BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi - Analisis Sistem Informasi Akuntansi Pembiayaan Kredit Usaha Kecil pada PT. Bank BTPN KCP UMK Binjai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

  Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengertian sistem informasi akuntansi dengan jelas terlebih dahulu perlu diketahui defenisi sistem dan informasi. Menurut Romney dan Steinbart (2004:2) mendefenisikan ‘sistem adalah rangkaina dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.’

  Sementara informasi menurut Laudon (2005;10) yaitu “informasi berarti data yang telah dibentuk kedalam suatu format yang mempunyai arti dan berguna bagi manusia.”

  Kemudian Hall (2001:7) menyatakan “sistem informasi adalah rangkaian prosedur formal dimana data dikumpukan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan kepada para pemakai”. Hal yang sama juga dinyatakan Loudun (2005:9) yaitu: “suatu sistem informasi dapat didefenisikan secara teknis sebagai satuan komponen yang saling berhubungan dan yang mengumpulkan (atau mendapatkan kembali), memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan kendali dalma suatu organisasi”.

  Menurut Bodnar dan Hoopwood (2003:1) “sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi”. Romney dan Steinbart (2004:473) menyatakan bahwa “Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah sumber daya manusia dan modal dalam organisasi yang bertanggungjawab untuk (1) persiapan informasi keuangan dan (2) informasi yang diperoleh dari mengumpukan dan memproses berbagai transaksi perusahaan”.

  Berdasarkan beberapa pengertian diatas, bahwa sistem informasi akuntansi itu mempunyai unsur, yaitu:

  1. Sumber daya merupakan media yang menjadikan sebuah data, seperti manusia atau peralatan/mesin.

  2. Pemrosesan, merupakan media yang mengolah data dari input menjadi output.

  Pemrosesanlah yang mengubah data menjadi informasi.

  3. Informasi, merupakan hasil akhir dari pemrose suatu sistem. Informasi ini berbentuk dalam suatu format yang berisikan keterangan-keterangan yang dibutuhkan manajemen.

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi itu adalah sebuah sistem pemrosesan yang menghasilakn keluaran dalam bentuk informasi mengenai akuntansi dengan menggunakan masukan input (data atau transaksi) untuk memenuhi tujuan tertentu pihak manajemen. Dalam pelaksanaannya sistem informasi akuntansi menerima input, disebut sebagai transaksi, yang kemudian dikonfersi melalui berbagai proses menjadi output yang akan didistribusikan kepada pemakai informasi.proses tersebut dijelaskan dalam gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Transaksi yang Diproses oleh Sistem Informasi

  

Sumber: James A. Hall (2001:9)

  Dalam hubungan dengan sistem informasi akuntansi, Hall (2001:9) memberikan pernyataan tentang transaksi yaitu: Transaksi dibagi menjadi dua kelas : transaksi keuangan dakn transaksi non keuangan. Transaksi keuangan ialah sebuah peristiwa ekonomi yang mempengaruhi aktiva dan ekuitas suatu organisasi, direfeksikan dalam akun-akunnya dan diukur dalam satuan moneter. Transaksi non keuangan: termasuk dalam semua peristiwa yang diproses oleh sistem informasi organisasi yang tidak memenuhi defenisi sempit dari transaksi keuangan. Jadi dalam sistem informasi akuntansi tidak hanya mengolah data keuangan saja, data non keuangan juga diikut sertakan karena dalam pengambilan keputusan pemberian kredit tidak hanya informasi keungan saja diperlukan, informasi non keuangan tentang suatu kondisi dan keadaan juga dapat dipergunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

  Menurut Romney dan Steinbart (2004:12), agar suatu sistem informasi akuntansi berguna sebagai informasi yang berdaya guna harus memperhatikan karakteristik informasi sebagai berikut: 1.

  Relevan Informasi itu relevan jika mengurangi ketidak pastian memperbaiki kemampuan pengambil keputusan untuk membuat prediksi, menkonfirmasi atau memperbaiki ekspektasi mereka sebelumnya.

  Sistem informasi Keputusan-keputusan pemakai

2.2 Prinsip-prinsip Sistem Informasi Akuntansi

2. Andal

  Informasi itu andal jika bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan secara akurat mewakili kejadian atau aktivitas diorganisasi.

  3. Lengkap Informasi itu lengkap jika tidak menghilangkan aspek-aspek penting dari kejadian yang merupakan dasar masalah atau aktivitas-aktivitas yang diukurnya.

  4. Tepat waktu Informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan pengambil keputusan menggunakan dalam membuat keputusan.

  5. Dapat dipahami Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang dapat dipakai dan jelas.

  6. Dapat diverifikasi Informasi dapat di verifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang baik, bekerja secara independen dan masing-masing akan menghasilkan informasi yang sama.

  Dengan demikian pada prinsipnya sistem informasi akuntansi mempunyai peranan penting dalam sebuah organisasi. Sistem informasi akuntansi memberikan bantuan dalam proses pengambilan keputusan. Kesimpulannya bahwa sistem informasi yang baik harus memiliki prinsip-prinsip kesesuaian dengan desain sistem dengan tujuan sistem informasi dan organisasi.

  Jadi untuk menjadi sebuah sistem informasi yang baik dan berdaya guna, harus diketahui terlebih dahulu komponen-komponen apa saja yang perlu diperhatikan dalam sistem informasi akuntansi. Romney dan steinbart (2004:3) menyatakan ada lima komponen sistem informasi akuntansi :

  1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan berbagai fungsi.

  2. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data tentang aktivitas- aktvitas organisasi.

  3. Data tentang proses-proses bisnis organisasi.

  4. Software yang dipakai untuk memproses data organisais.

  5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk computer, peralatan pendukung (peripheral device) , dan peralatan untuk komunikasi jaringan.

  Dengan demikian dalam membentuk suatu sistem informasi akuntansi tidak hanya dibutuhkan operator yang menjalankannya, karena pada dasarnya operator yang menjalankan sistem harus berpedoman pada prosedur-prosedur dan didukung oleh infrastruktur teknologi seperti software, computer dan peralatan pendukung lainnya. Tanpa itu semua sebuah sistem tidak akan berjalan dengan baik.

2.3 Fungsi Sistem Informasi Akuntansi

  Sistem informasi akuntansi dirancang dan dilaksanakan pada dasarnya untuk memberikan informasi pada pihak manajemen perusahaan. Dari hasil sitem informasi akuntansi ini akan diperoleh mengenai informasi-informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dalm mencapi tujuan perusahaan.

  Romney dan Steinbart (2004:3), menjelaskan tiga fungsi suatu sistem informasi akuntansi, yaitu:

  1. Mengumpulkan dan menyimpan data tenteng aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas- aktiviatas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktifitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai dan pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang(review) hal-hal yang terjadi.

  2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bag pihak manajemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

  3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset organisasi, termasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia saat dibutuhkan, akurat dan andal.

  Uraian tentang fungsi sistem informasi akuntansi diatas terlihat bahwa sistem informasi akuntansi akan mengahasilkan informasi yang berguna bagi manjaemen. Informasi merupakan data yang telah tersusun dan telah diproses untuk memberikan arti bagi pihak yang membutuhkannya. Informasi dapat berupa laporan bentuk tercetak maupun dalam bentuk digital komputer.

  Selanjutnya Romney dan Steinbart (2004:38) menyatakan “informasi yang disediakan sistem informasi akuntansi terbagi dalam dua kategori, yaitu laporan keuangan dan laporan manajerial”.

  Laporan keuangan sebenarnya lebih menitikberatkan pada pengguna luar perusahaan dalam pengambilan keputusan. Laporan manajerial merupakan laporan diluar laporan keuangan dimana prinsip dan kaitannya masih didalam konteks akuntansi. Laporan manajerial dapat berupa informasi operasional terinci terutam kinerja organisasi dan laporan atas pelaksanaan anggaran.

  Fungsi sistem informasi akuntansi yang ketiga adalah menyediakan pengendalian internal yang memadai. Pengendalian dilakukan agar tujuan sistem informasi akuntansi dapat tercapai. Adapun tujuan sistem informasi akuntansi menurut Romney dan Steinbart (2004:42), antara lain:

  1. Memastikan bahwa informasi yang dihasilkan oleh sistem dapat diandalkan.

  2. Memstikan bahwa aktivitas bisnis dilaksanakan denagn efisien dan sesuai dengan tujuan manajemen, serta tidak melanggar kebijakan pemerintah yang berlaku.

  3. Menjaga aset-aset organisasi, termasuk data.

  Setidaknya untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan dua modal penting, yaitu menyediakan dokumentasi yang memadai atas seluruh aktifitas bisnis, serta memastikan pemisahan tugas yang efektif.

  Dokumen yang memadai atas semua transaksi bisnis adalah kunci akuntabilitas. Dokumen memungkinkan para manajer memverifikasi bahwa tanggungjawab yang dberikan telah dilakukan dengan benar.

  Pemisahan tugas yang memadai berkenaan dengan pembagian tanggungjawab kebeberapa pegawai atas bagian-bagian dari sebuah transaksi.

  Tujuannya adalah mencegah seorang pegawai memiliki pengendalian penuh atas seluruh aspek transaksi bisnis.

2.4 Pengertian dan Tujuan Pembiayaan Kredit Usaha Kecil Pengertian Pembiayaan Kredit Usaha Kecil

  Salah satu usaha dari bank adalah memberikan fasilitas kredit kepada nasabah. Sebelum menjelaskan tentang sistem pemberian kredit maka akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian kredit.

  Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credere”, yang artinya percaya. Menurut Hasibuan (2001:87), “kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”. Sedangkan menurut Rivai dan Veithzal (2004:4), ‘kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditur atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak”.

  Menurut pasal 1 butir (11) UU No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:31.4) mengartikan kredit sebagai :

  Peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Sedangkan menurut standar akuntansi keuangan (IAI:2002:31,4), yang dimaksud dengan kredit adalah “Peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga. Imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. Diatas dikatakan bahwa kredit diberikan atas dasar kepercayaan, sehingga pemberian kredit berarti pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang akan diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disetujui bersama. Berdasarkan hal tersebut, maka unsur-unsur dalam kredit adalah : a.

  Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberian kredit bahwa prestasi (uang, jasa atau barang) yang diberikannya akan benar-benar diterimanya kembali dimasa yang akan datang.

  b.

  Waktu, yaitu antara pemberian prestasi dan pemngembaliannya dibatasi oleh suatu masa atau waktu tertentu. Dalam unsur ini terkandung pengertian tentang nilai agio uang sekarang lebih bernilai dari uang dimasa yang akan datang. c.

  Resiko, yaitu antara pemberian kredit menimbulkan tingkat resiko. Resiko timbul bagi pemberi uang, jasa atau barang yang berupa prestasi telah lepas pada orang lain.

  d.

  Perjanjian, yang menyatakan bahwa kreditur dan debitur terdapat suatu perjanjian dan dibuktikan dengan suatu perjanjian.

  Berbicara tentang perkreditan sebenarnya tidak dapat lepas dari masalah lain yang timbul dalam suatu kegiatan perkreditan. Untuk mengatasi kerumitan agar perkreditan berjalan lancar, maka diperlukan suatu rangkaian peraturan yang telah ditetapkan terlebih dahulu baik secara lisan maupun secara tertulis sebelum perkreditan berlangsung.

  Tujuan Pembiayaan Kredit Usaha Kecil

  Secara umum tujuan kredit adalah : 1. Keuntungan

  Yaitu pemberian kredit dimaksudkan untuk memperoleh hasil dan kredit berupa keuntungan maupun bunga.

2. Keamanan

  Yaitu pemberian kredit dimaksudkan agar prestasi atau fasilitas yang diberikan benar-benar terjamin keamanannya.

  Sedangkan pemberian kredit sendiri bertujuan untuk :

  1. Turut menyukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan.

  2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

  3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya.

2.5 Jenis –Jenis Kredit Usaha Kecil

  Dalam pembiayaan kredit usaha kecil terdapat beberapa Jenis-jenis kredit Usaha kecil. Pengelompokan jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2003:99-102) dapat dilihat dari : a.

  Jenis kredit berdasarkan jangka waktu kredit : 1)

  Kredit jangka pendek (short term credit) yaitu suatu bentuk kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun.

  2) Kredit jangka menengah (intermediate term credit) yaitu suatu bentuk kredit yang berjangka waktu satu tahun sampai tiga tahun.

  3) Kredit jangka panjang (long term credit) yaitu suatu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.

  b.

  Jenis kredit Berdasarkan Lembaga yang Menerima Kredit:

  1) Kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu kredit yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki pemerintah.

  2) Kredit untuk badan usaha swasta, yaitu kredit yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta.

  3) Kredit perorangan, yaitu kredit yang diberikan bukan kepada perusahaan, tetapi kepada perorangan.

  4) Kredit untuk bank koresponden, lembaga pembiayaan dan perusahaan asuransi.

  c.

  Jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaanya: 1)

  Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit untuk modal kerja perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku, piutang, dan lain-lain. 2)

  Kredit investasi, yaitu kredit (berjangka menengah atau panjang) yang diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan atau pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin, bahan bangunan dan tanah untuk pabrik.

  3) Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga/perorangan (termasuk karyawan bank sendiri) untuk keperluan konsumsi berupa barang dan jasa dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain. d.

  Kredit berdasarkan sifat Fasilitas: 1)

  Commited Facility, yaitu suatu fasilitas yang secara hukum, bank diperjanjikan kecuali terjadi suatu peristiwa yang memberikan hak kepada bank untuk menarik kembali/menangguhkan fasilitas tersebut sesuai surat atau dokumen lainnya.

  2) Uncommited Facility, yaitu suatu fasilitas yang secara hukum, bank tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang telah diperjanjikan.

  e.

  Kredit berdasarkan akad: 1)

  Pinjaman dengan akad kredit adalah pinjaman yang disertai dengan suatu perjanjian kredit tertulis antara bank dengan nasabah, yang antara lain mengatur besarnya plafon kredit, suku bunga, jangka waktu, jaminan, cara pelunasan dan sebagainya.

  2) Pinjaman tanpa akad kredit adalah pinjaman yang tidak disertai suatu perjanjian tertulis

2.6 Pihak Pihak pengambilan keputusan kredit

  Batas wewenang memutus kredit (BWMK) adalah wewenang yang diberikan kepada Komite Kredit untuk memutus kredit dalam jumlah tertentu yang dibuat sebagai sarana pelaksanaan sistem disentralisasi pemutusan kredit di Usaha Mikro kecil (UMK) Bank BTPN.

  Adapun anggota komite kredit UMK antara lain : Komite Kredit untuk debitur baru, atau existing debitur yang tidak bermasalah adalah sebagai berikut :

  Jabatan Wewenang CO / MCO, ACO Memberikan rekomendasi kredit BM / MBM, ABL, RBL Memberikan persetujuan kredit UMK CR Officer RCO Memberikan persetujuan kredit apabila jumlah pinjaman

  ≤ limit yang dimilikinya Memberikan rekomendasi kredit apabila jumlah pinjaman > limit BWMK yang dimilikinya.

  Komite Kredit untuk debitur bermasalah, yang berhubungan dengan pengajuan restrukturisasi kredit atau penyelesaian kredit, adalah sebagai berikut : Jabatan Wewenang

  CO dan BM Mengajukan prosposal ACO dan ABL Memberikan rekomendasi untuk debitur bermasalah yang persetujuan kredit sebelumnya berada dalam wewenang BM

  RBL Memberikan rekomendasi untuk debitur bermasalah yang persetujuan kredit sebelumnya berada dalam wewenang ABL / RCO / RBL

  ACS NCH Memberikan persetujuan sesuai limit UMK CR Officer BWMK nya UMK CR Head

  Calon anggota komite kredit yang telah memenuhi criteria standar untuk menjadi anggota Komite Kredit, akan mendapatkan pembatasan limit BWMK berdasarkan Jabatannya di Cabang, Area atau Region. Maksimum pendelegasian limit BWMK untuk setiap anggota komite kredit di Cabang, Area, Regional dan UMK CR adalah sebagai berikut :

  

Tabel Pendelegasian wewenang BWMK Regional dan UMK CR Officer

Level Maksimun Limit (Rp)

  RCO 500.000.000

  RBL 1.000.000.000

  RCO bersama sama dengan RBL 2.000.000.000 UMK CR Officer 2.000.000.000

  Pendelegasian Wewenang BWMK Cabang dan Area Level Maksimun Limit (Rp)

  BM / MBM 150.000.000 CO / MCO NIL

  ABL 300.000.000 ACO NIL

2.7 Proses Pengambilan Keputusan

  Ada tiga pejabat yang terlibat langsung dalam proses putusan Kredit mitra Usaha yaitu :

  • Relationship Officer Yaitu pejabat yang melakukan prakarsa atau analisa terhadap calon debitur, dengan melakukan pemeriksaan langsung (on the spot) dan menganalisa aspek- aspek yang penting yang berkaitan dengan permohonan Kredit.
  • Credit Officer Yaitu pejabat yang memberikan pertimbangan kepada pejabat pemutus dalam bentuk dukungan, pengurangan, penolakan atas suatu permohonan Kredit Mitra Usaha berdasarkan penilaiannya atas hasil analisa pejabat penganalisa
  • Branch Manager Yaitu pejabat yang memberikan putusan atas suatu permohonan Kredit Mitra Usaha berdasarkan penilaiannya atas rekomendasi dan hasil analisa yang diberikan oleh Credit Officer dan Relationship Officer.

  Dalam hal kewenangan memutus kredit, wewenang maksimum putusan berada ditangan RBL (Regional Business Leader). Akan tetapi RBL melimpahkan sebagian wewenang putusan itu kepada ABL (Area Business Leader) dan BM dengan porsi masing-masing sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BTPN UMK.

2.8 Sistem Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan

  Nilai dari sebuah informasi bagi pengambilan keputusan (decision maker) adalah sangat berharga, hanya dengan informasi sangat baik dan benarlah, seorang manajer dapat membuat keputusan yang dapat memberikan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan pada masa yang akan datang, terutama dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, yang mana fungsi-fungsi tersebut diarahkan kedalam maslah investasi. Fungsi-fungsi yang terdapat pada informasi adalah pemahaman, peneguhan, diagnosisi dan peramalan. Romney dan Steinbart (2004:2), menyatakan bahwa :

  “Sebuah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang dirancang dengan baik dpat menyelesaikan beberapa masalah. Sehingga, apabila dirancang dengan tepat, sistem informasi akuntansi tersebut dapat menyediakan beberapa informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan atas masalah-masalah yang lain”. Lebih lanjut Romney dan Steinbart menjelaskan bahwa sistem informasi akuntansi dapat memberikan bantuan dalam semua fase pengambilan keputusan.

  Laporan yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi dapat membantu untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi. Model-model keputusan dan alat analisis yang berbeda dapat diberikan kepada para pemakai. Bahasa pertanyaan

  

(query language) dapat memfasilitasi pengumpulan data yang relevan, yang

  kemudian akan digunakan untuk mengambil keputusan. Berbagai peralatan dapat membantu pengambilan keputusan dan mengevaluasi serta memilih diantara berbagai alternative arah tindakan.

  Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/27/DPNP tanggal 27 November 2006, menyatakan: Sistem yang wajib dimiliki Bank, paling sedikit mencakup: 1.

  Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi yang wajib dimilki Bank paling sedikit harus mampu menghasilkan laporan keuangan secara konsolidasi dan laporan lain dalam rangka pelaksanaan prinsip kehati-hatian.

2. Sistem Informasi Manajemen Resiko

  Dalam rangka penerapan manajemen resiko secara konsolidasi, sistem informasi manajemen resiko merupakamn bagian dari sistem informasi manajmen yang harus dimiliki dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Bank, yang mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai Penerapan Manajemen Resiko bagi Bank Umum.

  Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:11.18) menyatakan bahwa: “pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat semata-mata didasarkan atas informasi yang terdapat laporan keuangan”. Hal ini karena laporan keuangan hanya bersifat masa lalu, bukan masa yang akan datang. Sementara dalam sistem informasi akuntansi, informasi yang dihasilkan tidak hanya bersifat masa lalu (historis) tetapi bisa juga informasi yang akan datang. Menurut Husein (2000:18), dalam pengambilan keputusan ada tiga faktor utama yang mempengaruhi, yaitu:

  1. Kondisi internal dan eksternal organisasi.

  2. Ketersediaan informasi 3.

  Keterampilan pengambilan keputusan.

  Ketersediaan informasi menjadi factor yang sangat penting untuk menilai proses dan kualitas hasil keputusan yang diambil oleh manajemen. Dalam menciptakan suatu informasi akuntansi yang baik menjadi salah satu factor untuk mendukung pengambilan keputusan manajer.

  Informasi yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Akuntansi yang didesain dengan baik dapat memperbaiki pengambilan keputusan dalam tiga cara:

  1. Sistem Informasi Akuntansi dapat mengidentifikasikan berbagai situasi yang membutuhkan tindakan manajemen.

  2. Dengan mengurangi ketidakpastian, informasi akuntansi memberikan dasar untuk memlih diantara berbagai alternative tindakan.

  3. Informasi tentang hasil-hasil keputusan terdahulu memberikan umpan balik

  

(feedback) berharga yang dapat dipakai untuk memperbaiki keputusan di masa

mendatang.

  Namun demikian, walaupun informasi yang lebih banyak sering kali lebih baik, kondisi ini hanya untuk hal tertentu. Terdapat batas jumlah informasi yang dapat diserap dan diproses otak manusia secara efektif. Kelebihan informasi terjadi ketika batas tersebut dilewati. Kelebihan informasi itu mahal karena kualitas pengambilan keputusan menurun sementara biaya untuk menyediakan informasi meningkat. Jadi, kelebihan informasi mengurangi nilai informasi itu sendiri. Oleh karena itu, para perancang system informasi harus mempertimbangkan bagaimana kemajuan teknologi dapat membantu para pembuat keputusan secara lebih efektif menyaring dan meringkas informasi, sehingga dapat menghindari kelebihan informasi.

  Dari beberapa uraian diatas, jelaslah bahwa sistem informasi akuntansi yang tersedia dalam suatu organisasi sangat mendukung pengambilan keputusan ekonomi yang diharapkan dapat mencapi tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.