MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK MEDIA SOSIAL D

MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK
“ MEDIA SOSIAL DALAM KOMUNIKASI POLITIK”
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Sosiologi
Politik yang diampu dosen Dr.Suharno, S.Pd, M.Si.

Nama : Putri Nur Anifah
NIM

: 14401241051

Kelas : PKnH B 2014

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur Ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Media Sosial Dalam
Komunikasi politik". Kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan moral maupun materi

yang diberikan untuk penyusunan makalah ini, kepada :
1. Dr.Suharno,S.Pd, M.Si selaku dosen mata kuliah Sosiologi Politik.
2. Orang tua kami yang senantiasa mendukung dalam belajar.
3. Dan teman-teman yang selalu mendukung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari teman-teman sangat dibutuhkan dalam
penyempurnaan makalah ini.

Yogyakarata, 25 September 2016
Hormat kami

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi Politik.....................................................................................2
B. Hubungan Media Sosial dan Komunikasi Politik.......................................................10
C. Peran Media Sosial dalam Komunikasi Politik Saat ini.............................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Internet merupakan sesuatu hal yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat
modern di Indonesia. Tentu masyarakat masih mengingat bahwa sebelumnya teknologi
internet hanya digunakan untuk berkirim pesan elektronik melalui email dan chatting,
untuk mencari informasi melalui browsing, dan googling. Namun saat ini, seiring dengan
perkembangannya, internet mampu melahirkan suatu jaringan baru yang biasa dikenal
dengan sebutan media sosial. Sebagaimana yang diketahui, media sosial merupakan salah
satu media online dimana para penggunanya dapat ikut serta dalam mencari informasi,
berkomunikasi, dan menjaring pertemanan, dengan segala fasilitas dan aplikasi yang
dimilikinya seperti Blog, Facebook, dan Twitter.
Kemajuan


teknologi

informasi

dan

komunikasi

telah

mengubah

cara

berkomunikasi manusia. Cara komunikasi manusia baik sebagai individu maupun
kelompok di ranah sosial, budaya, dan ekonomi tak terlepas dari kemajuan teknologi
tersebut, tak terkecuali kancah politik. Peningkatan akses dan jumlah pengguna internet
merupakan potensi tersendiri bagi para pelaku politik dalam melakukan komunikasi
politik dan dalam peraihan dukungan atau kampanye politik. Berasal dari latar belakang

tersebut diatas maka penulis tertarik untuk menyusun makalah yang berjudul “Peran
Media Social Dalam Komunikasi Politik”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik?
2. Bagaimana hubungan media social dengan komunikasi politik?
3. Bagaimana peran media sosial dalam komunikasi politik saat ini?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui arti komunikasi politik.
2. Untuk mengetahui hubungan media social dengan komunikasi politik.
3. Untuk mengetahui peran media social dalam komunikasi politik saat ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Politik
a. Pengertian Komunikasi
Bergantung pada titik pandangnya, komunikasi adalah pengalihan informasi
untuk memperoleh tanggapan; pengoordinasian makna antara seseorang dan
khalayak; saling berbagi informasi, gagasan atau sikap; saling berbagi unsurunsur perilaku, atau modus kehidupan, melalui
perangkat - perangkat aturan; penyesuaian pikiran, penciptaan perangkat

simbol bersama di dalam pikiran para peserta. Singkatnya, suatu pengertian,
suatu peristiwa yang dialami secara internal, yang murni personal yang dibagi
dengan orang lain; atau pengalihan informasi dari satu
kepada

yang

lain, terutama

orang

atau

kelompok

dengan menggunakan simbol (Dan Nimmo, 2005:

5). Komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk
menyusun


makna

yang merupakan

citra

mereka

mengenai

dunia

(yang

berdasarkan itu mereka bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbolsimbol (Dan Nimmo, 2005: 6).
Akhirnya, arti utama

proses yang

mendasari


definisi

kita

tentang

komunikasi harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Proses adalah arus,
perubahan, dan ketidaktetapan dalam hubungan kegiatan terhadap satu sama lain.
Dalam mendalilkan apa saja komunikasi itu, Barlund melukiskan sifat proses
itu sendiri berkembang, dinamis, sinambung, sirkular, tak dapat diulang, tak
dapat dibalikkan, dan kompleks. Sebagai proses, komunikasi tidak memiliki titik
bertolak, tiada hentinya, ia meliputi interpretasi personal, pertukaran sosial, dan
politik. Ia tidak memiliki penyebab yang mudah dilihat bagi akibatnya yang
dapat diamati (Dan Nimmo, 2005: 7).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
pengertian komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan satu orang atau
suatu kelompok kepada yang lain untuk menyusun makna. Makna yang disusun
merupakan citra mereka dan untuk bertukar citra itu terutama melalui simbol -simbol.
b. Pengertian Politik

Politik adalah siapa memperoleh apa, kapan, dan bagaimana
pembagian

nilai-nilai

oleh

yang

berwenang;

kekuasaan

dan

pemegang

kekuasaan; pengaruh; tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan dan atau
memperluas tindakan lainnya. Dari semua pandangan yang beragam itu ada


persesuaian umum bahwa politik mencakup sesuatu yang dilakukan orang; politik
adalah kegiatan (Dan Nimmo, 2005: 8).
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam kegiatan
dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan
tujuan tersebut. Pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah
yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa
alternatif dan penyusunan skala prioritas tujuan yang dipilih.
Untuk melaksanakan kebijaksanaan itu, perlu dimiliki kekuasaan (power)
dan kewenangan (authority), yang akan dipakai baik untuk membina
sama

maupun

untuk

menyelesaikan

konflik

kerja


yang mungkin timbul dalam

proses ini. Cara yang dipakai dapat bersifat persuasi (meyakinkan) dan jika perlu
bersifat paksaan (coercion). Tanpa unsur paksaan kebijaksanaan ini hanya merupakan
permuasan keinginan (statement of intent) belaka (Ardial, 2010: 23-24).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
pengertian politik adalah bermacam kegiatan dalam suatu sistem politik yang
menyangkut proses menentukan tujuan dari sistem politik itu sendiri. Dalam
melaksanakan kebijaksanaan itu diperlukan kekuasaan (power) dan kewenangan
(authority) yang dipakai untuk membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan
konflik yang timbul dalam proses ini.
c. Pengertian Komunikasi Politik
Politics,dalam bahasa Inggris, adalah sinonim dari kata politik atau ilmu politik dalam
Bahasa Indonesia, Bahasa Yunani pun mengenal beberapa istilah yang terkaitdengan
kata politik, seperti politics (menyangkut warga negara), polities (seorang
warganegara), polis (kota negara), dan politeia (kewargaan). Pengertian leksikal
seperti inimendorong lahirnya penafsiran politik sebagai tindakan-tindakan, termasuk
tindakankomunikasi, atau relasi sosial dalam konteks bernegara atau dalam urusan
publik. Penafsiran seperti ini selaras dengan konsepsi seorang antropolog semisal

Smith

yangmenyatakan

bahwa

politik

adalah

serangkaian

tindakan

yang

mengarahkan danmenata urusan-urusan publik (Nie dan Verb, 975:486)
Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai politik
dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah
(Ramlan Surbakti, 2010:152).

Komunikasi politik adalah proses di mana informasi politik yang relevan
diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistemsistem sosial dengan sistem-sistem politik. Kejadian tersebut merupakan proses
yang berkesinambungan, melibatkan pula pertukaran
individu- individu

dengan

kelompok-kelompoknya

informasi
pada

semua

di

antara
tingkatan

masyarakat. Lagi pula tidak hanya mencakup penampilan pandangan-pandangan
serta harapan-harapan para anggota masyarakat, tetapi juga merupakan sarana
dengan

mana pandangan dan asal-usul serta anjuran-anjuran pejabat yang

berkuasa diteruskan

kepada

anggota-anggota

masyarakat

selanjutnya

juga

melibatkan reaksi-reaksi anggota-anggota masyarakat terhadap pandangan-pandangan
dan

janji

serta

saran-saran

para

penguasa.

Maka komunikasi politik itu

memainkan peranan yang penting sekali di dalam sistem politik: komunikasi
politik ini menentukan elemen dinamis, danmenjadi bagian menentukan dari
sosialisasi politik, partisipasi politik, dan pengrekrutan politik (Michael Rush dan
Phillip Althoff, 2008: 24).
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
pengertian komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi politik yang
relevan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara
sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik.
Dalam hal ini komunikasi politik merupakan proses yang berkesinambungan,
dan melibatkan pula pertukaran informasi di antara individu-individu dengan
kelompok-kelompoknya pada semua tingkatan masyarakat.
Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah
komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan actor-aktor politik,atau
berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan
pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang
baru. komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang
memerintah” dan “ yang diperintah”. (Romli: 2014, hal: 7)
Adapun prinsip-prinsip komunikasi politik: pertama, konsistensi. Dalam
melakukan komunikasi politik, informasi yang disampaikan harus konsisten dengan
substansi platform partai dan konsisten terhadap paradigma partai dan solusi atas
problem-problem yang dihadapi oleh konstituen dan publik. Kedua, replikasi. Dalam

melakukan komunikasi politik, informasi harus disampaikan berulang kali, sehingga
konstituen dan publik paham betul dengan content/isi platform partai dan apa yang
sedang diperjuangkan oleh partai. Ketiga, evidence. Dalam komunikasi politik
informasi yang disampaikan oleh partai harus ada dan dapat dibuktikan kebenaran
dan eksistensinya.
Dalam praktiknya, komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan seharihari. sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satupun manusia tidak berkomunikasi,
dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik.
Maswadi Rauf melihat komunikasi politik dari dua dimensi, yaitu komunikasi
politik

sebagai

sebuah

kegiatan

politik

dan

sebagai

kegiatan

ilmiah.

Komunikasi sebagai kegiatan politik merupakan penyampaian pesan-pesan yang
bercirikan politik oleh aktor-aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan ini bersifat
empirik, karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial. Sedangkan sebagai
kegiatan ilmiah, komunikasi politik adalah salah satu kegiatan politik dalam sistem
politik (Rauf, 1993: 32).
d. Unsur Komunikasi Politik
Sebagai suatu bentuk kajian yang berhubungan dengan kegiata berkomunikasi,
beberapaahli juga menjelaskan beberapa unsur-unsur komunikasi politik melalui
beberapa sudut pandang yang berbeda-beda. Cangara dalam bukunya menyebutkan
unsur komunikasi politik meliputisumber (komunikator), pesan, media atau saluran,
penerima dan efek (Cangara, 2009:37).
1. Komunikator

politik Semua

pihak

yang

ikut

terlibat

dalam

proses

penyampaian pesan. Pihak-pihak ini dapat berbentuk individu, kelompok,
organisasi, lembaga, ataupun pemerintah.
2. Pesan Politik Pesan politik merupakan pernyataan yang disampaikan baik itu
tertulis maupun tidak, dalam bentuk simbol atau verbal yang mengandung
unsur politik missal pidato politik, UU, dll.
3. Saluran atau Media Politik Dalam perkembengan sekarang ini, media massa
dianggap sebagai saluran yang paling tepatuntuk melakukan proses
komunikasi politik.

4. Penerima Pesan Politik Semua lapisan masyarakat yang diharapkan
memberikan respon terhadap pesan komunikasi politik. Misalnya dengan
memberikan suara pada pemilihan umum.
5. Efek atau Pengaruh Efek merupakan pengukur seberapa jauh pesan politik
dapat diterima dan dipahami.
Jika Cangara menjelaskan unsur komuniasi politik kedalam 5 kajian diatas, hal ini
berbedadengan Sumarno yang membagi unsur-unsur komunikasi politik kedalam
suprastruktur daninfrastruktur politik (Sumarno, 1989: 16).
1. Unsur-unsur pada suprastruktur Terdiri dari tiga kelompok yaitu yang berada
pada lembaga legislative, eksekutif danyudikatif.
2. Unsur-unsur infrastruktur Unsur ini meliputi: partai politik, kelompok
kepentingan, kelompok penekan, mediakomunikasi politik, kelompok
wartawan, kelompok mahasiswa, dan para tokoh politik
3. Komunikan dan komunikator. Merupakan unsur yang paling penting dalam
dan menentukan dalam setiap bentuk komunikasi.
Melihat

dua

ilmuan

yang

menjelaskan

tentang

unsur

komunikasi

politik,

terdapat perbedaan sudut pandang. Jika dipahami lebih jauh lagi kita dapat
menyimpulkan bahwa unsur komunikasi politik adalah semua hal yang berhubungan
dengan proses komunikasi yangdidalamnya mengandung makna politik, atau bertujuan
untuk politik baik itu isi pesan maupun pelaku komunikasi politik.

B. Hubungan Media Sosial dan Komunikasi Politik
Secara Bahasa, Kata Media berasal dari bahasa Latin "Medius" yang berarti
tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media diartikan perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Pengertian Media menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4), Media
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim

ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa
sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
Hamidjojo dalam Latuheru (1993), memberi batasan media sebagai semua bentuk
perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide,
gagasan, atau pendapat sehingga dapat sampai ke penerima yang dituju.
Komunikasi politik adalah sebuah public sphere. Suatu tempat dimana para
anggota komunitas dapat secara kolektif membentuk pendapat umum dalam satu
lingkungan. Komunikasi politik yang baik membutuhkan partisipasi dari aktor politik,
media, dan publik. komunikasi politik merupakan proses pembelajaran, penerimaan dan
persetujuan atas kebiasaan-kebiasaan (customs) atau aturan-aturan (rules), struktur, dan
faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan politik. Sementara itu,
Dan D. Nimmo dan Keith Sanders dalam Handbook of Political Communication (1981),
juga mengungkap masalah-masalah komunikasi politik dalam kasus-kasus kegiatan
politik praktis yang dikaitkan dengan peran media massa. Dalam konteks komunikasi
politik, Dan Nimmo menjelaskan pengaruh-pengaruh politik

dimobilisasi dan

ditransmisikan antara institusi pemerintahan formal di satu sisi dan komunikasi memilih
masyarakat pasa sisi lain.
Pada prinsipnya, komunikasi politik tidak hanya terbatas pada even-even politik
seperti pemilu saja, tetapi komunikasi politik mencakup segala bentuk komunikasi yang
dilakukan dengan maksud menyebarkan pesan-pesan politik dari pihak-pihak tertentu
untuk memperoleh dukungan massa. Secara teoritis fenomena komunikasi politik yang
berlangsung dalam suatu masyarakat, seperti telah diuraikan sebelumnya, merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari dinamika politik, tempat komunikasi itu berlangsung.
Media komunikasi politik secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
media tradisional, media semi dan media modern. Media tradisional adalah media dengan
tatap muka, langsung berhadapan secara tatap muka dengan komunikasi, baik secara
individual, maupun kelompok dan organisasi
Social Media Network
Social media mengusung kombinasi antara ruang lingkup elemen dunia maya,
dalam produk layanan online seperti blog, forum diskusi, chat room, email, website dan
juga yang paling menggemparkan saat ini adalah kekuatan komunitas yang dibangun
pada social media (Juju&Feri, 2010 : 1-2).

Apa yang dikomunikasikan didalam penggunaan media online tersebut
memberikan efek power tersendiri karena basis pembangunanya mengedepankan
teknologi dan berbagai media interaksi yang dikomunikasikan dengan berbagai elemen
seperti teks, gambar, foto, audio dan video. Jejaring sosial memang ditujukan sebagai
ruang untuk terus terkoneksi. Berkomunikasi bahkan saling berbagi / sharing,
didalamnya terjalin denyut aktivitas yang kaya yang dimotori oleh kepentingan
komunikasi, orang-orang yang tergabung saling berbagi pendapat, bertukar informasi,
melakukan kegiatan diskusi dan lainnya.
Facebook, Twitter, Youtube adalah yang paling populer saat ini di Indonesia,
terbukti melalui data yang diambil dari tribunnews.com bahwa Saat ini Indonesia
menduduki ranking pertama di Asia sebagai pengguna layanan twitter dan facebook.
jumlahnya 47 juta orang Indonesia menjadi penggunanya atau lebih seperempat dari
jumlah 245 juta. Jadi wajar jika hampir seperempat penduduknya menghabiskan waktu
mereka untuk bekerja sambil ber twitter. Twitter adalah jejaring sosial dan microblogging, yang memfasilitasi sebagai pengguna, dapat memberikan update (perbaruan)
informasi, bisnis, dan lain sebagainya. (Waloeyo, 2010: 1).
Media Online
Media online merupakan bagian dari media baru yang saat ini menjadi pilihan
untuk penyebarluasan informasi. Media Online karakteristiknya berbeda dengan media
konvensional (cetak/elektronik), berikut karakteristik media online: (1) Multimedia, (2)
Aktualisasi, (3) Cepat, begitu diposting atau di unggah, langsung bias diakses semua
orang. (4) Update, (5) Kapasitas luas, (6) Fleksibilitas, (7) Luas (8) interaktif, dengan
adanya fasilitas kolom komentar dan chat room (9) Terdokumentasi, (10) Hyperlinked,
terhubung dengan sumber lain (links) yang terkait dengan informasi tersaji (Syamsul,
2012: 11).
Media sosial telah mengubah cara orang dalam mengkomunikasikan sebuah ide
dan gagasan. Media tradisional, sebagai contoh surat kabar, majalah, televisi, dan radio,
memberikan informasi ke publik dalam bentuk satu arah komunikasi. Fenomena ini
berbeda dengan media social modern, dimana media sosial telah merevolusi cara berbagi
ide dan informasi dengan jalan berbagi dalam komunitas dan jaringan online. Media

sosial telah merambah pada hampir semua komunitas di masyarakat, termasuk di
dalamnya para pelaku politik.
Selama tahun 1980an, teknologi komunikasi menjadi elemen penting, karena
memudahkan orang untuk mempertukarkan informasi pada basis “many to many” melalui
sistem komunikasi yang berbasis pada komputer. Kita dapat menyebutnya sebagai
“teknologi komunikasi baru”, “media baru”, atau “komunikasi interaktif”. Hal yang
paling terlihat dari keberadaan teknologi komunikasi baru adalah bahwa ia merubah ciri
atau karakteristik komunikasi antarmanusia pada tataran yang paling mendasar.
Perubahan karakteristik komunikasi antarmanusia tersebut dapat terlihat dari sifat
(nature) teknologi komunikasi tersebut (Turnomo dalam Junaedi, 2011 : 8).
Internet dalam komunikasi adalah sebuah perubahan, karena dianggap telah
menjadi bentuk atau pola baru dalam berkomunikasi. Hal ini lah yang menjadi jawaban
keinginan dan mimpi manusia untuk dapat “bersentuhan” dengan sesama secara lebih
luas, meng-global, cepat, dan murah. Dan ini kemudian yang menjadi sebuah bentuk baru
media, bentuk baru komunikasi, media baru (Zinaida, 2013:624).
Para pelaku politik harus dapat menyampaikan pesan mereka kepada
pendukungnya baik secara langsung maupun lewat perantara. Dalam hal ini, internet
telah menjadi perantara dan wadah yang baik bagi proses komunikasi dan kampanye
politik.
Hubungan antara media sosial dalam komunikasi politik di era modern saat ini
dapat dikatakan sebagai satu kesatuan yang mungkin tidak bisa dipisahkan, dalam artian
antara dunia politik dan media massa akan selalu ada hubungan satu sama lain yang
saling membutuhkan dan saling mempengaruhi. Para pelaku politik membutuhkan media
untuk mempublikasikan kebaikan partai politiknya atau bahkan menggunakannya sebagai
tempat mengkampanyekan partai politiknya. Media social merupakan media informasi
bagi masyarakat yang berguna sebagai sarana pemberi informasi kepada masyarakat, saat
ini bukan hanya dimanfaatkan sebagai media untuk menyampaikan informasi terkini
tentang kejadian yang terjadi di masyarakat, namun juga digunakan sebagai sarana
komunikasi politik.
Media sosial saat ini seringkali dijadikan ‘kendaraan’ bagi partai-partai politik
untuk ingin dipandang lebih oleh masyarakat. Dan melalui media sosial, proses budaya
politik atau partisipasi politik masyarakat akan dapat sangat mempengaruhi. Cara-cara

dari media sendiri dalam menyampaikan peristiwa-peristiwa politik ini dapat
mempengaruhi persepsi atau pandangan masyarakat mengenai isu-isu perkembangan
politik. Hal ini dapat menimbulkan pembentukan opini publik atau pendapat umum yakni
dalam upaya pembangunan sikap dan tindakan masyarakat mengenai isu-isu politik yang
berkembang tersebut dianggap sebagai masalah politik atau actor politik.
C. Peran media social dalam komunikasi politik saat ini
Dalam abad ke-21 ini media social atau media interaktif telah terbukti efektif
dalam komunikasi social dan komunikasi politik. Efektivitas pesan singkat melalui
telepon seluler (sms), Twitter, Facebook dan Blog memang luar biasa. Peran strategis
media social itu dalam komunikasi politik, telah ditunjukkan keberhasilan dan
kemampuannya menggalang kekuatan dan dukungan terhadap gerakan prodemokrasi di
berbagai Negara seperti Tunisia (2011) dan Mesir ( 2011). Pada akhir abad ke 20 yang
lalu beberapa Negara telah mengalami gerakan politik yang didorong juga oleh media
social itu seperti Indonesia (1998), filiphina (2001), dan malaysia (2008). (Anwar, 2011:
171)
Kecepatan orang mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya beragam
fenomena yang berkaitan dengan arus informasi. Fenomena ini tidak hanya berlangsung
di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Pesatnya perkembangan media sosial
juga dipicu oleh keinginan setiap orang untuk merasa harus memiliki media sendiri
(facebook, blog, twitter). Cikal bakal penggunaan internet dalam aktivitas yang berkaitan
dengan politik di Indonesia tahun 1994, ketika sejumlah LSM mulai menggunakan
komunikasi online untuk kegiatan advokasi spesifik mereka dan mailing list terbuka. Hal
itu kemudian semakin berkembang menjadi sumber informasi peristiwa politik bagi
13.000 penerima di kota-kota besar. Pada pertengahan tahun 1997, telah lebih dari 20
organisasi memiliki situs web sendiri yang banyak memuat informasi tentang politik di
Indonesia. Kelompok pro demokrasi itu kemudian berhasil menggalang gerakan yang
menggulingkan kekuasaan orde baru pada tanggal 21 Mei 1998. Dalam tahun 1998 itu,
penetrasi internet di Indonesia telah mencapai sekitar 10% penduduk tau sekitar 25 juta
pengguna dari 237 juta penduduknya. Dalam tahun 2007 partai-partai politik dan

sejumlah politikus di Indonesia telah memiliki web sendiri, terutama untu menghadapi
pemilu tatahun 2009 (Heufers,2008 dikutip dalam buku Anwar,2011: 172)
Tampaknya media social atau medi ainteraktif itu telah ditakdirkan menjadi
wahana penegakkan politik terbuka dan demokratis dengan dampak positif dan
negatifnya. Justru rakyat dimana saja di dunia ini akan memahami bahwa akses internet
itu semakin diterima sebagai bagian dari hak asasi manusia dan semakin menjadi
komponen penting dalam komunikasi politik.Arti penting dari penggunaan internet
sebagai bagian pokok dari revolusi informasi, adalah kemampuan manusia menghemat
waktu dan menundukkan ruang. Ada penghematan energy dalam transportasi, karena
komunikasi tidak lagi tergantung pada jarak, sehingga dunia dapat “dipersatukan” dalam
waktu yang singkat dan terjadilah globalisasi.
Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa penggunaan internet dalam komunikasi
politik, telah dimungkinkan dan sangat urgen serta strategis dalam masyarakat informasi.
Internet telah mengubah komunikasi dengan cara yang sangat mendasar, terutama
melibatkan banyak interaksi atau interaktivitas antara komunikator dengan pengguna.
Melalui internet, kegiatan komunikasi politik dapat terlaksana dengan menyertakan
jutaan orang di seluruh dunia, tanpa adanya hubungan yang bersifat pribadi. Jika internet
digunakan untuk komunikasi politik, maka penerima komunikasi politik yang dapat
tercipta oleh internet terebut sangat khas, yaitu jutaan individu yang terhubung oleh
jaringan komputr, yang disebut dengan dunia maya (cyberspace). Media elektronik baru
ini telah membuat perubahan besar dalam masyarakat dengan segala dampak positif dan
negatifnya (Severin-Tankard,2009 :465).
Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa media social berbeda dengan media massa,
meskipun sasaran yang disentuh jumlahnya besar, namun tidak bersifat “missal”. Media
massa mendorong terjadinya massifikasi, sebagai cirri masyarakat industry. Sebalikanyya
media social lebih banyak bersifat individual, sehingga terjadi individualisasi dan
demassifikasi, sebagai cirri masyarakat informasi. (Anwar, 2011: 175)
Beberapa waktu yang lalu untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio,
atau koran dibutuhkan modal yang cukup besar serta butuh tenaga kerja yang banyak,
berbeda halnya dengan sosial. Pengguna media sosial dapat mengakses hanya dengan
menggunakan jaringan internet bahkan yang kemampuan aksesnya lambat sekalipun,

tanpa dibutuhkan biaya besar, tanpa alat yang mahal dan bahkan bisa dilakukan sendiri
tanpa karyawan (Pujho dalam Junaedi, 2011: 33).
Semakin majunya era globalisasi informasi dan komunikasi didukung banyaknya
pengguna internet saat ini yang berdasarkan data-data yang ada, sehingga media sosial
digunakan oleh kandidat-kandidat sebagai salah satu sarana komunikasi politik. Melalui
ruang cyber (internet), kampanye dapat dilakukan pada tiga segmen sekaligus, yaitu
massa, antarpribadi, dan organisasi. Sehingga internet cenderung dijadikan sarana
kampanye yang dianggap efektif di Indonesia.
Kampanye melalui media sosial mulai dimanfaatkan pasca runtuhnya rezim Orde
Baru. Pada Pemilu 1999 dan 2004, sudah muncul kampanye partai atau kandidat melalui
media sosial yang merupakan metode baru bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.
Partai politik, calon legislatif, calon presiden-wakil presiden maupun calon kepala daerah
kini mengandalkan media sebagai sarana mengiklankan profil untuk membentuk
pencitraan melalui media sosial, Karena media sosial dianggap cukup efektif untuk
mendongrak popularitas sekaligus meningkatkan perolehan suara dalam setiap Pemilu
ataupun Pemilukada. Dalam media sosial iklan politik memainkan peranan penting dalam
membentuk pencitraan untuk merebut popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas.
Perkembangan media sosial di dunia maya akan semakin berkembang dan terus
tumbuh. Kemampuan untuk menguasai dan memanfaatkannya akan menjadi faktor
strategis bagi pelaku politik dalam proses komunikasi dan kampanye politiknya.
Perolehan dukungan dan suara adalah target utama dari setiap pelaku politik. Dan telah
menjadi suatu hal yang identik (untuk tidak mengatakan suatu hal yang linier dan suatu
hal yang pasti) bahwa pelaku politik yang paling populer di media sosial, ialah yang
mendapat dukungan dan memperoleh suara terbanyak dari khalayak. Inilah dampak
positif terbesar dari media sosial bagi proses komunikasi dan kampanye politik.
Media sosial mampu memberikan efek positif bagi pelaku politik dengan
terjalinnya komunikasi politik dua arah yang intens dengan para pendukungnya.
Pergeseran opini dan mobilisasi suara dari suara mengambang (floating voters) juga
merupakan efek positif dari media sosial tersebut.

Di sisi lain, konten dan opini yang terbangun di media sosial oleh pelaku politik
kadang dapat berimbas negatif bagi para pesaing politik. Opini akan kekurangan dan
kelemahan bahkan kesalahan (yang dicari-cari) dari para pesaing politik, tak jarang dapat
menimbulkan masalah. Memang, sudah ada banyak aturan main bahkan sudah terbentuk
dalam sebuah undang-undang (UU), baik UU ITE dan UU Pemilu beserta perangkat
Bawaslu dan aparat Kepolisian.
Citra yang berusaha direpresentasikan tersebut disisi lain terkadang melampaui
realitas dalam kehidupan manusia atau dalam bahasa Jean Baudrillard terjadi
hyperreality. Sehingga pada titik tertentu, masyarakat modern menerima realitas dengan
beraneka macam bentuk citra yang dihadapkan pada mereka, kemudian serta merta
meyakini kebenaran yang diberikan atau direpresentasikan dari citranya. Dengan
demikian media sosial mampu membentuk image dengan tujuan mempengaruhi perilaku
politik masyarakat. Media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam pembentukan
kognisi seseorang. Media memberikan informasi dan pengetahuan yang pada akhirnya
dapat membentuk persepsi. Dan persepsi mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.
Berbagai pemberitaan media memberikan masukan kepada kognisi individu, dan kognisi
akan membentuk sikap.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan
pesan-pesan politik dan actor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan,

pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Media adalah semua bentuk perantara yang
digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau
pendapat sehingga dapat sampai ke penerima yang dituju.
Hubungan antara media sosial dalam komunikasi politik di era modern saat ini
dapat dikatakan sebagai satu kesatuan yang mungkin tidak bisa dipisahkan, dalam artian
antara dunia politik dan media massa akan selalu ada hubungan satu sama lain yang
saling membutuhkan dan saling mempengaruhi. media sosial mampu membentuk image
dengan tujuan mempengaruhi perilaku politik masyarakat. Media mempunyai pengaruh
yang sangat kuat dalam pembentukan kognisi seseorang. Media memberikan informasi
dan pengetahuan yang pada akhirnya dapat membentuk persepsi. Dan persepsi
mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar,2011. Komunikasi Politik. Yogyakarta : Graha Ilmu
Cangara, H. (2009). Komunikasi Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Iswandi. 2009. Komunikasi Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Juju, Dominikus dan Feri Sulianta, 2010. Branding Promotion with Social Networks,
Jakarta :

PT.Elex Media Komputindo

Junaedi, Fajar. 2011.Komunikasi 2.0: Teoritisasi dan Implikasi. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Umum.
Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun. 1993.Indonesia dan Komunikasi Politik. Jakarta:
Gramedia.
Muhtadi, Asep. S.2008. Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca
Orde Baru. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Nasution, zulakarimen. 1990. komunikasi politik: suatu pengantar. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Nimmo, Dan., Political Communication and Public Opinion and America, diterbitkan
Goodyear Pubhlising, edisi Indonesianya, Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek,
Bandung; Rosda Karya,2000
Romli.A.S.M.2014.komunikasi politik. ebooks. hal 7-8
Severin, Wenner J-Tankard, James W.2009.Teori Komunikasi. Jakarta :Pranada Media
Group.
Sumarno. 1989. Dimensi-Dimensi Komunikasi Politik.Bandung: PT Citra Ditya Bakti
Surbakti, Ramlan.1999. Memahami Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta.
Waloeyo, Jati, Y. 2010. twitter Best Social Networking. Yogyakarta : Andi dan Elcom.
Zinaida, Rahma Santhi, 2013. Komunikasi Indonesia Untuk Membangun Peradaban
Bangsa, Jakarta : Puskombis

Sumber Lainnya:
http://eprints.uny.ac.id/23581/4/4.%20BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/1412721/KOMUNIKASI_POLITIK_UMAIMAH_WAHID_202

https://www.academia.edu/3812003/TUGAS_KOMUNIKASI_POLITIK_KOMUNIKASI_
POLITIK_JURUSAN_ILMU_KOMUNIKASI_FAKULTAS_ILMU_SOSIAL_DAN_ILMU_
POLITIK_UNIVERSITAS_SEBELAS_MARET_SURAKARTA

Dokumen yang terkait

PENGARUH DOSIS LIMBAH MEDIA JAMUR TIRAM DAN KONSENTRASI LARUTAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ABITONIK TERHADAP SEMAI KAYU MANIS [Cinnamomum camphora (l,) J. Presi]

12 141 2

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANWANGI MALANG

37 211 19

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

KOMPETENSI SOSIAL PADA REMAJA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA DAN TIDAK MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PASKIBRA

5 114 59

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10