BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 18680aff28 BAB III07. BAB III (fix)
BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan
Ruang3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015–2019,
merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil
penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian
disandingkan dengan Visi, Misi dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa
Cita).
Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka
panjang, periode 2015-2019 menjadi sangat penting karena
merupakantitik kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh guna
mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan
bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan
menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang
cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja
perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan
kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan
berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar
kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan
pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas,
berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK
dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan
antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia
dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional
untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-
2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung
peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur
permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan
nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia
dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan
daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum
RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk
pertumbuhan dan pemerataan.
Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas
nasional agar mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat
penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik),
menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung
ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal
perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan
meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran
pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan
dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang
didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi
akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan
diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40
persen terbawah.
Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam
RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut :
1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0
persen;
2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk
Indonesia;3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;
4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan
prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;
5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang
mendukung;
6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah
domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;
7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung
termasuk keserasiannya terhadap lingkungan.
Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal
Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan
tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan
utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas),
dan kegiatan pembangunan (Bang).Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta
Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan
bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum,
pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan
serta persampahan.
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan
fungsi :
a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan
permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan sertapersampahan;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan
kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistempengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan
kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistempengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;
f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Adapun dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur keciptakaryaan,
Ditjen Cipta Karya menggunakan tiga strategi pendekatan yaitu
membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan
Kabupaten, serta memberdayakan masyarakat melalui program-program
pemberdayaan masyarakat. Dalam membangun sistem, Ditjen Cipta
Karya memberikan dukungan pembangunan infrastruktur dengan
memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam hal
fasilitasi Pemerintah Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah
fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan,
keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan
pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang
diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui
program-program pemberdayaan masyarakat.Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas
pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah
Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah
pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas
pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan
dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma,
Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yangbersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan
dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan
administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan,
peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi
kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini
didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai
dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga
melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan
Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan
melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta
infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya
juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM
sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan
komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya.
Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan
infrastruktur yang terbangun.
Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan
pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong
peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas
pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk
memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan
oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat
pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang
mendesak.
Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu
diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan
(Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden), baik
spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan
infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu
strategis, serta potensi daerah.3.1.2. Arahan Penataan Ruang
3.1.2.1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional
atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan
PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal
14 ayat (1), yaitu sebagai berikut :a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi;
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan
metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang,
atau kawasan perkotaan kecil. Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) sebagai berikut :Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWNNo PROVINSI PKN (1) (2) (3)
1. Nanggroe Aceh Darussalam Lhokseumawe
2. Sumatera Utara Kawasan Perkotaan Medan - Binjai - Deli
Serdang - Karo (Mebidangro)3. Sumatera Barat Padang
4. Riau Pekanbaru, Dumai
5. Kepulauan Riau Batam
No PROVINSI PKN (1) (2) (3)
6. Jambi Jambi
7. Sumatera Selatan Palembang
8. Bengkulu
9. Bangka Belitung
10. Lampung Bandar Lampung
11. DKI Jakarta–Jawa Barat–Banten Kawasan Perkotaan Jabodetabek
12. Banten Serang, Cilegon
13. Jawa Barat Kawasan Perkotaan Bandung Raya, Cirebon
14. Jawa Tengah Surakarta,Kawasan Perkotaan Semarang-
Kendal Demak- Ungaran Purwodadi (Kedungsepur), Cilacap15 Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta
17. Bali Kawasan Perkotaan Denpasar-Bangli
Gianyar - Tabanan (Sarbagita)27. Sulawesi Selatan Kawasan Perkotaan Makassar Sungguminasa Takalar-Maros (Maminasata)
33. Papua Jayapura, Timika
32. Papua Barat Sorong
31. Maluku Utara Ternate
30. Maluku Ambon
29. Sulawesi Tenggara Kendari
28. Sulawesi Barat
26. Sulawesi Tengah Palu
18. Nusa Tenggara Barat Mataram
25. Sulawesi Utara Kawasan Perkotaan Manado – Bitung
24. Gorontalo Gorontalo
23. Kalimantan Timur Kawasan Perkotaan Balikpapan Tenggarong
Samarinda-Bontang, Tarakan22. Kalimantan Selatan Banjarmasin
21. Kalimantan Tengah Palangkaraya
16. Jawa Timur Kawasan Perkotaan (Gerbangkertosusila), Malang
19. Nusa Tenggara Timur Kupang
20. Kalimantan Barat Pontianak
3.1.2.2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota. Penetapan PKW dilakukan berdasarkan beberapa
kriteria yang terdapat pada pasal 14 ayat (2), yaitu sebagai berikut :
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau
c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) merupakan wilayah yang biasanya merupakan
ibukota kabupaten atau menjadi pusat aktivitas dari suatu kota/kabupaten,
Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) sebagai berikut :Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWNNo PROVINSI PKW (1) (2) (3)
1. Nanggroe Aceh Darussalam Sabang, Banda Aceh, Takengon, Meulaboh
2. Sumatera Utara Tebingtinggi, Sidikalang, Pematang Siantar,
Balige, Rantau Prapat, Kisaran, Gunung Balige, Padang Sidempuan, Sibolga.
3. Sumatera Barat Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut,
Bukittinggi, Solok
4. Riau Bangkinang, Teluk Kuantan, Bengkalis, Bagan
Siapiapi, Tembilahan, Rengat, Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak Sri Indrapura
5. Kepulauan Riau Tanjung Pinang, Terempa, Daik Lingga, Dabo –
Pulau Singkep, Tanjung Balai Karimun
6. Jambi Kuala Tungkal, Sarolangun, Muarabungo,
Muara Bulian
7. Sumatera Selatan Muara Enim, Kayuagung, Baturaja,
Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, LahatNo PROVINSI PKW (1) (2) (3)
8. Bengkulu Bengkulu, Manna, Muko-Muko, Curup
9. Bangka Belitung Pangkal Pinang, Muntok, Tanjung Pandan,
Manggar
10. Lampung Metro, Kalianda, Liwa, Menggala, Kotabumi,
Kota Agung11. DKI Jakarta-Jawa Barat-Banten
12. Banten Pandeglang, Rangkas Bitung
13. Jawa Barat Sukabumi, Cikampek–Cikopo, Pelabuhan
Ratu, Indramayu, Kadipaten, Tasikmalaya, Pangandaran
14. Jawa Tengah Boyolali, Klaten, Salatiga, Tegal, Pekalongan,
Kudus, Cepu, Magelang, Wonosobo, Kebumen, Purwokerto15 Daerah Istimewa Yogyakarta Bantul, Sleman
18. Nusa Tenggara Barat Praya, Raya, Sumbawa Besar
19. Nusa Tenggara Timur Soe, Kefamenanu, Ende,
Maumere,Waingapu,Ruteng, Labuan Bajo17. Bali Singaraja, Semarapura, Negara
21. Kalimantan Tengah Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Buntok,
Muarateweh,Sampit
22. Kalimantan Selatan Amuntai, Martapura, Marabahan, Kotabaru
23. Kalimantan Timur Tanjung Redeb, Sangata, Nunukan, Tanjung
Selor, Malinau, Tanlumbis, Tanah Grogot, Sendawar24. Gorontalo Isimu, Kuandang, Tilamuta
25. Sulawesi Utara Tomohon, Tondano, Kotamobagu
26. Sulawesi Tengah Poso, Luwuk, Buol, Kolonedale, Tolitoli,
Donggala
27. Sulawesi Selatan Pangkajene, Jeneponto, Palopo,
Watampone, Bulukumba, Barru, Parepare28. Sulawesi Barat Mamuju, Majene, Pasangkayu
29. Sulawesi Tenggara Unaaha, Lasolo, Bau-Bau, Raha, kolaka
16. Jawa Timur Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun,
Banyuwangi, Jember, Blitar,Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan
20. Kalimantan Barat Mempawah, Singkawang, Sambas, Ketapang,
Putussibau, Entikong, Sanggau, SintangNo PROVINSI PKW (1) (2) (3)
30. Maluku Masohi, Werinama, Kairatu, Tual, Namlea,
Wahai, Bula31. Maluku Utara Tidore, Tobelo, Labuha, Sanana
32. Papua Barat Fak-Fak, Manokwari, Ayamaru
33. Papua Biak, Nabire, Muting, Bade, Merauke, Sarmi,
Arso, Wamena3.1.2.3. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan yang
ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan
negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang
terdapat pada pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yaitu sebagai berikut :
a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga;b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional
yang menghubungkan dengan negara tetangga;c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya;d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang
dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
Adapun penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional adalah sebagai berikut :Tabel 3.3 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)NO PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL STATUS PROVINSI
1 Kota Sabang I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Nanggroe Aceh Darussalam
Nunukan) I / A/ 1 : Pengembangan /
Peningkatan Fungsi
Kalimantan TimurII / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II) Maluku
21 Ilwaki (Kab. Maluku Barat Daya)
Maluku
20 Saumlaki (Kab. Maluku Tenggara Barat) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Sangihe) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Sulawesi Utara
19 Tahuna (ibukota Kab. Kep.
Talaud) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Sulawesi Utara
II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II) Kalimantan Timur 18 Melonguane (ibukota Kab.
17 Long Nawan (Kab. Malinau)
II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II) Kalimantan Timur
16 Long Pahangai (kab. Kutai Barat)
15 Long Midang (Kab. Nunukan) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Timur
14 Simanggaris (Kab. Nunukan) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Timur
II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II) Kalimantan Barat 13 Nunukan (Ibukota Kab.
2 Kota Dumai I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I) Riau
(1) (2) (3) (4)
11 Entikong ( Kab. Sanggau) I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I) Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
10 Nangabadau (Kab. Kapuas Hulu) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)
Bengkayang) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Barat
8 Paloh - Aruk (Kab. Sambas) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Barat 9 Jagoi Babang (Kab.
Timur
Timor Tengah Utara) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Nusa Tenggara
7 Kefamenanu (Ibukota Kab.
II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II) Nusa Tenggara Timur
6 Kalabahi (Ibukota Kab. Alor)
5 Atambua (Ibukota Kab. Belu) I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I) Nusa Tenggara Timur
4 Ranai (Ibukota Kab. Natuna) I/ A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kep. Riau
3 Kota Batam I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I) Kep. Riau
12 Jasa (Kab. Sintang)
PUSAT KEGIATAN STRATEGIS NO
(1) (2) (3) (4)
22 Dobo (Kab. Kep. Aru)
II / A/ 2 : Pengembangan Baru Maluku (Tahap II)
23 Daruba (Kab. Pulau Morotai) I / A / 2 : Pengembangan Baru Maluku Utara (Tahap I)
25 Kota Tanah Merah (Ibukota I / A/ 1 : Pengembangan / Papua Kab. Tanah Merah) Peningkatan Fungsi (Tahap I)
26 Kota Merauke (Ibukota Kab. I / A/ 1 : Pengembangan / Papua Merauke) Peningkatan Fungsi (Tahap I)
3.1.2.4. Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis
Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan
sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan
berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu : a. pertahanan dan keamanan;b. pertumbuhan ekonomi;
c. sosial dan budaya;
d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Adapun penetapan Kawasan Strategis Nasional daftar (KSN) sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional adalah sebagai berikut :Tabel 3.4 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT KEPENTINGAN KOTA/ KABUPATEN *) PROVINSI STATUS HUKUM
1 Kawasan Industri Lhokseumawe
6 Kawasan Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro)
Kab. Agam Sumatera Barat
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
8 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Kototabang
Pakpak Barat Sumatera Utara
Karo, Kab. Simalungun, Kab. Toba, Kab.
Humbang Hasundutan, Kab. Dairi, Kab.
Kab. Samosir, Kab. Tapanuli Utara, Kab.
7 Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya Lingkungan Hidup
Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo
Sumatera Utara
Ekonomi Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo
Kota Sabang Nanggroe Aceh Darussalam
Ekonomi Kota Lhokseumawe
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
5 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo dan Berhala) dengan negara India / Thailand / Malaysia
Nanggroe Aceh Darussalam
13 Kabupaten (Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang)
4 Kawasan Ekosistem Leuse Lingkungan Hidup
Nanggroe Aceh Darussalam
Ekonomi Kota Banda Aceh
3 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam
Ekonomi Kota Sabang Nanggroe Aceh Darussalam
2 Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang
Nanggroe Aceh Darussalam
Pertahanan dan Keamanan
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT KEPENTINGAN KOTA/ KABUPATEN *) PROVINSI STATUS HUKUM
Jambi dan Riau
Lingkungan Hidup
Kab. Muaro Jambi
Jambi
15 Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh
Lingkungan Hidup
Kab. Indragiri Hulu, Kab. Indragiri Hilir, Kab. Tanjung Jabung Barat, Kab. Tebo
16 Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas
Rejang Lebong Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan
Lingkungan Hidup
Kab. Soralangu, Kab. Muaratebo, Kab. Batanghari
Jambi
17 Kawasan Selat Sunda Ekonomi Kota Serang, Kota Bandar Lampung
Lampung dan Banten
Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembang an Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda
14 Kawasan Taman Nasional Berbak
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
9 Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh
11 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, dan Nongsa) dengan negara Malaysia / Vietnam / Singapura
Lingkungan Hidup
Kab. Kuantan Singingi dan Kab. Indragiri Hulu
Riau
10 Kawasan Hutan Lindung Mahato
Lingkungan Hidup
Kab. Rokan Hilir Riau
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi Kab. Bintan, Kab.
Lingkungan Hidup
Natuna, Kab. Kep. Anambas, Kab. Karimun, Kota Batam
Kepulauan Riau
12 Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun Ekonomi Kab. Bintan, Kab.
Natuna, Kab. Karimun, Kota Batam
Kepulauan Riau
Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun
13 Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat
Kab. Kerinci, Kota Padang, Kab. Lubuk Linggau, Kab.
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT KEPENTINGAN KOTA/ KABUPATEN *) PROVINSI STATUS HUKUM
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
24 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjung Sari
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kab. Sumedang Jawa Barat
25 Kawasan Stasiun Telecomand
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Jawa Barat
26 Kawasan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro
Kabupaten Pangandaran
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Jawa Barat
27 Kawasan Pangandaran – Kalipuncang – Segara Anakan – Nusakambangan (Pacangsanak)
Lingkungan Hidup Kab.
Pangancaran, Kab. Ciamis, Kab. Cilacap
Jawa Barat dan Jawa Tengah
28 Kawasan Perkotaan Kendal – Demak – Ungaran – Salatiga – Semarang - Purwodadi (Kedung Sepur)
Ekonomi Kab. Kendal, Kab. Demak, Kab. Semarang, Kota Salatiga, Purwodadi (Kedung Sepur) Kota Semarang, Kab. Grobogan
Jawa Tengah
Kab. Garut Jawa Barat
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
18 Kawasan Instalasi Lingkungan dan Cuaca
Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kab.
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kota Jakarta Pusat
DKI Jakarta
19 Kawasan Fasilitas Pengolahan Data dan Satelit
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
DKI Jakarta
20 Kawasan Perkotaan Jabodetabek- Punjur termasuk Kepulauan Seribu
Ekonomi Kota Jakarta (Utara, Selatan, Barat, Timur, Pusat), Kota Bogor, Kab.
Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Bekasi, Kab.
Kab. Garut Jawa Barat
Bekasi, Kab. Cianjur
DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat
Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur
21 Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung
Ekonomi Kota Bandung, Kab. Bandung
Jawa Barat
22 Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pamengpeuk
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
23 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pamengpeuk
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT KEPENTINGAN KOTA/ KABUPATEN *) PROVINSI STATUS HUKUM
Nusa Tenggara Barat
36 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bima Ekonomi Kab. Bima, Kab.
Dompu Nusa Tenggara Barat
37 Kawasan Taman Nasional Komodo
Lingkungan Hidup
Kab. Manggarai Barat
Nusa Tenggara Barat
38 Kawasan Gunung Rinjani Lingkungan Hidup
Kab. Lombok Utara, Kab. Lombok Tengah, Kab. Lombok Timur
39 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay
Ekonomi Kota Denpasar, Kab. Badung, Kab. Gianyar, Kab. Tabanan
Ekonomi Kab. Ngada Nusa Tenggara Timur
40 Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste
Pertahanan dan Keamanan
Kab. Kupang, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Belu
Nusa Tenggara Timur
41 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan
Pertahanan dan Keamanan
Kab. Kupang, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Belu
Nusa Tenggara Timur
Bali Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
29 Kawasan Borobudur dan Sekitarnya
Boyolali, Kab. Magelang
Lingkungan Hidup
Kab. Magelang Jawa Tengah
30 Kawasan Candi Prambanan
Lingkungan Hidup Kab. Klaten, Kab.
Sleman Jawa Tengah
31 Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Lingkungan Hidup
Kab. Sleman, Kota Yogyakarta, Kab. Klaten, Kab.
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
Pandeglang Banten
32 Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan (Gerbangkertosusi la) Ekonomi Kab. Gresik, Kab.
Bangkalan, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kab.
Sidoarjo, Kab. Lamongan
Jawa Timur
33 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kab. Pasuruan Jawa Timur
34 Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon
Lingkungan Hidup Kab.
35 Kawasan Perkotaan Denpasar – Badung – Gianyar - Tabanan (Sarbagita)
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT KEPENTINGAN KOTA/ KABUPATEN *) PROVINSI STATUS HUKUM
Pertahanan dan Keamanan
48 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin
Ekonomi Kab. Kotabaru, Kab. Tanah Bumbu
Kalimantan Selatan
49 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa, dan Balikpapan
Ekonomi Kota Samarinda, Kab. Kutai
Kalimantan Timur
50 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar (Pulau Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Mantewaru, Makalehi, Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawaikang, Miangas, Marampit, Intata, dan Kakarutan) dengan Negara Malaysia dan Singapura
Kab. Nunukan, Kab. Berau, Kab. Tolitoli, Kab. Boolang Mongondow Utara, Kab. Kep. Sitaro, Kab. Kep. Sangihe, Kab. Sangihe Talaud, Kab. Kep. Talaud
Kotawaringin Barat
Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara)
51 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado – Bitung
Ekonomi Kota Manado, Kota Bitung
Sulawesi Utara
52 Kawasan Konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai Tondano
Lingkungan Hidup Kab.
Minahasa,Kab . Minahasa Utara, Kota Tomohon, Kota Manado
Sulawesi Utara
Kalimantan Tengah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
negara Timor Leste/Australia
Kab. Kapuas Hulu
42 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Khatulistiwa
Ekonomi Kab. Sanggau Kalimantan Barat
43 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pontianak
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kota Pontianak Kalimantan Barat
44 Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun
Lingkungan Hidup
Kalimantan Barat
47 Kawasan Taman Nasional Tanjung Putting
45 Kawasan Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo)
Pertahanan dan Keamanan
Kab. Sambas, Kab. Kapuas Hulu, Kab.
Sanggau Kalimantan Barat, Kalimantan Timur
46 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuas dan Barito
Ekonomi Kota Palangkaraya, Kab. Pulang Pisau, Kab.
Kapuas, Kab. Barito Selatan
Kalimantan Tengah
Lingkungan Hidup Kab.
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT KEPENTINGAN KOTA/ KABUPATEN *) PROVINSI STATUS HUKUM
Kota Kendari, Kab. Kolaka, Kab. Buton
Kota Pare- Pare Sulawesi Selatan
61 Kawasan Soroako dan Sekitarnya
Sosial Budaya Kab. Luwu Sulawesi Selatan
62 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Buton, Kolaka, dan Kendari
Ekonomi Kab. Buton, Kab.
Kolaka, Kota Kendari
Sulawesi Tenggara
63 Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa - Watumohai dan Rawa Tinondo
Lingkungan Hidup
Sulawesi Tenggara
60 Kawasan Stasiun Bumi Sumber Alam Parepare
64 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Seram
Ekonomi Pulau Seram Kab. Maluku Tengah
Maluku
65 Kawasan Laut Banda Sosial Budaya Kab. Maluku Tengah
Maluku
66 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Ararkula, Karaweira, Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan,
Pertahanan dan Keamanan
Prov. Maluku: Kab. Maluku tenggara, Kota Tual, Kab. Kep. Aru, Kab. Maluku Tenggara Barat,
Maluku dan Papua
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
53 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batui
Kabupaten Buol, Kabupaten Donggala , Kabupaten Parigi Moutong , Kabupaten Toli- Toli
Ekonomi Kab. Banggai Sulawesi Tengah
54 Kawasan Poso dan Sekitarnya
Sosial Budaya Kab. Poso Sulawesi Tengah
55 Kawasan Kritis Lingkungan Balingara
Lingkungan Hidup
Kab. Tojo Una- Una
Sulawesi Tengah
56 Kawasan Kritis Lingkungan Buol – Lambunu
Lingkungan Hidup
Sulawesi Tengah
Sosial Budaya Kab. Tana Toraja, Kab.
57 Kawasan Perkotaan Makassar – Maros – Sungguminasa – Takalar (Mamminasata)
Ekonomi Kota Makassar, Kab. Maros, Kab.
Gowa, Kab. Takalar
Sulawesi Selatan
Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminas
a, Takalar
58 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Parepare
Ekonomi Kota Pare- Pare, Kab. Barru
Sulawesi Selatan
59 Kawasan Toraja dan Sekitarnya
Toraja Utara Sulawesi Selatan
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT KEPENTINGAN KOTA/ KABUPATEN *) PROVINSI STATUS HUKUM
Pertahanan dan Keamanan
Kab. Mimika, Kab. Asmat, Kab. Nduga, Kab. Yahukimo, Kab. Jayawijaya, Kab. Lanny Jaya, Kab. Puncak Jaya, Kab. Puncak, Kab. Paniai
Papua
74 Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Teluk Bintuni
Lingkungan Hidup
Kab. Tel. Bintuni Papua
75 Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Papua Nugini
Kota Jayapura, Kab. Keerom, Kab.
73 Kawasan Taman Nasional Lorentz
Pegunungan Bintang, Kab. Boven Digoel, Kab. Merauke
Papua
76 Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar (Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Raya, Rusa, Benggala, Simuk, Wunga, Sibarubaru, Sinyaunyau, Enggano, Mega, Batu
Pertahanan dan Keamanan Prov. NAD: Kab.
Simelue, Kab. Aceh Barat, Kab. Aceh Besar, Prov Sumut: Kab. Nias, Prov Sumbar: Kab. Kep.
Mentawai, Prov.
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu,
Lingkungan Hidup
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Karang, Enu, Batu Goyang, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela, Miatimiarang, Leti, Kisar, Wetar, Liran, Kolepon, dan Laag) dengan negara Timor Leste/Australia
Lingkungan Hidup
Kab. Maluku Barat Daya, Prov. Papua: Kab. Merauke
67 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar (Pulau Jiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki) dengan negara Palau
Pertahanan dan Keamanan
Kab. Halmahera, Kab. Sorong, Kab. Biak Numfor, Kab.
Jayapura Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua
68 Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat
Kab. Raja Ampat Papua Barat
Kab. Biak Numfor Papua
69 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak
Ekonomi Kab. Biak Numfor Papua
70 Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Lingkungan
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
Kab. Biak Numfor Papua
71 Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit
Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi
72 Kawasan Timika Sosial Budaya Kab. Mimika Papua
NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT KEPENTINGAN KOTA/ KABUPATEN *) PROVINSI STATUS HUKUM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kecil, Deli, Manuk, Nusa Kambangan, Barung, Sekel, Panehan, dan Sophialouisa) yang berhadapan dengan laut lepas Bengkulu: Kab.
Bengkulu Utara, Prov. Lampung: Kab.
Tanggamus, Prov. Banten: Kab.
Pandeglang, Prov. Jabar: Kab. Trenggalek, Prov. NTB: Kab. Lombok Barat Tasikmalaya, Prov. Jateng: Kab. Cilacap, Prov. Jatim: Kab. Jember, Kab. Trenggalek, Prov NTB : Kab. Lombok Barat
Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat
3.1.2.5. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi menetapkan Kabupaten
Tulang Bawang sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di
Menggala sebagai Ibu kota Kabupaten. Adupun fungsinya:a. Pusat Pemertintahan Kabupaten;
b. Perdagangan dan Jasa;
c. Pusat Koleksi dan Distribusi; d. Kegiatan Usaha dan Produksi.
Kabupaten Tulang Bawang juga merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
dengan simpul transportasi skala kabupaten yaitu Pelabuhan Regional
Dente Teladas. Dan juga Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Tulang
Bawang merupakan kawasan strategis dengan sudut kepentingan
ekonomi berupa kawasan berikat tambak udang dan agropolitan berada
di : a. Kecamatan Dente Teladas;b. Kecamatan Menggala;