Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Bab 3 ok

BAB III
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DAN KERANGKA PENDANAAN

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan
terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan
diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada
daerah dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan ( money
follow function).
Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan
untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan
keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah.
Mengingat bahwa pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu
APBD maka analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap
APBD dan laporan keuangan daerah pada umumnya.
Menganalisis pengelolaan keuangan daerah dan kerangka pendanaan
Provinsi Nusa Tenggara Timur terlebih dahulu harus memahami jenis obyek
pendapatan, belanja dan pembiayaan sesuai dengan kewenangan,

susunan/struktur APBD. Data-data perkembangan realisasi anggaran
selama 5 (lima) tahun, meliputi: pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Selain itu dibahas juga perkembangan neraca daerah, meliputi: aset dan
hutang daerah serta ekuitas dana. Setelah itu, analisis dilakukan terhadap
penerimaan daerah yaitu pendapatan dari penerimaan pembiayaan daerah.
Kapasitas keuangan daerah pada dasarnya ditempatkan sejauh mana
daerah mampu mengoptimalkan penerimaan dari pendapatan daerah.
Berbagai objek penerimaan daerah dianalisis untuk memahami perilaku
atau karakteristik penerimaan selama ini.Kemudian, dibuatlah analisis
untuk mengidentifikasi proyeksi pendapatan daerah. Analisis ini dilakukan
untuk memperoleh gambaran kapasitas pendapatan daerah dengan
proyeksi 5 (lima) tahun kedepan, untuk penghitungan kerangka pendanaan
pembangunan daerah.
3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu
3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD
Kinerja pengelolaan keuangan Provinsi Nusa Tenggara Timur
sebagaimana terlihat pada tabel berikut, di mana Tabel 3.1 memperlihatkan
Kinerja Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Provinsi Nusa Tenggara
TimurTahun 2008 – 2012, Tabel 3.2 memperlihatkan Realisasi dan Proporsi
Pendapatan Provinsi Nusa Tenggara TimurTahun 2008 – 2012, sedangkan


RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-1

Tabel 3.3 menunjukkan Pertumbuhan Pendapatan Provinsi Nusa Tenggara
TimurTahun 2008 – 2012.

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-2

Tabel 3.1
Perkembangan APBD dan Realisasi APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur2008 - 2012

Sumber: Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018

III-3

Perkembangan

APBD yang
digambarkan
oleh
kemampuan
pendapatan, belanja dan pembiayaan periode 2008-2012 menunjukkan
perkembangan yang baik dengan indikasi terus meningkatnya Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Peningkatan PAD
yang dapat meningkatkan
perimbangan
belanja
dengan sumber pendapatan
dari dana
perimbangan
menunjukkan bahwa pelaksanaan otonomi daerah makin
sehat dan berkualitas.
Gambar 3.1
Perkembangan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Tahun 2008-2012
2,500,000,000,000
2,000,000,000,000
1,500,000,000,000

1,000,000,000,000
500,000,000,000

PENDAPATAN
BELANJA
PEMBIAYAAN

0
08 009 010 011 012
0
. 2 A.2 A.2 A.2 A.2
T
T
T
T
TA
Sumber : Biro Keuangan, Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur

Realisasi pelaksanaan APBD yang ditunjukkan oleh pencapaian
target-target yang ditetapkan dalam APBD baik pendapatan, belanja dan

pembiayaan menunjukan kondisi yang sangat variatif setiap tahun
anggaran.Pendapatan
setiap tahunnya selalu melampui target yang
ditetapkan. Hal ini bisa berarti 2 (dua) hal, yaitu 1) kinerja pendapatan
daerah sangat baik, ataukah 2) penetapan target pendapatan kurang
akurat, sebab target yang ditetapkan masih di bawah potensi yang
sebenarnya. Di sisi lain, realisasi belanja setiap tahunnya selalu berada di
bawah target.
Untuk pendapatan yang mampu melampui target tetap dipacu
terutama yang bersumber dari PAD. Selanjutnya pengelolaan belanja juga
perlu upaya terobosan agar realisasinya mampu mencapai target yang
ditetapkan. Prosentase realisai pendapatan, belanja dan pembiayaan
periode 2008-2012 sebagaimana gambar 3.2.
Gambar 3.2
Prosentase Realisasi Pendapatan,Belanja dan Pembiayaan Tahun 2008-2012

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-4

Cha r tT itle


PENDAPATAN
100.76

90.93
86.38

TA. 2008

103.17

109.39

88.06

TA.2009

BELANJA

101.22

93.06
91.29

TA.2010

PEMBIAYAAN
102.62
91.24
89.05

105.4
99.32
91.95

TA.2011

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-5


TA.2012

Tabel 3.2
Realisasi Pendapatan dan Proporsi Pendapatan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2008-2012

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur, diolah

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018

III-6

Tabel 3.3.
Pertumbuhan Pendapatan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2008-2012

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur, diolah

a) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PAD mengalami peningkatan sebagai dampak dari peningkatan
pajak daerah yang mencapai rata-rata 17,36% per tahun, Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 29,58 % per tahun dan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang mencapai 24,77 % per tahun. Peningkatan PAD
berpeluang meningkat lebih pesat apabila diikuti kenaikan retribusi daerah
yang dalam tahun 2009 mencapai Rp164.358.587.106 menurun menjadi Rp
11.269.063.800 pada tahun 2012 atau secara akumulatif menurun rata-rata
8,92% per tahun. Penurunan ini diakibatkan berkurangnya retribusi daerah
dari RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang yang menjadi BLUD. Komponen
penerimaan dari RSUD tersebut dialihkan ke pos Lain-lain PAD Yang Sah.
b) Dana Perimbangan
Dana perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak,
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Proporsi Dana
Perimbangan terbesar bersumber dari DAU dimana rata-rata proporsinya
mencapai 45,49%. Konstribusi DAU yang besar mempengaruhi besaran
proporsi Dana Perimbangandalam struktur pendapatan daerah. DAU menjadi
sangat dominan yaitu mencapai 74,99 % pada tahun 2009, menurun menjadi
71,05% pada tahun 2010,menjadi 66,99 % pada tahun 2011, dan menurun
lagi menjadi 49,04% pada tahun 2012. Kontribusi Dana Perimbangan
terhadap pendapatan daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur semakin
menurun. Hal ini merupakan dampak dari kebijakan penyaluran dana Bos
melalui APBD Provinsi. Peningkatan pendapatan dari Dana Perimbangandan

Lain-Lain Pendapatan Yang Sah menjadi lebih tinggi
dibandingkan

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-7

kemampuan peningkatan PAD yang berdampak pada adanya gap antar tiga
sumber pendapatan daerah sebagaimana gambar 3.3.

Gambar 3.3. Komposisi Sumber Pendapatan Daerah

Gambar 3.3 menunjukkan bahwa dana perimbangan
yang
komposisinya dominan bertambah signifikan, diikuti sumber pendapatan
asli daerah. Jika dilihat kinerjanya, maka untuk kelompok Dana
Perimbangan, realisasi setiap jenis pendapatan rata-rata mencapai target
kecuali untuk jenis pendapatan bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak.
c) Lain-Lain Pendapatan yang Sah
Sumber pendapatan potensial lainnya yang dapat mendukung
peningkatan pendapatan daerah sebagaimana terlihat pada tabel 3.1 Lainlain pendapatan yang sah pada periode 2009-2011 sangat kecil, tetapi

pada tahun 2012 meningkat tajam. Peningkatan lain-lain pendapatan yang
sah
meningkat dalam dua tahun terakhir karena adanya kebijakan
mengalihkan pengelolaan dana BOS
untuk mendukung pembangunan
pendidikan melalui APBD Provinsi.
Di sisi lain, jika pendapatan dibandingkan dengan target terlihat
bahwa realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah rata-rata realisasinya
walaupun di atas 90%, namun tidak mencapai 100%.
3.1.2 Neraca Daerah
Neraca daerah menggambarkan posisi keuangan Pemerintah Daerah,
yaitu PemerintahProvinsi Nusa Tenggara Timuryang meliputi asset,
kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Analisis terhadap neraca
daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan pemerintah
daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan kemampuan

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-8

aset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Perkembangan
neraca Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dari tahun anggaran 2008
sampai dengan tahun anggaran 2012 adalah sebagaimana tabel 3.4 dan
3.5.

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-9

Tabel 3.4
Neraca Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur 2008 - 2012

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018

III-10

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018

III-11

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018

III-12

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018

III-13

Tabel 3.5
Pertumbuhan Neraca Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur 2009 -2012

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-14

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur, Diolah

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-15

Dari Tabel 3.5terlihat bahwa Nilai aset daerah meningkat sebesar
Rp 792.891.946.998,45 atau 17,46% dari sebesar Rp 4.539.331.194.146,26
pada

tahun

2008

menjadi

Rp

5.332.223.141.144,73

pada

tahun

2012.Sebaliknya terjadi penurunan jumlah nilai utang/kewajiban daerah
sebesar

Rp.

3.116.029.292,00

atau

menurun

8,02%

dari

Rp

38.861.802.985,00 pada tahun 2008 menjadi Rp 35.745.773.693,00 pada
tahun 2012. Peningkatan nilai aset daerah terutama disebabkan oleh naiknya
nilai aset lainnya sebesar Rp 34.102.655.633,69 dari Rp 500.000.000,00 pada
tahun 2008 menjadi Rp 34.602.655.633,69 pada tahun 2012.
3.1.3.

Rasio Likuiditas dan Rasio Solvabilitas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah
Daerah dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sedangkan rasio
solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan Pemerintah Daerah
dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio likuiditasdan
solvabilitas yang digunakan sebagaimana terlihat pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Rasio Likuiditas dan Solvabilitas Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur
No

Uraian

I

Rasio Likuiditas

1

Rasio Lancar = aktiva
lancar : kewajiban jangka

2008

2009

2010

2011

2012

7,26

6,79

7,86

4,38

6,57

7,21

6,71

7,48

4,15

6,24

0,0086

0,0079

0,0044

0,0098

0,0067

0,0086

0,0079

0,0044

0,0098

0,0067

pendek
2

Rasio Quick = (aktiva
lancar - persediaan) :
kewajiban jangka pendek

II

Rasio Solvabilitas

1

Rasio total hutang
terhadap aset = total
hutang : total aset

2

Rasio hutang terhadap
modal = total hutang :
total ekuitas

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur, Diolah

3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
3.2.1 Proporsi Penggunaan Anggaran

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-16

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dan merupakan kewajiban
daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh daerah.Belanja daerah juga merupakan
cerminan dari kebijakan anggaran yang ditetapkan untuk mencapai tujuantujuan
pembangunan
sebagaimana
tertera
dalam
dokumen
perencanaan.Karena itu dengan mencermati realisasi belanja daerah, dapat
diketahui sampai sejauhmana penganggaran konsisten dengan perencanaan
pembangunan.
Analisis belanja daerah dan selanjutnya analisis pengeluaran
pembiayaan bertujuan untuk memperoleh gambaran realisasi dari kebijakan
pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan daerah pada 5 (lima) tahun
sebelumnya yang digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan
pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan di masa yang akan datang
dalam rangka peningkatan kapasitas pendanaan pembangunan daerah.
Kemampuan pengelolaan belanja APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur
2008-2012sangat fluktuatif. Kondisi ini menunjukkan bahwa kinerja
pengelolaan keuangan oleh SKPD sebagai pengguna relatif masih
labil.Fluktuatifnya realisasi belanja bisa jadi karena perencanaan yang belum
berkualitas sehingga kurang sejalanantara dokumen perencanaan dan
dokumen penganggaran dengan realitas pembangunan. Juga ada peluang
lemahnya pengelolaan kegiatan yang berdampak pada tidak terpenuhinya
kegiatan dengan penjadwalan yang ditetapkan.
Prosentase realisasi belanja tidak langsung dan belanja langsung
sebagaimana gambar 3.4.
Gambar 3.4.
Prosentase Realisasi Belanja Langsung dan Tidak Langsung Tahun 2008 2012

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-17

Cha r tT itle

94
92
90
88
86
84
82
80
78
TA 2008

TA 2009

TA 2010

Belanja Langsung

TA 2011

Belanja Tidak Langsung

TA 2012

.

Perkembangan
Belanja Daerah
Provinsi
Nusa Tenggara
Timur
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.7, Proporsi Belanja pada tabel 3.8
dan Rata-Rata Pertumbuhan Belanja Tidak Langsung pada tabel 3.9.

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-18

Tabel 3.7Realisasi Belanja Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur2008 – 2012

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018

III-19

Tabel 3.8 Tabel Proporsi Realisasi Belanja

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur, diolah

Tabel 3.9 Rata-Rata Pertumbuhan Belanja Tidak Langsung

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur, diolah

Setelah mengetahui proporsi realisasi belanja daerah terhadap total
belanja, dan pertumbuhan belanja tidak langsung selama tahun 2008 – 2012,
maka perlu diketahui realisasi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur selama

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-20

kurun waktu 3 (tiga) tahun yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3.10
Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
N
o

Uraian

2011

2012

A

Belanja Tidak
Langsung

403.046.727.649

426.109.148.234

1

Belanja Gaji &
Tunjangan

276.537.741.176

299.540.957.346

2

Belanja Tambahan
Penghasilan

111.939.581.862

110.460.439.845

3

Belanja Penerimaan
Pimpinan & ADPRD
serta Operasional
KDh/WKDh

5.112.000.000

5.272.800.000

5.564.800.000

4

Belanja Pemungutan
Pajak Daerah

6.427.657.242

9.296.604.611

10.344.679.487

5

Belanja Pemungutan
Retribusi Daerah

-

55.180.965

198.271.556

B

Belanja Langsung

42.696.518.214

114.243.705.001

163.913.601.028

1

Belanja Honorarium
PNS

4.427.193.000

12.556.128.488

14.046.413.535

2

Belanja Uang Lembur

2.249.413.150

3.709.709.100

5.211.103.517

3

Belanja Pegawai BLUD

-

4.272.749.250

5.581.548.000

4

Belanja Beasiswa
Pendidikan

4.160.800.000

3.089.750.000

2.855.000.000

5

Belanja Kursus,
Pelatihan, Sosialisasi &
Bimtek PNS

3.262.738.800

1.278.397.800

1.672.647.300

6

Belanja Premi Asuransi

-

1.090.245.025

1.085.690.319

7

Belanja Pakaian Kerja

81.300.000

960.483.375

978.932.000

8

Belanja Pakaian Dinas
& Atribut

362.820.425

459.650.964

483.881.000

9

Belanja Pakaian Khusus
& Hari-hari Tertentu

620.314.250

684.301.000

81.551.463.296

122.887.012.790

21.800.000

3.500.000

550.000.000

781.000.000

2.426.443.453

2.652.050.000

1.656.570.000

2.313.595.000

-

2.676.926.567

2010
330.954.210.411
251.627.588.069
67.786.965.100

3.427.707.428

10

Belanja Perjalanan
Dinas

23.231.448.161

11

Belanja Perjalanan
Pindah Tugas

26.790.000

12

Belanja Pengobatan

512.932.250

13

Belanja Sewa Rumah/
Gedung/Gudang/Parkir

328.595.000

14

Belamja Sewa Sarana
Mobilitas

624.780.000

15

Belanja Tunjangan

-

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-21

N
o

Uraian

2011

2012

517.290.432.650

590.022.749.262

2010

Kesehatan
373.650.728.625

TOTAL

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur

Selanjutnya dilakukan analisis proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur
untuk 3 (tiga) tahun terakhir dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 3.11
Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Total Belanja untuk
N

Uraian

o

Pemenuhan
Kebutuhan
Aparatur

1
2
3

Tahun Anggaran
2010
Tahun Anggaran
2011
Tahun Anggaran
2012

Total Pengeluaran

Prosentase

(Belanja+Pembiaya

(a/b) x

an Pengeluaran)

100%

373.650.728.625

1.201.500.367.719

31,10

517.290.432.650

1.299.048.303.110

39,82

590.022.749.262

2.250.937.731.806

26,21

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tabel – tabel di atas menjadi dasar untuk menentukan kebijakan
efisiensi anggaran aparatur selama periode yang direncanakan. Setelah
mengetahui perilaku belanja untuk kebutuhan aparatur, dilakukan analisis
belanja periodik dan pengeluaranpembiayaan yang wajib dan mengikat
serta prioritas utama.
3.2.2 Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan daerah bertujuan untuk memperoleh gambaran
pengaruh kebijakan pembiayaan daerah pada tahun-tahun anggaran
sebelumnya terhadap surplus/defisit belanja daerah sebagai bahan untuk
menentukan kebijakan pembiayaan dimasa datang dalam rangka
penghitungan kapasitas pendanaan pembangunan daerah.
Analisis pembiayaan daerah dilakukan
melalui Analisis sumber
penutup defisit riil, untuk memberi gambaran masa lalu tentang kebijakan
anggaran untuk menutup defisit riil anggaran Pemerintah Daerah,
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.12 Penutup Defisit Riil Anggaran dan
Tabel 3.13 Komposisi Penutup Riil Anggaran.

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-22

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-23

Tabel 3.12Penutup Defisit Riil Anggaran

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tabel 3.13Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018

III-24

Sumber :Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018

III-25

Selain analisis sumber penutup defisit riil anggaran yang ditunjukkan oleh
tabel 3.12 dan 3.13, dilakukan juga Analisis Realisasi Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran. Analisis ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang komposisi
sisa lebih perhitungan anggaran. Dengan mengetahui SILPA realisasi anggaran
periode sebelumnya, dapat diketahui kinerja APBD tahun sebelumnya yang lebih
rasional dan terukur. Gambaran masa lalu terkait komposisi realisasi anggaran
SILPA Pemerintah Daerah ditunjukkan oleh Tabel 3.14.

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-26

Tabel 3.14

Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Provinsi Nusa Tenggara Timur
2010 - 2012

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018

III-27

Setelah melakukan analisis Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagaimana ditunjukkan Tabel 3.14 di atas,
selanjutnya dilakukan analisis Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun
Berkenaan. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara riil sisa
lebih pembiayaan anggaran yang dapat digunakan dalampenghitungan
kapasitas pendanaan pembangunan daerah. Analisis dimaksud ditunjukkan oleh
tabel 3.15 berikut.
Tabel 3.15
Sisa Lebih (riil) Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan
Provinsi Nusa tenggara Timur 2010 - 2012
No.
1.

Uraian
Saldo kas neraca daerah

2010
(Rp)

2011
(Rp)

2012
(Rp)

121.877.397.4
85

158.671.421.
388

185.347.332.
564

-

-

-

20.156.574.62
5

12.923.325.8
36

13.472.755.7
84

145.748.095.
552

171.874.576.
780

Dikurangi:
2.

Kewajiban kepada pihak ketiga
sampai dengan akhir tahun belum
terselesaikan

3.

Kegiatan lanjutan
Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan
Anggaran

101.720.822.8
60

Perilaku pembiayaan daerah yang telah dilakukan tersebut adalah
untuk memperoleh gambaran sisa lebih riil perhitungan anggaran. Hasil
analisisdapat digunakan untuk menghitung kapasitas penerimaan
pembiayaan daerah dengan proyeksi 5 (lima) tahun kedepan. Analisis
dilakukan berdasarkan data dan informasi yang dapat mempengaruhi
besarnya sisa lebih riil perhitungan anggaran dimasa yang akan datang
sebagaimana terlihat pada tabel 3.16 berikut :

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-28

Tabel 3.16
Proyeksi Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran
Provinsi Nusa Tenggara Timur 2013 - 2018
Uraian

No

1.

Data tahun dasar
2012
(Rp)

Saldo
daerah

kas

neraca

185.347.332.56
4

Tingkat
pertum
buhan

Proyeksi
2014 (Rp)

2015 (Rp)

2016 (Rp)

2017 (Rp)

2018 (Rp)

(%)

23,50

195.960.33175
4

242.012.400.75
4

298.887.032.8
73

369.127.607.268

455.875.215.254

-

-

-

-

-

Dikurangi:

1.

Kewajiban
kepada
pihak ketiga sampai
dengan akhir tahun
belum terselesaikan

2.

Kegiatan lanjutan

13.472.755.784

(15,82)

10.879.253.201

9.158.489.983

7.709.898.576

6.490.429.773

5.463.843.424

Sisa
Lebih
(Riil)
Pembiayaan Anggaran

171.874.576.78
0

30,60

190.353.015.47
4

248.608.877.96
1

324.693.433.6
55

424.062.996.959

553.843.739.202

-

-

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018

III-29

Disamping berbagai analisis yang telah dilakukan tersebut, salah satu
sumber pembiayaan daerah adalah Pinjaman Daerah. Yang dimaksud dengan
pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain
sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Oleh
sebab itu, perlu dihitung kemampuan pinjaman daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
Dengan menggunakan data APBD Tahun anggaran 2013 dan Realisasi
APBD TA. 2012, maka sesuai aturan perundangan yang berlaku, batas
maksimum pinjaman yang dapat diajukan oleh Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Timur adalah Rp. 1,103 Trilyun (75% dari Penerimaan Umum Provinsi
Nusa Tenggara Timur TA. 2012), sedangkan bila memperhatikan perhitungan
Debt Service Coverage Ratio (DSCR), dan mengacu pada program dan kegiatan
prioiritas lainnya yang perlu didanai melalui APBD, maka jumlah pinjaman yang
realistis dapat diajukan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timuradalah Rp.
125 – 185 Milyar.
Analisis secara teknis sebagaimana terlihat berikut:
1) Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik
tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum
APBD tahun sebelumnya

Terlihat bahwa kemampuan pinjaman Provinsi Nusa Tenggara Timurmaksimal
sebesar
Rp 1.103.775.015.177, namun bila meminjam sebesar ini,
maka seluruh kemampuan fiskal digunakan untuk pinjaman, tidak membiayai
program/kegiatan lainnya dan operasional SKPD.
Perhitungan yang lain terlihat kemampuan pinjaman Provinsi Nusa Tenggara
Timursebagai berikut :
2) Kemampuan pinjaman daerah dengan memperhitungkan belanja wajib
dan mengikat

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-30

Hasil perhitungan memperlihatkan kemampuan pinjaman sebesar Rp 185
milyar, dengan jangka waktu 5 tahun. Jangka waktu ini dipilih dengan
pertimbangan bahwa kegiatan yang akan dibiayai dengan pinjaman
daerah merupakan kegiatan yang tidak bersifat investasi, tidak akan
membiayai dirinya sendiri dalam hal pengembalian pinjaman. Kegiatan
yang akan dibiayai murni untuk pelayanan publik yang lebih baik.
Perhitungan
ini
juga
tidak
memperhitungkan
belanja
untuk
program/kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD, hanya memperhitungkan
belanja wajib dan mengikat Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timurpada
TA. 2013.
3) Kemampuan pinjaman daerah memperhitungkan 55% dari total belanja
TA. 2013

Perhitungan Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman
yang akan ditarik tidak melebihi 75% (tujuh puluh lima persen) dari
jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya, dengan kemampuan
pinjaman Rp 185.000.000.000.

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-31

Ketentuan rencana pinjaman 2,5 (terpenuhi)

5) Perhitungan batas maksimal defisit APBD Provinsi Nusa Tenggara
Timur(kategori rendah) terpenuhi

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-33

3.3 Kerangka Pendanaan
Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil
keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program
pembangunan jangka menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan.
Langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh penerimaan daerah
sebagaimana telah dihitung sebelumnya dan ke pos-pos mana sumber
penerimaan tersebut akan dialokasikan. Suatu kapasitas riil keuangan daerah
adalah total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan berbagai pos atau
belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas
utama.
3.3.1 Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas
Utama
Analisis terhadap realisasi pengeluaran wajib dan mengikat dilakukan
untuk menghitung kebutuhan pendanaan belanja dan pengeluaran pembiayaan
yang tidak dapat dihindari atau harus dibayar dalam suatu tahun anggaran.
Belanja periodik yang wajib dan mengikat adalah pengeluaran yang wajib
dibayar serta tidak dapat ditunda pembayarannya dan dibayar setiap tahun oleh
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur seperti gaji dan tunjangan pegawai
serta anggota dewan, bunga, belanja jasa kantor, sewa kantor yang telah ada
kontrak jangka panjang atau belanja sejenis lainnya. Sedangkan belanja periodik
prioritas utama adalah pengeluaran yang harus dibayar setiap periodik oleh
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timurdalam rangka keberlangsungan
pelayanan dasar prioritas Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu
pelayanan pendidikan dan kesehatan, seperti honorarium guru dan tenaga medis
serta belanja sejenis lainnya.
Tabel 3.17
Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-34

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur

Total pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama pada tabel di
atas menjadi dasar untuk menentukan kebutuhan anggaran belanja yang tidak
dapat dihindari dan tidak dapat ditunda dalam rangka penghitungan kapasitas
riil keuangan daerah dan analisis kerangka pendanaan.
3.3.1.1 Proyeksi Data Masa Lalu
Kemampuan daerah memberikan pelayanan kepada masyarakat
ditentukan juga oleh kemampuan daerah dalam mengurus rumah
tangganya sendiri, dalam arti sampai sejauhmana daerah mampu menggali
sumber-sumber keuangannya guna membiayai keperluan-keperluan sendiri
tanpa semata-mata menggantungkan diri pada bantuan dan atau subsidi
pemerintah pusat. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah memberikan kesempatan dan kewenangan untuk menghimpun
pendapatan daerah, baik yang konvensional yaitu dari pajak dan retribusi
daerah ataupun sumber pendapatan daerah yang non konvensional seperti
obligasi daerah atau bahkan pinjaman daerah.
Ketergantungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
cukup tinggi terhadap Pemerintah Pusat, dimana Proporsi Dana
Perimbangan dalam kurun waktu 2008 – 2012 secara rata-rata mencapai
67,40%, menunjukkan bahwa salah satu permasalahan pengelolaan
keuangan daerah bersumber dari rendahnya kemampuan PAD, selain
alokasi jenis belanja yang tidak produktif, pemanfaatan alokasi belanja yang

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-35

tidak efisien dan efektif,serta pengelolaan administrasi yang belum optimal.
Selain tingkat ketergantungan yang cukup tinggi, berbagai permasalahan
pengelolaan keuangan daerah adalah sebagaimana tergambar berikut ini:
- Pendapatan daerah didominasi dari sumber dana perimbangan dan
dari lain-lain sumber pendapatan yang sah.
- Keterbatasan kemampuan Pemerintah daerah dalam pengumpulan dana,
khususnya PAD yang bersumber dari retribusi daerah masih harus
ditingkatkan. Di sisi lain, peningkatan retribusi daerah berarti ada
peningkatan kinerja pelayanan Pemerintah yang diberikan.
- Kualitas belanja masih rendah karena belum optimal mengungkit
pertumbuhan ekonomi daerah.
- Integrasi pengelolaan belanja belum optimal sehingga program dan
kegiatan yang dilakukan masih bersifat parsial.
- Kualitas manajemen pengelolaan keuangan daerah belum sesuai dan
belum sepenuhnya transparan dan akuntabel sehingga Opini BPK atas
hasil pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Daerah
baru mencapaiopini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
Sehubungan dengan berbagai permasalahan tersebut di atas, maka
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menetapkan arah kebijakan
pengelolaan keuangan daerah yang meliputi penerimaan atau pendapatan
daerah, pengeluaran daerah atau belanja daerah dan pembiayaan daerah.
1. Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah
a. Ruang Lingkup dan Asas Keuangan Daerah
Keuangan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur dikelola sesuai
amanat Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. Ruang lingkup keuangan daerah
meliputi:
a) Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah
serta melakukan pinjaman;
b) Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan
daerah dan membayar tagihan pihak ketiga;
c) Penerimaan daerah;
d) Pengeluaran daerah;
e) Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan
pada perusahaan daerah;
f) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan / atau
kepentingan umum.
Sedangkan asas umum pengelolaan keuangan daerah yang
menjadi komitmen Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timuradalah :
1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan,
kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-36

2) Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem
terintegrasi, diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah selanjutnya disingkat APBD yang ditetapkan setiap tahun
dengan Peraturan Daerah.
Keuangan daerah yang tertuang dalam APBD yang dipergunakan
untuk
membiayai
program/kegiatan
dalam
rangka
penyelenggaraan
pemerintahan,
pembangunandan
pelayanankemasyarakatan.Aspek penting dalam penyusunan
anggaran adalah penyelarasan kebijakan (policy), perencanaan
(planning) dengan penganggaran (budget) agar tidak tumpang
tindih.Penyusunan APBD pada dasarnya bertujuan untuk
menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber daya yang
tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai
kebijakan
pemerintah
dan
mempersiapkan
kondisi
bagi
pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik.
b. Arah pengelolaan keuangan daerah 2014 – 2018 adalah
sebagai berikut:
1. Kebijakan Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah
pada hakikatnya diperoleh melalui
pungutan
pajak, retribusi daerah termasuk di dalamnya
optimalisasi aset daerah serta pungutan lainnya yang dibebankan
pada seluruh masyarakat dengan prinsip keadilan dan kewajaran.
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui
rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana, sebagai
hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran. Kebijakan
meningkatkan
pendapatan
berdasarkan
sumber utama
pendapatan sebagai berikut:
1) Pendapatan Asli Daerah
Peningkatan pendapatan asli daerah dari masyarakat, harus
berdasarkan pada Peraturan Daerah, terutama untuk membiayai
layanan-layanan yang diberikan, sehingga kemandirian daerah
dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan dapat terwujud. Untuk mewujudkan hal tersebut
maka kebijakan peningktan PAD dilaksanakan melalui:
a) Memperkuat otonomi daerah dan demokrasi, dimana pajak
daerah dan retribusi daerah dijadikan sebagai saluran aspirasi
daerah dan mempermudah penerapan tingkat pelayanan
dengan beban pajak daerah dan retribusi daerah;
b) Meningkatkan akuntabilitas pelayanan Pemerintah Daerah;
c) Memberikan insentif untuk peningkatan efisiensi dan
efektivitas dalam pelaksanaan layanan;
d) Menggali
sumber-sumberpungutan
daerah
yang
baru
(ekstensifikasi) berdasarkan ketentuan yangmemenuhi kriteria
pungutan daerah yang baik dan benar serta tidakbertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e) Meningkatkan pengendalian dan evaluasi sumber-sumber
pendapatan daerah sehingga diperoleh data dan potensi
pendapatan
daerah
yang
akurat
dan
dapat
dipertanggungjawabkan.
Selanjunya secara operasional peningkatan pengelolaan PAD
perlu difokuskan pada langkah-langkah sebagai berikut:

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-37

1) Pemantapan
kelembagaan
dan
sistem
pemungutan
pendapatan daerah;.
2) Intensifikasi dan Ekstensifikasi pajak daerah
a) Intensifikasi pajak daerah, dilakukan antara lain melalui :
 Pendataan dan peremajaan obyek dan subyek pajak dan
retribusi daerah.


Mengintensifkan penerimaan retribusi daerah.
Sesuai data masa lalu, terlihat bahwa retribusi daerah
mengalami trend penurunan. Ke depan harus dilakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan pendapatan yang
berasal dari retribusi daerah agar terjadi peningkatan
pendapatan daerah. Di sisi lain, peningkatan retribusi
daerah
menuntut
perbaikan
kinerja
dan
pelayanan/fasilitas yang diberikan, sebab retribusi
dibayarkan atas dasar pelayanan/fasilitas/jasa yang
diberikan oleh Pemerintah. Peningkatan retribusi daerah
dapat dilakukan antara lain melalui :
-

Optimalisasi pemanfaatan dan pengelolaan aset
daerah melalui pengelolaan aset daerah secara
profesional yang berdampak pada peningkatan PAD.

-

Memaksimalkan penjualan produk-produk usaha
daerah

Peningkatan koordinasi dan pengawasan terhadap
pemungutan pendapatan daerah.
 Peningkatan pelayanan publik (masyarakat), baik
kecepatan pelayanan pembayaran maupun kemudahan
untuk memperoleh informasi dan kesadaran masyarakat
wajib pajak/retribusi daerah.
b) Ekstensifikasi pajak daerah
Upaya penggalian sumber-sumber penerimaan diarahkan
pada pemanfaatan potensi daerah yang memberikan
kelebihan atau keuntungan secara ekonomis kepada
masyarakat.Namun demikian, penggalian sumber-sumber
pendapatan
daerah
yang
dilakukan
tidak
boleh
menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Ekstensifikasi pajak
daerah Pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dalam memfasilitasi kegiatan ekonomi yang
semakin berkembang dalam masyarakat.
Peningkatan upaya sosialisasi pendapatan daerah.
Peningkatan kualitas data dasar seluruh pendapatan daerah.
Peningkatan peran dan fungsi UPT-pada dinas/badan lingkup
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Kantor Bersama
Samsat.
Peningkatan sinergitas dan koordinasi pendapatan asli daerah
dengan Pemerintah Pusat, Kabupaten/Kota serta instansi
terkait.
Memperbaiki sarana dan prasarana pungutan yang belum
memadai.


3)
4)
5)
6)
7)

8) Perbaikan administrasi penerimaan PAD untuk menjamin agar
semua pendapatan dapat terkumpul dengan baik.
Berdasarkan potensi yang ada maka peluang untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), semakin besar

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-38

dengan telah diterbitkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemerintah
daerah diberikan kewenangan untuk menghimpun pendapatan
daerah baik yang konvensional yaitu dari pajak dan retribusi
ataupun sumber pendapatan daerah yang tidak konvensional
seperti pinjaman daerah dan obligasi daerah.Dalam upaya
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Pemerintah Daerah telah
melaksanakan investasi
dan kemitraan pengelolaan asset
Pemerintah daerah meliputi:
a) Penyertaan modal pada Bank NTT, PT Flobamora dan PT. Hotel
Sasando, dan PT Bangun Askrida.
b) Kemitraan pengelolaan aset Pemerintah pada Kawasan Industri
Bolok, Kawasan Fatululi, kawasan Pantai Pede dan aset tanah
dan bangunan eks Hotel Flobamora I.
2) Dana Perimbangan
Dana yang berasal dari DAU perlu dikelola dengan sebaikbaiknya, meskipun relatif sulit untuk memperkirakan jumlah
alokasinya karena tergantung pada pemerintah pusat. Sumber
Dana Alokasi Khusus (DAK) juga dapat diupayakan peningkatannya
melalui penyusunan program-program unggulan yang dapat
diajukan untuk dibiayai dengan dana DAK. Sedangkan peningkatan
pendapatan dari bagi hasil pajak provinsi dan pusat diupayakan
melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.Pendapatan Bagi Hasil
sangat terkait dengan aktivitas perekonomian daerah. Dengan
semakin meningkatnya aktivitas ekonomi akan berkorelasi dengan
naiknya pendapatan yang berasal dari bagi hasil. Pemerintah
Daerah harus mendorong meningkatnya aktivitas perekonomian
daerah.
Beberapa langkah yang akan dilaksanakan dalam rangka
optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi melalui koordinasi
penyaluran dana bagi hasil PBB, PPH dan CHT adalah:
1) Peningkatan akurasi data potensi sumber daya alam sebagai
dasar perhitungan pembagian dalam dana perimbangan dan
lain-lainpendapatan yang sah.
2) Peningkatan koordinasi dengan pemerintah pusat dan
kabupaten/kota dalam mengoptimalkan bagi hasil dana
perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah;
3) Mendorong perubahan kebijakan nasional dengan mendorong
penetapan regulasi Provinsi Nusa Tenggara Timur dan provinsi
lainnya ditetapkan sebagai Provinsi Kepulauan
yang
menjadikan laut sebagai bagian dari luas wilayah yang
diperhitungkan dalam penetapan DAU.
2. Kebijakan Belanja Daerah
Belanja daerah diarahkan untuk dapat mendukung pencapaian
visi dan misi pembangunan 5 (lima) tahun ke depan. Sesuai dengan
visi pembangunan yang telah ditetapkan, belanja daerah dapat
digunakan sebagai instrumen pencapaian visi tersebut. Pengelolaan
belanja sejak proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan hingga pertanggungjawaban harus memperhatikan aspek
efektifitas, efisiensi, transparan dan akuntabel. Belanja harus
diarahkan untuk mendukung kebijakan yang telah ditetapkan dengan
memperhatikan perbandingan antara masukan dan keluaran
(efisiensi), dimana keluaran dari belanja dimaksud seharusnya dapat

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-39

dinikmati oleh masyarakat (hasil).Selanjutnya alokasi anggaran perlu
dilaksanakan secara terbuka berdasarkan skala prioritas dan
kebutuhan.Selain itu pengelolaan belanja harus diadministrasikan
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Arah pengelolaan
belanja daerah adalah sebagai berikut:
a. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran. Dana yang tersedia harus
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat meningkatkan
pelayanan pada masyarakat dan harapan selanjutnya adalah
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas
pelayanan masyarakat dapat diwujudkan dengan meningkatkan
kompetensi sumber daya manusia aparatur daerah, terutama yang
berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.
b. Prioritas. Penggunaan anggaran diprioritaskan untuk mendanai
kegiatan
kegiatan
di
bidang
pendidikan,
kesehatan,
pengembangan wilayah, penciptaan lapangan kerja, peningkatan
infrastruktur guna mendukung
ekonomi
kerakyatan
dan
pertumbuhan ekonomi serta diarahkan untuk penanggulangan
kemiskinan secara berkelanjutan.
c. Tolok ukur dan target kinerja. Belanja daerah pada setiap kegiatan
disertai tolok ukur dan target pada setiap indikator kinerja yang
meliputi masukan, keluaran dan hasil sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi.
d. Optimalisasi belanja langsung. Belanja langsung diupayakan untuk
mendukung tercapainya tujuan pembangunan secara efisien dan
efektif. Belanja langsung disusun atas dasar kebutuhan nyata
masyarakat, sesuai strategi pembangunan untuk meningkatkan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Optimalisasi belanja langsung untuk pembangunan infrastruktur
publik dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta/pihak
ketiga, sesuai ketentuan yang berlaku.
e. Transparansi dan Akuntabel.
Setiap pengeluaran belanja
dipublikasikan pada publik dan dipertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Dipublikasikan berarti pula
masyarakat mudah dan tidak mendapatkan hambatan dalam
mengakses informasi belanja. Pelaporan dan pertanggungjawaban
belanja tidak hanya dari aspek administrasi keuangan, tetapi
menyangkut pula proses keluaran dan hasil.
Kebijakan umum belanja daerah diarahkan pada peningkatan
efisiensi,efektivitas, transparansi, akuntabilitas dan penetapan
prioritas alokasianggaran.Selain itu, kebijakan belanja daerah juga
diarahkan untuk mencapai visi dan misi yang ditetapkan dalam rangka
memperbaiki kualitas dan kuantitas pelayanan publik.Secara spesifik,
efisiensi dan efektivitas belanja harus menjadi kebijakan yang
diaplikasikan pada semua pos-pos belanja.
Belanja daerah dikelompokkan ke dalam Belanja Langsung dan
Belanja Tidak Langsung yang masing-masing kelompok dirinci ke
dalam jenis belanja. Untuk Belanja Tidak Langsung, jenis belanjanya
terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja
Hibah, Belanja Bantuan Keuangan, Belanja Bantuan Sosial, Belanja
Bagi Hasil, dan Belanja Tidak Terduga. Sementara itu, untuk Belanja
Langsung, jenis belanjanya terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja
Barang dan Jasa, serta Belanja Modal.
1) Belanja Tidak Langsung

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-40

Belanja yang signifikan pada kelompok belanja tidak langsung
adalah belanja gaji, hibah dan bantuan sosial, namun demikian
Pemerintah berkomitmen untukmenyediakan dana darurat dalam
bentuk belanja tidak terduga yang diperuntukkan terutama untuk
penanggulangan bencana alam.
Alokasi belanja hibah dan bantuan sosial diarahkan kepada
masyarakat dan berbagai organisasi baik profesi maupun
kemasyarakatan.Tujuan alokasi belanja hibah dan bantuan sosial
adalah sebagai manifestasi pemerintah dalam memberdayakan
masyarakat dan mengurangi resiko sosial.
Mekanisme anggaran yang dilaksanakan adalah bersifat block
grant, artinya masyarakat dapat merencanakan sendiri sesuai dengan
kebutuhan, dengan tidak keluar dari koridor peraturan yang berlaku.
Selain itu, komitmen Pemerintah Daerah untukmemperbaiki kualitas
pendidikan dan kesehatan juga berimplikasi pada meningkatnya
belanja hibah untuk sektor pendidikan dan kesehatan yang juga akan
berpengaruh pada peningkatan Belanja Tidak Langsung dalam 5 (lima)
tahun ke depan.
2) Belanja Langsung
Belanja Langsung adalah belanja pemerintah daerah yang
berhubungan langsung dengan program dan kegiatan.Program dan
kegiatan yang diusulkan pada belanja langsung disesuaikan dengan
Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran (PPAS)
dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD).
Belanja Langsung terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang
dan Jasa, serta Belanja Modal. Belanja Langsung untuk lima tahun ke
depan diarahkan pada pencapaian visi dan misi Provinsi Nusa
Tenggara Timur, antara lain untuk peningkatan kualitas SDM melalui
pendidikan, kesehatan, penciptaan lapangan kerja, perbaikan
infrastruktur untuk mempercepat peningkatan akses masyarakat dan
mendorong pertumbuhan ekonomi serta diarahkan untuk pengurangan
kemiskinan. Besarnya dana yang dikeluarkan untuk masing-masing
kegiatan juga diperkirakan akan meningkat. Sementara itu, khusus
untuk Belanja Modal, pengeluaran belanja modal pada lima tahun
mendatang diprioritaskan untuk membangun sarana dan prasarana
yang mendukung tercapainya visi dan misi Daerah
Telaah aspek pendapatan dan belanja daerah menunjukkan
bahwa proses pembangunan di Nusa Tenggara Timurakan berjalan
dalam kondisi keterbatasan fiskal dan ketergantungan fiskal yang
tinggi serta belum optimalnya upaya-upaya menggali pendapatan asli
daerah. Pada sisi lain, realisasi belanja daerah selama lima tahun
terakhir memperlihatkan bereaucratic oriented yang tinggi. Dalam
kondisi ini, beberapa prinsip perlu diletakkan sebagai landasan bagi
arah kebijakan keuangan daerah dalam jangka lima tahun ke depan.
Prinsip yang dimaksud bersumber pada paradigma Anggaran Untuk
Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah) sesuai dengan Visi, Misi,
Strategi dan arah kebijakan Pembangunan daerah Nusa Tengara Timur
selama lima tahun kedepan, dengan penjabaran sebagai berikut:
a) Keterbatasan kapasitas fiskal menghendaki efisiensi dalam
penggunaan anggaran, baik yang bersumber dari APBD maupun
dana dekonsentrasi.
b) Efisiensi dalam penggunaan anggaran dapat dicapai melalui
perumusan kebijakan anggaran (KUA-APBD) yang fokus pada
prioritas pembangunan;

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-41

c) Untuk kepentingan ini, harus terjadi perubahan dalam struktur
belanja. Struktur belanja, baik menurut klasifikasi ekonomi
maupun bidang kewenangan, harus konsisten dengan programprogram prioritas;
d) Ketergantungan fiskal menghendaki upaya-upaya kreatif dari
semua unsur pemerintahan untuk menggali dan memanfaatkan
endowment faktor yang dimiliki untuk meningkatkan PAD;
e) Dalam kaitan ini, peranan retribusi daerah harus ditingkatkan dan
pengembangannya harus terfokus pada layanan publik yang
mampu meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat.
f) Penerimaan pembiayaan yang sebagian besar bersumber dari
SILPA harus digunakan untuk menjamin likuiditas keuangan
pemerintah
dan
untuk
pengeluaran
pembiayaan
yang
berorientasi
pada
penguatan
investasi
daerah
melalui
pembangunan infrastruktur dan kepentingan jangka pendek yang
bersifat mendesak.
Arah kebijakan belanja daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
dalam jangka menengah adalah sesuai prioritas pembangunan yang
telah ditetapkan. Program prioritas yang dimaksud harus memiliki
hubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat strategis,
lintas sektor, selesai dalam 5 (lima) tahun, berskala besar, dan
memiliki urgensi yang tinggi serta memberikan dampak yang luas
kepada masyarakat. Dengan demikian, besarnya alokasi belanja
daerah untuk setiap program prioritas harus harus lebih diutamakan
dibandingkan dengan pemenuhan alokasi belanja yang lain.
Sejalan dengan Visi, Misi, dan Arah Pembangunan Nusa
Tenggara Timur5 (lima) tahun ke depan, keseluruhan program
prioritas yang perlu mendapatkan perhatian penting dalam belanja
daerah, dikemas dalam 8 (delapan) agenda pembangunan sebagai
berikut:
1) Agenda Peningkatan Kualitas Pendidikan, Kepemudaan dan
Keolahragaan
2) Agenda Pembangunan Kesehatan
3) Agenda Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan dan Pengembangan
Pariwisata
4) Agenda Pembenahan Sistem Hukum dan Birokrasi Daerah
5) Agenda Percepatan Pembangunan Infrastruktur Berbasis Tata
Ruang dan Lingkungan Hidup
6) Agenda Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
7) Agenda Pembangunan Perikanan dan Kelautan
8) Agenda Khusus:
a. Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
b. Penanggulangan Bencana
c. Pembangunan Daerah Perbatasan
3. Kebijakan Pembiayaan Daerah
Persoalan utama yang dihadapi pemerintah provinsi dalam
aspek pembiayaan adalah optimalisasi pemanfaatan SILPA, dana
cadangan dan peluang pinjaman jangka daerah untuk membiayai
program prioritas, dan pembangunan infrastruktur sebaik mungkin.
Dengan demikian, Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur adalah sebagai berikut:

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-42

1)

2)

3)

Menciptakan pembiayaan anggaran dengan resiko rendah dan
relatif tidak mengganggu stabilitas maupun kesinambungan
anggaran pusat maupun daerah. Pembiayaan demikian
terutama berasal dari: (i) Dana SILPA, dan (ii) Dana pinjaman
jangka panjang yang terkait langsung dengan proyek-proyek
yang terukur profitabilitasnya baik secara nilai maupun kurun
waktu menghasilkannya.
Menyediakan pembiayaan dari dana cadangan untuk membiayai
proyek-proyek tertentu yang pengerjaannya memerlukan waktu
lebih dari satu tahun anggaran.
Menjadikan penyertaan modal pemerintah dalam BUMD sebagai
langkah perbaikan kinerja BUMD yang bersangkutan.

Analisis proyeksi belanja daerah dilakukan untuk memperoleh
gambaran kebutuhan belanja tidak langsung daerah dan pengeluaran
pembiayaan yang bersifat wajib dan mengikat serta prioritas utama.
Analisis dilakukan dengan proyeksi 5 (lima) tahun kedepan untuk
penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah.
Proyeksi Pendapatan DaerahProvinsi Nusa Tenggara Timur 20131-2018
diproyeksikan sebagaimana tabel 3.18 berikut.

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-43

Tabel 3.18
Proyeksi Pendapatan Daerah 2013 - 2018

Sumber : Biro Keuangan Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur, Diolah

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018

III-44

Tabel 3.19
Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
Provinsi Nusa Tenggara Timur 2013-2018

Sumber : Biro Keuangan Setda Prov. NTT

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018

III-45

3.3.1.2Penghitungan Kerangka Pendanaan

Penghitungan kerangka pendanaan dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui kapasitas riil kemampuan keuangan daerah dan
rencana penggunaannya. Penghitungan dimaksud tergambar pada
tabel 3.20 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk
Mendanai Pembangunan daerah.
Berdasarkan 3.20 tersebut, disusun Tabel 3.21 sehingga dapat
dihitung rencana penggunaan kapasitas riil kemampuan keuangan
daerah untuk memenuhi kebutuhan anggaran belanja langsung dan
belanja tidak langsung dalam rangka pendanaan program
pembangunan jangka menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke
depan.

RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013 – 2018
III-46

Tabel 3.