipermasalahan yang dihadapiolehsetiap KUB yang berada di kerjamasing-masing.

  Kondisimasyarakatkualapesisirpadaumumnyamemilikimatapencarianberag am yang sebagianbesarmenggarapsawah (petani) dansebagiankecil yang menjadinelayan.

  Keluarganelayanadalahkeluargadimanakepalakeluargaatauanggotakeluarg aterlibatdalam proses produksi ataupengolahanhasilperikanandengantujuansebagai pendapatankehidupannya. Nelayanbiasaadalahnelayan yang menjalankanusahaperikanansecaratradisionalbaikuntukpengetahuandanketerampil an yang perludikembangkan.Nelayanmaju, nelayan yang menerimaataumenerapkanteknologibaru.

  Pendapatannelayan di tengahhargakomoditasperikanan yang melambungsertamenyumbanginflasikeduatertinggipadabulanjanuari 2012 menyebabkannasibnelayanjustrukian

  3 terpuruk.Kenaikanhargaikantidakmampudinikmatinelayan di tengahkesulitanmelautakibatcuacaburukperairan.

  Adapunmatapencaharianpendudukdikualapesisirsebagaiberikut : Tabel 1Karakteristik Mata Pencarian Penduduk di Kuala Pesisir

  No Mata Pencarian Persentase (%)

  1 Petani Sawah dan Ladang 5%

  2 Perkebunan 40%

  3 Nelayan 20%

  4 Pedagang 8%

  5 Karyawan Perusahaan 17%

  6 PNS dan ABRI 4%

  7 Lain-lain 6%

  Sumber : Data primer di olah februari 2013 Berdasarkanwawancaradenganpetugasstatistikdikualapesisirdiketahuijuml ahnelayan

  20 persen.Ataulebihkurangdari 80 persen, masyarakatkualapesisir.KeadaanpendudukdalamKecamatan Kuala PesisirKabupatenNagan Raya padabulanDesember 2010 mencapai 14.965 jiwa yang terdiridari 7.754 Laki-lakidan 7.211 perempuandenganjumlahKepalaKeluarga (KK) 3.972 dengan data sebagaiberikut

  4 Tabel2. Data Penduduk Kecamatan Kuala Pesisir

  Jumlah

No Gampong Jumlahjiwa L P Jumlahpenduduk (%)

KK

  1. Suakpuntong _ 415 392 807 215 5,39

  2. Gamponglhok _ 190 168 358 92 2,39

  3. Kuala Baro _ 276 287 563 144 3,76

  4. Padang _ 618 564 1.182 297 7,90 Rubek

  5. Pulo _ 139 126 265 76 1,77

  6. Langkak _ 674 653 1.327 356 8,87

  7. Kuala Tuha _ 284 268 552 154 3,49

  8. Kubang _ 484 474 958 259 6,40 Gajah

  9. Kuala Trang _ 1.290 1.144 2.434 628 16,26

  10. Cot Rambong _ 225 205 430 120 2,87

  11. Padang _ 738 622 1.360 380 9,09 Panyang

  12. Arongan _ 434 397 831 218 5,55

  13. Jatirejo _ 424 426 850 247 5,65

  14. Purwodadi _ 813 781 1.594 405 10,65

  15. LuengT.Ben _ 262 243 505 124 3,37

  16 Purwosari _ 488 461 949 257 6,34 Jumlah 7.754 7.211 14.965 3.972 100,00

  Sumber : Data primer di olah februari 2013 Adapunjenis-jeniskapaldikualapesisir, memilikikapal non mesindanhanyamemilikikapalmesin yang aktif.Jumlahnelayanlebihbanyakterdapat di DesaLangkakdari pada Desa Padang Rubek.Berdasarkanuraian di atasmakapenulistertarikuntukmenelitimasalahtersebutdenganjudul“AnalisisPenda

  patanRumahTanggaNelayan di Kecamatan Kuala PesisirKabupatenNagan Raya

1.2 RumusanMasalah

  Penelitiandapatdilakukandenganbaikapabilarumusanmasalahnyajelas.Adap unrumusanmasalahadalah:

  1. BagaimanaPendapatanRumahTanggaNelayandi Kecamatan Kuala

  5

  2. Bagaimanadistribusipendapatanrumahtangganelayan di Kecamatan Kuala PesisirKabupatenNagan Raya?

  3. Bagaimanaproduktifitaskapaldanalattangkapnelayan di kecamatan Kuala PesisirKabupatenNagan Raya?

  1.3 TujuanPenelitian

  Sesuaidenganrumusanmasalahdiatas, makatujuanpenelitianadalah:

  1. Untukmelihatpendapatanrumahtangganelayandi Kecamatan KualaPesisiKabupatenNagan Raya.

  2. Untukmelihatdistribusipendapatan rumahtangganelayan di Kecamatan Kuala PesisirKabupatenNagan Raya.

  3. Untukmelihatproduktifitaskapaldanalattangkapnelayan di kecamatan Kuala PesisirKabupatenNagan Raya.

  1.4 ManfaatPenelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan kegunaan bagi pihak yang berkepentingan, baik bagi nelayan, penulis maupun mahasiswa.

  1. Bagi nelayan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan yang bermanfaat dalam penentuan kebijakan selanjutnya.

  2. Bagi penulis sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pengalaman praktis dunia nelayan.

  3. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pustaka dan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Nelayan

  Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian dilaut. Para nelayan di Indonesia biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut.

  Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di desa-desa atau pesisir (Sastrawidjaya, 2002).

  Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari segi sebagai berikut :

  a. Dari segi mata pencaharian. Nelayan adalah mereka yang segala aktifitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir. Mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.

  b. Dari segi cara hidup. Komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengarahan tenaga banyak, seperti pada saat berlayar.

  c. Dari segi keterampilan. Meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan yang sederhana.

  Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua bukan yang dipelajari secara profesional.

  Dari bangunan struktur sosial dimana terdapat komunitas yang heterogen dan homogen maka masyarakat heterogen adalah mereka yang bermukim di desa- desa yang mudah dijangkau secara trasportasi darat. Sedangkan pada masyarakat homogen terdapat di desa-desa nelayan terpencil biasanya menggunakan alat-alat kesulitan transportasi angkutan hasil pasar juga akan menjadi penyebab rendahnya harga hasil laut di daerah mereka. (Sastrawidjaya.2002).

  Berdasarkan jenis teknologi peralatan tangkap yang digunakan dapat dibedakan dua katagori yaitu, nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional. Ukuran modernitas bukan semata-mata karena penggunaan motor untuk penggerakkan perahu, melaikan juga besar kecilnya motor yang digunakan serta tingkat eksploitasi dari alat tangkap yang digunakan. Perbedaan modernitas tehknologi alat tangkap juga akan berpengaruh pada kemampuan jelajah operasional mereka. (Imro, 2003 : 68).

  Pada umunya, dalam pengusaha perikanan laut terdapat tiga jenis nelayan yaitu : a. Nelayan pengusaha.

  b. Nelayan campuran, dan c. Nelayan penuh.

  Nelayan pengusaha yaitu pemilik modal yang memanfaatkan penanaman modalnya dalam penangkapan ikan. Nelayan campuran yaitu seseorang nelayan yang juga melakukan pekerjaan yang lain di samping pekerjaan pokoknya sebagai nelayan. Sedangkan nelayan penuh ialah golongan nelayan yang hidup sebagai penangkap ikan di laut dan dengan memakai peralatan lama atau tradisional.

2.2 Faktor Pendidikan Nelayan Terhadap Pendapatan Keluarga

  Berdasarkan hasil penelitian Fathoni (2008) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa beberapa faktor yang dua bagian yaitu faktor internal (keluarga dan orang tua) dan faktor eksternal (lingkungan serta sarana informasi). Faktor internal terdiri dari beberapa hal yaitu umur kepala keluarga, tingkat pendidikan, kepala keluarga, besar keluarga (besar tanggungan), total pendapatan kelurga, total pengeluaran keluarga, persepsi tentang arti penting sekolah, persepsi tentang biaya pendidikan dan status usaha kepala kelurga. Faktor eksternal terdiri dari kebijakan pemerintah, informasi terhadap pendidikan, sarana pendidikan, serta jarak sarana pendidikan.

  Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Suryani (2004) yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan adalah sebagai berikut:

  • Faktor internal

  Faktor internal yang diduga mempengaruhi terhadap tingkat pendidikan anak dalam penelitian ini adalah karakteristik personal kepala keluarga dan perepsepsi kelurga nelayan terhadap pendidikan.

  1. Tingkat pendidikan kepala keluarga Menurut Gunarsa dan Gurnasa didalam Suryani (2004) tingkat pendidikan secara langsung dan tidak langsung menentukan baik buruknya pola komunikasi diantara anggota keluarga. Selain itu, dampak pendidikan orang tua mempengaruhi persepsinya tentang penting atau tidaknya pendidikan.

  Menurut heryanto (1998) dengan dasar pendidikan yang relatif memadai untuk mampu memberikan makna terhadap nilai kegunaan dan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya. Sehingga kesungguhan untuk menambah wawasan dan bekerja keras dengan menyekolahkan anak menjadi cita-cita dan harapan dalam hidupnya.

  2. Umur kepala keluarga Selain berkaitan dengan tingkat kedewasaan teknis seseorang, usia juga mempunyai kaitan dengan tingkat kedewasaan psikologis. Dalam hal ini berarti semakin lanjut usia seseorang diharapkan akan semakin mampu menunjukan kematangan jiwa (dalam arti semakin bijaksana ), semakin mampu berfikir secara rasional dan semakin mampu mengendalikan emosi dan sifat-sifat lainnya yang menunjukan kematangan intelektual dalam psikologis sehingga semakin tua usia seseorang, motivasi yang dimiliki akan semakin tinggi. Usia dapat mempengaruhi cara seseorang berfikir, mempersepsi dan menyikapi sesuatu yang menjadi objeknya (Heryanto,1998).

  3. Pendapatan keluarga.

  Kondisi ekonomi keluarga dapat diukur dengan tingkat kesejahteraan keluarga. Salah satu indikator tingkat kesejahteraan keluarga adalah tingkat pendapatan keluarga. Pendapatan nelayan dapat diperoleh dari usaha perikanan (usaha penangkapan dan non penangkapan) maupun dari usaha non perikanan yang dilakukan oleh nelayan. Disatu sisi lain pendidikan formal memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kemiskinan yang melekat erat pada nelayan mengakibatkan mereka tidak mampu memberikan tingkat pendidikan yang cukup

  4. Jumlah tanggungan.

  Banyaknya tanggungan dalam keluarga berimplikasi pada besar kecilnya pengeluaran dalam satu keluarga berdasarkan penelitian Suryani (2004) bahwa semakin banyak jumlah tanggungan mengakibatkan persepsi masyarakat nelayan terhadap pendidikan formal semakin rendah.

  5. Nilai anak dalam keluarga Pada dasarnya semua orang tua menginginkan kondisi anaknya lebih baik dari kondisi orang tua dalam menjalani kehidupan yang dapat ditujukan dengan harapan orang tua terhadap masa depan kehidupan anaknya. Hasil penelitian sukmawan (2000) menunjukan bahwa sebagian besar keluarga nelayan sangat mengharapkan anaknya dapat menjadi pegawai negeri atau swasta.

  6. Status sosial Status (kedudukan) sosial adalah tempat seseorang secara umum dan masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan, pergaulan, hak dan kewajiban. Berdasarkan hasil penelitian suryani (2004) diketahui bahwa semakin tinggi status sosial nelayan maka presepsi terhadap pendidikan formal akan semakin tinggi.

2.3 Pengertian Pendapatan

  Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income seseorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi ini “membeli” faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan Secara singkat income seseorang ditentukan oleh

  a. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada :

  • hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu
  • warisan atau pemberian

  b. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi.

  Dalam pengertian umum, pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono (1992) mengumumkan bahwa pendapatan adalah hasil dari perjualan faktor-faktor produksi yang dimiliki kepada sektor produksi. Sedangkan menurut Winardi (1992) pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.

  Berdasar kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. Dengan demikian yang dimaksud dengan pendapatan jasa adalah nilai dari seluruh jasa yang dihasilkan suatu badan usaha dalam suatu periode tertntu. Dalam akuntansi, pendapatan dan beban dijelaskan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal baik selama satu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitifitas dan tidak secara langsung berdasar dari kontribusi penanaman modal.

  

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Dan Pendapatan

Nelayan

  Beberapa faktor yang mempengaruhi kemiskinan pedesaan di indonesia termasuk adalah pertumbuhan penduduk (chemichokcsky dan Meeso, 1984 ; sigit, 1985 : Firdaussy, 1992 ; dan booth 1992). Pertumbuhan penduduk yang cepat dipendesaan menjadi faktor utama yang mendorong kemiskinan di pendesaan Indonesia. Peningkatan penduduk dapat berdampak pada mesalah penyediaan pendidikan, peningkatan penganguran, dan masalah modal yang rendah.

  Selanjutnya, faktor-faktor ini secara keseluruhan memberi pengaruh pada pendapatan perkapita yang rendah penduduk pendesaan Indonesia.

  Kajian Swaminathan (1997) di india yang menggunakan data panel, dengan variabel pendapatan (log) sebagai variabel bersandar, menunjukkan koefisien parameter variabel umur 0.023. manakala koefisien parameter variabel tingkat pendidikan adalah 0.126. kajian yang serupa dilakukan oleh Berdegue et al (2001), di chile. Menggunakan model OLS dengan variabel bersandar adalah pendapatan dalam log, menunjukkan bahwa variabel umur tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan. Pada model probit, variabel keduanya mempunyai signifikan pada derajat 10 persen. Nilai koefisien parameter variable umur adalah 0,02 dan variabel pendidikan adalah 0.11

  Hasil temuan beberapa peneliti seperti Swaminathan (1997), lisa (2000), Berdegue et al (2001), dan Elbers dan Lanjouw (2001), menunjukkan bahwa umur mempunyai pengaruh terhadap pendapatan. Pengaruh umur terhadap pendapatan memang tidak besar (nilai koefisien parameter antara 0.023 hingga 0.106). walau bagaimanapun umur memang mempunyai pengaruh terhadap pendapatan.

  (Swaminathan, 1991 ; Lisa , 2000 ; Berdegue et al, 2001 ; Elbers dan Lanjouw, 2001 ; dan Naude dan Taylor, 2001). Nilai koefisien parameter variabel pendidikan antara 0.023 hinnga 0.107, ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan memang mempunyai pengaruh terhadap pendapatan.

  Variabel lain yang mempunyai pengaruh terhadap pendapatan adalah jumlah anggota keluarga. Pengkaji-pengkaji seperti Firdassy dan Tisdel (1992) menggunakan data kerat rentas (cross section) untuk mengkaji pendapatan dan kemiskinan di tiga pendesaan Bali Indonesia (Gunanto).

2.5 Konsep Pendapatan Dan Pendapatan Distribusi Pendapatan

  Menurut Todaro (1995) pembangunan merupakan proses multidimensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap rakyat dan lembaga-lembaga nasional, dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan (inequity) dan pemberantasan kemiskinan absolut.

  Sasaran pembangunan yang dicapai paling tidak mencakup tiga hal pokok yaitu (1) meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi barang-barang kebutuhan pokok seperti pangan, papan, kesehatan dan perlindungan; (2) meningkatkan taraf hidup yaitu, selain meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja, pendidikan yang lebih dan juga perhatian yang lebih besar kepada nilai-nilai budaya dan kemanusian dan keseluruhannya akan memperbaiki bukan hanya kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri terhadap individu atau sebagai suatu bangsa; (3) memperluas pilihan ekonomi sosial yang tersedia bagi setiap orang dan setiap bangsa dengan mereka dari perbudakan dan ketergantungan bangsanya dalam hubungan dengan orang dan

2.6 Konsep Pendapatan

  Menurut Kuznett dalam Sarasutha (1985) suatu perkiraan mengenai distribusi pendapatan atau distribusi kekayaan menurut aturan kelas antar rumah tangga atau keluarga-keluarga sangat bermanfaat, karena keluarga atau rumah tangga unit penerimaan distribusi. Dalam hal ini yang ditekankan adalah keluarga sebagai penerimaan pendapatan, bukan pada perorangan karena dianggap bahwa rumah tangga atau keluarga sebagai unit pengambil keputusan dalam memperoleh pendapatan. Rumah tangga sebagai unit analisis dalam distribusi pendapatan dapat dipandang tidak hanya sebagai komponen demografi, tetapi juga karakteristik umum dalam pengukuran.

  Menurut biro pusat statistik (1980) mendefiniskan pendapatan keluarga sebagai penjumlah upah, gaji, tingkat suku bunga, pensiun, sewa, keuntungan usaha dan sebagainya yang diterima oleh semua anggota keluarga. Pendapatan keluarga dikelompokan menjadi ; a. Pendapatan pertanian, meliputi penerimaan pertanian, peternakan, perikanan dan skala rumah tangga; serta b. Pendapatan bukan pertanian, meliputi pendapatan yang diterima dari seluruh kegiatan ekonomi yang lain.

  Sumber pendapatan dapat berasal dari sektor pertanian maupun sektor non pertanian. Merujuk dari Nurmanaf (1988) bahwa sumber pendapatan dari sub sektor perikanan, termasuk penerimaan dari (1) usaha penangkapan, (2) usaha non penangkapan (termaksud budidaya perikanan dan pengolahan hasil perikanan).

  Sedangkan pendapatan dari sektor non perikanan yang diterima dari (1) kegiatan berdagang, (2) usaha angkutan, (3) industri rumah tangga, dan (4) kegiatan berburuh di luar usaha perikanan, serta (5) kegiatan usaha pertanian.

2.7 Jenis dan Fungsi Pendapatan

  Untuk keperluan manajerial dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu : a. Pendapatan Total

  Pendapatan total adalah jumlah seluruh pendapatan dari penjualan, Total Revenue ini adalah hasil perkalian dari jumlah unit yang terjual (Q), dengan harga jual per unit (P). Hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan matematis : TR = P.Q.

  b. Pendapatan Rata-rata atau pendapatan per unit barang dan jasa Pendapatan rata-rata adalah pendapatan rata-rata dari setiap unit penjualan, oleh karena itu maka pendapatan rata-rata (AR) dapat juga dirumuskan sebagai hasil bagi dari pendapan total dengan unit yang terjual (Q). Bentuk rumusan matematikanya adalah AR = TR/Q = PQ/Q = P.

  c. Pendapatan Tambahan Atau Penerimaan Marginal. Pendapatan tambahan adalah tambahan pendapatan yang didapat untuk setiap unit penjualan atau produksi. Karena tambahan ini dapat terjadi pada setiap tingkatan produksi. Dengan demikian, maka pendapatan tambahan, atau marginal Revenue ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

  2.8 Usaha-Usaha Meningkatkan Pendapatan

  Pada umumnya manusia merasakan bahwa penghasilan/pendapatan yang diterima saat ini masih kurang dan menjadi masalah yang tidak akan pernah terselesaikan. Secara umum dapat diterangkan bahwa untuk meningkatkan pendapatan dapat digunakan beberapa cara antara lain :

  1. Pemanfaatan waktu luang Individu mampu memanfaatkan waktu luang yang tersisa dari pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya menjadi kesempatan yang baru untuk menambah pendapatan.

  2. Melakukan kreatifitas dan inovasi Individu harus mampu berfikir positif dan inovatif menciptakan terobosan- terobosan yang berarti untuk dapat mencapai kebutuhan yang dirasakan masih kurang.

  

2.9 Pendapatan Dan Beban Sebagai Pertimbangan Kebijakan Produksi

  Untuk produksi barang dan jasa dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan dalam mendapatkan laba . Laba yang didapat perusahaan diperoleh dari selisih antara pendapatan (revenue) dengan biaya (cost), oleh karena itu, maka pertimbangan utama atau parameter utama dalam melakukan produksi adalah pendapatan (revenue), yang akan diterima dan biaya (cost) yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produksi tersebut.

2.10 Modal Usaha

  Salah satu faktor produksi yang tidak kalah penting adalah modal, sebab dalam suatu usaha masalah modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha yang telah didirikan. Modal dapat dibagi sebagai berikut :

  1. Modal Tetap Modal tetap adalah modal yang memberikan jasa untuk proses produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi. Modal tetap dapat berupa tanah, bangunan dan mesin yang digunakan.

  2. Modal variabel (bergerak) Adalah modal yang memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi, biasa dalam bentuk bahan baku dan kebutuhan sebagai penunjang usaha berikut.

  Dapat dikemukakan pengertian secara klasik, dimana modal mengandung pengertian sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, yaitu modal meliputi baik modal dalam bentuk uang (Geldkapital), maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan dan lain sebagainya (Bambang Riyanto dalam suryananto 2005, h.37).

  Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output (Irawan dan suparmoko 2000, h. 93). Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau barang dan jasa-jasa baru. Modal merupakan input (faktor produksi) yang sangat menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan.

  2.11 Biaya Bahan Baku

  Bahan baku atau bahan mentah merupakan faktor produksi yang dibutuhkan dalam setiap proses produksi. Menurut Gunawan Adi Saputro dan Marwan Asri, 2000, h. 225) bahan mentah atau bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Bahan baku langsung (direct material) adalah bahan mentah yang merupakan bagian dari barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku ini mempunyai hubungan erat dan sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan.

  b. Bahan baku tidak langsung (inderect material) adalah bahan baku yang ikut berperan dalam proses produksi, tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan. Untuk memperoleh bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi maka diperlukan pengorbanan uang untuk pembelian bahan baku tersebut. Pengorbanan inilah yang dinamakan dengan biaya.

  2.12 Perubahan Teknologi Dan Proses Kerja

  Sejak pasca perang dunia II, dunia industri Internasional telah mengalami perubahan mendasar pada teknologi dan proses tenaga kerja, yakni perubahan dari pendekatan produksi massal menjadi pendekatan produksi fleksibel. Produksi Fordisme ditandai dengan adanya lini produksi perakitan yang mengandung tingkat pembagian kerja demikian tinggi, sehingga mempermudah tugas para pekerja menjadi operasi rutin yang tidak banyak memerlukan keahlian maupun pelatihan. Dengan cara semacam ini, ketepatan dan kecepatan pekerjaan di kendalikan oleh mesin, bukan oleh seorang pekerja (Mudrajad kuncoro 2007, hal.22)

III. METODE PENELITIAN

  3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.

  Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha nelayan yang menjadi salah satu obyek nelayan di Kabupaten Nagan Raya. Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Agustus 2013.

  3.2 Teknik Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam melaksanakan penelitian adalah :

  1. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan masyarakat, kepala desa dan staf pemerintah tingkat desa di kecamatan kuala pesisir.

  2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan pada data-data yang telah ada pada instansi terkait dan studi kepustakaan yang terkait dengan topik penelitian ini.

  3.3 Populasi dan Sampel

  Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga nelayan yang berada di desa Kuala pesisir karena di daerah tersebut merupakan salah satu desa yang melaksanakan pengembangan nelayan di Kab. Nagan Raya. Dari total masyarakat yang memproduksi ikan diambil sampel 30 rumah tangga nelayan secara acak.

  3.4 Metode Pengambilan Sampel

  Metode pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan metode pengambilan contoh sederhana (Sample Random Sampling) berdasarkan bahwa seluruh masyarakat elementer dari populasi yang diteliti telah diketahui nama dan indentitasnya. Pengambilan sampel 30 rumah tangga nelayan dilakukan secara menyebar proporsional berdasarkan jenis pekerjaan nelayan di desa Kuala pesisir (Pada Tabel 2).

  Tabel. 2 Populasi dan sampel penelitian .

  Rasio Jumlah Jumlah No Populasi Perhitungan Populasi Sampel Sampel

  1 Pemilik kapal 40 40/90X30

  13

  2 Awak buah kapal (ABK) 50 50/90X30

  17 Jumlah

  90

  30 Sumber : Data primer (diolah) 2013.

  3.5 Metode Analisis

3.5.1 Analisis Pendapatan

  Perhitungan pendapatan dari usaha penangkapan adalah penangkapan bersih dengan formulasi rumus sebagai berikut:

  π = TR –

TC

π Keterangan :

  = Keuntungan Pendapatan Usaha yang diperoleh (Rupiah) TR = Total Penerimaan (Rupiah) Sedangkan pendapatan dari usaha non penangkapan dan non usaha perikanan di peroleh dari pendapatan rata-rata per bulan anggota keluarga yang bekerja di luar usaha penangkapan dan perikanan. Perhintungan pendapatan rumah tangga nelayan digunakan formulasi rumus sebagai berikut :

  Y = Y 1 +Y

  

2

Keterangan Y = Total pendapatan rumah tangga nelayan (Rupiah).

  Y 1 = Pendapatan keluarga dari usaha penangkapan (Rupiah). Y 2 = Pendapatan keluarga dari usaha non penangkapan (Rupiah).

3.5.2 Konsep dan Pengukuran

  a. Nelayan adalah orang yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam usaha penangkapan ikan dengan status sosial yang berbeda-beda seperti nelayan pemilik dan pandega (RTP).

  b. Nelayan pemilik adalah orang yang memilki armada penangkapan ikan baik kapal/perahu atau alat tangkap (RTPP).

  c. Nelayan pandega adalah orang yang berprofesi sebagai buruh dalam usaha penangkapan ikan yang memliki ketrampilan (RTPB).

  d. Sistem bagi hasil adalah system pembagian hasil usaha penangkapan ikan antar nelayan pemilik dan nelayan pandega. Sistem bagi hasil pada alat tangkap adalah 50 persen hasil pendapatan bersih hasil penangkapan untuk nelayan pemilik dan 50 persen untuk nelayan buruh. e. Pendapatan rumah tangga nelayan adalah pendapatan yang diterima oleh keluarga nelayan yang berasal dari usaha penangkapan, non penangkapan, maupun usaha non perikanan selama setahun.

  f. Pendapatan usaha penangkapan adalah penerimaan usaha yang diterima setelah dikurang seluruh pengeluaran atau biaya total penangkapan selama satu tahun. Pendapatan yang termaksud termasuk pendapatan nelayan pemilik dan nelayan pandega. (Rupiah) g. Pendapatan usaha non perikanan adalah pendapatan rata-rata per bulan yang diterima oleh keluarga nelayan selama setahun dari usaha diluar sub sektor perikanan. (Rupiah)

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Wilayah AdministratifKecamatan Kuala Pesisir

  Kecamatan Pesisir merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan Kuala

  40 - pada tahun 2007 dengan ibukotanya Padang Rubek terletak pada garis 03

  04

  38 Lintang Utara dan 96 11 - 96

  48 Bujur Timur yang luas wilayahnya

  2 mencapai ± 267.39 Km .

  Adanya batasan-batasanya sebagai berikut :

  • Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Kuala;
  • Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Tadu Raya;
  • Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Kuala;
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Meureubo dan Samudra Indonesia Jumlah penduduk dalam Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Rayakeadaan bulan Desember 2010 mencapai 14.975 jiwa yang terdiri dari 7.754 Laki-Laki dan 7.211 Perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 3.972. dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel. 3. Komposisi Penduduk Kecamatan Kuala Pesisir 2010

  

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase %

  1

  2

  3

  4

  1 Laki-Laki 7.754 52%

  2 Perempuan 7.221 48% Jumlah 14.975 100

  Sumber : Data primer di olah februari 2013

4.2Karakteristik Responden Pengusaha Kapal dan ABK

  Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar belakang responden yang berkaitan dan berpengaruh terhadap kegiatannya dalam menjalankan usahanya. Responden pada penelitian ini adalah Pemilik Kapal dan Awak Buah Kapal di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Karakteristik dari respondenmeliputi umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam produksi, jumlah tenaga kerja luar, lama mengusahakan, status usaha dan alasan usaha.

  1. Umur Usia produktif adalah usia penduduk antara 15-59 tahun dan usia non produktif antara 0-14 tahun serta lebih atau sama dengan 60 tahun. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel.4.Karakteristik Kelompok Umur

  No Kelompok Umur (Th) Jumlah Persentase Responden (%)

  1

  2

  3

  4 1 20 – 30 10 29% 2 31 -40 10 29% 3 41 – 50

  8 23% 4 51 – 60 7 20%

  Jumlah 35 100

  Sumber : Data primer di olah februari 2013 Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa jumlah responden yaitu 35 orang yang terdiri dari 28 orang umur produktif dan 7 orang umur non produktif.

  Pada usia produktif tersebut, produktivitas kerja pengusaha nelayan penangkapan ikan masih cukup tinggi sehingga lebih potensial dalam menjalankan usahanya. memungkinkan usaha nelayan penangkapan ikan masih dapat terus dikembangkan karena para pengusaha masih memiliki produktifitas dan kemampuan bekerja yang tinggi.

  2. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk responden dalam hal menerima dan menerapkan teknologi baru, disamping kemampuan dan keterampilan dari nelayansendiri. Pendidikan akan mempengaruhi pola pikir nelayan dalam menjalankan kegiatan usahanya dan pengambilan keputusan dalam pemasaran Ikan tangkap yang dihasilkannya. Selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi nelayan dalam menyerap informasi terbaru yang dapat diterapkan dalam kegiatan usahanya.

  Tabel. 5.Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan Di Kecamatan Kuala Pesisir.

  No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase Responden (%)

  1

  2

  3

  4

  1 Tidak Tamat SD 3 9%

  2 Tamat SD 11 31%

  3 Tamat SMP 14 40% 20%

  4 Tamat SMA

  7 Jumlah

  35 100 Sumber : Data primer diolah februari 2013.

  Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah tamat SD sebanyak 11 orang (31%). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan masih rendah. Pendidikan yang diperoleh diharapkan dapat menjadi modal bagi nelayandalam menjalankan usahapenangkapan ikan, dapat memasarkan hasil tangkapan ke luar daerah dan yang paling penting nelayan tidak dapat dibohongi oleh pedagang yang membeli untuk mengecer sehingga tidak terjadi kerugian.

  3. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat padaTabel 6.

  Tabel.6.Jumlah Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

  No Anggota Keluarga Jumlah Persentase (Orang) (%)

  1

  2

  3

  4 1 2 – 4

  18

  51 2 5 – 6

  11

  31 3 7 – 8

  6

  17 Jumlah

  35 100 Sumber : Data primer diolah februari 2013.

  Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki jumlah anggota terbanyak yaitu berkisar 2-4 orang sebanyak 18 orang atau 51 %.

  Berdasarkan data tersebut diketahui seluruh responden mempunyai anggota keluarga lebih dari 2 orang. Besar kecilnya jumlah anggota keluarga ini berpengaruh terhadap ketersediaan jumlah tenaga nelayan, terutama tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga yang ikut aktif dalam kegiatan nelayan penangkapan ikan.

  4. Modal Nelayan Modal adalah biaya yang dikeluarkan atau dibayar oleh pemilik usaha nelayan di Kecamatan Kuala Pesisir adalah Rp 15.455.000.dapat dilihat rincian pada.

  Tabel 7.Modal yang diperlukan oleh Nelayan Penangkap Ikan

  No Keterangan Jumlah Harga Satuan Harga (Rp)

  1

  2

  3

  4

  4

  1 Kapal motor 1 15.000.000 Unit 15.000.000

  2 Operasional BBM 30 6.500 Liter/ hari 195.000.

  3 Jaring lingkar 4 60.000. Unit/untuk 3 bulan 240.000

  4 Box/lainnya 5 50.000. Unit/untuk 3 bulan 250.000

  Jumlah Total Modal 15.685.000 250.000

  Sumber : Data primer di olah februari 2013 Dari data padaTabel 7, dapat disimpulkan bahwa rata-rata modal yang diperlukan oleh nelayan di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya bahwa jumlah total yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha penangkapan ikan sebesar Rp 15.685.000. dimana Rp 195.000. untuk operasional BBM per hari, Rp 240.000. untuk jaring lingkar, Rp 250.000.untuk box/lainnya dan biasanya masyarakat Kecamatan Pesisir dalam melakukan penangkapanikan di laut itu dilakukan Per-Trep nya menghabiskan waktu 4 (empat) samapai 5 (lima) hari.

4.3Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1Analisis Pendapatan

  Pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan pendapatan jasa adalah nilai dari seluruh jasa yang dihasilkan suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu.

1. Keuntungan Nelayan

  Berikut rata-rata keuntungan nelayan di Kecamatan Kuala Pesisir di sajikan dengan rumus sebagai berikut.;

  π = TR –

TC

π Keterangan :

  = Keuntungan Pendapatan Usaha yang diperoleh (Rupiah) TR = Total Penerimaan (Rupiah) TC = Total Biaya (Rupiah) Tabel.8.Keuntungan Nelayan Kecamatan Kuala Pesisir

  

No Total Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata

Penerimaan Rata-Rata Pendapatan Per Pendapatan Pemilik Kapal Total Biaya Bulan /tahun = TR-RC Usaha Operasional Pengangkapan Per Trep

  1

  2 3 4 = (2)-(3) 5 = (4)x 4 Minggu 6 = (4) x 12

  1 2.000.000 666.667 1.333.333 5.333.333 64.000.000

  Sumber : Data primer di olah februari 2013 Dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa dari 30 responden di Kecamatan Kuala

  Pesisir, rata-rata penerimaan pemilik kapal penangkapan ikan sebesar Rp 2.000.000,- sementara biaya operasional yang digunakan dalam usaha penangkapan ikan tersebut sebesar Rp 666.667 dan keuntungan yang didapat dari usaha penangkapan ikan Per-Trep nya sebesar Rp 1.333.333. Jika dihitung maka setiap pemilik kapal penangkapan ikan mampu memperoleh keuntungan sebesar Rp 5.333.333dan setiaptahunnya sebesar Rp 64.000.000.

  Tabel 9. Keuntungan ABK Nelayan Kecamatan Kuala Pesisr

  

No Total Rata-Rata Rata-Rata Pendapatan Per Pendapatan

Penerimaan ABK Total Biaya Bulan /Tahun

Usaha Operasional = TR-RC Pengangkapan Per Trep

  1

  2 3 4 = (2)-(3) 5 = (4)x 4 Minggu 6 = (4) x 12

  1 678.667 678.667 2.714.667 32.576.000

  Sunber : data primer di olah februari 2013

  PadaTabel 9,diketahui bahwarata-rata penerimaan ABK usaha penangkapan ikan Rp.678.667 sementara untuk biaya operasional ditanggung oleh pemilik kapal, keuntungan rata-rata yang diperoleh oleh ABK Per-Trep nya sebesar Rp 678.667 dan jika dikalikan perbulannya, maka ABK mampu memperoleh hasil dari penangkapan ikan sebesar Rp.2.714.667selanjutnya jika dikalikan pertahunnya rata-rata penerimaan sebesar Rp.32.576.000.

  Perhintungan pendapatan rumah tangga nelayan digunakan formulasi rumus sebagai berikut :

  Y = Y 1 +Y

  

2

Keterangan Y = Total pendapatan rumah tangga nelayan (Rupiah).

  Y = Pendapatan keluarga dari usaha penangkapan (Rupiah).

1 Y 2 = Pendapatan keluarga dari usaha non penangkapan (Rupiah).

  Tabel.10.Pendapatan Rumah Tangga Nelayan di Kecamatan Kuala Pesisir

  No Rata-Rata Pendapatan Rata-Rata Pendapatan Total Rata-Rata Keluarga dari Nelayan Keluarga dari usaha non Pendapatan Rumah Perbulan Pemilik Kapal penangkapan Tangga Nelayan

  1

  2 3 4= (2) + (3) 1 5.333.333 1.100.000 6.433.333

  Sumber : Data primer di olah februari 2013 Dari Tabel 10, dapat di lihat rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan di Kecamatan Kuala Pesisir menunjukkan tingkat kesejahteraan nelayan penangkapan ikanyang semakin membaik. Dapat dilihat rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan pemilik kapal yaitu sebesar Rp.6.433.333/bulan dimana pendapatan dari usaha nelayan sebesar Rp.5.333.333 sementara dari hasil usaha non penangkapan ikan sebesar Rp.1.100.000. perbulannya.

  Tabel.10.Pendapatan Rumah Tangga ABK di Kecamatan Kuala Pesisir

  No Rata-Rata Pendapatan Rata-Rata Pendapatan Total Rata-Rata Keluarga dari Nelayan Keluarga dari usaha non Pendapatan Rumah Perbulan ABK penangkapan Tangga Nelayan

  1

  2 3 4= (2) + (3) 1 2.714.667 696.667 3.411.333

  Sumber : Data primer di olah februari 2013 Rata-rata pendapatan rumah tangganelayan perbulannya sebesar

  Rp.3.411.333 dimana pendapatan dari usaha nelayan sebesar Rp.2.714.667 dan dari usaha non nelayan sebesar Rp.696.667usaha non nelayan berasal dari kegiatan usaha yang tidak termasuk kedalam usaha penangkapan ikan, yang berasal dari bertani,wiraswasta dan lain-lain.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Wilayah Administratif Kecamatan Kuala Pesisir

  Kecamatan Pesisir merupakan kecamatan pemekaran dari Kecamatan Kuala

  40 - pada tahun 2007 dengan ibukotanya Padang Rubek terletak pada garis 03

  04

  38 Lintang Utara dan 96 11 - 96

  48 Bujur Timur yang luas wilayahnya

  2 mencapai ± 267.39 Km .

  Adanya batasan-batasanya sebagai berikut :

  • Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Kuala;
  • Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Tadu Raya;
  • Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Kuala;
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Meureubo dan Samudra Indonesia Jumlah penduduk dalam Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Rayakeadaan bulan Desember 2010 mencapai 14.975 jiwa yang terdiri dari 7.754 Laki-Laki dan 7.211 Perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 3.972. dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel.3. Komposisi Penduduk Kecamatan Kuala Pesisir 2010

  No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase %

  1

  2

  3

  4 Laki-Laki 7.754 52%

  1 Perempuan 7.221 48%

  2 Jumlah 14.975 100

  Sumber : Data primer di olah februari 2013

4.2 Karakteristik Responden Pengusaha Kapal dan ABK

  Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar belakang responden yang berkaitan dan berpengaruh terhadap kegiatannya dalam menjalankan usahanya. Responden pada penelitian ini adalah Pemilik Kapal dan Awak Buah Kapal di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Karakteristik dari responden meliputi umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam produksi, jumlah tenaga kerja luar, lama mengusahakan, status usaha dan alasan usaha.

  1. Umur Usia produktif adalah usia penduduk antara 15-59 tahun dan usia non produktif antara 0-14 tahun serta lebih atau sama dengan 60 tahun. Jumlah dan persentase responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

  Tabel.4. Karakteristik Kelompok Umur Jumlah Persentase No Kelompok Umur (Th) Responden (%)

  1

  2

  3

  4 1 20 – 30 10 29% 2 31 -40 10 29% 3 41 – 50

  8 23% 4 51 – 60 7 20%

  Jumlah 35 100

  Sumber : Data primer di olah februari 2013 Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa jumlah responden yaitu 35 orang yang terdiri dari 28 orang umur produktif dan 7 orang umur non produktif.

  Pada usia produktif tersebut, produktivitas kerja pengusaha nelayan penangkapan ikan masih cukup tinggi sehingga lebih potensial dalam menjalankan usahanya. memungkinkan usaha nelayan penangkapan ikan masih dapat terus dikembangkan karena para pengusaha masih memiliki produktifitas dan kemampuan bekerja yang tinggi.

  2. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk responden dalam hal menerima dan menerapkan teknologi baru, disamping kemampuan dan keterampilan dari nelayan sendiri. Pendidikan akan mempengaruhi pola pikir nelayan dalam menjalankan kegiatan usahanya dan pengambilan keputusan dalam pemasaran Ikan tangkap yang dihasilkannya. Selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi nelayan dalam menyerap informasi terbaru yang dapat diterapkan dalam kegiatan usahanya.