Fluidity Geometry Of Water In Motion

BAB II
STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

Pemograman merupakan bagian awal dari perencanaan yang terdiri dari kegiatan
analisis dalam kaitan upaya pemecahan masalah desain. Pemograman dimulai dengan
memperhatikan dengan seksama hal- hal yang menjadi tuntutan dalam KAK, dimana
penulis akan berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan arsitek profesional. Diawali
dengan kegiatan survei lapangan yang menghasilkan data, penulis juga melakukan studi
banding terhadap proyek sejenis sebagai bahan pembanding untuk memudahkan dalam
persiapan perencanaan. Serangkaian proses perancangan arsitektur yang terdiri dari
tahapan-tahapan merupakan proses pembelajaran yang akan menjadi bekal seorang calon
arsitek, sebab proses merancang seorang arsitek tidak sesederhana seorang seniman.
Dalam tahap menerjemahkan data-data yang telah dikumpulkan harus disajikan dengan
baik dan benar untuk memudahkan tahap yang akan dilakukan selanjutnya, yaitu tahap
analisis.
Tahap analisis merupakan proses paling utama dalam perancangan. Adanya
masalah menjadi salah satu dokumen atau data penting dalam rantai keseluruhan proyek
perancangan. Data yang telah dikumpulkan dari melakukan studi kasus, survei lapangan
dan sumber-sumber lain harus disaring kembali menjadi data yang akan siap dianalisis.
Dengan menggunakan seluruh indera ketika melakukan survei lapangan, maka data yang
dihasilkan akan lebih maksimal dan dapat memudahkan dalam tahap analisis. Dalam

analisis, tanggapan terhadap berbagai data yang telah dikumpulkan merupakan kunci
penting dalam menghasilkan konsep perancangan yang diungkapkan melalui sketsa dan
pernyataan. Dengan munculnya permasalahan dalam kasus proyek tentang fungsi
bangunan campuran yaitu mall dan kondominium, penulis harus memperhatikan beberapa

20
Universitas Sumatera Utara

faktor penting dalam proses analisis, data yang terdiri dari faktor manusia, fungsi dan
pengolahan lahan, serta fungsi dan pengolahan bangunan.
Tahap analisa ini terdiri dari sketsa analisa data tentang faktor fungsi dan
pengolahan lahan yang terdiri dari lokasi lingkungan tapak, tata guna lahan, ruang
terbuka dan tata hijau, perlengkapan tapak, sirkulasi manusia, kendaraan, dan parkir, serta
sistem pembuangan dan sanitasi. Faktor fungsi baik lahan maupun bangunan merupakan
perwujudan hubungan manusia dengan makhluk sosial lainnya, yaitu bagaimana
hubungan manusia dengan masyarakat sekitarnya, manusia dengan lingkungan alam dan
buatan sekitarnya. Sehingga perancangan ini tidak hanya dinikmati oleh individu, namun
juga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan tapak ini berada. Proses
perancangan tahap analisis ini dibagi menjadi analisa non fisik dan analisa fisik.
2.1 Analisa Non Fisik

Pada analisa non fisik ini, penulis menganalisa pelaku kegiatan yang akan
direncanakan di dalam perancangan bangunan fungsi campuran ini. Secara garis besar
pelaku kegiatan akan dibagi ke dalam enam macam yaitu : pengunjung mall, pedagang /
penyewa retail, karyawan, penghuni kondominium, pengunjung kondominium dan
pengelola bangunan.
Kebutuhan yang diperlukan dalam bangunan akan menjadi bagian dari
perencanaan ruang dalam maupun luar bangunan. Dalam rancangan ruang dengan fungsi
bangunan campuran, yaitu mall dan kondominium, perlu diperhatikan bahwa kebutuhan
ruang pada mall berbeda dengan kebutuhan ruang pada kondominium. Dalam
perancangan bangunan mall, arsitek harus bisa menciptakan ruang yang nyaman serta
tidak terkesan aneh dan membingungkan, memperhatikan pergerakan atau sirkulasi
manusia yang baik di dalam maupun luar bangunan mall. Tujuan utama dari pengunjung
mall tersebut adalah tidak lepas dari kebutuhan ruang untuk bersantai, beristirahat setelah

21
Universitas Sumatera Utara

lelah dari beraktifitas seharian serta berkumpul dengan teman atau keluarga tercintanya.
Sedangkan penghuni kondominium memerlukan sebuah ruang yang nyaman, aman dan
bersifat privasi. Dari pengguna dan kebutuhan tersebut, maka terbentuklah berbagai

aktifitas yang memiliki rangkaian yang cukup kompleks. Dengan fungsi bangunan yang
memiliki tingkat privasi pengguna bangunan dan jenis kegiatan yang berbeda, maka
penulis melakukan analisa hubungan kegiatan pengguna bangunan secara makro dalam
bentuk skema. (lihat Lampiran).
Dalam penyusunan laporan pemograman fungsi pusat perbelanjaan dan fungsi
hunian, penulis melakukan analisa kebutuhan ruang dalam bentuk tabel. Selanjutnya
penulis membuat program ruang berdasarkan pada kesimpulan dari hasil analisis
kebutuhan jenis ruang, hubungan organisasi ruang, pengguna, dan sifat-sifat ruang..
2.2 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki

Gambar 2.1 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki

22
Universitas Sumatera Utara

Pada proses analisa pejalan kaki, penulis memperkirakan jumlah pejalan kaki
yang berasal dari warga, mahasiswa dan pekerja dari lingkungan sekitar tapak. Dari data
sirkulasi pejalan kaki sebelumnya, ditemukan kondisi jalur pedestrian sekitar tapak yang
masih berfungsi dengan baik.


Gambar 2.2 Tanggapan terhadap Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki

23
Universitas Sumatera Utara

2.3 Analisa Sirkulasi Kendaraan
Dari data sirkulasi kendaraan sebelumnya, tingkat kemacetan pada jalan besar
yang berbatasan demgam tapak cukup tinggi terutama pada pagi hari dan sore hari.
Penulis mempertimbangkan sirkulasi pada tapak agar tidak menambah kemacetan pada
jalan besar. Sirkulasi kendaraan ini dibagi lagi menjadi beberapa pengguna bangunan
(pengunjung, penghuni, karyawan, servis), sehingga pengolahan sirkulasi dengan
menggunakan akses dari jalan utama ini mengalami kesulitan.

Gambar 2.3 Analisa Sirkulasi Kendaraan

24
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4 Tanggapan terhadap Analisa Sirkulasi Kendaraan
Beranjak dari analisa sirkulasi manusia dan kendaraan, pengolahan lahan untuk

parkir merupakan tempat utama bagi pengunjung yang berkunjung dan penghuni yang
pulang dari beraktivitas menuju tempat tinggal. Masalah kebutuhan parkir yang cukup
dalam suatu bangunan menjadi isu yang sering terjadi dalam suatu bangunan
perancangan, karena parkir berhubungan erat dengan sirkulasi kendaraan dan manusia ke
dalam bangunan. Apabila tidak memikirkan dengan sungguh-sungguh perancangan
sebuah tempat parkir dan hasilnya adalah tempat parkir yang buruk, sudah pasti akan
membawa dampak negatif bagi suatu karya arsitektur. Namun, tempat parkir yang baik,
belum tentu akan membawa dampak positif bagi suatu bangunan. Seringkali jumlah
kebutuhan parkir yang disediakan kurang, bahkan yang paling ironis adalah kebutuhan

25
Universitas Sumatera Utara

parkir bagi pengendara kendaraan bermotor tidak direncanakan dalam ruang yang layak
dan memenuhi standarisasi.

2.4 Analisa Kebisingan
Dari data sirkulasi kendaraan serta data aktivitas sebelumnya, tingkat kebisingan
pada kondisi tapak yang berbatasan dengan jalan utama (jalan Guru Patimpus) memiliki
tingkat kebisingan yang cukup tinggi. Pada analisa kebisingan, penulis merencanakan

perletakan bangunan serta penghijauan pada area depan yang berbatasan dengan jalan
besar dan area tepi sungai sebagai buffer kebisingan.

Gambar 2.5 Analisa Kebisingan

26
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.6 Tanggapan terhadap Analisa Kebisingan

2.5 Analisa Iklim
Pada tahap analisa iklim, penulis mempertimbangkan perletakan serta orientasi
bangunan pada tapak. Orientasi bangunan yang direncanakan adalah orientasi utaraselatan. Namun berhubungan dengan integrasi proyek dengan Sungai Deli, Bangunan
Preservasi dan Podomoro Deli City, orientasi tidak hanya mempertimbangkan orientasi
dari analisa iklim.

27
Universitas Sumatera Utara

Arah angin berdasarkan

BMKG 2014

Gambar 2.7 Analisa Iklim

Gambar 2.8 Tanggapan terhadap Analisa Iklim

28
Universitas Sumatera Utara

2.6 Analisa View ke Luar Tapak
Pada kasus proyek yang terintegrasi dengan Sungai Deli, Bangunan Preservasi
dan Podomoro Deli City ini, penulis mempertimbangkan perencanaan view dari tapak
perancangan berdasarkan fungsi dan zona bangunan. Penulis menanggapi bahwa
perencanaan pemandangan dari dalam tapak menuju bangunan ini dimaksimalkan pada
orientasi bangunan ke arah pemandangan yang terintergrasi dalam kasus proyek ini, yaitu
arah ke Sungai Deli, bangunan Perservasi, dan Podomoro Deli City.

Gambar 2.9 Analisa Analisa View ke Luar Tapak

29

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.10 Tanggapan terhadap Analisa Analisa View ke Luar Tapak
2.7 Analisa View ke Dalam Tapak
Dari data bangunan sekitar tapak yang merupakan daerah yang didominasi
dengan bangunan komersial dan permukiman penduduk, penulis menanggapi bahwa
terdapat banyak spot dari luar tapak ke dalam tapak yang berpotensi guna memunculkan
ketertarikan orang untuk datang.

Gambar 2.11 Analisa View ke Dalam Tapak

30
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.12 Tanggapan terhadap Analisa View ke Dalam Tapak
2.8 Analisa Vegetasi
Dari data ruang terbuka sebelumnya, penulis mengusulkan ruang terbuka hijau
pada ruang tapak yang berada pada tepian sungai dikarenakan kurangnya ruang terbuka
hijau pada daerah kawasan ini. Pada kondisi eksisting, vegetasi sangat minim karena
lahan merupakan tanah kosong yang ditanami rumput liar.


Gambar 2.13 Analisa Vegetasi

31
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.14 Tanggapan terhadap Analisa Vegetasi

2.9 Analisa Budaya Manusia
Perancangan harus dapat memenuhi kebutuhan manusia dan memiliki hubungan
yang harmonis dengan manusia dan lingkungan alam. Dengan mempertimbangkan
kondisi eksisting dan fungsi bangunan sekitar tapak, penulis merencanakan ruang terbuka
hijau yang ditujukan bagi publik.

Gambar 2.15 Analisa Manusia dan Budaya

32
Universitas Sumatera Utara

Sehingga tapak ini memiliki potensi :



Permukiman sekitar dapat memenuhi kebutuhan dengan adanya fungsi pusat
perbelanjaan di dalam perancangan.



Pengunjung yang berasal dari daerah ruko komersial, perkantoran, sekolah dapat
menikmati ruang publik yang berada di tepi air tengah kota.



Dengan adanya ruang terbuka dalam rancangan akan meningkatkan nilai sosialisasi
dan interaksi antara manusia dan lingkungan.

2.10 Analisa GSB
Setiap perancangan harus mematuhi peraturan teknis seperti Garis Sempadan
Bangunan (GSB) dan sungai, Koefisien Dasar Bangunan (KDB), serta Koefisien Lantai
Bangunan (KLB). Berdasarkan data eksisting sebelumnya, penulis merencanakan area
garis sempadan bangunan dan sungai ini menjadi fungsi ruang terbuka hijau.


Gambar 2.16 Analisa GSB

33
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.17 Tanggapan terhadap Analisa GSB
Dari beberapa analisa yang telah dilakukan, tanggapan hasil analisa tersebut akan
dituangkan dalam bentuk sketsa konsep perancangan awal. Dari tahap analisis proyek
tersebut, penulis mengusulkan konsep perancangan yang mengarah pada arsitektur
organik kontemporer, yaitu bentuk dari tetesan air yang mengikuti pergerakan aliran
sungai. Kontemporer dalam gaya arsitektur organik memiliki istilah rancangan dengan
teknologi yang sudah lebih maju, serta merupakan pertimbangan terhadap kasus proyek
dengan tema Urban Lifestyle. Konsep perancangan tapak yang diusulkan akan
memasukkan prinsip-prinsip alam ke dalam bangunan maupun luar bangunan, sehingga
akan menghasilkan rancangan yang akan memanifestasikan nilai sosial, budaya dan
manusia ke dalam lingkungan tapak. Rancangan arsitektural ini juga diharapkan bisa
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan pada kawasan tepian
air Sungai Deli, serta menjadi karakteristik lokal kota Medan. Dari proses perancangan
pada kegiatan minggu kedua ini, penulis mengambil kesimpulan bahwa tahap awal
pendataan perancangan arsitektural ini tidak hanya mengambil data dari tapak dan
sekitarnya yang memperhatikan aspek-aspek umum seperti ekonomi, sosial, budaya

34
Universitas Sumatera Utara

maupun politik, yang merupakan potensi dari lokasi perancangan ini, namun perlu
diperhatikan juga nilai sejarah dari sungai Deli, bangunan preservasi yang terletak di
kawasan kasus proyek ini. Mengingat era modern ini, masyarakat sudah melupakan dan
peduli terhadap nilai sejarah, dikarenakan kemajuan teknologi yang sudah berkembang
saat ini. Oleh karena itu, konsep perancangan yang akan diterapkan ke dalam tapak harus
benar-benar dapat mencerminkan karakteristik kota Medan di kawasan tepian air Sungai
Deli.

Gambar 2.18 Konsep Perancangan Awal

35
Universitas Sumatera Utara

Setelah menerapkan konsep yang mengarah pada arsiitektur organik, penulis
melakukan studi banding dengan kasus proyek serta gaya arsitektur sejenis.
Xishuangbanna Residence sebagai studi banding adalah contoh proyek yang terintegrasi

dengan sungai. Proyek ini mengarah pada arsitektur yang natural (alam) dan modern.

Gambar 2.19 Perspektif Xishuangbanna Residence
Lokasi rancangan tapak ini juga menghadap ke arah Sungai Lancang di kejauhan
dengan pandangan terbuka.

Gambar 2.20 Peta dan Konsep Perancangan
Xishuangbanna memiliki rancangan yang kaya akan karakteristik lingkungan

alam lokal yang unik. Pada "Dai" rumah bambu terdiri dari bahan-bahan lokal seperti
kayu dan bambu. Rancangan ini juga terbuka dan terintegrasi dengan lingkungan alam.
Sebagai hasilnya, hubungan antara manusia dan alam berada dalam harmoni dan hidup
bersama.

36
Universitas Sumatera Utara

Orientasi bangunan
yang terintegrasi
dengan sungai

Gambar 2.21 Potongan Bangunan

Dari studi banding tersebut, penulis akan menerapkan konsep rancangan yang
terintegrasi dengan lingkungan alam sesuai dengan pernyataan “Using Nature as our
basis for design, a building or design must grow, as Nature grows, from the inside

out…"1. Arsitektur organik kontemporer berpotensi menjadi dasar pengembangan konsep
rancangan arsitektural kasus proyek kawasan tepi Sungai Deli, yaitu dengan konsep
rancangan yang

menghubungkan alam dengan manusia berupa ruang terbuka dan

lingkungan tepi sungai.

“Using Nature as our basis for design, a building or design must grow, as Nature
grows, from the inside out…" menjelaskan bahwa konsep arsitektur organik ini
menggunakan alam sebagai dasar atau awal rancangan, dimana rancangan tersebut
memiliki bentuk yang memiliki kesatuan yang menyatu dengan alam.

1

37
Universitas Sumatera Utara