BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Bank - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pada Bank BUMN yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

  2.1.1. Pengertian Bank

  Menurut Undang - Undang No. 10 tahun 1998 bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk - bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut G.M bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral. Dengan demikian kegiatan bank yaitu mengumpulkan uang dari masyarakat yang mempunyai kelebihan uang dan menyalurkan kembali kepada masyarakat yang kekurangan uang dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

  2.1.2. Tugas dan Fungsi Bank

  Pada dasarnya tugas pokok bank menurut Undang - Undang RI No.19 tahun 1998 adalah membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup orang banyak. Sedangkan fungsi bank pada umumnya adalah (Siamat, 2005:276):

  1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi

2. Menciptakan uang 3.

  Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat 4. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.

2.1.3. Jenis- jenis Bank di Indonesia

  Berdasarkan Undang-undang RI No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang RI No.10 Tahun 1998 tentang perbankan. Jenis-jenis bank di Indonesia ditinjau dari berbagai segi antara lain: 1.

  Berdasarkan jenisnya: 1.

  Bank Umum Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat

  Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Berdasarkan kepemilikannya:

  Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya tersebut adalah: 1.

  Bank milik Pemerintah Dimana akte pendiriannya maupun modalnya dimiiki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. Namun Bank Indonesia selaku Bank Sentral menyebut bank tersebut sebagai Bank Persero, karena bank tersebut telah go public dan sahamnya tidak masyarakat.

  2. Bank milik Pemerintah Daerah Bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Provinsi.

  3. Bank milik Swasta Nasional Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.

  4. Bank milik koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

  5. Bank milik asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri.

  6. Bank milik campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia.

  3. Berdasarkan status: Bank devisa

  Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang behubungan denga mata uang asing secara keseluruhan.

  b.

  Bank non devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas Negara.

  4. Berdasarkan penentuan harga: a.

  Bank yang berdasarkan prinsip konvensional Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. b.

  Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

2.2. Penyaluran Kredit

  Kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor/pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (penerima kredit/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak (Rivai, 2006:4).

  “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga

  ”. Proses perkreditan dilakukan secara hati - hati oleh bank dengan maksud untuk mencapai sasaran dan tujuan pemberian kredit. Ketika bank menetapkan keputusan pemberian kredit maka sasaran yang hendak dicapai adalah aman, terarah, dan menghasilkan pendapatan. Aman dalam arti bahwa bank akan dapat menerima kembali nilai ekonomi yang telah diserahkan, terarah maksudnya adalah bahwa penggunaan kredit harus sesuai dengan perencanaan kredit yang telah ditetapkan, dan menghasilkan berarti pemberian kredit tersebut harus memberikan kontribusi pendapatan bagi bank, perusahaan debitur, dan masyarakat umumnya (Taswan, 2006).

2.2.1. Unsur-unsur Kredit

  Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Rivai, 2006:6):

  1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (nasabah/debitur). Hubungan pemberi dan penerima kredit merupakan hubungan kerja sama yang menguntungkan.

  2. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima kredit.

  3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis atau berupa instrumen.

  4. Adanya unsur waktu. Unsur waktu merupakan unsur esensial dalam kredit.

  5. Adanya unsur resiko baik di pihak pemberi kredit maupun di pihak penerima kredit. Resiko di pihak pemberi kredit adalah resiko gagal bayar baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Resiko di pihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditor, antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan.

  6. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit.

2.2.2. Analisis Kredit

  Analisis kredit adalah kajian yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari suatu permasalahan kredit. Melalui hasil analisis kreditnya, dapat diketahui apakah usaha nasabah layak (feasible) dan marketable (hasil usaha dapat dipasarkan), dan profitable (menguntungkan) serta dapat dilunasi tepat waktu (Rivai, 2006:287). Secara umum, analisis kredit dilakukan berdasarkan dua metode, yaitu (Dendawijaya, 2009:75):

1. Metode penilaian 6C, yang terdiri dari: a.

  Character integritas dari calon debitur. Integritas ini sangat menentukan willingness

  to pay atau kemauan membayar kembali nasabah atau kredit yang telah

  dinikmatinya. Penilaian terhadap itikad atau kemauan baik nasabah untuk memenuhi kewajibannya memang sangat sukar untuk dilaksanakan, khususnya terhadap calon nasabah yang baru dikenal oleh bank.

  b.

  Capital Pembiayaan suatu proyek yang akan dijalankan oleh debitur tidak seluruhnya berasal dari bank, tetapi dibiayai bersama antara bank dan debitur. Oleh karena itu, pihak calon debitur wajib memiliki sejumlah dana guna dapat berpartisipasi dalam pembiayaan proyeknya. Pembiayaan terhadap modal sangat erat hubungannya dengan nilai modal yang dimiliki calon nasabah guna membiayai proyek yang akan dijalankannya.

  Besarnya kemampuan modal calon nasabah dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang dimilikinya.

  c.

  Capacity

  

Capacity adalah penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal

  kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian pinjaman atau akad kredit, yakni melunasi pokok pinjaman disertai bunga sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diperjanjikan.

  d.

  Conditiion of Economy Dalam rangka proyeksi pemberian kredit, kondisi perekonomian harus sector industry dimana proyek akan dibangun, ketergantungan terhadap bahan baku yang akan diimpor, nilai kurs valuta terhadap nilai uang domestik (rupiah), kondisi perekonomian secara nasional, regional, dan global.

  e.

  Collateral

  

Collateral atau agunan kredit merupakan salah satu syarat yang harus

  terpenuhi terlebih dahulu sebelum permohonan kredit disetujui atau dicairkan. Collateral atau agunan pada umumnya adalah barang-barang yang diserahkan peminjam kepada bank sebagai jaminan atas kredit atau pinjaman yang diterimanya. f.

  Constraints

  Constraints merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-

  faktor social psikologis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan.

2. Metode Penilaian 6A, yang terdiri dari: a.

  Analisis Aspek Yuridis (Hukum) Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti ketentuan- ketentuan legalitas dari perusahaan atau badan hukum yang akan memperoleh bantuan kredit atau pembiayaan dari bank. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran

  Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk atau jasa yang diproduksi dari proyek yang dibiayai dengan kredit bank serta meneliti strategi pemasarn apa yang akan digunakan oleh investor agar perusahaan/proyek dapat memenangkan persaingan yang cukup kompetitif.

  c.

  Analisis Aspek Teknis Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengelola proyek dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek serta kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan operasinya kelak sebagai suatu business entity. d.

  Analisis Aspek Keuangan Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek atau manajemen perusahaan dalam bidang keuangan.

  e.

  Analisis Aspek Manajemen Analisis pada aspek ini bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek atau manajemen perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

  f.

  Analisis Aspek Sosial-Ekonomis mana proyek yang akan dibangun dan dibiayai dengan kredit bank memiliki value added yang tinggi dilihat dari sudut pandang social maupun makro ekonomis, terutama dilihat dari pandangan pihak pemerintah dan masyarakat seperti kesempatan kerja, penerimaan devisa, penghematan devisa, dan lain-lain.

2.2.3. Jenis-jenis Kredit

  Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain (Rivai, 2006:11): 1.

  Jenis kredit dilihat dari jangka waktu, meliputi: a.

  Short term credit, ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun. b.

  Intermediate term credit, ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu dari satu sampai tiga tahun.

  c.

  Long term credit, ialah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.

  d.

  Demand loan atau call loan, ialah suatu bentuk kredit yang setiap waktu dapat diminta kembali.

2. Sedangkan jenis kredit dilihat dari tujuan penggunaannya, meliputi: a.

  Kredit modal kerja / kredit eksploitasi Kredit modal kerja (KMK) adalah kredit untuk modal kerja perusahaan bahan baku, barang dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang, dan lain - lain.

  b.

  Kredit investasi Kredit investasi adalah kredit berjangka menengah atau panjang yang diberikan kepada usaha

  • – usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin
  • – mesin, bangunan, tanah untuk pabrik, pembelian alat – alat produksi baru, perbaikan alat – alat produksi secara besar – besaran.

  c.

  Kredit konsumsi Kredit konsumsi adalah kredit yang diberikan kepada perorangan untuk keperluan konsumsi berupa barang dan jasa dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain. Contohnya adalah kredit untuk pembelian kendaraan pribadi serta kredit untuk pembelian alat

  • – alat rumah tangga.

2.3. Dana Pihak Ketiga

  Dana pihak ketiga adalah dana-dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank) (Dendawijaya, 2009:49). Dana dari masyarakat terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut: 1.

  Giro Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Deposito

  Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian.

3. Tabungan

  Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.

2.4. Non Performing Loan

  Pengertian NPL menurut Siamat (2005:174) menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab runtuhnya kondisi suatu bank yaitu adanya NPL yang melebihi batas kewajaran yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. NPL timbul karena tidak kembalinya dana yang diberikan dalam bentuk kredit tepat pada waktunya.

  NPL biasa disebut dengan kredit bermasalah. Berdasarkan ketentuan Bank

  Indonesia, tingkat NPL maksium suatu bank adalah sebesar 5%. Apabila bank melebihi batas yang telah ditetapkan oleh BI, maka bank tersebut dikatakan tidak sehat. Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 14 menyatakan bahwa rasio NPL dapat diukur melalui perbandingan antara kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan akan buruknya kualitas kredit akan bank tersebut. Rumus perhitungan NPL adalah sebagai berikut (Surat Edaran BI No.6/23/DPNP tanggal

  31 Mei 2004) : Jumlah Kredit Bermasalah

  NPL = x 100% Total Kredit

2.5. Capital Adequacy Ratio

  Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh

  seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiaya dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain CAR merupakan rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, dalam hal ini berupa pemberian kredit. CAR dapat digunakan sebagai indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko (Dendawijaya, 2009:118).

  Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/ 23./DPNP tanggal 31 Mei 2004 Lampiran 1a, rasio CAR dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara modal bank terhadap aktiva tertimbang menurut risiko modal bank adalah total modal yang berasal dari bank yang terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.

  Modal inti yaitu modal milik sendiri yang diperoleh dari modal disetor oleh pemegang saham. Modal inti terdiri dari modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun lalu, laba tahun berjalan, dan bagian kekayaan anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan.

  Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasa, dan pinjaman subordinasi. Sedangkan ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca Bank Indonesia, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8%.

  Angka tersebut merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional berdasarkan Standar Bank for International Settlement (BIS).

  Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:

  Modal Bank CAR = x 100%

  Asset tertimbang menurut Risiko

2.6. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

  Menurut PBI No. 4/10/PBI/2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia, SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI diterbitkan oleh BI sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. SBI merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal bayar.

2.7. Penelitian Terdahulu

  Penelitian-penelitian yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini antara lain :

1. Hasanudin dan Prihatiningsih (2010)

  Penelitian yang dilakukan oleh Hasanudin dan Prihatiningsih berjudul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Suku Bunga Kredit, Non Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Jawa Tengah”. Variabel dependen yang digunakan adalah Penyaluran Kredit, sedangkan variabel independen yaitu Dana Pihak Ketiga, Tingkat Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan (NPL), tingkat resiko kredit, dan Tingkat Inflasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil uji parsial (uji statistik t) variabel Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran kredit. Tingkat resiko kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Non Performing Loan (NPL) dan tingkat inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Sedangkan tingkat suku bunga kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit.

  2. Pratama (2010) Penelitian yang dilakukan oleh Pratama berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Pada Bank Umum Di Indonesia Periode Tahun 2005-

  2009)”. Variabel dependen yang digunakan adalah Penyaluran Kredit, sedangkan Variabel independen yang digunakan adalah Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Suku Bunga Serfitikat Bank Indonesia (SBI).

  Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil uji parsial (uji statistik t) variabel Dana Pihak Ketiga perbankan, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Sedangkan suku bunga SBI berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan.

  3. Satria dan Subegti (2010) Penelitian yang dilakukan oleh Satria dan Subegti berjudul “Determinasi Penyaluran Kredit Bank Umum Di Indonesia Periode 2006-

  2009”. Variabel dependen yang digunakan adalah Penyaluran Kredit, sedangkan variabel independen yaitu Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on Asset (ROA), penempatan dana pada SBI, dan Market Share. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi panel.

  Berdasarkan hasil penelitian Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return on

  Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

  penempatan dana pada SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit. Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Market Share berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit.

  4. Sari (2013) Penelitian yang dilakukan oleh Sari berjudul “Faktor-faktor yang Mempenngaruhi Penyaluran Kredit Bank Umum Di Indonesia (Periode 2008- 2012)”. Variabel dependen yang digunakan adalah Penyaluran Kredit, sedangkan Variabel independen yang digunakan adalah Dana Pihak Ketiga,

  Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan BI rate.

  Teknik analisis data yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil penelitian Dana Pihak Ketiga (DPK) dan BI rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit, sedangkan

  Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit.

  5. Yoga dan Yuliarmi (2013) Penelitian yang dilakukan oleh Yoga dan Yuliarmi berjudul “Faktor-faktor yang Memp engaruhi Penyaluran Kredit BPR di Provinsi Bali”. Variabel dependen yang digunakan adalah Penyaluran Kredit, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Suku Bunga Kredit (SBK), dan Non

  Performing Loan (NPL). Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi

  linear berganda. Berdasarkan hasil uji parsial (uji statistik t) variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Suku Bunga Kredit (SBK) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit.

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

  No. Peneliti/ Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil penelitian

  1. Hasanudin dan Prihatiningsih (2010)

  Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan (NPL), dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Jawa Tengah

  Dependen : Penyaluran Kredit Independen :

Dana Pihak Ketiga,

Tingkat Suku Bunga

Kredit, Non

Performing Loan

(NPL), Tingkat

Inflasi

  Regresi Linear Berganda 1.

  Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran kredit 2. Tingkat resiko kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit 3. Non Performing Loan (NPL) dan tingkat inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit 4. suku bunga kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit

  2. Pratama (2010) Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Pada Bank Umum Di Indonesia Periode Tahun 2005-2009) Dependen:

  Penyaluran Kredit Independen:

Dana Pihak Ketiga

(DPK), Capital

Adequacy Ratio

(CAR),

  Non

Performing Loan

(NPL), Suku Bunga

SBI

  Regresi Linear Berganda 1.

  DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

  2. CAR dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

  3. Suku bunga SBI berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit.

  

Lanjutan Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti / Tahun Judul Penelitian Variabel

  1. Dana Pihak Ketiga (DPK) dan BI rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit.

  2. Suku Bunga Kredit (SBK) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit.

  1. Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit.

  Linear Berganda

  Dependen :

Penyaluran Kredit

Independen :

Dana Pihak

Ketiga (DPK),

Produk Domesto

ik Regional Bruto

(PDRB), Suku

Bunga Kredit

(SBK), Non

Performing Loan

(NPL) Regresi

  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit BPR di Provinsi Bali

  5. Yoga dan Yuliarmi (2013)

  (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit.

  2. Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan

  Ordinary Least Square

  

Penelitian

Metode Analisis Hasil penelitian

  Dependen :

Penyaluran Kredit

Independen :

Dana Pihak

Ketiga (DPK),

Capital Adequacy

Ratio (CAR), Non

Performing Loan

(NPL), BI rate

  4. Sari (2013) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Bank Umum Di Indonesia (Periode 2008-2012)

  4. Dana Pihak Ketiga (DPK) tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit.

  3. Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Market Share berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit

  1. Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return on Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit 2. Penempatan dana pada SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

  Regresi Panel

  Dependen :

Penyaluran Kredit

Independen :

Non Performing

Loan (NPL),

Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO), Capital

Adequacy Ratio

(CAR), Dana

Pihak Ketiga

(DPK), Return on

Asset (ROA),

penempatan dana

pada SBI, dan

Market Share .

  Penyaluran Kredit Bank Umum Di Indonesia Periode 2006-2009

  3. Satria dan Subegti (2010) Determinasi

  3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit.

2.8. Kerangka Konseptual

  2.8.1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Penyaluran Kredit

  Menurut Siamat (2005) salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit dan sumber utama dana bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80-90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank) (Dendawijaya, menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008). Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Hasanudin dan Prihatiningsih (2010) DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

  2.8.2. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) Terhadap Penyaluran Kredit Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk

  mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Ali, 2004). Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit (Sentausa, 2009). Menurut Sari (2013) NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

  2.8.3. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) Terhadap Penyaluran Kredit Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang

  menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Ali, 2004). Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan kredit. Secara singkat bisa dikatakan besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit. Menurut Satria dan Subegti (2010) CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

  2.8.4. Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap Penyaluran Kredit

  Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI diterbitkan oleh BI sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter. Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang (PBI No. 4/10/PBI/2002). SBI merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta bebas risiko (risk free) gagal bayar (Ferdian, 2008). Suku bunga SBI yang terlalu tinggi membuat perbankan betah menempatkan dananya di SBI ketimbang menyalurkan kredit (Sugema, 2010). Menurut Pratama (2010) suku bunga SBI berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit.

  Dana Pihak Ketiga Capital Adequacy Ratio

  Penyaluran Kredit Non Performing Loan

  Suku Bunga SBI

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.9. Hipotesis

  Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit Pada Bank BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Reproduksi 2.1.1 Kesehatan Reproduksi Remaja - Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Bara

2 49 29

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

0 0 10

1. Umur 2. Pendidikan 3. Sumber informasi IMS: a. Tenaga Kesehatan b. Media cetak (poster, buku, majalah) c. Media Elektronik (Tv, Radio, Internet) d. Kelurga teman - Faktor-faktor yang Memengaruhi Penggunaan Komdom dalam Pencegahan Penyakit Menular Seksu

0 0 34

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku - Faktor-faktor yang Memengaruhi Penggunaan Komdom dalam Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) di Lokalisasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun Tahun 2013

0 0 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-faktor yang Memengaruhi Penggunaan Komdom dalam Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) di Lokalisasi Bukit Maraja Kabupaten Simalungun Tahun 2013

0 0 8

Musik Di Kapal Penumpang Ajibata Tomok: Analisis Repertoar, Konteks dan Fungsi Sosial

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perencanaan Pelaksanaan Pemekaran Desa di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 0 36

Analisis Statistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Prestasi Mahasiswa

0 0 31

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Indeks Prestasi - Analisis Statistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Prestasi Mahasiswa

0 0 18

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Statistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Prestasi Mahasiswa

0 0 7