Demokrasi dan Negara Hukum pdf

MAKALAH
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
DEMOKRASI DAN NEGARA HUKUM
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Materi Kuliah PPKN

Disusun oleh :
KELOMPOK 4

BONAR AGUNG SAPUTRA

163040156

MUHAMMAD ARIF RAHMAN

163040XXX

MUHAMMAD RIZKY

163040157


I

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ………………………………………………….........

i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………

iii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………..

v

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………

12

BAB I


PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang ……………………………………………………...

1

1.2

Tujuan ……………........................................................................…

1

BAB II

PEMBAHASAN

1.3


Sejarah Demokrasi di Indonesia …………………………………….

2

1.3.1 Periode Demokrasi Parlementer (1945-1965) ……………………….

2

1.3.2 Periode Demokrasi Terpimpin / Orde Lama (1959-1965) …………...

2

1.3.3 Periode Demokrasi Pancasila / Orde Baru (1965-1998) ……………..

3

1.3.4 Periode Pasca Orde Baru / Reformasi (1998 – sekarang) ……………

3


1.4

Negara Hukum ……………………………………………………………..

4

1.5

Ciri - ciri Negara Hukum …………………………………………………..

4

1.6

Indonesia Sebagai Negara Hukum …………………………………………

7

1.7


Hubungan Negara Hukum Dengan Demokrasi …………………………….

8

1.8

Kasus Pemilu Di Indonesia …………………………………………………

9

1.9

Pembahasan Pemilu 2014 Di Indonesia ……………………………………

10

BAB III PENUTUP
2.0


Kesimpulan .......................................................................................

II

11

KATA PENGANTAR
Bissmillahirahmaanirrahiim,
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Demokrasi dan Negara Hukum.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dengan kerjasama kelompok kami
sehingga dapat mempercepat pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Demokrasi dan Negara Hukum dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, Oktober 2016

Kelompok IV

III

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN
Apakah demokrasi itu? Apakah negara ini sudah demokrasi? Sengaja pertanyaan ini
kami munculkan Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos artinya rakyat dan
kratein artinya pemerintah. Secara sederhana, demokrasi berarti pemerintahan oleh rakyat,
dalam hal ini kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Diantara beberapa pengertian
tentang demokrasi, barangkali pengertian yang dikemukakan oleh Abraham Lincoln
dapat merangkum makna demokrasi dalam sebuah kalimat sederhana. Menurut Abraham
Lincoln demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.

Sedangkan pengertian negara hukum adalah sebuah negara yang dalam menjalankan
pemerintahannya berdasarkan pada hukum. Jadi, penyelenggaraan pemerintahan di
negara hukum seperti Indonesia tidak boleh menyalahi perangkat negara yang mengatur
tentang hukum seperti undang-undang, Pancasila, TAP MPR, Peraturan pemerintah
seperti peraturan daerah, peraturan presiden, dan yang lainnya. Hal tersebut bertujuan
untuk membuat sebuah negara yang adil dimana seluruh rakyatnya merasakan
kemakmuran. Namun dengan tujuan yang baik tersebut, lantas tidak membuat semua
negara memegang prinsip negara hukum.
Sebagai sebuah kondisi ideal, demokrasi dan negara hukum tentu dicita-citakan oleh
banyak kalangan. Tetapi upaya menuju keduanya yang ideal merupakan sebuah proses
yang tidak mudah. Salah satunya proses menuju demokrasi inilah yang disebut sebagai
demokratisasi. Demokratisasi biasanya diawali dengan adanya liberalisasi (meluasnya
kebebasan). Dalam negara hukum kita sebagai warga negara harus taat dalam
penyelenggaraan dan taat sebagai pelapor bila adanya pelanggaran hukum di sekitar kita

1.2 TUJUAN
Agar masyarakat dapat leluasa dalam penyelenggaraan demokrasi dan taat terhadap
hukum sebagai mana warga negara yang baik dalam kehidupan ber negara.

1


BAB II
PEMBAHASAN
1.3 Sejarah Demokrasi di Indonesia
Sejarah demokrasi di Indonesia terbagi menjadi empat periode dan setiap periode

memiliki ciri demokrasi tersendiri, secara singkat antara lain ialah :
1. 3.1 Periode Demokrasi Parlementer (1945-1965)

Periode ini merupakan awal perkembangan demokrasi di Indonesia.
Namun sayangnya demokrasi pada periode ini tidak mempunyai modal
cukup untuk menjadi mapan dalam implementasinya, entah dalam teori,
konsep dan praktiknya. Demokrasi pada periode ini hanya menjadi
pemersatu dan alat koalisi antar suku dan agama yang beragam di
Indonesia untuk dapat menjadi bangsa. Namun demokrasi parlementer ini
ternyata kurang begitu cocok diterapkan di Indonesia karena dalam
prosesnya timbul banyak perpecahan politik dan partai-partai politik yang
mendominasi terpecah belah. Sehingga Demokrasi Parlementer ini
digantikan menjadi Demokrasi Terpimpin (Guided Democracy).
1.3.2 Periode Demokrasi Terpimpin / Orde Lama (1959-1965)


Ciri-ciri demokrasi ini adalah dominasi politik presiden dan
berkembangnya pengaruh komunis dan peranan tentara (ABRI) dalam
panggung politik nasional. Dominasi kekuasaan politik presiden pada saat
itu terbukti melahirkan tindakan dan kebijakan yang menyimpang dari
ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Misalnya, pada tahun 1960
Presiden Soekarno membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
padahal dalam hal ini presiden tidak memiliki wewenang. Namun sejak
pada tahun 1959 diberlakukannya dekrit presiden, setelah itu banyak
penyimpangan konstitusi oleh presiden atas dasar dominasi kekuatan
politik presiden. Semua hal tersebut menyebabkan hilangnya social
control dan check and balance dari legislatif terhadap eksekutif. Akhir
dari sistem demokrasi terpimpin Soekarno yang berakibat pada
perseteruan politik ideologis antara PKI dan TNI adalah peristiwa
berdarah yang dikenal denga Gerakan 30 September 1965 (G 20 S PKI).

2

1.3.3 Periode Demokrasi Pancasila / Orde Baru (1965-1998)


Periode ini merupakan masa pemerintahan Presiden Soeharto yang
disebut masa Orde Baru. Sebutan Orde Baru merupakan kritik terhadap
periode sebelumnya, Orde Lama.
Demokrasi Pancasila pada periode ini secara garis besar menawarkan tiga
komponen demokrasi. Pertama, menegakkan kembali asas-asas negara
hukum dan kepastian hukum. Kedua, mengutamakan kehidupan yang
layak bagi semua warga negara. Ketiga, pengankuan dan perlindungan
HAM, peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Namun ternyata tawaran-tawaran Demokrasi Pancasila hanya
retorika politik belaka, sehingga terjadi ketidakdemokratisan pernguasa
Orde Baru yang ditandai oleh : (1) dominannya peranan militer (ABRI); (2)
birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik; (3)
pengebirian peran dan fungsi partai politik; (4) campur tangan pemerintah
dalam berbagai urusan partai politik dan publik; (5) politik masa
mengambang; (6) monolitisasi ideologi negara; (7) inkorporasi (peleburan)
lembaga nonpemerintah.
1.3.4 Periode Pasca Orde Baru / Reformasi (1998 – sekarang)

Periode pasca Orde Baru ini disebut Era Reformasi. Dalam periode
ini tuntutan-tuntutan rakyat mengenai pelaksanaan demokrasi dan HAM
harus lebih konsekuen. Tuntutan ini berawal dari lengsernya Presiden
Soeharto yang telah menjabat selama tiga puluh tahun lamanya dengan
Demokrasi Pancasilanya. Dalam periode ini cita-cita dari demokrasi yang
mapan dan menjunjung tinggi HAM menjadi tantangan utama, sehingga
dalam periode ini banyak terjadinya perombakan baik secara aturan, fungsi
dan institusi. Wacana demokrasi pada pasca Orde Baru atau Era Reformasi
erat kaitanya dengan pemberdayaan masyarakat madani (civil society) dan
penegakan HAM secara sungguh-sungguh serta mengembalikan
kedaulatan sesungguhnya kepada rakyat.

3

1.4 NEGARA HUKUM
Pengertian negara hukum secara sederhana adalah negara yang penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan
bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, dalam Dwi
Winarno, 2006).
Dengan demikian dalam negara hukum, kekuasaan negara berdasar atas hukum, bukan
kekuasaan belaka serta pemerintahan negara berdasar pada konstitusi yang berpaham
konstitusionalisme, tanpa hal tersebut sulit disebut sebagai negara hukum. Supremasi
hukum harus mencakup tiga ide dasar hukum, yakni keadilan, kemanfaatan, dan
kepastian. Oleh karena itu di negara hukum, hukum harus tidak boleh mengabaikan “rasa
keadilan masyarakat”.
Negara-negara komunis atau negara otoriter memiliki konstitusi tetapi menolak gagasan
tentang konstitusionalisme sehingga tidak dapat dikatakan sebagai negara hukum dalam
arti sesungguhnya. Jimly Asshiddiqie (dalam Dwi Winarno, 2006) menyatakan bahwa
negara hukum adalah unik, sebab negara hendak dipahami sebagai suatu konsep hukum.
Dikatakan sebagai konsep yang unik karena tidak ada konsep lain. Dalam negara hukum
nantinya akan terdapat satu kesatuan sistem hukum yang berpuncak pada konstitusi atau
undang-undang dasar.
Negara tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan dan kepentingan warga
negara. Namun seiring perkembangan zaman, negara hukum formil berkembang menjadi
negara hukum materiil yang berarti negara yang pemerintahannya memiliki keleluasaan
untuk turut campur tangan dalam urusan warga dengan dasar bahwa pemerintah ikut
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat. Negara bersifat aktif dan mandiri
dalam upaya membangun kesejahteraan rakyat.

1.5 CIRI-CIRI NEGARA HUKUM
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule of Law. Friedrich
Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri Rechtsstaat
sebagai berikut.
A. Hak asasi manusia
B. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia
yang biasa dikenal sebagai Trias Politika
C. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
D. Peradilan administrasi dalam perselisihan

4

Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberi ciri-ciri Rule of Law
sebagai berikut.
1) Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2) Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupun bagi
pejabat
3) Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan
pengadilan
Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep negara
hukum formil atau negara hukum dalam arti sempit. Dari pencirian di atas terlihat bahwa
peranan pemerintah hanya sedikit karena ada dalil bahwa “Pemerintah yang sedikit
adalah pemerintah yang baik”. Dengan munculnya konsep negara hukum materiil pada
abad ke-20 maka perumusan ciri-ciri negara hukum sebagaimana dikemukakan oleh Stahl
dan Dicey di atas kemudian ditinjau lagi sehingga dapat menggambarkan perluasan tugas
pemerintahan yang tidak boleh lagi bersifat pasif. Sebuah komisi para juris yang
tergabung dalam International Comunition of Jurits pada konferensi Bangkok tahun 1965
merumuskan ciri-ciri pemerintahan yang demokratis di bawah Rule of Law yang dinamis.
Ciri-ciri tersebut adalah
1) Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selai daripada
menjamin hak-hak individu harus menentukan pula cara prosedural untuk
memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin;
2) Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
3) Kebebasan untuk menyatakan pendapat;
4) Pemilihan umum yang bebas;
5) Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi;
6) Pendidikan civics (kewarganegaraan)
Disamping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai pendapat
mengenai ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Montesquieu,
negara yang paling baik adalah negara hukum, sebab di dalam konstitusi di banyak
negara terkandung tiga inti pokok, yaitu :
1) Perlindungan HAM
2) Ditetapkan ketatanegaraan suatu negara; dan
3) Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ Negara

5

Prof. Sudargo Gautama mengemukakan 3(tiga) ciri atau unsur dari negara hukum,
yakni sebagai berikut.
1) Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan, maksudnya
negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara dibatasi oleh
hukum, individual mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak
terhadap penguasa.
2) Asas legalitas
Setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan terlebih
dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.
3) Pemisahan kekuasaan

Agar hak-hak asasi betul-betul terlindungi, diadakan pemisahan kekuasaan yaitu badan
yang membuat peraturan perundang-undangan, melaksanakan dan badan yang mengadilin
harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu tangan.
Frans Magnis Suseno (1997) mengemukakan adanya 5 (lima) ciri negara hukum
sebagai salah satu ciri hakiki negara demokrasi. Kelima ciri negara hukum tersebut
adalah sebagai berikut.
1) Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai dengan
ketetapan sebuah undang-undang dasar.
2) Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling penting.
Karena tanpa jaminan tersebut, hukum akan menjadi sarana penindasan. Jaminan
hak asasi manusia memastikan bahwa pemerintah tidak dapat menyalahgunakan
hukum untuk tindakan yang tidak adil atau tercela
3) Badan-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya
taat pada dasar hukum yang berlaku.
4) Terhadap tindakan badan negara, masyarakat dapat mengadu ke pengadilan
dan putusan pengadilan dilaksanakan oleh badan negara.
5) Badan kehakiman bebas dan tidak memihak.
Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas negara hukum,
yaitu
1) Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
Di dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa di dalam suatu negara hukum
dijamin adanya perlindungan hak asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum.
Jaminan itu umumnya dituangkan dalam konstitusi negara bukan pada peraturan
perundang-undangan di bawah konstitusi negara. Undang-undang dasar negara

6

berisi ketentuan-ketentuan tentang hak asasi manusia. Inilah salah satu gagasan
konstitusionalisme
2) Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak.
Dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa pengadilan sebagai lembaga peradilan
dan badan kehakiman harus benar-benar independen dalam membuat putusan
hukum, tidak dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama kekuasaan eksekutif.
Dengan wewenang sebagai lembaga yang mandiri terbebas dari kekuasaan lain,
diharapkan negara dapat menegakkan kebenaran dan keadilan.
3) Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya
Bahwa segala tindakan penyelenggara negara maupun warga negara dibenarkan
oleh kaidah hukum yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum.

1.6 INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal 1 ayat 3
UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan semakin
kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa negara Indonesia adalah dan
harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan
Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut.
1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia
berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).
2) Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat yang
kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk dalam wilayah
Eropa Kontinental.
Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara hukum materiil, yang dapat
dilihat pada Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan landasan
bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yakni pada Bab XIV tentang
Perekonomian Nagara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang
menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian negara
dan kesejahteraan rakyat.

7

Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai
berikut.
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional;
2. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi;
3. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi;
4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD 1945)
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR);
6. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil;
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial; dan
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD
1945).

1.7 HUBUNGAN NEGARA HUKUM DENGAN DEMOKRASI
Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa negara
demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Namun, negara hukum belum tentu
negara demokrasi. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi. Franz Magnis
Suseno (dalam Dwi Winarno, 2006) menyatakan adanya 5 gugus ciri hakiki dari negara
demokrasi. Kelima ciri tersebut adalah :
1) negara hukum;
2) pemerintahan di bawah kontrol nyata masyarakat;
3) pemilihan umum yang bebas;
4) prinsip mayoritas; dan
5) adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.
Berdasarkan sejarah, tumbuhnya negara hukum, baik formal maupun materiil bermula
dari gagasan demokrasi konstitusional, yaitu negara demokrasi yang berdasar atas
konstitusi. Gagasan demokrasi konstitusional abad ke-19 menghasilkan negara hukum
klasik (formil) dan gagasan demokrasi konstitusional abad ke-20 menghasilkan Rule of
Law yang dinamis (negara hukum materiil)

8

1.8 KASUS PEMILU DI INDONESIA 2014
Badan Pengawas Pemilu dan sejumlah pengawas independen telah menerima sejumlah
laporan tentang kekeliruan dan dugaan kecurangan selama proses pemilu presiden lalu.
Dikhawatirkan permasalahan seperti akan sering dijumpai selama proses rekapitulasi
yang dijadwalkan akan berakhir pada pekan ketiga bulan Juli, kata Bawaslu. "Hingga saat
ini kurang lebih 36 laporan dari seluruh provinsi," kata Ketua Bawaslu, Muhammad,
kepada wartawan, Sabtu (12/07) malam di Jakarta. Bawaslu, menurutnya, tengah
mengecek ulang laporan-laporan tersebut untuk memastikan apakah itu semata kekeliruan
atau dugaan kecurangan. Menurutnya, salah-satu temuannya adalah ada sejumlah pemilih
yang diperkenankan memilih tanpa formulir A5. "Saya kira itu tidak sesuai dengan
peraturan KPU," katanya. Adapun anggota Bawaslu, Daniel Zuchron mengatakan,
pihaknya terus melakukan pengawasan selama proses rekapitulasi karena dikhawatirkan
terjadinya sejumlah potensi pelanggaran lainnya. "Pertama, potensi kecurangan melalui
mobilisasi dari kelompok tertentu di TPS. Kedua, potensi tidak terakomodirnya pemilih
dalam DPT sehingga dia tidak memiliki hak pilih," kata Daniel kepada wartawan BBC
Indonesia, Heyder Affan, Minggu (13/07) sore. "Selanjutnya, kesalahan-kesalahan yang
disengaja atau pun karena lalai menyangkut penghitungan ataupun rekapitulasi," kata
Daniel. Sementara, Komite Pemantau Independen Indonesia, KPII, mengatakan, pihaknya
telah menerima dugaan kecurangan atau kekeliruan pemilu presiden yang terjadi di
beberapa TPS di antaranya di Tangerang, Banten dan Pontianak, Kalimantan Barat.
Mereka juga masih memeriksa kebenaran laporan tentang dugaan kecurangan atau
kekeliruan hasil penghitungan suara di Malaysia. Anggota KPII, Umar Idris mengatakan,
pihaknya menemukan pola dugaan kecurangan yang sering dijumpai di TPS.
Pemantau pemilu independen menduga, kecurangan sudah terjadi di tingkat TPS.
"Dengan cara dia mengubah angka yang tadinya kecil menjadi begitu besar," kata Umar
kepada BBC Indonesia. Dia mengkhawatirkan, potensi kecurangan ini akan terjadi pada
tingkat rekapitulasi di tingkat atas, mulai kecamatan, kabupaten atau kota hingga provinsi.
KPII, lanjut Umar, meminta Komisi Pemilihan Umum bersikap pro aktif, terbuka serta
transparan sehingga potensi kecurangan dapat diketahui. Kesalahan teknis semata secara
terpisah, Ketua KPU, Husni Kamil Manik, mengatakan, sejauh ini yang terjadi adalah
kesalahan teknis penulisan semata dan bukan kecurangan yang disengaja. "Misalnya,
angkanya yang dinyatakan delapan itu sesungguhnya nol dalam dokumen aslinya. Tapi
kemudian, karena proses scan, mungkin ada yang tidak lengkap, kemudian sepertinya
menjadi angka delapan. Tapi yang dihitung bukan angka delapan," tegas Husni Kamil
Malik di Jakarta. Dia juga menegaskan KPU sangat terbuka sekali dalam melakukan
rekapitulasi. KPU menyatakan, kemungkinan hanya keselahan teknis dan bukan
kecurangan. "Apalagi yang kerja ini 'kan jutaan orang. Kalau kesalahannya lima TPS, ya
kita perbaikilah. Tidak terlalu sulit memperbaikinya," jelasnya. Para pemantau
independen pemilu sebelumnya telah memperingatkan agar KPU, Bawaslu, dan
masyarakat perlu mencermati kemungkinan adanya kecurangan di pemilu presiden. Hal
ini ditekankan karena selisih perolehan suara kedua kubu calon presiden tidak terlalu
lebar. Proses rekapitulasi suara pemilu presiden dijadwalkan selesai pada pekan ketiga
Juli ini.

9

1.9 PEMBAHASAN KASUS PEMILU 2014
Dalam proses penyelenggaraan demokrsai seharusnya pada saat Pemilihan umum di
Indonesia menganut asas "LUBER" yang merupakan singkatan dari "Langsung, Umum,
Bebas dan Rahasia". Asas "Luber" sudah ada sejak zaman Orde Baru. :
1. "Langsung" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung
dan tidak boleh diwakilkan.
2. "Umum" berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang
sudah memiliki hak menggunakan suara.
3. "Bebas" berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan
dari pihak manapun.
4. "Rahasia" berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya
diketahui oleh si pemilih itu sendiri.
Kemudian di era reformasi berkembang pula asas "Jurdil" yang merupakan singkatan dari
"Jujur dan Adil". Asas "jujur" mengandung arti bahwa pemilihan umum harus
dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang
memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih
memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih. Asas "adil"
adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada
pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur
dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga
penyelenggara pemilu. Dan bilamana terjadi pelanggaran dalam pemilu di BAB XXII
UU08 Tahun 2012 Ketentuan Pidana Bagian Kesatu Pelanggaran :
Pasal 273
Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar mengenai
dirisendiri atau diri orang lain tentang suatu hal yang diperlukan untuk pengisian daftar
Pemilih dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahundan denda paling
banyakRp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
Pasal 274
Setiapanggota PPS atau PPLN yang dengan sengaja tidak memperbaiki daftar
pemilihsementara setelah mendapat masukan dari masyarakat dan Peserta
Pemilusebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (6), Pasal 37 ayat (2), dan Pasal 43
ayat (5) dipidanadengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling
banyak Rp 6.000.000,00(enam juta rupiah).

10

BAB III

KESIMPULAN
Dalam proses penyelenggaraan demokrasi di indonesia masih banyak kecurangan
dan pelanggaran, untuk itu kita sebagai warga negara yang baik harus berani
menolak kecurang-kecurangan yang mungkin saja bisa terjadi. Dengan kesadaran
bahwa dampak dari kecurangan itu nantinya akan menjadi beban kita bersama
walaupun kita tak sepenuhnya bersalah dalam proses demokrasi karna mungkin
sebagian masyarakat mungkin ada yang di bohongi sehingga dia harus melakukan
kecurangan itu. Untuk mengatasi hal itu sebaiknya kita semua sebagai masyarakat
harus ada sebuah kesadaran dan pemberitahuan atau sebuah sosialisasi tentang
apa-apa saja peraturan dan dampak ketika melanggar aturan.

11

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia
http://brainly.co.id/tugas/126210
https://web.facebook.com/notes/n-togakratu/ketentuan-pidanapemilu/10151550840457162/?_rdr
http://www.negarahukum.com/hukum/tindak-pidana-pemilu.html
file:///E:/KULIAH/PKN/Sejarah%20Demokarsi%20di%20Indonesia.html

12