Alizar Isna Mahasiswa Program Magister IAP, PPSUB Sumartono dan Ismani HP Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Publik, FIA UB
Limbangan Kabupaten Dati II Purbalingga)
Implementation of the Animal Husbandry Development Policy (Case of the Gerbang Anak Desa in Sumingkir and Limbangan Villages, Purbalingga
Regency)
Alizar Isna
Mahasiswa Program Magister IAP, PPSUB
Sumartono dan Ismani HP
Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Publik, FIA UB
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjawab pertanyaan penelitian: mengapa pola pengembangan ternak yang dilakukan oleh masyarakat suatu desa dapat berkembang ? bagaimana proses pola pengembangan usaha ternak yang dilakukan oleh masyarakat tersebut menjadi kebijakan Gerbang Anak Desa ? mengapa pelaksanaan Gerbang Anak Desa di desa tertentu masih dapat berjalan, sementara di desa lain sudah tidak berjalan lagi (tidak berhasil) ? bagaimana prospek Gerbang Anak Desa sekiranya dilaksanakan di desa-desa lainnya di seluruh kabupaten ? dan apakah Gerbang Anak Desa dapat dijadikan sebagai model alternatif pengentasan kemiskinan ?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Lokasi penelitian dipilih Desa Sumingkir dan Limbangan kabupaten Dati II Purbalingga. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis seperti yang dikembangkan oleh Strauss dan Corbin, yakni dengan melalui prosedur open coding, axial coding dan selective coding. Untuk menetapkan keabsahan data, digunakan tehnik pemeriksaan yang didasarkan atas kriteria derajat kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.
Hasil penelitian menunjukkan pola pengembangan usaha ternak yang dirintis oleh masyarakat dapat berkembang karena didorong oleh motivasi individual dan keterbukaan masyarakat untuk menerima gagasan-gagasan baru yang datang dari luar. Keberhasilan penyebaran pola pengembangan ayam buras petelur di daerah lain, dipengaruhi oleh keberhasilan pengembangan pola tersebut pada masyarakat perintis. Proses perumusan kebijakan Gerbang Anak Desa bukan merupakan respon dari adanya permasalahan yang ada dalam masyarakat, namun lebih diwarnai oleh kepentingan pemerintah daerah, dan proses perumusannya yang didominasi oleh pemerintah daerah. Pelaksanaan "Gerbang Anak Desa" yang dapat berjalan dengan baik karena program tersebut berasal dan didukung oleh motivasi dari dalam masyarakat sendiri. Kegagalan implementasi Gerbang Anak Desa di daerah lain, disebabkan program tersebut berasal dan "dipaksakan" oleh aparat serta kurangnya motivasi dari dalam masyarakat sendiri.
Prospek keberhasilan implementasi Gerbang Anak Desa yang sekaligus sebagai alternatif model pengentasan kemiskinan akan sulit terwujud karena tidak didukung oleh : sumberdaya keuangan, kesiapan aparat pelaksana, kepastian lokasi kawasan, kemampuan sumberdaya manusianya, kepastian keamanan lokasi kawasan, serta kecenderungan Prospek keberhasilan implementasi Gerbang Anak Desa yang sekaligus sebagai alternatif model pengentasan kemiskinan akan sulit terwujud karena tidak didukung oleh : sumberdaya keuangan, kesiapan aparat pelaksana, kepastian lokasi kawasan, kemampuan sumberdaya manusianya, kepastian keamanan lokasi kawasan, serta kecenderungan
Kata kunci: Gerbang anak desa, peternakan
ABSTRACT
The research dealing with the implementation of animal husbandry development policy is initiated from "the success" of livestock improvement pattern established by the people of Sumingkir Village, which is then developed and decided the Local Government Purbalingga as Gerbang Anak Desa policy, i.e the policy of animal husbandry development and the effort to improve breeders' prosperity in Purbalingga Regency. Before Gerbang Anak Desa policy was implemented in Purbalingga Regency entirely, it was implemented in two pilot villages. Such policy works and "survives" up to now in one ofthe pilot villages, while in another pilot village, it only worked for a year. Although the implementation of Gerbang Anak Desa in on of the pilot villages failed, it does not reduce the enthusiasm of the Local Government to insist on implementing the policy in all Purbalingga Regencies. With regards to "the success" and the failure of the policy implementation, it must be interesting to study : why is a livestock improvement pattern performed by the people of a village able to develop ? how does the process of livestock improvement pattern performed by such people become Gerbang Anak Desa policy ? why is the implementation of Gerbang Anak Desa in a certain village able to work, meanwhile in another village, it did not work anymore (failed) ? how is the prospect of Gerbang Anak Desa if it is implemented in other villages of the entire regencies ? and whether Gerbang Anak Desa may be used as alternative model of poverty alleviation. While the purpose of this research is to describe and to provide the answers to the research questions above.
This research applied qualitative approach in the form of case study. The data collection was conducted with intensive interview technique, observation, and documentation. The location of research is Sumingkir and Limbangan Villages Purbalingga Regency. The data analysis was conducted by applying the analysis developed by Strauss and Corbin, namely by open coding, axial coding, and selective coding procedures. To determine the validity of the data, the examination technique was applied based on the criteria of credibility, transferability, dependability, and conformability.
The result of the study indicated that the livestock improvement established by the people stated above may grow because of the support of individual motivation and people's openness to obtain external new ideas. The success in distributing domestic chicken improvement pattern to other areas is influenced by the success of such improvement pattern among pioneer people. The formulation process of Gerbang Anak Desa policy is not a respond of the problems existing among society, however it tends to be the interest of the local government, and its formulation process is dominated by local government. The implementation of Gerbang Anak Desa which runs well resulted from the fact that the program came from and supported by the motivation of the people themselves. The failure in implementing Gerbang Anak Desa in another area was caused by the fact that the program came from and "being forced" by the governmental agency, as well as the lack of motivation from the people themselves.
The prospect of the success in implementing Gerbang Anak Desa and at the same time the passibility to make it as alternative model of poverty alleviation will be difficult to
be realized, since it is not supported by: finacial resources, the readiness of human resources, be realized, since it is not supported by: finacial resources, the readiness of human resources,
Keywords: animal husbandry, policy
PENDAHULUAN
jakan yang sama di Desa Sumingkir, menunjukkan bahwa Pemda mem-ber-
Sesuai dengan arahan kebijakan lakukan suatu kebijakan secara menyeluruh Repelita VI sub sektor peternakan dalam
karena keberhasilannya di daerah tertentu, GBHN 1993, Pemerintah Daerah Tingkat
ke dua, nampaknya Pemda masih meng-
II Purbalingga (selanjutnya disingkat utamakan pen-dekatan top down dengan Pemda) dan Dinas Peternakan Kabupaten
menempatkan dirinya sebagai agen mo- Purbalingga (selanjutnya disingkat Disnak)
dernisasi yang merancang dan melaksa- menetapkan Gerbang Anak Desa sebagai
pembangunan tanpa suatu kebijakan yang bertujuan untuk
nakan
sendiri
"melibatkan" masyarakat, ketiga, meski mengembangkan peternakan serta mening-
pelaksanaan Gerbang Anak Desa di Desa katkan pendapatan dan kesejahteraan petani
Limbangan gagal, tidak menyurutkan tekad ternak, termasuk di dalamnya ikut
Pemda untuk tetap melaksanakan kebijakan mengentaskan masyarakat miskin di desa-
tersebut sesuai dengan rencana. Sehu- desa yang akan melaksanakan kebijakan
bungan dengan hal-hal tersebut di atas, tersebut. Kebijakan Pemda ini sedikit
maka sangat menarik untuk mengkaji : banyak mengambil dari model yang
mengapa pola pengembangan ternak yang dikembangkan sendiri oleh masyarakat.
dilakukan oleh masyarakat suatu desa dapat Seiring dengan penetapan kebijakan
berkembang ? bagaimana proses pola pe- tersebut, ditetapkan pula dua desa per-
ngembangan usaha ternak yang dilakukan contohan pelaksanaan Kebijakan Gerbang
oleh masyarakat tersebut menjadi ke- Anak Desa, yakni Desa Sumingkir dan
bijakan Gerbang Anak Desa ? mengapa Desa Limbangan. Desa Sumingkir mulai
pelaksanaan Gerbang Anak Desa di desa menerapkan Gerbang Anak Desa pada
tertentu masih dapat berjalan, sementara di tahun 1993, sekaligus sebagai persiapan
desa lain sudah tidak berjalan lagi (tidak mengikuti Lomba Intab Tingkat Nasional.
berhasil) ? bagaimana prospek Gerbang Meski sempat terancam bubar karena gagal
Anak Desa sekiranya dilaksanakan di desa- mengikuti lomba, akhirnya atas usaha
desa lainnya di seluruh kabupaten ? apakah sendiri kelompok mampu bangkit dan
Gerbang Anak Desa dapat dijadikan model mengembangkan
alternatif dalam pengentasan kemiskinan ? sekarang.
usahanya
hingga
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk Desa Limbangan mulai mene-rapkan
mendeskripsikan dan menjawab pertanyaan Gerbang Anak Desa pada 1993. Meski
penelitian tersebut di atas. kemudian berhasil meraih juara II lomba
Untuk memperoleh jawaban per- Intab tingkat nasional, Gerbang Anak Desa
tanyaan penelitian di atas, dikaji beberapa di desa tersebut hanya mampu bertahan
teori, yang dimaksudkan untuk mening- selama satu tahun.
katkan kepekaan dalam memahami feno- Berdasarkan hasil uji coba di kedua
mena di lapangan. Teori tersebut meliputi desa percontohan, ada 3 hal menarik yang
teori yang membahas tentang pengertian patut dicermati, pertama, pelaksanaan
ke-bijakan publik, implementasi kebijakan, Gerbang Anak Desa di Desa Limbangan
serta pemberdayaan masyarakat. adalah setelah dapat dilaksanakannya kebi-
Dye (1978) memberikan definisi tuntutan massa, (3) Kebij-akan publik di kebijakan publik sebagai "is whatever
negara berkembang jarang merupakan hasil governments choose to do or not to do ".
dari tuntutan massa atau hasil tekanan dari Edwards dan Sharkansky (1978) dalam
partai politik atau kelompok kepentingan. Islamy (1997) mengartikan public policy
Kebijakan tersebut sering ditentukan sendiri sebagai "...is what governments say and do,
oleh pemerintah tanpa konsultasi dengan or not do. It is the goals or puposes of
parlemen atau masyarakat. government
Abdul Wahab (1990) menjelaskan Anderson (1979) mengatakan "public
programs .
Sedangkan
fungsi implementasi kebijakan adalah untuk policies are those policies developed by
suatu hubungan yang governmental bodies and officials ". Jadi
membentuk
memungkinkan tujuan-tujuan atau sasaran menurut Anderson setiap kebijakan yang
kebijaksanaan negara diwujudkan sebagai dikembangkan oleh badan atau pejabat
outcome . Oleh sebab itu fungsi im- pemerintah dapat disebut sebagai kebijakan
plementasi mencakup penciptaan policy publik. Kebijakan publik dengan demikian
delivery systems yang biasanya terdiri atas tidak hanya yang dibuat oleh lembaga /
cara-cara atau sarana-sarana tertentu yang badan negara tertinggi/tinggi saja, seperti di
dirancang/didesain secara khusus serta negara kita MPR dan Presiden, tetapi juga
diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan oleh badan/pejabat di semua jenjang
dan sasaran-sasaran yang dikehendaki. pemerintahan. Berdasarkan pendapat-pen-
Grindle (dalam Abdul Wahab, 1990) dapat di atas, yaang disebut kebijakan
menjelaskan bahwa proses implementasi publik adalah serangkaian pilihan tindakan
kebijaksanaan hanya dapat dimulai apabila pemerintah (termasuk pilihan untuk tidak
tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang bertindak) guna menjawab tantangan-
semula bersifat umum telah diperinci, tantangan yang menyangkut kehidupan
program-program aksi telah dirancang, dan masyarakat.
sejumlah dana/biaya telah dialokasikan Langkah selanjutnya yang ditempuh
untuk mewujudkan tujuan-tujuan dan setelah kebijakan publik dirumuskan adalah
sasaran - sasaran tersebut. Hal tersebut melaksanakan atau mengimplemen-tasikan
merupakan syarat-syarat pokok bagi kebijakan tersebut. Dengan demikian, im-
implementasi kebijaksanaan negara apapun. plementasi kebijakan meru-pakan aspek
Tanpa adanya syarat-syarat tersebut, maka penting dari keseluruhan proses kebijakan.
kebijaksanaan negara, entah itu di bidang Menurut para ahli (Santoso, ma-
kesehatan masyarakat, perumahan rakyat, kalah) tipe dan pembuatan kebijakan
land reform , pendidikan ataukah pem- khususnya di negara berkembang : (1)
bangunan pedesaan terpadu boleh di- Kebanyakan kebijakan di negara Barat
katakan sekedar retorika politik atau slogan bersifat inkremental, sedangkan di negara
politik (Hogwood dan Gunn, dalam Abdul ketiga bersifat merombak dan ambisius
Wahab, 1990).
karena kebijakan di negara berkembang Suatu kebijakan yang telah dirumus- sering dimaksudkan untuk membuat
kan bisa mengalami kegagalan pada tahap perubahan sosial, (2) Dalam tahap peru-
implementasinya. Menurut Horgwood dan musan kebijakan, peranan pemerintah di
Gunn (Abdul Wahab, 1990) membagi negara berkembang adalah dominan. Hal ini
pengertian kegagalan kebijaksanaan dalam disebabkan oleh lemahnya parlemen, atau
dua kategori, yaitu tidak terimple- karena partai politik tidak berfungsi sebagai
mentasikan dan implementasi yang tidak alat bagi artikulasi kepentingan tapi lebih
Tidak terimplementasikan sebagai alat kelompok elit untuk menguasai
berhasil.
arti bahwa suatu massa, sedangkan kelompok kepentingan
mengandung
kebijaksanaan tidak dilaksanakan sesuai juga tidak efektif dalam menyuarakan
dengan rencana, mungkin pihak yang dengan rencana, mungkin pihak yang
mental serta terdidik dan kuat serta efisien, bekerja setengah hati, atau karena
inovatif, tentunya memiliki keberdayaan mereka tidak sepenuhnya menguasai
yang tinggi (Kartasasmita, 1995). permasalahan. Kemungkinan permasalahan
Memberdayakan masyarakat adalah yang
upaya untuk meningkatkan harkat dan kekuasaannya sehingga betapapun gigih
digarap di
luar
jangkauan
martabat lapisan masyarakat yang dalam usaha mereka, hambatan-hambatan yang
kondisi sekarang, tidak mampu untuk ada tidak sanggup mereka tanggulangi.
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan Akibatnya implementasi yang efektif sukar
dan keterbelakangan. Dengan kata lain dipenuhi. Sementara itu, implementasi
memberdayakan adalah memampukan dan yang tidak berhasil biasanya terjadi
memandirikan masyarakat (Kartasasmita, manakala suatu kebijaksanaan tertentu
telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, Berdasarkan penelitian kepustakaan, namun mengingat kondisi eksternal ternyata
proses pemberdayaan mengandung dua tidak menguntungkan (misalnya tiba-tiba
kecenderungan. Pertama, proses pem- terjadi peristiwa pergantian kekuasaan,
berdayaan yang menekankan kepada proses bencana
memberikan atau mengalihkan sebagian kebijaksanaan tersebut tidak berhasil dalam
alam dan
sebagainya),
kekuasaan, kekuatan atau kemampuan mewujudkan dampak atau hasil akhir yang
kepada masyarakat agar individu menjadi dikehendaki. Biasanya kebijaksanaan yang
lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi memiliki resiko untuk gagal disebabkan
pula dengan upaya membangun asset oleh faktor-faktor : pelaksanaannya jelek
material guna mendukung pembangunan (bad execution), kebijaksanaannya sendiri
kemandirian mereka melalui organisasi. memang jelek (bad policy), atau ke-
Kecenderungan atau proses yang pertama bijaksanaannya itu bernasib jelek (bad
tadi dapat disebut sebagai kecenderungan luck ).
makna pemberdayaan. Sedangkan Santoso (makalah) menje-
primer
dari
Sedangkan kecenderungan kedua atau laskan bahwa kegagalan kebijakan di
kecenderungan sekunder menekankan pada negara Barat sering terjadi dalam tahap
proses menstimulasi, mendorong atau me- perumusan, sedangkan di negara ber-
individu agar mempunyai kembang banyak terjadi di dalam tahap
motivasi
kemampuan atau keberdayaan untuk pelaksanaan. Ada beberapa alasan bagi
menentukan apa yang menjadi pilihan timbulnya keadaan ini; kurangnya sumber-
hidupnya (Pranarka dan Moeljarto, 1996). daya, lemahnya kapasitas birokrasi un-tuk
Di dalam literatur pembangunan, melaksanakan kebijakan secara efektif,
konsep pemberdayaan bahkan memiliki lemahnya sistem manajemen, ketidak efi-
perspektif yang lebih luas. Pearse dan sienan, dan lain-lain.
Stiefel (Pranarka dan Moeljarto, 1996) Seiring dengan perkembangan menge-
mengatakan bahwa menghormati kebhine- nai konsep dan pelaksanaan pembangunan
kaan, kekhasan lokal, dekonsentrasi ke- di berbagai negara, Indonesia pun
kuatan, dan peningkatan kemandirian mengalami pergeseran paradigma pemba-
merupakan bentuk-bentuk pemberdayaan ngunan, mulai dari strategi pertumbuhan
par-tisipatif. Sedangkan Paul (Pranarka dan ekonomi, strategi people centered, hingga
Moeljarto, 1996) menyatakan bahwa ke strategi pemberdayaan masyarakat yang
pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan dikatakan sebagai suatu alternatif strategi
yang adil (equitable sharing of power) pembangunan masyarakat.
sehingga meningkatkan kesadaran politis Keberdayaan dalam konteks masya-
dan kekuasaan kelompok yang lemah serta rakat adalah kemampuan individu yang dan kekuasaan kelompok yang lemah serta rakat adalah kemampuan individu yang
dingan pakannya.
Kedua tokoh tersebut kemudian me- ngajak
beberapa
tetangganya untuk
METODE PENELITIAN
mengembangkan ayam buras petelur sebagai usaha untuk 'ngonthel jagat' yakni
Penelitian ini memfokuskan pada pro- berusaha mengubah keadaan Dukuh ses dan makna dari usaha pengembangan
Lemahmeteng, mengingat selama ini Dukuh ternak yang dilakukan secara mandiri oleh
Lemahmeteng "dianaktirikan" dalam hal masyarakat hingga menjadi kebijakan Ger-
prasarana kebutuhan masyarakat serta bang Anak Desa serta bagaimana pe-
dapat dikatakan tidak pernah dikunjungi laksanaannya di lokasi penelitian. Agar
oleh pejabat, termasuk oleh kepala desanya dapat diperoleh gambaran yang mendalam
sendiri.
dari peristiwa tersebut, maka digunakanlah Ajakan kedua tokoh tersebut ditang- pendekatan kualitatif.
gapi secara positif oleh ma-syarakat. Lokasi penelitian adalah Desa Su-
Mereka mendirikan kelompok tani ternak mingkir dan Limbangan Kabupaten Dati II
Sumber Makmur. Melalui kelompok ini, Purbalingga. Pengumpulan data dilakukan
anggota mengem-bangkan apa yang selama dengan menggunakan teknik wawancara
ini mereka coba. Untuk menambah mendalam, observasi, dan dokumentasi.
pengetahuan, anggota sepakat mengundang Pengumpulan data dilakukan secara ter-
Petugas Dinas Kecamatan untuk membina buka, dengan pemilihan informan meng-
ke-lompok. Akhirnya usaha ternak ayam gunakan tehnik snow-ball. Analisis data
burasnya mulai dikenal. Kemudian, ke- dilakukan dengan menggunakan analisis
lompok diminta mengikuti beberapa lomba seperti yang dikembangkan oleh Strauss
(keinginan untuk dikunjungi pejabat mulai dan Corbin (1990), yakni dengan melalui
terpenuhi), hingga akhirnya berhasil prosedur open coding, axial coding dan
menjadi Juara I Lomba Intab Tingkat selective coding . Untuk menetapkan keab-
Propinsi pada tahun 1992 dan berhak maju sahan data, digunakan 4 kriteria, yaitu:
dalam lomba tingkat nasional. Dibalik ke- derajat kepercayaan, keteralihan, ke-
menangan yang diperoleh, pada kelompok bergantungan, dan kepastian (Lincoln &
timbul beberapa per-masalahan, yang Guba, 1985, Moleong, 1990, dan Nasution,
berkaitan dengan belum berjalannya 1988).
mekanisme
kelompok seperti yang direncanakan. Namun, karena harus mengikuti lomba, permasalahan tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN
seolah hilang, dan mereka demikian "bersatu".
Proses Penemuan Pola Pengem-
Untuk mengikuti lomba tingkat nasi-
bangan Ternak Ayam Buras Pe-
onal, kelompok dituntut untuk me-
telur Oleh Masyarakat Desa
ningkatkan apa yang selama ini telah
Sumingkir
mereka
kembangkan. Untuk me- nindaklanjuti saran
tersebut, Disnak Pak Budiman mencoba memelihara
mengadakan pergantian pengurus yang ayam ras dan buras dengan pemberian
membuat kelompok pecah. pakan campuran konsentrat, jagung halus
nyaris
Kemudian, Pemda dan Disnak mengajak dan katul. Kemudian ayam rasnya bertelur,
kelompok melakukan studi banding yang demikian pula ayam burasnya. Setelah
melahirkan gagasan pada aparat Disnak yakin, ia menyampaikan "penemuannya"
untuk mengembangkan suatu kawasan kepada Pak Wiryo. Pak Wiryo tertarik,
sebagai tempat memelihara ternak secara sebagai tempat memelihara ternak secara
peternakan di Purbalingga. pengembangan
Selanjutnya dibentuk tim yang ber- kemudian dikenal dengan Gerakan
tugas menyusun konsep Gerbang Anak Pembangunan Areal Peternakan Desa
Desa yang diketuai oleh kadisnak sendiri. (Gerbang Anak Desa) sebagai suatu model
Dalam proses perumusan Gerbang Anak yang harus diterapkan oleh masyarakat
Desa ini, Ir. Noi dan Ir. Ief menyampaikan Desa Sumingkir maupun masyarakat desa
konsep yang tengah mereka pikirkan, dan lainnya.
kemudian disetujui namun perlu dilengkapi Dari uraian di atas, dapat ditarik bebe-
dengan kerangka pemikiran yang tersusun rapa makna yang tersirat bahwa proses
secara sistematis.
penemuan ayam buras petelur dapat Perumusan Gerbang Anak Desa se- berkembang karena masyarakat memiliki :
lanjutnya, melibatkan instansi lain yang pertama, ide dan kreativitas yang tinggi.
terdiri dari Ir. Hartono, Kabag Per- Dapat dilihat dari proses penemuan ayam
ekonomian atas nama Bupati dan Pemda buras petelur, pembentukan kelompok,
Purbalinggga; Rapin Rivai, Kadisnak; Ir. pengembangan tehnik pemeliharaan yang
Sarkam Kartameja, Kakandepkop mewakili dilakukan secara bersama-sama, dan
KUD-KUD yang ada di Purbalingga; dan dijadikannya ayam buras petelur sebagai
Purwadi, sekretaris Bimas mewakili usaha untuk memperbaiki kondisi dukuh
kelompok-kelompok masyarakat atau
Menurut Rapin Rivai, latar belakang penghasilan; ke dua, motivasi dan
desa serta usaha
menambah
pemikiran diperlukannya Gerbang Anak kesungguhan hati yang kuat. Dapat dilihat
Desa adalah masyarakat desa sebagian dari proses pengembangan ayam buras
besar berpendidikan rendah, mempunyai petelur dan usaha masyarakat untuk
sikap 'nrimo', dan cenderung bersikap pasif mencapai tujuan; ke tiga, ketekunan yang
kurang mengupayakan tinggi. Dapat dilihat dari proses pengem-
statis
yakni
kondisi yang ada di bangan ayam buras petelur, proses belajar
perubahan
sekelilingnya. Sikap pasif statis ini perlu angggota kepada aparat Disnak sehingga
diubah menjadi aktif dinamis, yakni mereka
senantiasa berusaha secara aktif untuk memelihara ayam buras; ke empat,
semakin menguasai
tehnik
memanfaatkan dan merubah kondisi yang banyaknya anggota masyarakat yang turut
ada disekelilingnya agar memberikan hasil mencoba memelihara ayam buras petelur,
yang lebih baik.
menjadi dorongan dan semangat tersendiri Agar masyarakat desa menjadi aktif bagi usaha pengembangan ternak ayam
dinamis dalam bidang peternakan, model buras petelur di Desa Sumingkir.
berternak yang masih di-usahakan secara tradisional perlu diubah. Untuk itulah
Proses Perumusan
Kebijakan
Disnak merumuskan suatu program yang
meru-pakan perpaduan antara gagasan yang Studi banding yang dilaksanakan
Gerbang Anak Desa
dikembangkan masyarakat Desa Sumingkir Pemda, Disnak dan kelompok melahirkan
dengan gagasan dari Disnak. Namun para gagasan pada aparat Disnak untuk
peternak Desa Sumingkir mengusahakan mengembangkan suatu kawasan sebagai
ternaknya secara terpisah dan tersebar di tempat
areal pekarangan masing-masing, dimana berkelompok. Ketika gagasan tersebut
penanganan beberapa segmen usaha tengah dirumuskan oleh Ir. Noi dan Ir. Ief,
tersebut dilakukan secara individual. Pe- pada awal 1993 terjadi pergantian kepala
meliharaan seperti ini, menurut Disnak pada Dinas Peternakan (Kadisnak), yang ketika
akhirnya akan sulit berkembang, karena: dilantik menyampaikan Gerbang Anak Desa
munculnya masalah yang berkaitan dengan munculnya masalah yang berkaitan dengan
lomba intab tingkat nasional. Setelah produktivitas telur tergganggu lebih besar
kemung-kinan
diperoleh kepastian lokasi kawasan, Pemda, karena gangguan dari lingkungan luar
Disnak, desa, kelompok dan masya-rakat kandang, pengelolaan dan pembinaan
mulai membangun kawasan dan kandang kurang praktis karena kegiatan usaha yang
sebanyak 20 unit.
terpisah-pisah tempatnya, dan disiplin Setelah kawasan dan sebagian kan- peternak akan sulit untuk ditingkatkan.
dang selesai dibangun, dengan iming-iming Guna
hadiah, pemberian janji, serta "pemaksaan" munculnya permasalahan itulah kemudian
menghindari
kemungkinan
dari aparat kepada anggota, sebagian dirumuskan Gerbang Anak Desa. Inti dari
anggota kelompok mulai memindahkan Gerbang Anak Desa adalah pemeliharaan
ternak mereka ke kawasan. ayam yang dilakukan dalam suatu areal
Karena pembangunan kandang belum khusus yang disebut kawasan industri
seluruhnya selesai, kelompok dan Desa ternak. Pemeliharaan dalam areal khusus
Sumingkir dinyatakan belum siap untuk ini, menggunakan sistem pemeliharaan
mengikuti lomba. Meskipun anggota secara terpadu, yang meliputi : penyediaan
kelompok kecewa, pembangunan kandang sarana produksi ternak, budidaya dan
tetap diteruskan hingga selesai. Akibat pemasaran. Dengan Gerbang Anak Desa
kekecewaan tersebut, anggota menarik diharapkan dapat dicapai peningkatan
kembali ternaknya untuk dipelihara di produktivitas yang berwawasan lingkung-
sekitar halaman rumahnya. Kawasan mulai an, efisiensi usaha, perbaikan nilai tambah
kosong dan kelompok terancam bubar. produk dan kesinambungan usaha yang
Melihat kondisi tersebut, Pak Budiman mengarah pada upaya peningkatan pen-
memotivasi anggota agar mau kembali dapatan dan kesejahteraan masyarakat desa.
memelihara ternaknya di kawasan secara Berdasarkan uraian di atas, dapat
Dengan pendekatan ditarik suatu makna : pertama, proses
berkelompok.
keagamaan, akhirnya kelompok bersedia. perumusan kebijakan Gerbang Anak Desa
Mereka melakukan reorganisasi dan melalui beberapa tahap; ke dua, proses
memperbaiki me-kanisme kerja koperasi perumusan kebijakan Gerbang Anak Desa
agar semakin memberikan keuntungan bukanlah murni respon aparat Pemda atas
kepada anggota. Akhirnya kelompok mulai permasalahan yang ada pada petani ternak;
mengembangkan ayam buras petelur yang ke tiga, dalam proses perumusan kebijakan
dilakukan secara berkelompok di kawasan. Gerbang Anak Desa, terlihat dominasi
peranan Pemda, dimana dalam proses
dan Perkembangan perumusannya tanpa melalui mu-syawarah
2. Kondisi
Kelompok Sumber Makmur Saat Ini. dengan anggota DPRD maupun dengan
Meskipun pola pengembangan ternak masyarakat sebagai target group dari
dilakukan secara berkelompok dalam suatu kebijakan tersebut.
kawasan,
tersebut belum mencerminkan Gerbang Anak Desa seperti yang dirumuskan oleh Pemda. "Gerbang
pola
Proses Pelaksanaan dan Per-
Anak Desa" yang dilaksanakan kelompok
kembangan Gerbang Anak Desa di
Sumber Makmur, merupakan model yang
Desa Sumingkir.
diciptakan sendiri.
Anggota yang memelihara ter-naknya
1. Proses Pelaksanaan Gerbang Anak di kawasan 17 orang. Meski pemeliharaan Desa
secara ber-sama, namun Gerbang Anak Desa diperkenalkan ke-
dilakukan
perawatan dan pengelolaan dilakukan oleh pada kelompok dan masyarakat Desa
anggota. Kopera si Sumingkir, sebagai persiapan menghadapi
masing-masing
kelompok
mengkoordinir pengadaan mengkoordinir pengadaan
dari desa, Pemda dan Disnak sewaktu dibuat sedemikian rupa sehingga tetap
membangun kawasan dan kandang; ke menguntungkan anggota.
empat, pelaksanaan Gerbang Anak Desa di Untuk membicarakan kebutuhan ke-
Desa Sumingkir diwarnai oleh adanya lompok, anggota mengadakan pertemuan
"pemaksaan" dari aparat Pemda maupun rutin satu kali dalam satu bulan. Per-
Disnak; ke lima, perkembangan Gerbang tanggungjawaban pengurus dilaksanakan
Anak Desa di Desa Sumingkir, sebenarnya melalui Rapat Anggota Tahunan yang
cukup baik, seandainya musim kemarau diselenggarakan satu kali dalam satu tahun.
pada tahun 1997 ini tidak dibarengi dengan Anggota kelompok mampu me-
krisis moneter.
melihara dan mengembangkan aset yang Sedangkan hal-hal yang menye-babkan dimiliki, baik yang merupakan aset ke-
kelompok dengan model lompok maupun aset masing-masing ang-
mengapa
kawasannya masih mampu "bertahan" gota.
adalah : pertama, anggota kelompok Setiap tahunnya, kelompok senantiasa
memang mempunyai niat dan kesungguhan menemui permasalahan rutin berupa kesu-
hati untuk menekuni usaha ternak ayam litan memperoleh katul dan jagung akibat
buras sebagai usaha mereka; ke dua, musim kemarau. Meski demikian, koperasi
anggota kelompok mampu mengambil kelompok mampu mengatasi permasalahan
"pelajaran" dari kegagalan mereka pada tersebut. Namun, musim kemarau pada
sebelumnya, untuk kemudian tahun 1997 lebih panjang dan dibarengi
masa
dilaksanakan perbaikan-perbaikan terhadap dengan krisis moneter yang mengakibatkan
kekurangan-kekurangan kelompok maupun harga sapronak, terutama konsentrat se-
mereka. Perbaikan dan makin mahal sehingga keuntungan yang
koperasi
penyempurnaan yang mereka lakukan diperoleh semakin kecil, bahkan akan rugi
mampu menjadikan kelompok menjadi jika tetap mempertahankan usahanya. Oleh
lebih kuat dan kompak; ke tiga, koperasi karena itu, 13 orang anggota untuk se-
dan kelompok Sumber Makmur cukup kuat mentara menghentikan usahanya, dan 4
dan kompak; ke empat, disiplin anggota orang lainnya masih mencoba "bertahan"
dan pengurus untuk selalu mematuhi dengan tetap memelihara ternaknya di
aturan-aturan yang telah sama-sama mereka kawasan.
sepakati; ke lima, ada kepedulian dari Berdasarkan uraian di atas, dapat
salah satu anggota, yang akhirnya didukung ditarik beberapa makna: pertama, proses
oleh anggota, untuk selalu menjaga pelaksanaan kebijakan Ger-bang Anak Desa
kelangsungan dan keutuhan kelompok; ke di Desa Sumingkir melalui beberapa tahap;
enam, kelompok mempunyai tingkat ke dua, faktor keterbukaan dari para petani
"kemandirian" yang cukup tinggi. ternak untuk mau menerima ide-ide yang
berasal dari pihak lain (di luar mereka) telah
D. Proses Pengembangan Ter-nak
membantu proses awal pelaksanaan
Ayam
Buras Petelur,
Gerbang Anak Desa di Desa Sumingkir; ke
Pelaksanaan dan Per-
tiga, proses pelaksanaan "Gerbang Anak
kembangan Gerbang Anak Desa
Desa" menjadi lebih lancar karena per-
di Desa Limbangan
syaratan untuk dapat melaksanakan ke- bijakan tersebut cukup lengkap, yang
Berawal dari salah seorang warga meliputi : (1) desa bersedia meminjamkan
yang ingin menambah penghasilannya, tanah desa untuk lokasi kawasan dan
dengan belajar tehnik memelihara ayam kandang, (2) adanya kemauan, dukungan
buras petelur kepada masyarakat Desa dan pengorbanan dari anggota kelompok,
Sumingkir, kemudian mempraktekkannya, berakhir pula pelaksanaan Gerbang Anak dan diikuti oleh warga sekitarnya.
Desa di Desa Limbangan. Melihat hal tersebut, pemerintah desa
Beberapa petani mencoba tetap mengadakan kursus tehnik memelihara
menekuni usaha ternak ayam buras petelur, ayam buras petelur. Atas saran Disnak,
meski dilakukan secara perseorangan di kemudian dibentuk kelompok tani ternak
sekitar halaman rumah masing-masing. Usaha Bersama. Sejak saat itu, usaha ayam
Mereka mampu terus bertahan, namun buras petelur dikembangkan di Desa
karena musim kemarau pada tahun 1997 Limbangan.
lebih panjang dan dibarengi dengan krisis Gerbang Anak Desa mulai dilak-
moneter, mengakibatkan petani ternak sanakan ketika kelompok dan masyarakat
kesulitan memperoleh sarana produksi Desa Limbangan hendak mengikuti lomba
ternak. Oleh karena itu, untuk sementara intab tingkat propinsi. Setelah pemba-
waktu, mereka terpaksa menghentikan ngunan kawasan dan kandang selesai,
usahanya dan berniat akan mengem- karena tertarik dengan iming-iming hadiah
bangkan kembali usahanya manakala situasi dan janji-janji, serta "pemaksaan" oleh
dan kondisi telah memungkinkan. aparat kepada anggota, sebagian anggota
Berdasarkan uraian di atas, kiranya mulai memindahkan ternak mereka ke
dapat ditarik beberapa makna yang tersirat dalam kawasan. Akhirnya kelompok Usaha
sebagai berikut : pertama, masyarakat Bersama berhasil meraih juara I lomba
Desa Limbangan pada dasarnya hanya Intab tingkat propinsi. Untuk menghadapi
meniru apa yang tengah dikembangkan oleh lomba tingkat nasional, agar target pem-
masyarakat Desa Sumingkir, hal ini dapat bangunan kawasan dan kandang terpenuhi,
dilihat dari tidak adanya usaha-usaha diputuskan: setiap KK diminta menyum-
penyempurnaan terhadap cara memelihara bang 2 batang bambu dan 2 ekor ayam dan
ayam buras petelur yang dilakukan oleh melakukan rekayasa tertentu.
masyarakat desa tersebut; ke dua, masya- Setelah pembangunan kawasan II dan
rakat Desa Limbangan berusaha untuk terus
hingga kemudian dan "pemaksaan" oleh aparat, anggota
III, karena iming-iming hadiah, janji-janji
mengembangkan
mengikuti lomba yang juga berusaha kelompok me-mindahkan ternak mereka ke
mereka menangkan. Meskipun hal ini dalam kawasan.
"menampakkan" motivasi dan ketekunan Ketika menunggu hasil lomba, muncul
yang tinggi, namun motivasi dan ketekunan permasalahan yang me-nyangkut ketidak-
mereka yang sesungguhnya tidaklah puasan anggota, ketidakjujuran pengurus,
setinggi motivasi dan ketekunan masyarakat dan ayam milik anggota pokmas yang terus
Desa Sumingkir; ke tiga, persyaratan mengalami kerugian, yang mengakibatkan
penerapan dan pengembangan Gerbang sebagian anggota mulai menarik ternaknya
Anak Desa di Desa Limbangan kurang dari kawasan. Kelompok pun mulai pecah.
mendukung; ke empat, pelak-sanaan Akibat kecewa dengan hasil lomba,
Gerbang Anak Desa di Desa Limbangan jumlah anggota yang menarik ternaknya
juga diwarnai dengan pem-berian janji-janji, dari kawasan semakin banyak.
"pemaksaan" dan pemberian "tekanan- Kondisi kelompok dan koperasinya
tekanan" kepada ma-syarakat; ke lima, semakin parah akibat musim kemarau yang
anggota kelompok tidak didukung oleh panjang sehingga anggota semakin sulit
kelompok yang kuat; ke enam, Gerbang memperoleh sapronak. Anggota kelompok
Anak Desa dirasakan tidak memberi terus merasa rugi, sehingga sebagian
manfaat bagi masyarakat Desa Limbangan; anggota mulai menjual ternaknya. Akhir-
ke tujuh, kekecewaan anggota terhadap nya kelompok Usaha Bersama bubar dan
para pengurus yang tidak mau terbuka, tidak jujur serta tidak bertanggung jawab; para pengurus yang tidak mau terbuka, tidak jujur serta tidak bertanggung jawab;
model pengentasan kemiskinan. Adapun besarnya biaya yang harus dipikul oleh
hal-hal yang dimaksud adalah : dibutuhkan kelompok, telah menyebabkan mereka
dana yang besar; kesiapan dan kesungguh- "kehabisan energi" ketika selesai lomba; ke
an dari Pemda dan Disnak; kesiapan sembilan, pendekatan yang keliru dari
sumber-daya manusianya; kepastian lokasi aparat Disnak dan desa telah memberikan
untuk kawasan; faktor keamanan; jika akibat yang kurang baik bagi kelompok, ke
pelaksanaannya dipaksakan usaha tersebut sepuluh, tidak ada anggota maupun aparat
akan sia-sia belaka mengingat tidak semua desa yang senantiasa berusaha mem-
anggota masyarakat mempunyai keahlian bangkitkan dan memelihara kelangsungan
dan pengalaman dalam memelihara ayam kelompok.
buras; mekanisme hubungan kerjasama kelompok dengan instansi terkait justru
Prospek Keberhasilan
Imple-
membuat kelompok menjadi tidak mandiri;
mentasi Gerbang Anak Desa di
rencana pelaksanaan Gerbang Anak Desa
Desa-desa Lain Serta Sebagai
lebih bersifat top down ketimbang
Alternatif Pengentasan
Ma-
partisipatif.
syarakat Miskin Menurut Pan-
Pelaksanaan program pembangunan
dangan Petani Ternak
yang mengedepankan pendekatan ke- kuasaan tidak akan menjamin keberhasilan
Berdasarkan kajian di lapangan, telah dan kelangsungan pelaksanaan program terjadi kekeliruan persepsi dan pemahaman
tersebut. Aparat pemerintah hendaknya mengenai Gerbang Anak Desa oleh para
mulai menanggalkan anggapan bahwa petani ternak yang berdampak pada pelak-
mereka lebih mengetahui kebutuhan sanaan Ger-bang Anak Desa. Hal ini
masyarakat. Anggapan yang mengatakan menunjukkan
bahwa masyarakat desa bodoh dan komunikasi antara aparat pelaksana dengan
adanya
kesenjangan
tidak selamanya benar. kelompok sasaran. Kekeliruan ini bukan
terbelakang
Ternyata mereka mampu menciptakan kesalahan petani ternak, melainkan akibat
suatu mekanisme yang justru lebih realistis "diremehkannya"
dan mampu membuat mereka "mandiri". sosialisasi kebijakan tersebut.
ko-munikasi
dalam
Hal ini dapat dilihat pada bagaimana ma- Pemda dan jajarannya sebagai orga-
syarakat Desa Sumingkir memikirkan dan nisasi utama pelaksana kebijakan Gerbang
menemukan sendiri cara-cara yang dapat Anak Desa ternyata belum siap untuk
dilakukan agar usaha mereka tetap dapat melaksanakan kebijakan tersebut, terlihat :
berjalan.
(a) masih tingginya ketergantungan Pemda Berdasarkan uraian di atas, setidaknya dalam hal pendanaan program kepada
dapat ditarik beberapa makna sebagai peme-rintah pusat, sehingga Pemda lebih
berikut : pertama, telah terjadi kekeliruan terkesan menunggu dan nampak tidak siap
persepsi dan pemahaman mengenai apa dan dengan alternatif sumber dana yang lain,
bagaimana Gerbang Anak Desa oleh para (b) belum ada dan belum dipersiapkan
petani ternak yang merupakan kelompok koordinasi di antara lembaga yang terkait,
sasaran kebijakan Gerbang Anak Desa; ke sehingga ber-implikasi pada belum adanya
dua, Pemda dan jajarannya sebagai or- peraturan dan ketegasan mengenai ganjaran
ganisasi utama pelaksana kebijakan Ger- dan sanksi yang mengatur implementasi
bang Anak Desa ternyata belum siap untuk kebijakan tersebut.
kebijakan yang diru- Selain itu, terdapat hal-hal yang akan
melaksanakan
muskannya sendiri; ke tiga, di samping menghambat implementasi Gerbang Anak
permasalahan dana serta kesiapan Pemda Desa selanjutnya, baik sebagai gerakan
dan jajarannya, masih terdapat beberapa hal dan jajarannya, masih terdapat beberapa hal
selamanya benar; ke enam, melihat lokasi atau tempat untuk membangunan
bagaimana masyarakat Desa Sumingkir kawasan, karena tidak setiap desa yang
memikirkan dan menemukan sendiri cara- akan melaksanakan kebijakan tersebut
cara yang dapat dilakukan agar usaha mempunyai tanah desa yang dapat
mereka tetap dapat berjalan , menunjukkan digunakan sebagai lokasi kawasan, (b)
bahwa masyarakat mempunyai mekanisme sumberdaya manusianya, yang meliputi
tersendiri terhadap model yang disodorkan pengetahuan dan kemampuan memelihara
oleh pemerintah (Pemda dan Disnak), yang ayam buras petelur, mental usaha, dan
justru lebih realistis dan mampu membuat kemampuan
mereka "mandiri" bila dibandingkan dengan mendukung usaha ternak tersebut, (c)
model yang disodorkan kepada mereka. faktor keamanan bagi usaha ternak tersebut
Sekali lagi membuktikan, masyarakat desa apabila dilaksanakan di kawasan. Ke
tidak sebodoh dan terbelakang sebagaimana empat, tekad Pemda untuk menjadikan
anggapan beberapa pihak selama ini. Gerbang Anak Desa sebagai suatu gerakan masyarakat tetap akan akan sulit terwujud
Pembahasan Umum
karena : (a) dibutuhkan dana yang besar, (b) kesiapan dan kesungguhan dari Pemda
1. Gerbang Anak Desa Sebagai
dan Disnak, karena masih nampak kesan
Fenomena Kekuasaan
"mau menang sendiri" pada instansi Dilihat dari prosesnya, kebijakan tersebut, (c) sumberdaya manusianya, (d)
Gerbang Anak Desa merupakan prakarsa kepastian lokasi, (e) faktor keamanan.
Pemda yang perumusannya tanpa melalui Demikian pula sebagai model alteranatif
musyawarah dengan masyarakat/kelompok- pengentasan masyarakat miskin akan sulit
kelompok kepentingan. Proses ini mem- terwujud, karena di samping menghadapi
perkuat gambaran penyusunan agenda pe- permasalahan di atas, masih terdapat per-
merintah dan perumusan kebijakan publik masalahan lain, seperti : (a) jika pelak-
di negara-negara Dunia Ketiga (lihat Abdul sanaannya dipaksakan, usaha tersebut akan
Wahab, 1990).
sia-sia belaka, mengingat tidak semua Pelaksanaan beberapa hal yang meru- anggota masyarakat mempunyai keahlian
pakan inti dari kebijakan yang tengah dan pengalaman dalam memelihara ayam
dirumuskan, meski pelaksanaan kebijakan buras, (b) hubungan kerjasama kelompok
tersebut bukan karena petani ternak tengah dengan instansi terkait yang dimaksudkan
menghadapi masalah sehingga ter-hadapnya untuk membantu anggota kelompok justru
perlu dibangun suatu kawasan sebagai akan membuat kelompok tersebut menjadi
pemecahannya, juga meng-gambarkan tidak mandiri, (c) pelaksanaan Gerbang
perumusan kebijakan tidak Anak Desa, jika dilihat dari rencananya,
betapa
secara urut/sistematis, lebih bersifat top down ketimbang par-
berlangsung
melainkan antara tahap penerapan dan tisipatif; ke lima, pelaksanaan program
penyusunan agenda kebijakan saling pembangunan dengan mengedepankan
"melebur" jadi satu (Lindblom, 1986). pendekataan
Seiring dengan berjalannya waktu, menjamin keberhasilan dan kelangsungan
"Gerbang Anak Desa" di Desa Sumingkir pelaksanaan program tersebut. Aparat
masih "berjalan", sedangkan di Desa pemerintah hendaknya mulai menang-
Limbangan gagal. Untuk melihat kegagalan galkan anggapan bahwa mereka lebih
dan "keberhasilan" tersebut, harus dilihat mengetahui kebutuhan masyarakat dari-
bagaimana implementasinya. pada anggota masyarakat itu sendiri.
Pelaksanaan Gerbang Anak Desa di Anggapan yang mengatakan bahwa masya-
kedua desa tersebut, ternyata lebih di- kedua desa tersebut, ternyata lebih di-
2. Gerbang Anak Desa Sebagai
lomba. Padahal kebijakan tersebut, ber-
Fenomena Pemberdayaan Ma-
maksud untuk merubah perilaku petani
syarakat
ternak dalam memandang dan mengelola Strategi pemberdayaan masya-rakat ternaknya. Karena perbedaan karakteristik
kini sangat dipercaya sebagai strategi dari kedua kelompok, mengakibatkan
pembangunan yang paling tepat untuk pelaksanaan Gerbang Anak Desa di Desa
membangun masyarakat dan mengentaskan Limbangan bukanlah karena masyarakat
masyarakat miskin. Mengingat Gerbang sadar akan pentingnya kebijakan tersebut,
Anak Desa juga diharapkan dapat ikut melainkan karena menginginkan dapat
mengentaskan kemiskinan, perlu didisku- menang dalam lomba agar fasilitas yang
sikan apakah Gerbang Anak Desa telah dijanjikan dapat segera maasuk ke desa
meng-implementasikan aspek teoritis dari mereka.
strategi pemberdayaan masyarakat. Selain itu, setelah "Gerbang Anak
Berdasarkan pendapat Kar-tasasmita Desa" berjalan selama satu tahun di kedua
(1995), Moeljarto (1996), Pearse & Stiefel desa tersebut, belum juga nampak usaha
serta Paul (dalam Pranarka dan Moeljarto, Pemda untuk melak-sanakan Gerbang Anak
1996), dapat disimpulkan suatu kebijakan/ Desa sesuai dengan konsepnya. Ternyata
program pembangunan berpotensi untuk hal ini berkaitan dengan dana yang belum
turut melaksanakan pemberdayaan masya- juga diperoleh, sehingga rencana seperti
rakat jika telah mengimplementasikan aspek dalam konsep Gerbang Anak Desa tidak
teoritis dari aspek partisipatif dan aspek dapat dilaksanakan.
wewenang yang terdesentralisasi. Uraian tersebut di atas, sebenar-nya
Jika dilihat dari aspek partisipatif, menggambarkan Pemda maupun Disnak
Gerbang Anak Desa ternyata tidak me- belum mempunyai the power capabilities
menuhi aspek tersebut. Dalam prakteknya (Abdul Wahab, 1990) untuk melaksanakan
di Desa Sumingkir dan Limbangan, kebijakan yang telah mereka rumuskan
keputusan mulai dari sendiri. Ada-pun faktor kemampuan-ke-
pengambilan
perencanaan hingga pelaksanaannya tidak mampuan kekuasaan yang belum men-
diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat dukung tersebut, adalah : (a) dana, dimana
untuk memutuskan apakah mereka akan ternyata Pemda
dan Disnak tidak menerapkan model yang ditawarkan Pemda mempunyai dana yang akan digu-nakan
dan Disnak atau tidak. Bahkan masyarakat untuk melaksanakan Gerbang Anak Desa
"dipaksa" untuk mene-rapkan Gerbang sehingga hanya meng-andalkan dukungan
Anak Desa.
dana dari pemerintah pusat. (b) belum ada Sedangkan dari aspek pem-bentukan ko-ordinasi dan kesiapan instansi pen-
kelompok, dalam prakteknya implementasi dukung.
Gerbang Anak Desa di Desa Sumingkir dan Dengan demikian, Gerbang Anak Desa
Limbangan, terutama di Desa Limbangan seperti yang dirumuskan Pemda dapat
tidak seperti yang diharapkan. Pada saat dikatakan terlalu muluk. Apabila Pemda
itu, kelompok dibentuk atas inisiatif dan merencanakan akan me-lanjutkan program
permintaan dari Disnak yang didukung oleh tersebut, lebih memungkinkan dapat
desa. Demikian pula dengan pembentukan terealisir jika menerapkan "Gerbang Anak
embrio-embrio kelompok yang akan Desa" seperti yang dilaksanakan di Desa
Gerbang Anak Desa. Sumingkir, yang pelaksanaannya dapat
menerapkan
Pembentukan embrio kelompok tersebut dilakukan secara bertahap sesuai dengan
dilakukan oleh Disnak dan para perangkat kemampuan masyarakatnya.
desa masing-masing, tanpa melibatkan anggota.
Sementara dari aspek terdesen-tralisasi selain membina dan membantu kelompok / wewenang perencanaan kegiatan, konsep
masyarakat mengem-bangkan usahanya Gerbang Anak Desa secara teoritis malah
serta meng-hubungkan mereka dengan jauh dari aspek partisipatif dan terdistribusi,
pihak luar (untuk pemasaran atau mencari karena konsep Gerbang Anak Desa lebih
kebutuhan sapronak), (b) tidak perlu bersifat top down atau penyeragaman
langsung dipaksakan membangun kawasan kegiatan masyarakat. Hanya
dan memelihara ternak dalam jumlah besar, "keberhasilan" pengembangan ayam buras
karena
karena membutuhkan modal yang cukup petelur di Desa Sumingkir, lantas hendak
besar. Untuk memulai usaha tersebut, bisa dilaksanakan
dilakukan secara bertahap. Purbalingga. Padahal be-lum tentu faktor- faktor yang mendukung "keberhasilan" tersebut ada di desa-desa lain.
di seluruh
Kabupaten
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian di atas, kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa Gerbang
Kesimpulan
Anak Desa seperti yang dirumuskan oleh Pola pengembangan usaha ternak yang Pemda
dirintis oleh masyarakat dapat berkembang mencerminkan aspek teoritis pember-
dan Disnak
justru
tidak