MAKALAH Islam sebagai Pandangan Hidup

MAKALAH
Islam sebagai Pandangan Hidup

Dosen Pembibing :
Ahmad Fadlur Rohman Bayuny, S.E.I.,M.Sc. IBF
Disusun Oleh :
Fathunni’am Dwi Syahputra 21701083026
Nuzulur Rohmah

21701083032

UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS EKONOMI
2017-2018

DAFTAR ISI
Halaman Judul ...........................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................
BAB I Pendahuluan
A.


Latar Belakang..............................................................................

B.

Rumusan Masalah........................................................................

C.

Tujuan .........................................................................................

BAB II Pembahasan
A.

Pengertian Pandangan Hidup.......................................................

B.

Proses Lahirnya Pandangan Hidup.............................................

C.


Pandangan Hidup Islam dan Tradisi Keilmuan..........................

D.

Elemen-elemen Pandangan Hidup (worldview).........................

E.

Karakteristik Pandangan Hidup Islam .......................................

F.

Analisa Perbandingan ................................................................

BAB III Penutup
A.

Kesimpulan..................................................................................


Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Setidaknya ada beberapa alasan penting mengapa kajian mengenai pandangan hidup
(worldview) menjadi penting dalam era globalisasi dan perang pemikiran pada dewasa ini.
Pertama, yakni ketika institusi agama-agama berhadapan dengan proses globalisasi penegasan
identitas diri secara komprehensif hanya dapat dilakukan dengan worldview. Kedua, ditengah
masyarakat yang pluralistis denominasi kultural perlu memiliki matriknya sendiri atau
pandangannya sendiri dalam melihat realitas sosial dan kultural sekitarnya.
Benturan peradaban ataupun benturan persepsi tidak lain adalah benturan pandangan hidup
(worldview), sebab, setiap agama, bangsa dan peradaban memiliki pandangan hidup sendirisendiri secara ekslusif dan untuk itu diperlukan sikap saling memahami. Bangunan konsep Islam
sebagai agama dan peradaban ini mencerminkan sebuah pandangan hidup (worldview) yang
memiliki struktur konseptualnya sendiri yang ekslusif dan berbeda dari peradaban lain.
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah Pengertian Dari Pandangan Hidup Itu Sendiri?
2. Bagaimanakah proses Lahirnya Pandangan Hidup?
3. Bagaimana Pandangan Hidup Islam dan Tradisi Keilmuan?

4. Apa Sajakah Elemen-elemen Pandangan Hidup (worldview)?
5. Bagaiana Krakteristik Pandangan Hidup Islam?
6. Bagaimana Analisa Perbandingan Pandangan Hidup Islam dan Barat

1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas Mid Semester dari Mata Kuliah “Islam and Education”.
2. Untuk mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang peran Islam sebagai
Pandangan Hidup (worldview).

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian
Sebelum memahami lebih lanjut tentang worldview dan kaitannya dengan denominasi

kultural dan religius, perlu dipahami terlebih dahulu definisi pandangan hidup (worldview)
secara umu dan definisi menurut Islam.
1.

`

Pengertian Umum
Cara pandang yang bersumber pda kebudayaan memiliki spektrum yang terbatas pada

bidang-bidang tertentu dalam kebudayaan itu. Cara pandang yang berasal dari agama dan
kepercayaan akan mencakup bidang-bidang yang menjadi bagian konsep kepercayaan agama itu.
Sebenarnya istilah umum dari worldview hanya sebatas pada pengertian ideologis, sekuler,
kepercayaan animistis, atau seperangkat dotrin-doktrin teologis dalam kaitannya dengan visi
keduniaan. Artinya, worldview dipakai untuk mengambarkan dan membedakan hakekat sesuatu
agama, peradaban atau kepercayaan.
Setidaknya ada beberapa poin penting akan definisi secara umum, yaitu bahwa worldview adalah
motor bagi perubahan sosial, asas bagi pemahaman realitas dan asas bagi aktifitas ilmiah. Dalam
konteks sains, hakekat worldview dapat dikaitkan dengan konsep “perubahan paradigma”. Dapat
dipahami bahwa worldview adalah identitas untuk membedakan antara suatu peradaban dengan
yang lain. Worldview melibatkan aktifitas epistemologis manusia, sebab ia merupakan faktor
penting dalam aktifitas penalaran manusia.
2.

Pengertian dalam Islam

Para ulama sepakat bahwa Islam mempunyai cara pandangnya sendiri terhadap segala

sesuatu. Penggunaan kata sifat Islam menunjukkan bahwa istilah ini sejatinya adalah netral.
Artinya, agama dan peradaban lain juga mempunyai worldview, vision atau mabda’. Menurut alMauwdudi, yang dimaksud Islami Nazariyat (worldview) adalah pandangan hidup yang dimulai
dari konsep keesaan Tuhan (shahasah) yang berimplikasikan pada keseluruhan kegiatan
kehidupan manusia di dunia. Sebab shahadah adalah pernyataan moral yang mendorong manusia
untuk melaksanakannya dalam kehidupannya secara menyeluruh.

Shaykh Atif al-Zaynmengartikan mabda’ sebagai aqidah fikriyyah (kepercayaan yang rasional)
yang berdasarkan pada akal. Sebab setiap Muslim wajib beriman kepada hakekat wujud Allah,
kenabian Muhammad SAW, dan kepada al-Qur’an dengan akal.
B.

Proses Lahirnya Pandangan Hidup
Suatu pandangan hidup timbul dalam diri seseorang memerlukan penjelasan yang agak

rumit. Karena pandangan hidup berkaitan dengan masalah cara pandang seseorang terhadap
sesuatu, maka penjelasan tentang munculnya pandangan hidup melibatkan penjelasan
epistemologis.
1.


Pandangan hidup Umum
Suatu worldview terbentuk dalam pikiran individu secara perlahan-lahan, bermula dari

akumulasi konsep-konsep dan sikap mental yang dikembangkan oleh seseorang sepanjang
hidupnya, sehingga akhirnya membentuk framework berfikir (mental framework) atau
worldview.
Ilmu pengetahuan yan gdiperoleh seseorang itu sudah tentu terdiri dari berbagai konsep dalam
bentuk ide-ide, kepercayaan, aspirasi yang kesemuanya membentuk suatu totalitas konsep yang
saling berkaitan dan terorganisasikan dalam suatu jaringan. Jaringan ini membentuk struktur
berfikir yang koheren dan dapat disebut sebagai “achitectonic whole”, yaitu suatu keseluruhan
yang saling berhubungan. Maka dari itu pandang hidup seseorang itu terbentuk tidak lama
setelah pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk konsep-konsep itu membentuk suatu
keseluruhan yang saling berhubungan.
Jika dalam pandangan hidup suatu masyarakat tidak terdapat konsep ilmu atau konsep-konsep
lain yang berkaitan, maka pandangan hidup itu hanya berperan sebagai kondisi berfikir (mental
environment) yang tidak menjamin adanya kegiatan ilmiah atau penyebaran ilmu pengetahuan di
masyarakat. Jika pandangan hidup suatu masyarakat itu telah memiliki konsep ilmu atau konsepkonsep lain yan gberkaitan maka pandangan hidup itu akan berkembang melalui cara-cara
ilmiah.
Worldview dibagi menjadi natural worldview (terbentuk secara alami) dan transparent

worldview (terbentuk oleh suatu kesadaran berfikir). Ketika akal seseorang menerima
pengetahuan terjadi proses seleksi yang alami, dimana pengetahuan tertentu diterima dan

pengetahuan yang lain ditolak. Pengetahuan yang diterima oleh akal kita akan menjadi bagian
dari struktur worldview yang dimilikinya. Prof.Alparslan mengkategorikan struktur pandangan
hidup menjadi lima;
1. Struktur tentang konsep kehidupan,
2. Struktur tentang konsep dunia,
3. Struktur tentang konsep manusia,
4. Struktur tentang konsep nilai,
5. Struktur tentang konsep pengetahuan.
Proses terbentuknya struktur konsep dalam worldview ini bermula dari struktur tentang
kehidupan, yang didalamnya termasuk cara-cara manusia menjalani kegiatan kehidupan seharihari, sikap-sikap individual dan sosialnya. Struktur tentang dunia adalah konsepsi tentang dunia
dimana manusia hidup. Struktur tentang ilmu pengetahuan adalah merupakan pengembangan
dari struktur dunia. Gabungan dari struktur kehidupan, dunia dan pengetahuan ini melahirkan
struktur nilai, dimana konsep-konsep tentang moralitas berkembang. Setelah keempat struktur itu
terbentuk dalam pandangan hidup seseorang secara transparent, maka struktur tentang manusia
akan terbentuk secara otomatis.
2.


Pandangan Hidup Islam
Wahyu yang diterima Nabi disampaikan dan dijelaskan kepada masyarakat. Cara-cara

seperti ini tidak sama dengan cara-cara yang ada pada scientific worldview, dan oleh sebab itu
Prof.Alparslan menamakan worldview islam sebagai “quasi-scientific worldview”. Namun
pandangan hidup “berkembnag” menjadi scientific worldview setelah konsep-konsep asas yang
dikandung oleh wahyu dijelaskan dan diperluas maknanya oleh Nabi dan para sahabat serta para
ulama sesudahnya. Namun ‘perkembangan’ disini tidak menunjukkan proses pertumbuhan
menuju kematangan atau kedewasaan, seperti pandangan hidup Barat, tapi lebih merupakan
proses interpretasi dan elaborasi wahyu yang bersifat permanen.
Oleh sebab itu ‘perkembangan’ pandangan hidup Islam perlu merujuk kepada periode
dessiminasi ayat-ayat al-Qur’an oleh Nabi dan pemahaman umat Islam terhadapnya. Dalam
kaitannya dengan itu, Prof.Alparslan membagi tiga periode penting, yaitu :
1)

Lahirnya pandangan hidup Islam dalam bentuk wahyu
Dapat digambarkan dari kronologi turunnya wahyu dan penjelasan Nabi tentang wahyu

itu. Pandangan hidup Islam bermula dari peranan sentral Nabi yang menyampaikan dan


menjelaskan wahyu. Di sini periode Makkah yang merupakan periode yang sangat penting dalam
kelahiran pandangan hdup Islam. Karena banyaknya surah-surah al-Qur’an diturunkan di
Makkah. Pada periode Madinah, wahyu yang diturunkan lebih banyak mengandung tema-tema
umum yang berkaitan dengan kehidupan komunitas Muslim, seperti penyempurnaan ritual
peribadatan, rukun Islam, sistim hukum yang mengatur hubungan individu, keluarga dan
masyarakat.
2)

Lahirnya struktur ilmu pengetahuan dalam pandangan hidup tersebut.
Timbul dari kesadaran bahwa wahyu yang turun dan dijelaskan Nabi itu telah

mengandung struktur fundamental scientific worldview, seperti tentang kehidupan (life
structure), struktur tentang dunia, tentang ilmu pengetahuan, tentang etika dan tentang manusia,
yang kesemuanya itu sangat potensial bagi timbulnya kegiatan keilmuan.
3)

Lahirnya tradisi keilmuan Islam.
Seperti diketahui tradisi keilmuan dalam Islam adalah merupakan konsekuensi logis dari

adanya struktur pengetahuan dalam pandangan hidup Islam. Untuk menggambarkan tradisi

keilmuan Islam, pertama-tama perlu ditunjukkan wujudnya komunitas ilmuwan dan proses
kelahirannya pada awal abad pertama dalam Islam. Kemudian menunukkan adanya kerangka
konsep keilmuan Islam (Islamic scientific conceptual scheme) yang merupakan framework yang
berperan aktif dalam tradisi keilmuan itu.
C.

Pandangan Hidup Islam dan Tradisi Keilmuan
Wujudnya tradisi intelektual dalam Islam yang mengiringi munculnya pandangan hidup

Islam dapat ditunjukkan melalui bukti sejarah akan adanya masyarakat ilmuwan atau kelompok
belajar atau sekolah Ashab al-Suffah di Madinah.
Framework yang dipakai pada awal lahirnya tradisi keilmuan ini sudah tentu adalah kerangka
konsep keilmuan Islam (Islamic scientific conceptual scheme). Indikasi adanya kerangka
konseptual ini adalah usaha-usaha para ilmuwan untuk menemukan beberapa istilah teknis
keilmuan yang rumit dan canggih. Istilah-istilah yang diderivasi dari kosa kata al-Qur’an dan
hadith Nabi termasuk diantaranya : ‘ilm, fiqh, usul, ijtihad, ijma’, qiyas dan lain sebagainya,
menunjukkan adanya kerangka konsep keilmuan.
Karena luasnya obyek materi yang dibahas maka Fiqh, pada periode awalIslam dapat dianggap
sebagai induk dari segala ilmu dalam Islam, yang daripadanya kemudian lahir berbagai disiplin

ilmu yang lain. Lahirnya disiplin ilmi-ilmu Fiqih, kalam, hadith, tafsir, faraidh, falak dan lain
sebagainya membuktikan wujudnya tradisi ilmiah dalam Islam.
D.

Elemen-elemen Pandangan Hidup (Worldview)
Sebagai sebuah sistim yang secara definitif begitu jelas, worldview atau pandangan hidup

memiliki karakteristik tersendiri yang ditentukan oleh beberapa elemen yang menjadi asas atau
tiang penyokongnya. Menurut Thomas suatu pandangan hidup ditentukan oleh pemahaman
individu terhadap enam bidang pembahasan, yaitu :1) Tuhan, 2) Ilmu, 3) Realitas, 4) Diri, 5)
Etika, 6) Masyarakat. Elemen-elemen tersebut merupakan suatu sistim yang integral, dimana
antara satu konsep berkaitan dengan yang lain secara sistemik. Kepercayan individu terhadap
adanya atau tidak adanya Tuhan akan berkaitan secara konseptual dengan ilmu, realitas, diri,
etika dan masyarakat.
Ninin Smart mengkaji worldview dalam konteks kepercayaan atau agama, elemen
pandangan hidup ditentukan oleh elemen-elemen dalam agama dan kepercayaan masyarakat. Ia
mengajukan enam elemen penting suatu pandangan hidup, 1) Doktrin, 2) Mitologi, 3) Etika,
4)Ritus, 5) Pengalaman, 6) Kemasyarakatan. Pandangan Smart terhadap agama nampaknya
dipengaruhi oleh persepsinya tentang agama di Barat, sebab di sini konsep Tuhan, ilmu dan
realitas nampak absen dari elemen pandangan hidup agama.
Shaykh Atif al-Zayn, tidak merincikan elemen pandangan hidup Islam, namun hanya
mengajukan karakteristik yang membedakan antara pandangan hidup Islam dari pandangan
hidup lain, yakni :
a) Ia berasal dari wahyu Allah
b) Berdsarkan konsep (din) yang tidak terpisah dari Negara
c) Kesatuan antara spiritual dan material
Sayyid Qutb juga melihat bahwa pandangan hidup Islam itu menyeluruh dan tidak mempunyai
elemen atau bagia (juz’). Ia adalah keseluruhan sisi dan sempurna karena kesempurnaan sisisisinya. Bahkan pandangan hidup Islam bukan ciptaan manusia, akal manusia tidak dapat
menciptakannya, karena ia bersal dari Allah.
Menurut Prof.Al-Attas elemen asas bagi worldview Islam sangat banyak dan merupakan jalinan
konsep-konsep yang t terpisahkan. Diantara yang paling utama adalah :
1) Konsep tentang hakekat Tuhan,

2) Konsep tentang Wahyu (al-Qur’an),
3) Konsep tentang penciptaan.
4) Konsep tentang hakekat kejiwaan manusia,
5) Konsep tentang ilmu,
6) Konsep tentangagama,
7) Konsep tentang kebebasan,
8) Konsep tentang nilai dan kebajikan,
9) Konsep tentang kebahagiaan, dan sebagainya
Prof.Attas menekankan pada pentingnya konsep sebagai elemen pandangan hidup Islam.
Konsep-konsep ini semua saling berkaitan antara satu sama lain membentuk sebuah struktur
konsep yang sistemik. Secara praktis konsep-konsep penting tersebut dapat berguna bagi
penafsiran makna kebenaran (truth) dan realitas (reality). Apa yang dianggap benar dan riel oleh
pandangan hidup Islam tidak selalui begitu bagi pandangan hidup lain. Untuk menentukan
sesuatu itu benar dan riel dalam setiap kebudayaan berkaitan erat dengan sistim metafisika
masing-masing yang terbentuk oleh worldview.
E.

Karakteristik Pandangan Hidup Islam
Dalam studi keagamaan modern (modern study of religion) istilah worldview secara

umum merujuk kepada agama dan ideologi sekuler, tapi dalam Islam worldview merujuk kepada
makna realitas yang lebih luas. Dalam pandangan Sayyid Qutb karakteristik pandangan hidup
Islam terdiri dari tujuh :
1) Rabbaniyyah (bersumber dari Allah), artinya berasal dari Tuhan sehingga dapat disebut
sebagai visi keilahian. Sifat inilah yang membedakan Islam dari pandangan hidup dan
ideologi lain. Ia diturunkan dari Tuhan dengan segenap komponennya.
2) Bersifat konstan (thabat) artinya tasawwur al-Islami itu dapat diimplementasikan
kedalam berbagai bentuk struktur masyarakat dan bahkan berbagai macam masyarakat.
Namun esensinya tetap konstan, tidak berubah dan tidak berkembang. Ia tidak
memerlukan penyesuaian terhadap kehidupan dan pemikiran, sebab ia telah menyediakan
ruang dinamis yang bergerak dalam suatu kutun yang konstan.
3) Bersifat komprehensif (shumul), artinya tasawwur al-Islami itu bersifat komprehensif.
Sifat komprehensif ini didukung oleh prinsip tawhid yang dihasilkan dari sumber Tuhan
yang Esa. Tawhid juga termani-festasikan kedalam kesatuan antara pemikiran dan

tingkah laku, antara visi dan inisiatif, antara doktrin dan sistim, antara hdup dan mati,
antara cita-cita dan gerakan, antara kehidupan dunia dan kehidupan sesudahnya.
4) Seimbang (tawazun), artinya pandangan hidup Islam itu merupakan bentuk yang
seimbang antara wahyu dan akal, sebab memang wahyu diturunkan untuk dapat diimani
dan difahami oleh akal manusia.
5) Positif (ijabiyyah), artinya pandangan hidup Islam mendorong kepada aktifitas ketaatan
kepada Allah dan sekap positif. Segala aktifitas dalam hidup manusia mempunyai
relevansinya dan konsekuensinya dalam agama dan sebaliknya pernyataan dalam ibadab
shahadah dengan lidah mesti diamalkan dalam aktifitas yang nyata.
6) Pragmatis (waqi’iyyah), artinya sifat pandangan hidup Islam itu tidak melulu idealistis,
tapi juga membumi kedalam realitas kehidupan. Jadi ia bersifat idealistis dan realistits
sekaligus, sehingga ia dapat membangun sistim yang lengkap yang sesuai dengan sifatsifat kemanusiaan. Dalam Islam perasaan manusia yang dibutuhkan hanyalah sejauh
kapasitasnya sebagai manusia. Ia tidak dituntut untuk berada pada posisi yang lebih
rendah dari itu atau lebih tinggi sampai kepada derajat ketuhanan.
7) Keesaan (tawhid), artinya karakteristik yang paling mendasar dari pandangan hidup
Islam adalah pernyataan bahwa Tuhan itu adalah Esa dan segala sesuatu diciptakan olehNya.
Prof.Al-Attas menggambarkan tentang elemen penting yang menjadi karakter utama pandangan
hidup Islam. Elemen penting pandangan hidup Islam itu digambarkan dalam poin-poin berikut
ini :
1. Dalam pandangan hidup Islam realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kepada
kajian metafisika terhadap dunia yang nampak (visible world) dan yang tidak nampak
(invisible world). Sedangkan pandangan Barat terhadap realitas dan kebenaran, terbentuk
berdsarkan akumulasi pandangan terhadap kehidupan kultural, tata nilai dan berbagai
fenomena sosial. \
2. Pandangan hidup Islam bercirikan pada metode berfikir yang tawhidi (integral). Artinya
dalam memahami realitas dan kebenaran pandangan hidup Islam menggunakan metode
yang tidak dichotomis, yang membedakan antara obyektif dan subyektif, historiesnormatif, tekstual-kontekstual dan sebagainya.

3. Pandangan hidup Islam bersumberkan kepada wahyu yang diperkuat oleh agama (din)
dan didukung oleh prinsip akal dan intuisi. Karena itu pandangan hidup Islam telah
sempurna sejak awal dan tidak memerlukan kajian ulang atau tinjauan kesejahteraan
untuk menentukan posisi dan peranan historisnya.
4. Elemen-elemen pandangan hidup Islam terdiri utamanya dari konsep Tuhan, konsep
wahyu, konsep penciptaan-Nya, konsep psikologi manusia, konsep ilmu, konsep agama,
konsep kebebasan, konsep nilai dan kebajikan, konsep kebahagiaan. Elemen-elemen
dasar ini berperan sebagai tiang pemersatu yang meletakkan sistim makna, standar tata
kehidupan dan nilai dalam suatu kesatuan sistim yang koheren dalam bentuk worldview.
5. Pandangan hidup Islam memiliki elemen utama yang paling mendasar yaitu konsep
tentang Tuhan. Konsep Tuhan dalam Islam adalah sentral dan tidak sama dengan kosepkonsep yang terdapat dalam tradisi keagamaan lain.
Ituah ciri-ciri pandangan hidup atau worldview Islam yng tidak saja membedakan Islam dari
agama, peradaban dan kebudayaan lain tapi juga membedakan metode berfikir dalam Islam dan
metode berfikir pada kebudayaan lain.
1)

Pandangan Hidup Barat Modern
Karakteristik pandangan hidup Islam akan dapat dipahami dengan lebih baik jika

dibandingkan dengan pandangan hidup lain. Disini yang paling relevan adalah pandangan hidup
Barat. Sejarahnya, peradaban Barat adalah peradaban yang dikembangkan oleh bangsa-bangsa
Eropa dari peradaban Yunani kuno yang dikawinkan dengan peradaban Romawi dan disesuaikan
dengan elemen-elemen kebudayaan bangsa Eropa terutamanya Jerman, Inggris dan Perancis.
Ketika agama Kristen dominan dalam kehidupan keagamaan masyarakat Eropa, mereka maish
berada dalam zaman yang mereka sebut Dark Ages (Zaman Kegelapan). Namun mereka
mendapat pencerahan setelah mereka menterjemahkan karya-karya cendekiawan Muslim dalam
berbagai bidang sains (1050-1150) kedalam bahasa Latin.
Modernitas pada intinya adalah state of mind atau cara berfikir yang diaplikasikan kedalam
berbagai bidang kehidupan. JW Schoorl mendefinisikan modernisasi menjadi “penerapan
pengetahuan ilmiyah yang ada kepada semua aktifitas , semua bidang kehidupan atau kepada
semua aspek kehidupan masyarakat” penerapan cara berfikir rasional kedalam keseluruhan aspek
kehidupan pada akhirnya menjelma menjadi suatu idea yang lebih luas yaitu menciptakan

masyarakat rasional (rational society), yaitu suatu asyarakat yang segala kegiatannya termasuk
bidang sains dan terknologi serta kehidupan politik dikontrol oleh rasio.
Selain dari elemen Rasionalisme dan sekularisme, Barat Modern juga menganut pandangan
filsafat empirisme yaitu suatu prinsip yang merupakan konsekuensi logis dari rasionalisme dan
sainitifisme. Dari perspektif ontologism Barat modern juga diwarnai oleh dulisme dalam
memandang realitas, pemisahan jiwa dan raga adalah contoh yang paling kongkrit.
Gambaran singkat pandangan hidup Barat Modern menunjukkan bahwa elemen pandangan
hidup Barat terdiri dari rasionalisme, sekularisme, empirisme (positivisme), dualisme atau
dichotomi dan humanisme.
2)

Pandangan Hidup Barat Posmodern
Pada abad ke-19 adalah era di mana modernitas mulai dipertanyakan oleh suatu gerakan

filsafat yang berpegang pada prinsip yang meragukan bahwa realitas memiliki struktur yang
dapat dipahami oleh manusia. Ini adalah pengingkaran terhadap absolutisme dan sekaligus
merupakan serangan yang serius terhadap salah satu disiplin ilmu filsafat yang terpenting, yaitu
metafisika obyektif. Munculnya eksistensialisme dan filsafat analitik, yang merupakan dua
gerakan yang sangat dominan pada waktu itu, merupakan produk akal post-modern (postmodern
mind).
Meskipun doktrin yang kemudian dinamakan European nihilism ini mengusung proyek
devaluasi nilai, namunmereka masih menganggap hal ini sebagai suatu jalan baru dalam
menentukan konsep nilai yang berbeda dari kepercayaan dalam agama. Nilai tidak lagi berkaitan
dengan agama dan kepercayaan. Jadi nihilisme, berhubungan dengan perubahan kebenaran ke
dalam nilai, tapi nilai yang teh diwarnai oleh kepercayaan dan opini manusia.
Teori tentang European nihilism dapatdilihat dengan lebih jelas lagi dari apa yang kini disebut
sebagai “the philosophy of difference”. Segala perbedaan antara kepalsuan dan kebenaran,
rasional dan irrasional harus diletakkan di luar jangkauan bahasa dan konsep-konsep yang
melekat dengannya.
Atmosfir pemikiran post-modern dapat digambarkan melalui pernyataan bahwa “segala sesuatu
adalah teks, dan materi dasar teks itu yang berupa masyarakat dan bahkan nyaris segala sesuatu
difahami sebagai makna, dan makna itu harus didekonstruksi; pernyataan tentang realitas
obyektif harus dicurigi”.

Singkatnya, filsafat post-modern melebur nilai tertinggi, menyingkirkan Tuhan dan rujukan
segala bentuk nilai sebagai fondasinya. Nilai baru yang diperkenalkan post-modernisme adalah
nilai yang memiliki hubunga dengan nilai-nilai lain atau bahkan saling tukar menukar, karena ini
memiliki status yang sama dalam wajah yang universal.
Atmosfir pemikiran posmodernisme dengan doktrin subyektifitas dan relativitas kebenaran ini
adalah salah satu faktor penting bagi lahirnya paham pluralisme dan juga pluralisme agama.
F.

Analisa Perbandingan
Jika kita bandingkan antara pandangan hidup Islam dan Barat, baik modern maupun

postmodern, maka akan kita temukan perbedaan yan gmenonjol. Jika kita gunakan teori Thomas
Wall maka Barat modern maupun posmodern sejatinya adalah peradaban yang tidak berdasarkan
pada kepercayaan kepada Tuhan, jikapun ia percaya, ia tidak konsisten dengan kepercayaan itu.
Sebab tujuan dan makna hidup, sumber nilai moral, makna ilmu pengetahuan dan yang berkaitan
dengan itu bukan berasal dari konsep Tuhan mereka.
Francis Fukuyama dalam bukunya The End of History, and The Last Man meletakkan Islam
sejajar dengan ideologi Liberalisme, Komunisme dan sebagainya, tapi Islam menurutnya
memiliki nilai moralitas dan doktrin-doktrin politik dan keadilan sosialnya sendiri. Karena ajaran
bersifat universal, maka ia pernah menjadi tantangan bagi demokrasi liberal dan praktek-praktek
liberal.
Paham liberalisme adalah alternatif terakhir bagi ummat manusia, faham apapun yan gtidak
dapat mengakomodir ciri-ciri ini akan tersingkir dari proses evolusi menuju kesempurnaan
sejarah atau tertinggal jauh di belakang. Elemen-elemen utama peradaban Barat yang dapat
ditangkap dari eksposisi Huntington tentang kultur Amerika adalah :
a) Prinsip-prinsip agama (faith)
b) Nilai-nilaimoralitas dan etos kerja Protestan
c) Filsafat
d) Politik
e) Kepercayaan (belief) terhadap prinsip-prinsip kebebasan, persamaan, individualisme dan
kapitalisme.
Lebih spesifik dan parsial lagi Ronald Inglehart adn Pippa Noris menggambarkan perbedaan
Islam dan Barat berkaitan dengan kesetaraan gender, dan kebebasan seks. Jadi yang terjadi

antara Barat dan Islam, menurut mereka , adalah benturan peradaban seks (Sexual clash of
Civilization).
Garis kultural yang memisahkan dunia Barat dan Islam bukan tentang demokrasi tapi seks.
Menurut hasil survey terbaru, Muslim dan Barat sama-sama menginginkan demokrasi, namun
dunia mereka menjadi terpisah ketika mereka bersikap terhadap perceraian, aborsi, kesetaraan
gender dan hak-hak gay, sehingga hal ini tidak menjanjikan bagi masa depan demokrasi di Timur
Tengah.
Di Barat generasi mudanya, dalam soal seks, menjadi semakin liberal, sementara di dunia Islam
masih menjadi masyarakat yang paling tradisional di dunia.
Pernyataan-pernyataan di atas hanyalah sedikit contoh dari gambaran tentang masyarakat Barat
dan perbedaannya dengan Islam oleh orang Barat sendiri. Sudah tentu di belakangnya terdapat
cara pandang tersendiri. Jika dicermati dengan baik pernyataan-pernyataan itu sudah merupakan
bukti adanya benturan persepsi (collision of conciousness).
Dari matrik pandangan hidup yang dipaparkan Thomas Wall yang terdiri dari konsep Tuhan,
Ilmu, Realitas, Diri, Etika dan Masyarakat, jelaslah bahwa pandangan hidup Islam berbeda
secara diametris dan konseptual dari pandangan hidup Barat, baik Barat modern maupun Barat
postmodern.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Pembahasan tentang teori pandangan hidup bertujuan untuk menggambarkan bahwa

Islam adalah agama dan pandangan hidup yang secara konseptual dapat dibedakan
daripandangan hidup lain. Dengan mengkaji konsep-konsep kunci dalam pandangan hidup Islam
dan kemudian membingkai konsep-konsep tersebut dalam susunan yan gsistemik dan saling
berkaitan antara satu dengan lainnya dehingga membentuk suatu keseluruhan yang integral. Jika
hal ini telah dilakukan maka ia akan menjadi framework pemikiran yang mempunyai peran
epistemologis dalam mekanisme penerimaan atau penolakan konsep-konsep asing yang
bersentuhan dengan pemikiran Islam. Artinya pada dataran praktis dalam konteks perang
pemikiran dewasa ini, pandangan hidup Islam yang telah menjadi framework pemikiran seorang
Muslim dapat menjadi filter bagi penguji apakah suatu pemikiran itu bersal dari tradisi Islam
atau berasal dari tradisi asing; dan apakah konsep-konsep yang berasal dari pandangan hidup
asing itu dapat di adapsi kedalam pandangan hidup Islam atau tidak. Inilah sebenarnya peran
epistemologis pandangan hidup Islam dan relevansi memahaminya pada zaman sekarang ini.

DAFTAR PUSTAKA
Alparslan Acikgence. The Framework for A History of Islamic Philosophy. Al-Shajarah, Journal
of The International Institute of Islamic Thought and Civilization. (ISTAC : 1996. Vol.1)
Fahmy Zarkasyi, Dr.H.Hamid. Membangun Pondasi Peradaban Islam. (Semarang : Unissula
Press. 2008).
Angga, Sumber Pandangan Hidup dan Pegertian Ideologi
Zarkasyi, 2007, Seputar Pemikiran Islam
 http://benirahmawati.blogspot.co.id/2011/11/islam-sebagai-worldview.html