Contoh Makalah Pancasila Sebagai Ideologi Negara
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA
“PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA “
Disusun Oleh:
1. Salsabila Basuki
17640001
2. M. Safii Amirudin
17640027
3. Fiki Rifan Kusuma
17640031
4. Rossa Varadella Anindia
17640041
5. Indaah Warna Wati
17640045
6. Abdul Ghofur
17640055
7. Agus Kris Budiman
17640057
8.
Ilham Fidin
17640065
FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA
Makalah ini dibuat guna melengkapi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila “ Pancasila sebagai Ideologi Negara “
Disusun Oleh:
1. Salsabila Basuki
17640001
2. M. Safii Amirudin
17640027
3. Fiki Rifan Kusuma
17640031
4. Rossa Varadella Anindia
17640041
5. Indaah Warna Wati
17640045
6. Abdul Ghofur
17640055
7. Agus Kris Budiman
17640057
8.
Ilham Fidin
17640065
FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
anugerah-Nya sehingga kami
dapat
menyelesaikan penulisan makalah tentang
Pancasila Sebagai Ideologi Negara.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan
para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai
manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari
segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritiknya.
serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami
untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita
bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.
Semarang, Selasa 24 April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA
PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................4
2.2 Pancasila Sebagai Ideologi Negara.....................................................................5
2.3 Pancasila Sebagai Dasar Negara.........................................................................8
2.4 Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi Negara .......................................................9
2.5 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Tertutup..............................................9
2.6 Arti Pancasila Sebagai Ideologi Negara..............................................................9
2.8 Nilai dan Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Negara..........................................9
BAB 3 PENUTUP..................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................11
3.2 Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebelum tanggal
17 Agustus
bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa
Indonesia dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau
berkuasa di Indonesia, misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang.
Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Penjajahan Belanda berakhir pada
tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala
tentara Jepang.
Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944,
tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati
bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu,
Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan
oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus
menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji
kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa
syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari
Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura).
Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Keanggotaan badan ini
dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29
Mei 1945 - 1 Juni 1945. Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua
di antaranya adalah
Muhammad Yamin
dan Bung Karno,
yang masing-masing
mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Selesai sidang pertama,
pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah
panitia
kecil
yang
tugasnya adalah
menampung usul-usul yang
masuk
dan
memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota
diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan
tanggal 20 Juni 1945. Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada
tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah
Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.
Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah
merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus.
Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu,
dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan
dengan
sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa
Indonesia, yaitu dengan
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari
setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama (1)
mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2)
memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum
mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada
tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada
utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesia
bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata
“ketuhanan” yang berbunyi “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” d ihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian T imur lebih
baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh
Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota
tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim
dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi
persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan
demi persatuan dan kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya
tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya “dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan
“Yang Maha Esa”.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Negara?
2. Bagaimana Pancasila Sebagai Dasar Negara?
3. Bagaimana Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi Negara?
4. Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Tertutup?
5. Apa Arti Pancasila Sebagai Ideologi Negara?
6. Bagaimana Nilai dan Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Negara?
1.3
TUJUAN
Kelompok kami menyusun makalah ini bertujuan agar para pembaca bisa mengetahui
tentang Pancasila sebagai ideologi negara dan pancasila sebagai ideologi bangsa
indonesia yang sesungguhnya, dan dengan adanya makalah ini juga di harapkan dapat
menjadi pengetahuan bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA
a) Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah pancasila sebagai cita-cita negara
atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan bangsa Indonesia. Berdasarkan Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998
tentang pencabutan ketetapan MPR tentang P4. Ditegaskan bahwa pancasila adalah
dasar NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
b) Pancasila sebagai ideologi negara.
Pengertian ideologi-ideologi berasal dari bahasa
yunani
yaitu iden yang
berarti melihat, atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran
dan kata logi yang berarti ajaran, dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu
tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (Marsudi, 2001).
Puspowardoyo (1992)
menyebutkan bahwa
sebagai kompleks pengetahuan dan nilai secara
ideologi dapat
di rumuskan
keseluruhan menjadi landasan
seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya, serta
menentukan sikap
dasar
untuk
mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang
dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar serta
apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H.Titus defenisi dari ideologi adalah suatu istilah
yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah
politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang
sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh sekelompok atau lapisan
masyarakat.
Ciri-ciri ideologi adalah sebagai berikut :
a. Mempunyai derajat
yang tertinggi sebagai
nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan
b.
Mewujudkan suatu asaz kerohanian, pandangan-pandangan hidup, pegangan
hidup yang dipelihara diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
Fungsi ideologi menurut pakar dibidangnya :
a. Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan manusia
secara individual (cahyono,1986).
b. Sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan dari generasi tua dengan
generasi muda, (setiardja,2001).
c.
Sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi individu,
masyarakat,dan bangsa untuk menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan.
(hidayat,2001).
2. 2
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
Pancasila dalam kedudukanya ini sering disebut seb agai dasar filsafat atau
dasar falsafah negara (Philosofische Gronslag) dari Negara, ideologi negara atau
Statsidee, dalam pengertian ini pancasila merupakan dasar nilai serta untuk mengatur
pemerintahan negara atau dengan kata lain perkataan.
Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggara Negara terutama
segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang
dewasa ini dijabarkan dan diderivasikan dari n ilai-nilai pancasila. Maka pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum, pancasila merupakan sumber kaidah
hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara Republik Indonesia
beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat wilayah, beserta Negara.
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber
nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai dasar
baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau dalam
kedudukannya sebagai
dasar negara,
pancasila mempunyai kekuatan mengingat
secara hukum.
Sebagai sumber dari segala hukum atau sumber tertib hukum Indonesia maka
pancasila tercantum dalam
ketentuan tertinggi yaitu
pembukaan UUD
1945,
kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang
meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikongritiskan atau
dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan
dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikongritiskan atau dijabarkan dari UUD 1945
serta hukum positif lainya, kedudukan pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat
dirincikan sebagai berikut:
Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber hukum
(sumber
tertib hukum)
Indonesia. Dengan
demikian pancasila merupakan asas
kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam pembukaan UUD 1945 dijelmakan
lebih lanjut ke dalam
empat
pokok
pikiran.
Meliputi suasana
kebatinan
(Geistlichenhintergrud) dari UUD 1945.
Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum yang
tertulis maupun tidak tertulis). Mengandung norma yang mengharuskan undangundang
dasar
mengandung isi
penyelenggara negara
yang
mewajibkan pemerintah dan
lain-lain
(termasuk penyelenggara partai dan golongan fungsional).
Memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Hal ini dapat dipahami karena semangat adalah penting bagi pelaksanaan dan
penyelenggara negara, karena masyarakat dan negara indonesia senantiasa tumbuh
dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat dan
negara akan tetap diliputi dan diarahkan asas kerohanian negara. Dasar formal
kedudukan pancasila dasar Negara Republik Indonesia tersimpul dalam pembukaan
UUD 1945 alinea IV yang berbunyi sebagai berikut:” maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat,
yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh
hikmat
kebijaksanaan
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial seluruh
rakyat indonesia”.
Pengertian kata”
Dengan
Berdasarkan Kepada” Hal ini secara
yuridis
memiliki makna sebagai dasar negara. Walaupun dalam kalimat terakhir pembukaan
UUD 1945 tidak tercantum kata ‘pancasila’ secara eksplisit namun anak kalimat
“ dengan berdasar kepada” ini memiliki makna dasar negara adalah pancasila. Hal ini
didasarkan atas interpretasi historis sebagaimana ditentukan oleh BPUPKI bahwa
dasar negara Indonesia itu disebut
dengan
istila pancasila. Sebagaimana telah
ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama dirumuskannya pancasila
adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Oleh karena itu fungsi pokok
pancasila adalah sebagai dasar Negara Republik Indonesia.
Hal ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam pembukaan
UUD 1945, ketetapan No. XX/MPRS/1966. (Jo ketetapan MPR No. V/MPR/1973
dan ketetapan No. IX/MPR/1978). Dijelaskan bahwa pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum atau sumber tertib hukum indonesia yang ada pada hakikatnya
adalah merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta citacita moral yang meliputi suasana kebatinan serta dari bangsa indonesia. Selanjutnya
dikatakan bahwa cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa
prikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional, cita-cita politik mengenai sifat,
bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan
keagamaan sebagai pengejawatan dari budi nurani manusia.
Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melaui sidang istimewa tahun 1998,
mengembalikan kedudukan pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia yang
tertuang dalam Tap. No. XVIII/MPR/1998. Oleh karena itu segala agenda dalam
proses reformasi, meliputi berbagai bidang lain mendasarkan pada kenyataan aspirasi
rakyat (Sila 1V) juga harus mendasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
2. 3 HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan dan pemikiran seseorang
atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namun Pancasila
diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara,
dengan kata lain unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain
diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini
merupakan kausa materialistis (asal bahan) Pancasila.
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para
pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi
bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa
dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa, dan
bukannya mengan gkat atau mengambil ideologi d ari bangsa lain. Selain itu Pancasila
juga bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja, yang
hanya memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila
berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga Pancasila pada hakikatnya
untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komprehensif.
Oleh karena ciri khas Pancasila itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa
Indonesia.Ideologi berasal dari kata “idea” yang artinya gagasan, pengertian kata
“logi” yang artinya pengetahuan. Jadi ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang
gagasan-gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang
pengertian pengertian dasar.
Istilah ideologi pertama kali di kemukakan oleh Destutt de Tracy seorang
perancis pada tahun 1796 . Karl Marx mengartikan Ideologi seb agai pandangan hidup
yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu
dalam
bidang
politik
atau
sosial
atau
sosial
ekonomi.
Ramlan
Surbakti
mengemukakan ada dua pengertian ideologi secara fungsional dan ideologi secara
struktural. Ideologi secara fungsional di golongkan menjadi dua tipe yaitu ideologi
doktriner dan ideologi yang pragmatis.
Dengan
demikian dapat
disimpulkan bahwa
ideologi
adalah
kumpulan
gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis yang
menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia. Notonegoro sebagaimana di kutip
oleh Kaelan mengemukakan, bahwa ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau
cita-cita yang menjadi dasar atau yang menjadi suatu sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas
kerohanian yang antara lain memiliki ciri: Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai
nilai
hidup
kebangsaan dan
kenegaraan, Mewujudkan suatu
asas
kerohanian,
pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan hidup, yang dipelihara, dikembangkan,
diamalkan,
dilestarikan,
kepada
generasi
berikutnya,
diperjuangkan
dan
dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
Ideologi
merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang
sekaligus membentuk orang atau masyarakat itu menuju
cita-citanya. Ideologi
merupakan sesuatu yang di hayati menjadi sesuatu keyakinan. Semakin mendalam
kesadaran ideologis seseorang maka akan semakin tinggi pula komitmen nya untuk
melaksanakannya.
Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam
yang dimilikinya dan dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai
wawasan atau pedoman hidup mereka. Pengertian yang demikian itu juga dapat di
kembangkan untuk masyarakat yang lebih luas, yaitu masyarakat bangsa.
2. 4
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DAN TERTUTUP
Ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai
melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya berada dalam
sistem pemerintahan yang demokratis. Ideologi terbuka merupakan ideologi yang
hanya berisi suatu orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuantujuan dan norma-norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan
dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-cita
yang akan dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus disepakati
secara demokratis.
Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang
menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang dinyatakan
sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus dipatuhi.
Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh dipermasalahkan berdasarkan nilainilai atau prinsip-prinsip moral yang lain.Ideologi tertutup bersifat Dogmatis dan
Apriori,
dogmatis berarti
mempercayai suatu keadaan
tanpa data yang valid,
sedangkan apriori , yaitu berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan. ideologi
tertutup tersebut dipaksakan berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat yang di atur oleh
masyarakat elit tertentu atau kelompok masyarakat, yang berarti bersifat otoriter dan
dijalankan dengan cara yang totaliter. Bersifat totaliter berarti menyangkut seluruh
aspek kehidupan.
Dari arti kedua Ideologi ini, perbedaannya adalah Ideologi terbuka bersifat
inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok
orang, artinya bahwa sistem ini bersifat demokratis dan terbuka, sedangkan Ideologi
tertutup bersifat otoriter (negara berlaku sebagai penguasa) dan totaliter, arti dari
totaliter itu sendiri adalah bahwa pemerintahan dengan kekuasaannya mempunyai hak
mutlak untuk mengatur di segala bidang aspek yang ada.
Ciri-ciri ideologi terbuka dan ideologi tertutup adalah:
a. Ideologi Terbuka
1. Merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat
2. Berupa nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari dalam mas yarakat sendiri.
3. Hasil musyawarah dan konsesus masyarakat.
4. Bersifat dinamis dan reformasi.
b. Ideologi Tertutup
1. Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat,
2. Bukan berupa nilai dan cita-cita
3. Kepercayaan dan kesetian ideologis yang kaku
4. Terdiri atas tuntutan kongkrit dan operational yang d iajukan secara mutlak
2. 5 APA ARTI PANCAS ILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
Sebelum membahas tentang arti dari Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara Indonesia,marilah kita fahami terlebih dahulu apa itu ideologi, ideologi
berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau idea yang berarti raut
muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang berarti ajaran. Dengan
demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
Science
Des Ideas (AL-Marsudi, 2001:57). Puspowardoyo (1992) menyebutkan
bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara
keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya
dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan
pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan
tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm used
for any group of ideas concerning various political and aconomic issues and social
philosophies often applied to a systematic scheme of ideas held b y groups or classes,
artinya suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai bebagai
macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu
rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau
lapisan masyarakat.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat
dapat
kita
simpulkan,
manusia Indonesia untuk
maka
mencari
Pancasila
itu
ialah
usaha
kebenaran, kemudian sampai
pemikiran
mendekati atau
menanggap sebagai suatu kesanggupan yang digenggamnya seirama dengan ruang
dan waktu. Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara sistematis radikal
itu kemuduian dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang mengandung
suatu pemikiran yang bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman
atau norma hidup dan kehidupan bersama dalam rangka perumusan satu negara
Indonesia merdeka, yang diberi nama Pancasila.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi
status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi persyaratan
sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia yang diterima dan didukung oleh seluruh bangsa atau warga
Negara
Indonesia. Demikian isi rumusan sila-sila
dari Pancasila sebagai
satu
rangkaian kesatuan yang bulat dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah
fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari pusat
sampai ke daerah-daerah.
Sebagai ideologi suatu bangsa yang menjadi pandangan dan pegangan hidup
masyarakatnya, Pancasila haruslah bersifat universal mencakup segala macam nilainilai sosial dan budaya Indonesia serta menjadi orientasi dalam hidup oleh seluruh
masyarakatnya.
Sebagai
ideologi
bangsa,
maka
keberadaannya
selalu
diimplementasikan ke dalam perilaku kehidupan dalam rangka berbangsa, bernegara
dan bermasyarakat. Kalau dikaji dari butir-butir kelima sila dalam ideologi Pancasila
tersebut, sebenarnya sudah mencakup gambaran pembentukan karakter
manusia
Indonesia yang ideal, sebagai mana yang diharapkan para penggali dari pancasila itu
sendiri.
Gambaran
pembentukan
manusia
Indonesia
seutuhnya
itu,
dapat
diilustrasikan Pada sila pertama tersirat bagaimana manusia Indonesia berhubungan
dengan
Tuhannya atau kepercayaannya. Pada sila kedua tergambar bagaimana
manusia Indonesia harus bersikap hidup dengan orang lain sebagaimana layaknya
manusia yang punya pikiran dan ahklak hingga dia bisa bersikap sebagai mahkluk
yang tertinggi dibandingkan dengan mahkluk lainnya yaitu binatang.
Sila ketiga menerangkan bagaiama manusia
Indonesia menciptakan suatu
pandangan betapa pentingnya arti persatuan dan kesatuan bangsa dari pada bercerai
berai seperti pada pepatah bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh. Sila keempat
telah menegaskan bagaimana manusia Indonesia mengimplementasikan cara bersikap
dan berpendapat serta memutuskan sesuatu menyangkut kepentingan umum secara
bijak
demi
kelangsungan
kehidupan
berdemokrasi
yang
terlindungi antara
menyuarakan hak dan kewajibannya berimbang dalam mengimplementasikannya.
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia mewujudkan suatu
keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri.
Dari
penjabaran kelima sila tersebut di atas, maka sudah sepantasnya bahwa Pancasila
beserta kelima silanya itu layak dijadikan sebagai pandangan dan pegangan hidup
serta dijadikan sebagai
pembimbing dalam menciptakan kerangka berpikir
untuk
menjalankan roda demokratisasi dan diimplementasikan dalam segala macam praktik
kehidupan menyangkut berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di dalam Negara
kesatuan Republik Indonesia tercinta
ini.maka mengamalkan dan mengamankan
Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya
setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya.
Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak
menurut
hukum
yakni
hukum
yang
berlaku
di Indonesia. Dengan
kata lain
pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi huku m. Sedangkan
pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam
hidup
sehari-hari tidak
disertai
sanksi-sanksi hukum
tetapi
mempunyai sifat
mengikat, artinya setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung
di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan kehidupanya, sepanjang tidak
melanggar peraturan perundang-undangan yang barlaku di Indonesia.
Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan Pancasila
sebagai
dasar Negara
Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif memaksa.
Sedangkan pengamalan atau pelaksanaan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam
hidup
sehari-hari tidak
disertai
sanksi-sanksi hukum
tetapi
mempunyai sifat
mengisebag. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya
sebagai dasar Negara, yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara
Republik Indonesia dapatlah disebut pula sebagai ideologi nasional atau ideologi
Negara.
2. 6
NEGARA
NILAI DAN FUNGSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
Pancasila sebagai ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, tetapi dinamis dan
terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila dalam perkembangannya
bersifat aktual, dinamis, dan senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan zaman,
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi negara adalah
sebagai berikut:
1. Nilai dasar, merupakann isi dari sila-sila Pancasila yang b ersifat universal sehingga
dalam nilai dasar ini terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar.
2. Nilai Instrumental, merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran, serta lembaga
pelaksanaannya. Nilai instrumental ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilainilai dasar ideologi Pancasila.
3. Nilai Praktis, dalam kehidupan, nilai-nilai Pancasila dilaksanakan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara nyata.
Selain itu, Pancasila sebagai ideologi negara secara struktur memiliki tiga sisi
atau dimensi, yaitu.
a.
Dimensi idealis, artinya nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila bersifat
sistematis, rasional, dan menyeluruh.
b. Normatif (aturan), artinya nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma sebagaimana yang terkandung dalam
norma kenegaraan.
c. Dimensi realistis
(kenyataan), maksudnya nilai-nilai itu harus
mencerminkan kenyataan hidup
dan perilaku
yang
mampu
berkembang dalam
kehidupan masyarakat.
Ideologi mempunyai beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikut:
1.Struktur pengetahuan, yaitu keseluruhan pengetahuan yang dapat menjadi landasan
untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian di alam sekitar.
2.Orientasi dasar, yaitu dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
3.Norma-norma, yaitu menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
4.Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
5.Kekuatan yang mampu dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan
mencapai tujuan.
6.Pendidikan bagi masyarakat untuk memahami dan menghayati tingkah lakunya
sesuai dengan norma-norma yang terkandung di dalamnya.
Pancasila sebagai dasar negara memuat konsep dasar kehidupan yang dicitacitakan dan member kemudahan untuk membangun bangsanya. Demikian pula
ideologi Pancasila, yang memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia, yaitu sebagai
berikut (Nurlaili & Aniaty, 2014, hlm. 4):
1. Memberi arah yang mantap dalam berkelompok dan menggerakkannya
menuju tujuan masyarakatnya;
2.Membentuk identitas kelompok atau bangsa dan mempersatukannya dalam
satu kesatuan utuh;
3.Mengatasi berbagai konflik dan ketegangan social yang terjadi dan
menciptakan kehidupan yang penuh kepedulian dan kebersamaan;
4.Mempersatukan keanekaragaman yang ada dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat
imperatif atau memaksa serta memiliki nilai – nilai luhur yang terkandung dalam
pancasila yang bersifat obyektif – subyektif. Bagi bangsa indonesia hakikat yang
sesungguhnya dari pancasila adalah sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai
dasar negara.
Kedua
pengertian tersebut
sudah
selayaknya kita pahami
akan
hakikatnya. Selain dari pengertian tersebut, pancasila memiliki beberapa sebutan
yang berbeda.
Menurut pendapat Harol H.Titus defenisi dari ideologi adalah suatu istilah
yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah
politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang
sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh sekelompok atau lapisan
masyarakat Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai suatu sistem pemikiran
terbuka yang dimana memiliki ciri-ciri ideologi dan fungsi ideologi sesuai bidangnya.
Pancasila sebagai ideologi memiliki dua ciri yaitu ideologi terbuka dan ideologi
tertutup.
B.
SARAN
Makalah yang kami susun semoga bisa membantu kita lebih memahami
tentang
pancasila
sebagai
ideologi
negara
yang
lebih
mendalam.
Mohon
permakluman dari semuanya jika dalam makalah kami ini masih terdapat banyak
kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman. Karena tiadalah sesuatu yang sempurna
yang bisa manusia ciptakan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Marsudi Subandi H. 2003. Pancasila dan UUD’45 dalam Paradigma
Reformasi. Jakarta : Rajawali Pers.
Setiady Elly M. 2000. Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Wahana, Paulus. 1993. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Kanisius.
Suwarno, P.J. 1993. Pancasila Budaya
Kanisius.
Bangsa
Indonesia. Yogyakarta:
“PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA “
Disusun Oleh:
1. Salsabila Basuki
17640001
2. M. Safii Amirudin
17640027
3. Fiki Rifan Kusuma
17640031
4. Rossa Varadella Anindia
17640041
5. Indaah Warna Wati
17640045
6. Abdul Ghofur
17640055
7. Agus Kris Budiman
17640057
8.
Ilham Fidin
17640065
FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA
Makalah ini dibuat guna melengkapi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila “ Pancasila sebagai Ideologi Negara “
Disusun Oleh:
1. Salsabila Basuki
17640001
2. M. Safii Amirudin
17640027
3. Fiki Rifan Kusuma
17640031
4. Rossa Varadella Anindia
17640041
5. Indaah Warna Wati
17640045
6. Abdul Ghofur
17640055
7. Agus Kris Budiman
17640057
8.
Ilham Fidin
17640065
FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
anugerah-Nya sehingga kami
dapat
menyelesaikan penulisan makalah tentang
Pancasila Sebagai Ideologi Negara.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan
para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai
manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari
segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritiknya.
serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami
untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita
bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian.
Semarang, Selasa 24 April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA
PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................4
2.2 Pancasila Sebagai Ideologi Negara.....................................................................5
2.3 Pancasila Sebagai Dasar Negara.........................................................................8
2.4 Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi Negara .......................................................9
2.5 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Tertutup..............................................9
2.6 Arti Pancasila Sebagai Ideologi Negara..............................................................9
2.8 Nilai dan Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Negara..........................................9
BAB 3 PENUTUP..................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................11
3.2 Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebelum tanggal
17 Agustus
bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa
Indonesia dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau
berkuasa di Indonesia, misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang.
Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Penjajahan Belanda berakhir pada
tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala
tentara Jepang.
Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944,
tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati
bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu,
Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan
oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus
menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji
kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa
syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari
Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura).
Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Keanggotaan badan ini
dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29
Mei 1945 - 1 Juni 1945. Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua
di antaranya adalah
Muhammad Yamin
dan Bung Karno,
yang masing-masing
mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Selesai sidang pertama,
pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah
panitia
kecil
yang
tugasnya adalah
menampung usul-usul yang
masuk
dan
memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota
diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan
tanggal 20 Juni 1945. Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada
tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah
Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.
Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah
merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus.
Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu,
dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan
dengan
sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa
Indonesia, yaitu dengan
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari
setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama (1)
mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2)
memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum
mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada
tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada
utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesia
bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata
“ketuhanan” yang berbunyi “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” d ihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian T imur lebih
baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh
Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota
tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim
dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi
persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan
demi persatuan dan kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya
tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya “dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan
“Yang Maha Esa”.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Negara?
2. Bagaimana Pancasila Sebagai Dasar Negara?
3. Bagaimana Hakikat Pancasila Sebagai Ideologi Negara?
4. Bagaimana Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Tertutup?
5. Apa Arti Pancasila Sebagai Ideologi Negara?
6. Bagaimana Nilai dan Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Negara?
1.3
TUJUAN
Kelompok kami menyusun makalah ini bertujuan agar para pembaca bisa mengetahui
tentang Pancasila sebagai ideologi negara dan pancasila sebagai ideologi bangsa
indonesia yang sesungguhnya, dan dengan adanya makalah ini juga di harapkan dapat
menjadi pengetahuan bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA
a) Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah pancasila sebagai cita-cita negara
atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan bangsa Indonesia. Berdasarkan Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998
tentang pencabutan ketetapan MPR tentang P4. Ditegaskan bahwa pancasila adalah
dasar NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
b) Pancasila sebagai ideologi negara.
Pengertian ideologi-ideologi berasal dari bahasa
yunani
yaitu iden yang
berarti melihat, atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran
dan kata logi yang berarti ajaran, dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu
tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas (Marsudi, 2001).
Puspowardoyo (1992)
menyebutkan bahwa
sebagai kompleks pengetahuan dan nilai secara
ideologi dapat
di rumuskan
keseluruhan menjadi landasan
seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya, serta
menentukan sikap
dasar
untuk
mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang
dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar serta
apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H.Titus defenisi dari ideologi adalah suatu istilah
yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah
politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang
sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh sekelompok atau lapisan
masyarakat.
Ciri-ciri ideologi adalah sebagai berikut :
a. Mempunyai derajat
yang tertinggi sebagai
nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan
b.
Mewujudkan suatu asaz kerohanian, pandangan-pandangan hidup, pegangan
hidup yang dipelihara diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
Fungsi ideologi menurut pakar dibidangnya :
a. Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan manusia
secara individual (cahyono,1986).
b. Sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan dari generasi tua dengan
generasi muda, (setiardja,2001).
c.
Sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi individu,
masyarakat,dan bangsa untuk menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan.
(hidayat,2001).
2. 2
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
Pancasila dalam kedudukanya ini sering disebut seb agai dasar filsafat atau
dasar falsafah negara (Philosofische Gronslag) dari Negara, ideologi negara atau
Statsidee, dalam pengertian ini pancasila merupakan dasar nilai serta untuk mengatur
pemerintahan negara atau dengan kata lain perkataan.
Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggara Negara terutama
segala peraturan perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang
dewasa ini dijabarkan dan diderivasikan dari n ilai-nilai pancasila. Maka pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum, pancasila merupakan sumber kaidah
hukum negara yang secara konstitusional mengatur negara Republik Indonesia
beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat wilayah, beserta Negara.
Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber
nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai dasar
baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau dalam
kedudukannya sebagai
dasar negara,
pancasila mempunyai kekuatan mengingat
secara hukum.
Sebagai sumber dari segala hukum atau sumber tertib hukum Indonesia maka
pancasila tercantum dalam
ketentuan tertinggi yaitu
pembukaan UUD
1945,
kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang
meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikongritiskan atau
dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan
dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikongritiskan atau dijabarkan dari UUD 1945
serta hukum positif lainya, kedudukan pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat
dirincikan sebagai berikut:
Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber hukum
(sumber
tertib hukum)
Indonesia. Dengan
demikian pancasila merupakan asas
kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam pembukaan UUD 1945 dijelmakan
lebih lanjut ke dalam
empat
pokok
pikiran.
Meliputi suasana
kebatinan
(Geistlichenhintergrud) dari UUD 1945.
Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum yang
tertulis maupun tidak tertulis). Mengandung norma yang mengharuskan undangundang
dasar
mengandung isi
penyelenggara negara
yang
mewajibkan pemerintah dan
lain-lain
(termasuk penyelenggara partai dan golongan fungsional).
Memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Hal ini dapat dipahami karena semangat adalah penting bagi pelaksanaan dan
penyelenggara negara, karena masyarakat dan negara indonesia senantiasa tumbuh
dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat dan
negara akan tetap diliputi dan diarahkan asas kerohanian negara. Dasar formal
kedudukan pancasila dasar Negara Republik Indonesia tersimpul dalam pembukaan
UUD 1945 alinea IV yang berbunyi sebagai berikut:” maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat,
yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh
hikmat
kebijaksanaan
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial seluruh
rakyat indonesia”.
Pengertian kata”
Dengan
Berdasarkan Kepada” Hal ini secara
yuridis
memiliki makna sebagai dasar negara. Walaupun dalam kalimat terakhir pembukaan
UUD 1945 tidak tercantum kata ‘pancasila’ secara eksplisit namun anak kalimat
“ dengan berdasar kepada” ini memiliki makna dasar negara adalah pancasila. Hal ini
didasarkan atas interpretasi historis sebagaimana ditentukan oleh BPUPKI bahwa
dasar negara Indonesia itu disebut
dengan
istila pancasila. Sebagaimana telah
ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama dirumuskannya pancasila
adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Oleh karena itu fungsi pokok
pancasila adalah sebagai dasar Negara Republik Indonesia.
Hal ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam pembukaan
UUD 1945, ketetapan No. XX/MPRS/1966. (Jo ketetapan MPR No. V/MPR/1973
dan ketetapan No. IX/MPR/1978). Dijelaskan bahwa pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hukum atau sumber tertib hukum indonesia yang ada pada hakikatnya
adalah merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta citacita moral yang meliputi suasana kebatinan serta dari bangsa indonesia. Selanjutnya
dikatakan bahwa cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa
prikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional, cita-cita politik mengenai sifat,
bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan
keagamaan sebagai pengejawatan dari budi nurani manusia.
Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melaui sidang istimewa tahun 1998,
mengembalikan kedudukan pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia yang
tertuang dalam Tap. No. XVIII/MPR/1998. Oleh karena itu segala agenda dalam
proses reformasi, meliputi berbagai bidang lain mendasarkan pada kenyataan aspirasi
rakyat (Sila 1V) juga harus mendasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
2. 3 HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan dan pemikiran seseorang
atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namun Pancasila
diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara,
dengan kata lain unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain
diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini
merupakan kausa materialistis (asal bahan) Pancasila.
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para
pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi
bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa
dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa, dan
bukannya mengan gkat atau mengambil ideologi d ari bangsa lain. Selain itu Pancasila
juga bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja, yang
hanya memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila
berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga Pancasila pada hakikatnya
untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komprehensif.
Oleh karena ciri khas Pancasila itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa
Indonesia.Ideologi berasal dari kata “idea” yang artinya gagasan, pengertian kata
“logi” yang artinya pengetahuan. Jadi ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang
gagasan-gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang
pengertian pengertian dasar.
Istilah ideologi pertama kali di kemukakan oleh Destutt de Tracy seorang
perancis pada tahun 1796 . Karl Marx mengartikan Ideologi seb agai pandangan hidup
yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu
dalam
bidang
politik
atau
sosial
atau
sosial
ekonomi.
Ramlan
Surbakti
mengemukakan ada dua pengertian ideologi secara fungsional dan ideologi secara
struktural. Ideologi secara fungsional di golongkan menjadi dua tipe yaitu ideologi
doktriner dan ideologi yang pragmatis.
Dengan
demikian dapat
disimpulkan bahwa
ideologi
adalah
kumpulan
gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis yang
menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia. Notonegoro sebagaimana di kutip
oleh Kaelan mengemukakan, bahwa ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau
cita-cita yang menjadi dasar atau yang menjadi suatu sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas
kerohanian yang antara lain memiliki ciri: Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai
nilai
hidup
kebangsaan dan
kenegaraan, Mewujudkan suatu
asas
kerohanian,
pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan hidup, yang dipelihara, dikembangkan,
diamalkan,
dilestarikan,
kepada
generasi
berikutnya,
diperjuangkan
dan
dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
Ideologi
merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang
sekaligus membentuk orang atau masyarakat itu menuju
cita-citanya. Ideologi
merupakan sesuatu yang di hayati menjadi sesuatu keyakinan. Semakin mendalam
kesadaran ideologis seseorang maka akan semakin tinggi pula komitmen nya untuk
melaksanakannya.
Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam
yang dimilikinya dan dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai
wawasan atau pedoman hidup mereka. Pengertian yang demikian itu juga dapat di
kembangkan untuk masyarakat yang lebih luas, yaitu masyarakat bangsa.
2. 4
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DAN TERTUTUP
Ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai
melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya berada dalam
sistem pemerintahan yang demokratis. Ideologi terbuka merupakan ideologi yang
hanya berisi suatu orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuantujuan dan norma-norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan
dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-cita
yang akan dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus disepakati
secara demokratis.
Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang
menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang dinyatakan
sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus dipatuhi.
Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh dipermasalahkan berdasarkan nilainilai atau prinsip-prinsip moral yang lain.Ideologi tertutup bersifat Dogmatis dan
Apriori,
dogmatis berarti
mempercayai suatu keadaan
tanpa data yang valid,
sedangkan apriori , yaitu berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan. ideologi
tertutup tersebut dipaksakan berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat yang di atur oleh
masyarakat elit tertentu atau kelompok masyarakat, yang berarti bersifat otoriter dan
dijalankan dengan cara yang totaliter. Bersifat totaliter berarti menyangkut seluruh
aspek kehidupan.
Dari arti kedua Ideologi ini, perbedaannya adalah Ideologi terbuka bersifat
inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok
orang, artinya bahwa sistem ini bersifat demokratis dan terbuka, sedangkan Ideologi
tertutup bersifat otoriter (negara berlaku sebagai penguasa) dan totaliter, arti dari
totaliter itu sendiri adalah bahwa pemerintahan dengan kekuasaannya mempunyai hak
mutlak untuk mengatur di segala bidang aspek yang ada.
Ciri-ciri ideologi terbuka dan ideologi tertutup adalah:
a. Ideologi Terbuka
1. Merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat
2. Berupa nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari dalam mas yarakat sendiri.
3. Hasil musyawarah dan konsesus masyarakat.
4. Bersifat dinamis dan reformasi.
b. Ideologi Tertutup
1. Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat,
2. Bukan berupa nilai dan cita-cita
3. Kepercayaan dan kesetian ideologis yang kaku
4. Terdiri atas tuntutan kongkrit dan operational yang d iajukan secara mutlak
2. 5 APA ARTI PANCAS ILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
Sebelum membahas tentang arti dari Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara Indonesia,marilah kita fahami terlebih dahulu apa itu ideologi, ideologi
berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau idea yang berarti raut
muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang berarti ajaran. Dengan
demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
Science
Des Ideas (AL-Marsudi, 2001:57). Puspowardoyo (1992) menyebutkan
bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara
keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya
dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan
pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan
tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat Harol H. Titus. Definisi dari ideologi adalah: Aterm used
for any group of ideas concerning various political and aconomic issues and social
philosophies often applied to a systematic scheme of ideas held b y groups or classes,
artinya suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai bebagai
macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu
rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau
lapisan masyarakat.
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat
dapat
kita
simpulkan,
manusia Indonesia untuk
maka
mencari
Pancasila
itu
ialah
usaha
kebenaran, kemudian sampai
pemikiran
mendekati atau
menanggap sebagai suatu kesanggupan yang digenggamnya seirama dengan ruang
dan waktu. Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara sistematis radikal
itu kemuduian dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang mengandung
suatu pemikiran yang bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman
atau norma hidup dan kehidupan bersama dalam rangka perumusan satu negara
Indonesia merdeka, yang diberi nama Pancasila.
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi
status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi persyaratan
sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia yang diterima dan didukung oleh seluruh bangsa atau warga
Negara
Indonesia. Demikian isi rumusan sila-sila
dari Pancasila sebagai
satu
rangkaian kesatuan yang bulat dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah
fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari pusat
sampai ke daerah-daerah.
Sebagai ideologi suatu bangsa yang menjadi pandangan dan pegangan hidup
masyarakatnya, Pancasila haruslah bersifat universal mencakup segala macam nilainilai sosial dan budaya Indonesia serta menjadi orientasi dalam hidup oleh seluruh
masyarakatnya.
Sebagai
ideologi
bangsa,
maka
keberadaannya
selalu
diimplementasikan ke dalam perilaku kehidupan dalam rangka berbangsa, bernegara
dan bermasyarakat. Kalau dikaji dari butir-butir kelima sila dalam ideologi Pancasila
tersebut, sebenarnya sudah mencakup gambaran pembentukan karakter
manusia
Indonesia yang ideal, sebagai mana yang diharapkan para penggali dari pancasila itu
sendiri.
Gambaran
pembentukan
manusia
Indonesia
seutuhnya
itu,
dapat
diilustrasikan Pada sila pertama tersirat bagaimana manusia Indonesia berhubungan
dengan
Tuhannya atau kepercayaannya. Pada sila kedua tergambar bagaimana
manusia Indonesia harus bersikap hidup dengan orang lain sebagaimana layaknya
manusia yang punya pikiran dan ahklak hingga dia bisa bersikap sebagai mahkluk
yang tertinggi dibandingkan dengan mahkluk lainnya yaitu binatang.
Sila ketiga menerangkan bagaiama manusia
Indonesia menciptakan suatu
pandangan betapa pentingnya arti persatuan dan kesatuan bangsa dari pada bercerai
berai seperti pada pepatah bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh. Sila keempat
telah menegaskan bagaimana manusia Indonesia mengimplementasikan cara bersikap
dan berpendapat serta memutuskan sesuatu menyangkut kepentingan umum secara
bijak
demi
kelangsungan
kehidupan
berdemokrasi
yang
terlindungi antara
menyuarakan hak dan kewajibannya berimbang dalam mengimplementasikannya.
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia mewujudkan suatu
keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri.
Dari
penjabaran kelima sila tersebut di atas, maka sudah sepantasnya bahwa Pancasila
beserta kelima silanya itu layak dijadikan sebagai pandangan dan pegangan hidup
serta dijadikan sebagai
pembimbing dalam menciptakan kerangka berpikir
untuk
menjalankan roda demokratisasi dan diimplementasikan dalam segala macam praktik
kehidupan menyangkut berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di dalam Negara
kesatuan Republik Indonesia tercinta
ini.maka mengamalkan dan mengamankan
Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya
setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya.
Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak
menurut
hukum
yakni
hukum
yang
berlaku
di Indonesia. Dengan
kata lain
pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi huku m. Sedangkan
pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam
hidup
sehari-hari tidak
disertai
sanksi-sanksi hukum
tetapi
mempunyai sifat
mengikat, artinya setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung
di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan kehidupanya, sepanjang tidak
melanggar peraturan perundang-undangan yang barlaku di Indonesia.
Jadi, jelaslah bagi kita bahwa mengamalkan dan mengamankan Pancasila
sebagai
dasar Negara
Republik Indonesia mempunyai sifat imperatif memaksa.
Sedangkan pengamalan atau pelaksanaan Pancasila sebagai pandangan hidup dalam
hidup
sehari-hari tidak
disertai
sanksi-sanksi hukum
tetapi
mempunyai sifat
mengisebag. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara dihubungkan fungsinya
sebagai dasar Negara, yang merupakan landasan idiil bangsa Indonesia dan Negara
Republik Indonesia dapatlah disebut pula sebagai ideologi nasional atau ideologi
Negara.
2. 6
NEGARA
NILAI DAN FUNGSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
Pancasila sebagai ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, tetapi dinamis dan
terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila dalam perkembangannya
bersifat aktual, dinamis, dan senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan zaman,
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi negara adalah
sebagai berikut:
1. Nilai dasar, merupakann isi dari sila-sila Pancasila yang b ersifat universal sehingga
dalam nilai dasar ini terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar.
2. Nilai Instrumental, merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran, serta lembaga
pelaksanaannya. Nilai instrumental ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilainilai dasar ideologi Pancasila.
3. Nilai Praktis, dalam kehidupan, nilai-nilai Pancasila dilaksanakan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara nyata.
Selain itu, Pancasila sebagai ideologi negara secara struktur memiliki tiga sisi
atau dimensi, yaitu.
a.
Dimensi idealis, artinya nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila bersifat
sistematis, rasional, dan menyeluruh.
b. Normatif (aturan), artinya nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma sebagaimana yang terkandung dalam
norma kenegaraan.
c. Dimensi realistis
(kenyataan), maksudnya nilai-nilai itu harus
mencerminkan kenyataan hidup
dan perilaku
yang
mampu
berkembang dalam
kehidupan masyarakat.
Ideologi mempunyai beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikut:
1.Struktur pengetahuan, yaitu keseluruhan pengetahuan yang dapat menjadi landasan
untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian di alam sekitar.
2.Orientasi dasar, yaitu dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
3.Norma-norma, yaitu menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
4.Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
5.Kekuatan yang mampu dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan
mencapai tujuan.
6.Pendidikan bagi masyarakat untuk memahami dan menghayati tingkah lakunya
sesuai dengan norma-norma yang terkandung di dalamnya.
Pancasila sebagai dasar negara memuat konsep dasar kehidupan yang dicitacitakan dan member kemudahan untuk membangun bangsanya. Demikian pula
ideologi Pancasila, yang memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia, yaitu sebagai
berikut (Nurlaili & Aniaty, 2014, hlm. 4):
1. Memberi arah yang mantap dalam berkelompok dan menggerakkannya
menuju tujuan masyarakatnya;
2.Membentuk identitas kelompok atau bangsa dan mempersatukannya dalam
satu kesatuan utuh;
3.Mengatasi berbagai konflik dan ketegangan social yang terjadi dan
menciptakan kehidupan yang penuh kepedulian dan kebersamaan;
4.Mempersatukan keanekaragaman yang ada dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tersebut pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat
imperatif atau memaksa serta memiliki nilai – nilai luhur yang terkandung dalam
pancasila yang bersifat obyektif – subyektif. Bagi bangsa indonesia hakikat yang
sesungguhnya dari pancasila adalah sebagai pandangan hidup bangsa dan sebagai
dasar negara.
Kedua
pengertian tersebut
sudah
selayaknya kita pahami
akan
hakikatnya. Selain dari pengertian tersebut, pancasila memiliki beberapa sebutan
yang berbeda.
Menurut pendapat Harol H.Titus defenisi dari ideologi adalah suatu istilah
yang digunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah
politik ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang
sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh sekelompok atau lapisan
masyarakat Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai suatu sistem pemikiran
terbuka yang dimana memiliki ciri-ciri ideologi dan fungsi ideologi sesuai bidangnya.
Pancasila sebagai ideologi memiliki dua ciri yaitu ideologi terbuka dan ideologi
tertutup.
B.
SARAN
Makalah yang kami susun semoga bisa membantu kita lebih memahami
tentang
pancasila
sebagai
ideologi
negara
yang
lebih
mendalam.
Mohon
permakluman dari semuanya jika dalam makalah kami ini masih terdapat banyak
kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman. Karena tiadalah sesuatu yang sempurna
yang bisa manusia ciptakan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Marsudi Subandi H. 2003. Pancasila dan UUD’45 dalam Paradigma
Reformasi. Jakarta : Rajawali Pers.
Setiady Elly M. 2000. Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Wahana, Paulus. 1993. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Kanisius.
Suwarno, P.J. 1993. Pancasila Budaya
Kanisius.
Bangsa
Indonesia. Yogyakarta: