BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dismenore 2.1.1. Defenisi Dismenore - Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dismenore pada Siswi SMA Negeri 2 Medan Tahun 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dismenore 2.1.

2.1.1. Defenisi Dismenore

  Dismenore merupakan salah satu gangguan menstruasi yang terjadi karena

  27

  keadaan patologis yang berhubungan dengan menstruasi. Dismenore didefenisikan sebagai menstruasi yang terasa nyeri. Rasa nyeri ini sering digambarkan sebagai nyeri

  28 kram abdomen bagian bawah yang terjadi selama haid.

  Dismenore merupakan gangguan yang berkenaan dengan tepat pada masa

  menstruasi. Gangguan ini ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer yaitu nyeri pada saat menstruasi tanpa terdapat kelainan anatomis alat kelamin sedangkan dismenore sekunder yaitu nyeri menstruasi yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas. Kelainan anatomis ini kemungkinan adalah nyeri menstruasi disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri,

  29 polip endometrial, polip serviks, dan pemakaian IUD.

  Intensitas nyeri dismenore dibagi 3 yaitu :

  a. Ringan : terjadi sejenak, dapat segera pulih, tidak memerlukan obat, rasa nyeri hilang sendiri, dan tidak mengganggu pekerjaan sehari-hari b. Sedang : memerlukan obat-obatan untuk menghilangkan rasa sakit dan tidak perlu meninggalkan pekerjaannya c. Berat : rasa sakit yang hebat sehingga tidak mampu melakukan tugas harian, memerlukan istirahat, memerlukan obat dengan intensitas tinggi, dan

  4 diperlukan tindakan operasi karena mengganggu menstruasi. Selain dismenore, yang termasuk gangguan menstruasi yang terjadi karena keadaan patologis yang berhubungan dengan mesntruasi adalah premenstrual tension,

  mastodinia, dan mittelschmerz.Premenstrual tension merupakan keluhan yang mulai terjadi karena ketidakseimbangan estrogen dan progesteron menjelang menstruasi.

  Keluhan-keluhan ini dapat terjadi dari gangguan emosional, insomnia, gelisah, merasa tertekan, cepat marah, sakit kepala dan gangguan konsentrasi.

  Mastodinia merupakan gangguan yang terjadi sebelum menstruasi dimana

  terjadi pembengkakan dan pembesaran payudara sebelum menstruasi. Ini disebabkan oleh peningkatan estrogen sehingga terjadi retensi air atau garam yang terjadi pada payudara sehingga ujung syaraf tertekan.

  Mittelschmerz merupakan rasa sakit saat ovulasi yang terjadi di bagian bawah

  abdomen. Perdarahan ini terjadi karena pecahnya folikel Graff, dapat disertai

  5,27 perdarahan, lamanya sekitar beberapa jam sampai 2-3 hari.

2.1.2. Klasifikasi Dismenore

  a. Dismenore Primer Dismenore primer merupakan dismenore yang paling umum terjadi pada

  wanita. Dismenore Primer disebabkan oleh peningkatan produksi

  29

  prostglandin. Dismenore primer umumnya terjadi 2 tahun setelah menstruasi

  8,30 pertama dan berlangsung sebelum atau sesudah menstruasi selama 2-3 hari.

  b. Dismenore Sekunder Dismenore sekunder pada umumnya terjadi akibat dari kelainan struktural

  serviks atau uterus, benda asing seperti alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), endometriosis atau endometritis. Endometriosis merupakan suatu kondisi dimana implantasi jaringan endometrium ditemukan pada lokasi ektopik dalam rongga

  31 peritonium.

  2.1.3. Gejala Dismenore

  Gejala dismenore primer biasanya dimulai 6-12 bulan setelah menarche, pada saat ovulasi mulai terjadi. Nyeri digambarkan sebagai nyeri kram, rasa tidak nyaman pada abdomen bagian bawah, yang mulai beberapa jam setelah menstruasi. Nyeri biasanya berlangsung selama 1 atau 2 hari. Gejala yang menyertainya berupa sakit

  28,32,33 kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri punggung.

  Gejala dismenore sekunder cenderung terjadi tidak berhubungan dengan

  28,32

menarche . Penyebab yang sering terjadi adalah endometriosis. Selain itu, dapat

  juga disebabkan oleh infeksi pelvis, kehamilan intrauteri atau ekstrauteri, dan

  34

  pemakaian IUD. Gejala khas dari dismenore sekunder adalah nyeri hebat saat

  31 menstruasi; lokasi spesifiknya tergantung pada tempat implantasi.

  2.1.4. Etiologi Dismenore Dismenore primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah tinggi.

  a. Dibawah pengaruh progesteron selama fase luteal siklus menstruasi, endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat, mencapai tingkat maksimum pada awitan menstruasi

  b. Prostaglandin menyebabkan kontaksi miometrium yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah, meng akibatkan iskemia, disintegrasi endometrium, perdarahan, dan nyeri.

  Dismenore sekunder disebabkan kondisi :

  a. Endometriosis

  b. Penyakit radang panggul

  c. Perdarahan uterus disfungsional

  d. Maladaptasi pemakainan AKDR

  35

  e. Kanker ovarium atau uterus

2.1.5. Faktor Resiko Dismenore

  Ada beberapa faktor risiko yang dapat dihubungkan dengan dismenore:

  a. Usia Menarche Menarche adalah permulaan periode menstruasi yang dimulai pada usia rata-

  36

  rata 12,8 tahun. Umumnya menarche terjadi pada usia 12 - 13 tahun. Menarche yang terjadi lebih awal dari usia normal dimana alat reproduksi belum siap untuk mengalami perkembangan dan juga masih terjadi penyempitan pada leher rahim

  37

  maka akan timbul rasa sakit ketika mengalami menstruasi. Hasil penelitian Desriani pada tahun 2013 dimana terdapat 37 orang (41,11%) responden dengan kategori usia

  

menarche cepat yang mengalami dismenore primer. Penelitian ini juga menunjukkan

  hubungan signifikan (p = 0,009) antara usia menarche dini dengan kejadian

  24 dismenore primer pada siswi kelas VIII SMPN 6 Gorontalo.

  b. Lama Menstruasi

  38 Lama menstruasi normal adalah 4-7 hari dengan jumlah darah 30-80 mL.

  Menstruasi yang lama menyebabkan kontraksi otot uterus yang berlebihan dalam fase sekresi sehingga produksi hormon prostaglandin berlebihan yang akhirnya

  

24

  menimbulkan rasa nyeri ketika menstruasi. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square pada penelitian Frenita diperoleh nilai p=0,046 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore. Rasio prevalens siswi dengan lama menstruasi

  ≥ 7 hari dan < 7 hari adalah 1,158 (0,746 – 0,999). Yang berarti siswi dengan lama menstruasi

  ≥ 7 hari kemungkinan berisiko mengalami dismenore 1,2 kali lebih besar daripada siswi dengan lama menstruasi < 7

  26 hari.

c. Siklus Menstruasi

  39 Siklus menstruasi normal adalah 25 – 32 hari. Dalam setiap siklus

  menstruasi terdapat empat fase utama yaitu sebagai berikut :

  1. Fase Menstruasi Apabila ovum tidak mengalami fertilisasi, maka ovum tersebut akan mati dalam waktu 12-24 jam. Endometrium dilepaskan bersama darah menstruasi, pembuluh-pembuluh darah menyempit karena adanya jaringan endometrium yang mengalami kongesti (pembengkakan). Pada fase ini hormon-hormon ovarium berada pada kadar paling rendah. Hari pertama siklus menstruasi merupakan hari pertama perdarahan endometrium. Fase ini berlangsung sekitar 3-5 hari.

  2. Fase Regenerasi Fase ini dimulai pada hari keempat menstruasi dimana endometrium uterus mengelupas sampai lamina basalis dan mula-mula kenaikan kadar estrogen menghambat hormon pemacu folikel (FSH). Pada kejadian normal,semua folikel tidak bisa matur dan akan mengalami degenerati.folikel yang mampu bertahan hidup mencapai diameter 1,5-2 cm dan akan muncul pada permukaan ovarium. Apabila lamanya siklus menstruasi wanita lebih pendek dari 28 hari, maka yang bervariasi adalah fase regenerasinya.

  3. Fase Poliferasi Pada fase poliferasi lapisan endometrium pertumbuhan kelenjarnya lebih cepat dari jaringan ikatnya sehingga berkelok-kelok. Lapisan atasnya tempat saluran kelenjarnya lebih kompak disebut “stratum kompakta”. Sedangkan lapisan yang mengandung kelenjar yang berkelok, menjadi lebih longgar disebut “stratum Spongiosa”. Stadium poliferasi berlangsung sejak hari ke-5 sampai hari ke-14 dan tebal endometrium sekitar 3,5 cm.

  4. Fase Sekretoris (Pra menstruasi) Folikel yang telah pecah disebut sebagai Corpus luteum, dirangsang oleh LH dari glandula pituitaria anterior. Corpus luteum mulai membesar dan menghasilkan progesteron dengan jumlah yang makin meningkat. Pada fase ini, uterus mengalami pertumbuhan sekretoris seperti : endometrium menjadi lebih tebal dan lebih berongga, vaskularisasi meningkat, terjadi peningkatan aktivitas kelenjar-kelenjar sekretoris dan terjadi deposisi garam mineral dan glukosa.Fase ini berlangsung sejak

  7, 40,41 hari ke-14 sampai 28 hari.

  42 Gambar 2.1. Siklus Menstruasi

d. Kebiasaan Olahraga

  Kebiasaan olahraga yang rutin meningkatkan sirkulasi darah dan kadar oksigen sehingga aliran darah dan oksigen menuju uterus menjadi lancar dan mengurangi rasa nyeri ketika menstruasi. Selain itu, olahraga yang teratur juga meningkatkan produksi endorpin yang menurunkan kadar stres yang secara tak

  37 langsung juga menurunkan rasa nyeri menstruasi.

  Endorpin merupakan suatu neuropeptid, terdapat 3 macam yakni endorphin alfa, beta, dan gamma yang semuanya dapat berikatan dengan resptor opioid dalam otak dan aaktivitas analgesiknya sangat kuat. Endorpin beta terdapat dalam adenohipofisis, hipotalamus dan salah satu fungsinya berupa mediasi persepsi

  43

  nyeri. Olahraga yang sangat dianjurkan adalah olahraga aerobic yaitu jalan, jogging,

  44 bersepeda, dan berenang. Frekuensi latihan 3-4 kali seminggu dengan teratur.

  Penelitian Toh Chia tahun 2011 menunjukkan ada hubungan kejadian

  

dismenore dengan kebiasaan berolahraga dimana hasil analisa data dengan

  menggunakan metode uji Chi Square menunjukkan kejadian dismenore terjadi secara

  21 signifikan pada responden yang tidak berolahraga (p = 0,01).

  e. Kelebihan atau Kekurangan Berat Badan Kekurangan berat badan dapat diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan.

  Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan berdampak pada gangguan haid tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Pada saat haid fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Dan bila hal ini diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan

  45

  selama siklus haid. Hasil penelitian Dian pada tahun 2013 menunjukkan remaja yang mengalami dismenore 28,1% obesitas, 15,8% kelebihan berat badan dan 21,1% berat badan normal. Berdasarkan statistik uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05), yang berarti bahwa terdapat perbedaan kejadian dismenoreantara remaja putri dengan normal weight dan remaja putri dengan nilai IMT lebih dari normal

  46 weight.

  f. Riwayat Keluarga

  Ada hubungan antara riwayat dismenore pada keluarga (pada Ibu atau saudara kandung perempuan) dengan kejadian dismenore. Hal ini dikarenakan riwayat kesehatan keluarga sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan anggota keluarga itu sendiri dan merupakan faktor resiko yang sangat mendukung terjadinya suatu

  24

  penyakit yang sama di lingkungan keluarga tersebut. Dari 81 remaja yang memiliki riwayat dismenore di keluarga, 60 orang diantaranya mengalami dismenore

  47

  (74,1%). Hasil penelitian pada pelajar putri di Korea tahun 1999 menunjukkan 81, 9 % mengalami dismenore dimana 42,6 % memiliki riwayat keluarga yang mengalami

  9 dismenore .

2.1.6. Pencegahan Dismenore

  a. Pencegahan Primer

  Pencegahan primer yang dapat dilakukan untuk mengatasi dismenore adalah : a.1. Melakukan olahraga yang rutin agar aliran darah dan oksigen menuju uterusmenjadi lancar sehingga mengurangi rasa nyeri ketika menstruasi. a.2. Tidur cukup untuk mengurangi tingkat stres yang dapat menyebabkan dismenore . a.3. Hindari minuman yang mengandung kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostglandin a.4. Diet rendah garam

  35

  a.5. Konsumsi makanan berserat dan perbanyak minum air putih

  b. Pencegahan Sekunder

  Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang berlebihan pada penderita dismenore meliputi diagnosa dan pengobatan. Penanganan sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan meletakkan botol air panas pada punggung atau abdomen bagian bawah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan aliran darah di sekitar

  35

  abdomen bagian bawah sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Selain itu untuk mengurangi rasa nyeri dapat di lakukan dengan pemberian obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)yang akan menghambat pembentukan prostaglandin berupa ibuprofen, natrium naproksen, asam mefenamat, atau meklofenamat. Obat-obatan ini diberikan pada saat atau sebelum awitan menstruasi dan dilanjutkan selama hari

  28 pertama atau kedua menstruasi.

c. Pencegahan Tersier

  Pencegahan tersier bertujuanmemperkecil rasa nyeri yang dialami oleh penderita dismenore sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kondisi yang dialami..

  Pencegahan tersier yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan dukungan secara psikologis agar penderita dismenore merasa nyaman. Apabila rasa nyeri semakin meningkat dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit agar nyeri yang dirasakan dapat berkurang dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu.

2.1.7. Dampak Dismenore

  dapat menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari yang biasa

  Dismenore

  dilakukan wanita khususnya remaja yang masih berada dibangku sekolah yang dapat menganggu konsentrasi belajar. Untuk mengurasi rasa nyeri tersebut beberapa wanita meminum obat pengurang rasa nyeri. Hal ini dilakukan agar dapat beraktivitas dengan normal kembali. Hasil penelitian Iin tahun 2013 menunjukkan siswi di SMAN 1 Gresik yang mengalami dismenore melakukan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri dimana 97,9% rasa nyeri siswi tersebut berkurang sehingga

  48

  dapat beraktivitas normal. Para remaja Manado mencari pertolongan ke orangtua (37,2%) mengenai masalah yang timbul dan hanya 6,9% dari remaja putri yang

20 Pada tahun 2013, 65,9% remaja putri di Tomohon mengalami gangguan belajar akibat mengalami dismenore.

  mencari pertolongan ke dokter.

  49

2.2. Kerangka Konsep

  Adapun kerangka konsep pada penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dismenorepada siswi SMA Negeri 2 Medan Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

  Variabel Independen Variabel Dependen 1.

  Umur 2. Derajat Kesakitan 3. Umur Menarche 4. Lama Menstruasi 5. Siklus Menstruasi 6. Kebiasaan Olahraga 7. Status Gizi 8. Riwayat Keluarga

  Kejadian Dismenore