BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Determinan Pembayaran Nontunai (Non Cash Payment) Di Bank Aceh Syariah (Studi Kasus: Kota Bireuen)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank

  2.1.1 Pengertian Bank

  Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 12 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dana atau uang yang dihimpun dalam bentuk simpanan disalurkan dalam bentuk kredit dan dalam usahanya bank juga memberikan jasa keuangan lainnya (Pandia, et al, 2005).

  2.1.2 Tujuan Dan Fungsi Bank

  Bank umum bertujuan memperoleh keuntungan seperti lembaga bisnis lainnya, sedangkan bank sentral bertujuan untuk kepentingan peekonomian negara.Tugas atau fungsi bank sentralin yang utama diantaranya adalah menjadi lembaga fiscal atau keuangan pemerintah, sebagai sumber danapinjaman terakhir, dan melaksanakn funsi-fungsi pengendalian/pelaksanaan kebijakan ekonomi moneter pemerintah termasuk monopoli pengedaran uang kertas bank (Wijaya dan Hadiwigeno, 1991). Kegiatan usaha yang dapat dilakukan dilakukan oleh bank syariah diatur dalam Pasal 36 Peraturan Bank Indonesia No.6/24/PBI/2004 (Dewi, et al, 2007: 155-161): 1.

  Penghimpun dana a.

  Giro berdasarkan prinsip wadhi’ah b. Tabungan berdasarkan prinsip wadhi’ah dan mudharabah c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah 2. Penyaluran dana a.

  Prinsip jual beli b. Prinsip bagi hasil c. Prinsip sewa menyewa Prinsip pinjam-meminjam berdasarkan akad qardh e. Jasa pelayanan

2.2 Berdirinya Bank Syariah

2.2.1 Sejarah Berdirinya Bank Syariah

  Berdirinya bank syariah dimaksudkan untuk menghindari sistem bunga yang dilarang karena sistem bunga tersebut dapat menimbulkan keburukan atau kemudaratan bagi masyarakat. Keburukan atau kemudaratan yang dapat ditimbulkan sistem bunga ini begitu besar dan luas sehingga sistem ini secara tegas dilarang oleh agama (Lubis, 2010: 101). Sejarah, awal mula kegiatan kegiatan bank syariah yang pertama sekali dilakukan adalah di Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an.

  Kemudian di Mesir pada tahun 1963 berdiri Islamic Rural Bank di desa It Gramr Bank. Bank ini beroperasi dipedesaan Mesir dan masih bersekala kecil (Kasmir, 2009: 187).

  Bank Syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte pendiriannya ditanda tangani tanggal 1 November 1991. Bank ini ternyata berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah memili puluhan cabang yang tersebar dibeberapa kota (Kasmir, 2002: 178).

  Muslim, akan tetapi juga bank milik non muslim. Saat ini Bank Islam sudah tersebar di berbagai negara-negara Muslim dan Nonmuslim, baik dibenua Amerika, Australia dan Eropa (Ibid: 179).

  2.2.2 Sejarah Berdirinya Bank Aceh Syariah

   Untuk memperluas pangsa pasar dan mengakomodir kebutuhan segmen

  masyarakat yang belum terlayani oleh bank konvensional, khususnya berkaitan dengan masalah keyakinan, serta didukung oleh UU No. 7 Tahun 1997 tentang perbankan yang kemudian disempurnakan dengan UU No. 10 Tahun 1998, membuka peluang yang seluas-luasnya kepada Perbankan Nasional untuk mendirikan Bank Syari’ah maupun Kantor Cabangnya oleh Bank Konvensional, maka pada tanggal 28 Desember

  2001 BPD Aceh mendirikan Unit Usaha Syari’ah dengan SK Direksi No. 047/DIR/SDM/XII/2001. Dengan terbitnya izin pembukaan kantor Cabang Syari’ah dari Bank Indonesia No. 6/4/DPbs/Bna tanggal 19 Oktober 2004 maka dibukalah BPD Cabang Syari’ah di Banda Aceh

2.3 Sistem Pembayaran

  2.3.1 Pengertian Sistem Pembayaran

  Sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup pengaturan, kontrak/perjanjian, fasilitas operasional, dan mekanisme teknis yang digunakan untuk penyampaian, pengesahan, dan penerimaan instuksi pembayaran, serta pemenuhan kewajiban pembayaran melalui pertukaran ‘’nilai’’ antarperorangan, bank, dan lembaga lainnya baik domestik maupun cross border ‘antarnegara’. Dalam prakteknya, transaksi pembayaran dilakukan dengan instrument tunai dan nontunai (Subari, 2003: 2).

  2.3.2 Komponen Sistem Pembayaran

  Menurut Gunawan,et al (2013: 30) Sistem pembayaran terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu dengan yang lain, yaitu:

1. Kebijakan

  Komponen kebijakan dalam sistem pembayaran memberikan dasar pengembangan sistem pembayaran di suatu negara. Kebijakan sistem pembayaran biasanya tecermin dalam berbagai peraturan dan ketentuan. Kebijakan sistem pembayaran di berbagai negara sangat bervariasi, mengingat masing-masing negara mempunyai sejarah, karakteristik, dan kebutuhan akan sistem pembayaran yang berbeda-beda. Adapun kebijakan sistem pembayaran yang ditetapkan Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya mengacu pada empat prinsip: a.

  Keamanan b. Efisiensi c. Kesetaraan akses; dan d. Perlindungan konsumen.

  2. Kelembagaan Kelembagaan dalam sistem pembayaran meliputi berbagai lembaga yang secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam yangterlibat dalam sistem pembayaran meliputi: banksentral, bank- bank dan lembaga kliring, pasar modal, penyedia jasa jaringan komunikasi, dan penerbit kartu kredit.

  3. Instrumen Pembayaran Instrumen/alat pembayaran merupakan media yangdigunakan dalam pembayaran. Instrumen pembayaransaat ini dapat diklasifikasikan atas tunai dan nontunai.

  4. Mekanisme Operasional Dalam sistem pembayaran diperlukan suatu mekanisme operasional untuk melakukan perpindahan danadari satu pihak ke pihak lainnya.

  5. Infrastruktur teknis

  Infrastruktur teknis meliputi berbagai komponenteknis yang diperlukan untuk memproses dan melakukanperpindahan dana, standar-standar seperti message format, sistem jaringan komputer, komunikasi, perangkatkeras dan lunak, sistem back-up, disaster recovery plan, dan lain-lain.

6. Perangkat Hukum

  Perangkat hukum dalam sistem pembayaran mencakup undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan sistem pembayaran.

  Termasuk pula aturan main berbagai pihak yang terlibat, misalnya antar bank dan nasabah, antar bank dan bank sentral, dll. Peranan perangkat hukum ini sangat penting untuk menjamin adanya aspek

2.3.3 Perkembangan Sistem Pembayaran

  Masyarakat Mekkah pada masa jahiliyah telah melakukan perdagangan dengan mempergunakan uang dari Romadan Persia.Menurut Al- Bukhari seperti yang dikutip Muhammad Ustman Syabir, uang yang digunakan ketika itu adalah dinar Hercules, Bizatium, dan Dirham (Rozalinda, 2014). Perubahan uang emas dan perak ke uang kertas.Uang emas dan perak telah digunakan sejak abad ke-7 SM sampai abad ke 19 M. Kemudian, dihentikan sejak Perang Dunia 1 pada tahun 1914, hal ini disebabkan emas dan perak memerlukan tempat agak besar untuk menyimpan, emas dan perak merupakan bebda yang berat, emas dan perak sukar untuk ditambah jumlahnya. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam penggunaan uang tersebut mulailah diperkenalkan uang kertas (ibid). Perkembangan bentuk uang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia.Bila peradaban manusia makin modern, maka bentuk uangnya juga makin berkembang.Secara garis besar, perkembangan perekonomian dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu perekonomian barter/barter economies dan perekonomian uang/monetary economies (Manurung dan Rahardja, 2004: 4).

  Dalam Islam uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditi. menghapuskan ketidakadilan dan kezhaliman, dalam perekonomian tukar menukar (barter) digolongkan sebagai riba fadl, meskipun peranan uang sebagai alat tukar dapat dibenarkan. Barter adalah sebuah metode penukaran yang tidak praktis dan umumnya menunjukkan banyak kepicikan dalam mekanisme pasar (Hendry, et al, 1999: 13).

  Dalam perkembangan selanjutnya ditemukan cara yang paling efisien dan efektif untuk melakukan transaksi yaitu dengan menggunakan uang. Dewasa ini penggunaan uang sebagai alat untuk melakukan pembayaran sudah dikenal luas dan penggunaan uang sebagai sarana pembayaran sudah merupakan kebutuhan pokok hampir disetiap kegiatan masyarakat (Kasmir, 2002).

  Namun dalam perjalanan penggunaan uang mengalami berbagai hambatan tertentu.Jika penggunaan dalam jumlah besar hambatannya adalah resiko membawa uang tunai sangat besar. Resiko yang timbul dan harus dihadapi adalah resiko kehilangan, pemalsuan atauterkena perampokan. Akibatnya penggunaan uang tunai sebagai alat pembayaran mulai berkurang penggunaannya (Ibid: 11).

  Perkembangan peran uang sebagai alat pembayaran terus mengalami perubahan wujud yaitu dalam suatu bentuk alat pembayaran cek atau saldo rekening antar institusi keuangan, khususnya bank. Pada dasarnya kita dapat mengganggap cek atau giral sebagai jenis pertama alat pembayaran nontunai. Seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai instrumen pembayaran nontunai atau elektronik mulai bermunculan dalam berbagai wujud antara lain mobile banking, ATM, kartu debet, kartu kredit, smart card (Pramono, et al, 2006).

2.4 Instrumen/Alat Pembayaran

  Sebagaimana telah diutarakan pada bagian sebelumnya bahwa instrumen/alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam pembayaran/transaksi.

  Ada dua jenis instrument pembayaran yang digunakan untuk bertransaksi: instrument pembayaran tunai dan instrumen pembayaran nontunai.

  • Instrumen pembayaran tunai adalah uang kartal yang terdiri dari uang kertas dan uang logam yangsudah dikenal selama ini. Penggunaan media tunai dalam transaksi pembayaran banyak dipilih dengan alasan kemudahan. Dengan menggunakan uang tunai maka jika seseorang melakukan jual beli barang dan atau jasa, maka pada saat dia menerima barang dan atau jasa yang dibeli, penjual juga menerima uang sebagai pembayarannya. Uang kartal masih memainkan peran penting, khususnya untuk transaksi bernilai kecil. Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal memang cenderung lebih kecil dibanding uang giral (Ibid: 34).

  Instrumen Pembayaran Tunai

  Instrumen Pembayaran Nontunai a.

  Alat pembayaran menggunakan kertas (paper based) seperti cek dan bilyet giro; b.

  Alat pembayaran tanpa kertas (paperless) seperti transfer dana elektronik; dan c.

  Alat pembayaran menggunakan kartu (card-based) yaitu ATM, kartu debit, kartu kredit, dan kartu prabayar (Serfianto et al, 2012: 6).

2.4.1 Instrumen Pembayaran Nontunai 1. Kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM= Automatic Teller

  Machine)

  PBI No.11/11/PBI/2009 memberikan pengertian mengenai kartu ATM, yaitu bahwa kartu ATM adalam APMK yang dapat digunakan untuk melakukan penarikan tunai dan/atau pemindahan dana dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Sjahdeini, 2014: 454).

  2. Kartu Kredit (Credit card)

  Kartu kredit adalah uang plastik yang diterbitkan oleh suatu institusi yang memungkinkan pemegang kartu untuk memperoleh kredit atas transaksi yang dilakukannya dan pembayarannya dapat dilakukan secara angsuran dengan membayar sejumlah bunga (finance charge) umum, A. F.Elly Erawaty dan J.S. Badudu, menjelaskan pengertian kartu kredit adalah kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga lain yang diterbitkan dengan tujuan untuk mendapatkan uang, barang, atau jasa secara kredit (Dewi, et al, 2007: 208).

  3. Giro

  Pengertian giro menurut ketentuan Pasal 1 angka 6 UU Perbankan Indonesia 1992/1998 (Bahsan, 2005: 16) adalah sebagai berikut: ‘’Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana pembayaran lainnya atau dengan pemindah bukuan.’’ Jenis-jenis sarana penarikan untuk menarik dana yang tertanam di rekening giro (Kasmir, 2007: 70-75) adalah: a.

  Cek (Cheque) Cek merupakan surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan di dalam atau kepada pemegang cek tersebut.

  b.

  Bilyet Giro (BG) Bilyet Giro merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah tersebut untuk memindah bukuan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau bank lainnya.

  Perbedaan Cek dan Bilyet Giro No. Keterangan Cek Bilyet Giro 1 indentitas -atas nama atas nama

  • atas unjuk

  2 Sifat -tunai nontunai

  • nontunai

  3 Tanggal hanya ada satu ada dua tanggal tanggal Sumber: Kasmir, 2007 (diolah) 4.

   Electronic Banking Electronic banking merupakan instrumen transaksi nontunai melalui

  perangkat elektronik seperti komputer ataupun telepon. Instrumen semacam ini biasa juga disebut sebagai internet banking dan/atau

  phone banking . Untuk menggunakan fasilitas ini bank menyediakan password , ataupun ID bagi pelanggannya. Penggunaan instrumen biasanya untuk melakukan transaksi pembayaran ataupun transfer (Hartoyo, et al, 2006).

5. Uang Elektronik

  Uang elektronik atau electronic money sesuai PBI Nomor 11/12/PBI/2009 diartikan sebagai alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur (Serfianto, et al, 2012) sebagai berikut: a.

  Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit.

  b.

  Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip.

  c.

  Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang d.

  Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

2.4.2 Hukum Kartu Kredit dan ATM

  Kartu ATM, hukum menerbitkan dan menggunakannya adalah mubah karena hanya bisa digunakan sebatas dana nasabah yang ada, dan tidak ada kredit yang diberikan bank kepada nasabah. Namun perlu diingat bahwa hukum ini hanya berlaku untuk bank penerbit kartu yang bukan bank riba (Al Subaili, 2012).

  Kartu kredit, biaya yang dipungut bank atas penggunaan kartu ini hukumnya mubah, baik biaya penerbitan, penarikan uang tunai atau pembayaran tagihan belanja, yang besarnya tetap atau berdasarkan rasio uang tunai yang ditarik atau nilai belanja, karena biaya ini merupakan imbalan dari jasa yang diberikan pihak bank. Dengan demikian, pemungutan biaya tidak dilarang oleh syari’ah (Al Subaili, 2012).

  Kartu ini hukumnya mubah bila terpenuhi 2 syarat;

  1. Tidak dicantumkan dalam akad persyaratanmembayar denda keterlambatan pelunasan oleh pemegang kartu kepada bank penerbit, karenapersyaratan ini adalah riba.

  2. Pemegang kartu tidak boleh menggunakannyauntuk penarikan uang dari setiap proses penarikan begitu juga bila bank penerbit menarik potongan biaya melebihi biaya pokok administrasi proses penarikan.

2.4.3 Sistem Kerja Kartu Plastik

  Apabila nasabah pemegang kartu melakukan transaksi, maka sistem kerja penagihannya (Kasmir, 2002: 320-321) adalah:

  1. Pemegang kartu melakukan transaksi dengan menunjukkan kartu dan menandatangani bukti transaksinya.

  2. Pihak pemegang akan menagihkan ke bank atau lembaga pembiayaan berdasarkan bukti transaksinya dengan nasabah.

  3. Bank atau lembaga pembiayaan akan membayar kembali kepada

merchant sesuai dengan perjanjian yang telah mereka sepakati.

4. Bank atau lembaga pembiayaan akan menagihkan ke pemegang kartu berdasarkan bukti pembelian sampai batas waktu tertentu.

  5. Pemegang kartu akan membayar sejumlah nominal yang tertera sampai atas waktu yang telah ditentukan dan apabila terjadi keterlambatan, maka nasabah akan dikenakan bunga atau denda. Untuk lebih jelasnya sistem kerja tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

  Sumber: Kasmir, 2002 (diolah)

  Gambar 2.1

  Sistem Kerja Kartu Plastik

2.5 Kebijakan Moneter

  Uang dapat mempengaruhi variabel-variabel ekonomi yang penting untuk kemakmuran perekonomian, para politikus dan pengambil kebijakan diseluruh dunia sangat memerhatikan pelaksanaan kebijakan moneter, pengaturan uang dan suku bunga (Mishkin, 2011).

  Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter Islam tidak berbeda dengan tujuan kebijakan moneter konvensional yaitu menjaga stabilitas dari mata uang (baik secara internal maupun eksternal) sehingga pertumbuhan ekonomi yang merata yang diharapkan dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas dari tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan dengan manusia. Hal ini disebutkan dalam AL Qur’an: Dan sempurnakanlah takaran

  

dan timbangan yang adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang

melainkan sekadar kesanggupannya (QS.Al.An’am: 152).

  Dalam hadist Nabi Muhammad SAW:’’Jika pada suatu pagi kampung

  

terdapat seorang yang kelaparan, maka Allah terlepas dari diri mereka,

dalam kesempatan lain tidak beriman lagi kepadaKu, orang yang tidur dalam

  Walaupun pencapaian tujuan akhirnya tidak berbeda, namun dalam pelaksanaannya secara prinsip, moneter syari’ah berbeda dengan yang konvensional terutama dalam pemilihan target dan instrumennya. Ekonomi Islam yang didasarkan pada prinsip syariah tidak mengenal konsep bunga karena menurut Islam bunga adalah riba yang haram (terlarang) hukumnya (Sjahdeini, 2014).

2.5.1 Dasar Hukum APMK dan Uang Elektronik

  Alat pembayaran dengan menggunakan kartu/APMK serta uang elektronik diatur dalam sejumlah regulasi Peraturan Bank Indonesia (Serfianto, 2014: 61), sebagai berikut:

  1. PBI Nomor 6/30/PBI/2004 tentang penyelenggaraan kegiatan APMK.

  2. PBI Nomor 7/52/PBI/2005 tentang penyelenggaraan kegiatan APMK 3.

  PBI Nomor 10/8/PBI/2008 tentang perubahan atas PBI Nomor 7/52/PBI/2005 tentang penyelenggaraan APMK.

  4. PBI Nomor 10/4/PBI/2008 tentang laporan penyelenggaraan kegiatan APMK oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan lembaga selain bank (LBS).

  5. PBI Nomor 11/11/PBI/2009 tentang penyelenggaraan kegiatan APMK.

  6. PBI Nomor 11/12/PBI/2009 tentang uang elektronik (elektronic 7.

  PBI Nomor 14/2/PBI/2012 tentang perubahan atas PBI Nomor 11/11/PBI/2009 tentang penyelenggaraan APMK.

2.5.2 Syarat-Syarat Sahnya Syariah Card

  Berdasarkan Fatwa DSN-MUI syariah card hukumnya halal, kehalalan tersebut hanyalah apabila dipenuhi ketentuan tentang batasan (Sjahdeini, 2014: 461) adalah: a.

  Tidak menimbulkan riba.

  b.

  Tidak digunakan untuk transaksi yang tidak sesuai dengan syariah.

  c.

  Tidak mendorong pengeluaran yang berlebihan (israf), dengan cara antara lain menetapkan pagu maksimal pembelanjaan. d.

  Pemegang kartu utama harus memeliki kemampuan financial untuk melunasi pada waktunya.

  e.

  Tidak memberikan fasilitas yang bertentangan dengan syariah.

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Menggunakan Instrumen Nontunai/Pembayaran Nontunai

  Terdapat beberapa kategori yang dapat digunakansebagai alat untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam menggunakan instrumen-instrumen pembayaran nontunai, Loix (dalam Hartoyo, et al, 2006) menyatakan bahwa: a.

  Sosial-Demografis, yang terdiri dari umur, pendidikan, besar keluarga, pekerjaan; b.

  Finansial, dengan menggunakan variabel penghasilan per bulan respondensetelah dikurangi pajak; c.

  Teknologi, frekuensi penggunaan mobile phone, komputer pribadi, internet, PDA, dan penggunaan pelayanan bank melalui telepon d.

  Sisi-Penawaran, termasuk di dalamnya daerah tempat tinggal, daerah tempatbekerja, jumlah terminal POS (Point Off Sale) dan jumlah ATM baik di daerahtempat tinggal maupun tempat bekerja, kepadatan penduduk di daerah tempattinggal maupun di tempat bekerja, nilai tengah pendapatan perkapita di daerahtempat tinggal maupun tempat bekerja, kepadatan penduduk di daerah tempattinggal maupun di tempat bekerja.

2.7 Penelitian Terdahulu

  Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Yudhistira Analisis Faktor Faktor-faktor yang mempengaruhi , et al Yang preferensi penggunaan kartu (2014) Mempengaruhi pembayaran elektronik adalah

  Preferensi Dan kepemilikan, manfaat, daya tarik kartu Aksebilitas dan kerugian dalam penggunaan kartu Terhadap pembayaran elektronik. Serta faktor- Penggunaan Kartu faktor aksebilitas penggunaan kartu Pembayaran pembayaran elektronik yang digunakan Elektronik diantaranya adalah kepemilikan kartu pembayaran elektronik, informasi mengenai kartu pembayaran elektronik, syarat mendapatkan kartupembayaran elektronik, teknologi dalam menggunakan sistem pembayaran elektronik. Nirmala Effect Of Pembayaran non tunai pembayaran telah meningkat secara signifikan, bahwa dan Increasing Use The kepemilikan tunai menurun sementara Widodo Card stok uang M1dan M2 meningkat. (2011) Paymentequipment

  Peningkatan pembayaran non tunai juga menginduksi pertumbuhan GDP dan

  On The Indonesian penurunan harga. Economy Sitorus Analisis Pengaruh Membuktikan adanya hubungan yang signifikan untuk jangka panjang antara

  (2006) Penggunaan Kartu penggunaan kartu pembayaran Pembayaran elektronik terhadap transaksi tunai dari Elektronik Dan perkembangan jumlah pemegang kartu ATM dan nilai transaksi APMKnya. Daya Substitusi

  Meskipun proporsi pensubstitusian Transaksi Non transaksi APMK masih relatif sedikit Tunai Elektronik namun dalam jangka panjang korelasi negatif ini signifikan secara statistik.

  Terhadap Transaksi Tunai Di Indonesia

  Silitonga Analisis Permintaan Bahwa antara permintaan uang elektronik (volume transaksi e-money) (2013) Uang Elektronik dengan nilai velocity of money di

  (E-Money) Indonesia memiliki hubungan kausalitas

  Terhadap Velocity satu arah, dimana tingkat volume transaksi emoney mempengaruhi nilai

  Of Money velocity of money. Untuk variabel

  (Perputaran Uang) jumlah uang beredar (JUB) memiliki Di Indonesia pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik. Pada variabel produk domestic bruto memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik. Untuk variabel velocity memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang elektronik. Widiastuti (2010)

  Studi Tentang Intensitas Penggunaan

  Electronic Banking

  Oleh Nasabah Pt. Bank Central Asia, Tbk (Bca) Kantor Cabang Utama Semarang

  Nilai pelanggan dan kualitas sistem berpengaruh terhadap trust dalam meningkatkan penggunaan frekuensi internet banking. Temuan empiris tersebut mengindikasikan bahwa nilai pelanggan berpengaruh signifikan terhadap trust; kualitas sistem berpengaruh signifikan terhadap trust; trust berpengaruh signifikan terhadap penggunaan frekuensi internet banking

2.8 Kerangka Konseptual

  Adapun kerangka pemikiran peneliti yang menjadi dasar dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.2

  Kerangka Konseptual

  Sosial- Demografis Finansial Teknologi Sisi Penawaran Alat Pembayaran Nontunai Nasabah Bank Aceh Syariah (Bi )

Dokumen yang terkait

Analisis Determinan Pembayaran Nontunai (Non Cash Payment) Di Bank Aceh Syariah (Studi Kasus: Kota Bireuen)

3 82 93

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank - Analisis Perbandingan Tingkat Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Bank Mandiri Dan BCA

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Permintaan Kredit Multiguna Pegawai Negeri Sipil Pada Perbankan Di Kota Panyabungan

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank - Determinan Efisiensi BUMD RegionalSumatera Berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA) Studi Kasus: Bank Aceh, Bank Nagari, dan Bank Sumut

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Peran Bpr Syariah Bagi Pengembangan Ukm Di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1 Sejarah Bank - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kartu E-Money Bank Mandiri Di Kota Medan

0 1 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Car, Roa, Roe Dan Eva Pada Bank Pembangunan Daerah Di Indonesia

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank - Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Perbankan di Kota Medan

0 0 19

Analisis Determinan Pembayaran Nontunai (Non Cash Payment) Di Bank Aceh Syariah (Studi Kasus: Kota Bireuen)

0 1 13