PERANAN MASYARAKAT DALAM MENJAGA KELESTARIAN HUTAN SEBAGAI SUMBER KEHIDUPAN

  

PERANAN MASYARAKAT DALAM MENJAGA KELESTARIAN

HUTAN SEBAGAI SUMBER KEHIDUPAN

1) 2) 3)

  Azwir, Jalaluddin dan Ibrahim Dosen FKIP Biologi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

  

himsufi@gmail.com . Wirbio@yahoo.co.id

Abstrak

  Menajemen pengelolaan hutan perlu diajarkan kepada masyarakat umum terutama yang berdomisili dekat areal hutan. Berdasarkan pengalaman yang ada peran masayarakat sekitar hutan cukup vital dalam menjaga dan melestarikan fungsi hutan secara benar dan berkelanjutan. Aksi utama pawang

  

uteun dalam memberikan pembelajaran langsung bagi warga sekitar hutan sangat diperlukan sehingga

semua warga mempunyai rasa tanggung jawab dalam mengelola hutan dengan istilah pageu gampong.

  Beberpa negara besar di Asia memberikan peranan yang besar kepada pemerintah otonomi kepada pihak Provinsi/distrik untuk pelestarian hutan diwilayah masing-masing dengan talangan dana luar negeri untuk penyelamatan hutan Masyarakat berperan melaporkan praktek illegal loging, pembakaran hutan, pembalak marak terjadi pada kantong-kantong aliran sungai. Perlu menjalin komunikasi dengan pihak polisi hutan dan Peutua Uteun (Panglima Hutan) serta Polsek terdekat dalam menjaga kelestarian hutan dipinggiran kawasan hutan lindung agar tidak rusak. Kalau terjadi kerusakan wilayah tersebut secara signifikan, elemen-elemen ekosistem ikut rusak, sirkulasi air untuk sawah serta irigasi berkurang menjadi kendala utama. Ada target mudah dalam menegakkan hukum kepada semua yang terlibat atas jasa pembalakan hutan dari tukang siensaw, supir yang angkut, penadah di gudang, bila perlu kepada pembeli kayu dalam jumlah besar (toke) perlu di tindak. Maka pawang uteun hari jeli dalam bergerak mana kayu yang dijual oleh pihak oknum pembalak atau yang digunakan oleh masyarakat hanya untuk perumahan saja.

  Kata Kunci. Pawang uteun, pageu gampong, pelestarian, rusak ekosistem Abstract

  Management of forest management need to be taught to the general public especially those living near the forests. Based on existing experience the role of communities around the forests is vital in maintaining and preserving function properly and sustainable forests. The main action handler uteun in providing direct instruction for residents around the forest is very necessary so that all citizens have a sense of responsibility in managing forests in terms pageu village. Some major countries in Asia gives a major role to the government of autonomy to the provincial / district for forest conservation in the region each with a bailout abroad to save forests Society acts reported practice of illegal logging, forest fires, logging is rife in the pockets of the flow river. Need to establish communication with the rangers and Peutua Uteun (Commander Forest) as well as the nearest police station in the outskirt of the forest preservation protected forest areas to prevent damage. If there is damage to the region significantly, the elements were damaged ecosystems, circulating water to rice fields and irrigation reduced the main obstacle. There are easy targets in enforcing the law to all involved for the services of a handyman siensaw logging, transport driver, a receiver in the barn, if necessary, to purchasers of wood in large quantities (toke) need to be followed. Then the handler uteun day moving jelly in which the timber sold by the unscrupulous loggers or used by the public only for housing only.

  Keywords. The divener forest, village fance, preservation, damaged ecosystem

PENDAHULUAN. yang menggunakan lingkungan sebagai tempat

  berinteraksi sesamanya. Hutan juga berfungsi Fungsi hutan sebagai tempat plasma sebagai penyediaan sumber air yang mutlak nutfah terbesar dimuka bumi merupakan rahmat diperlukan oleh semua makhluk hidup untuk Allah yang paling besar untuk kelangsungan melangsungkan kehidupan sebagai sunnatullah. hidupan hewan, tumbuh-tumbuhan dan manusia hidup dijagad raya ini peranan hutan sebagai suatu lingkungan tempat berdomisili ribuan bahkan jutaan species makhluk hidup perlu dipertahankan secara baik dengan penanganan yang benar. Menajemen pengelolaan hutan perlu diajarkan kepada masyarakat umum terutama yang berdomisili dekat areal hutan. Berdasarkan pengalaman yang ada peran masayarakat sekitar hutan cukup vital dalam menjaga dan melestarikan fungsi hutan secara benar dan berkelanjutan. Menurut (Abubakar, 2015) ada lima bahagian utama yang terkait dengan penjagaan hutan agar terhindar dari kerusakan 1) peran warga desa yang berdomisili dalam hutan, 2) masyarakat yang hidup sekitar hutan, 3) pawang hutan sebagai koordinor areal hutan, 4) pemerintahan desa dan pihak kecamatan, 5) keterlibatan polisi hutan, polsek dan Muspika setempat.

  Masyarakat yang merupakan pelaku utama dalam suksesi kehidupan, baik ditinjau dalam pandangan ekonomi, edukasi, sosial kemasyarakatan selalu berinteraksi sebagai makhluk sosial diperlukan lingkungan yang memadai. Hutan sebagai sumber kehidupan perlu dijaga dari aksi pengrusakan seperti pembukaan lahan baru, penebangan liar, pembukaan akses jalan baru, pengalihan hak guna lahan yang berakibat kepada kerukasan ekosistem dalam hutan. Pemerintah perlu memperketat aturan dan izin tempat tinggal, izin usaha yang langsung terakses dengan lingkungan hutan, sehingga tidak terganggu kehidupan masyarakat sekitar hutan. Peran

  Petua Uteun ( Pawang Hutan) sebagai benteng

  utama dalam menjaga dan mengelola menejemen hutan dengan mengaitkan kearifan budaya lokal merupakan salah satu adat dalam masyarakat Aceh yang diataur dengan payung

  (Rusdi Sufi, 2013). Aksi utama pawang uteun dalam memberikan pembelajaran langsung bagi warga sekitar hutan sangat diperlukan sehingga semua warga mempunyai rasa tanggung jawab dalam mengelola hutan dengan istilah pageu

  gampong. Beberapa negara besar di Asia

  memberikan peranan yang besar kepada pemerintah otonomi kepada pihak Provinsi/distrik untuk pelestarian hutan diwilayah masing-masing dengan talangan dana luar negeri untuk penyelamatan hutan (Minte, 2006; Sconter, 2014 & Bregf 2016). Program ini dijalankan untuk menghindari komplik antara penduduk tempatan, pengusaha dalam bisnis lahan, baik perkebunan dan pertanian yang tujuan sasaran mereka terhadap hutan yang produktif termasuklah proyek illegal logging, hak pengelolaan hutan, alih fungsi lahan. Oleh karena itu sangat perlu kontribusi dari pihak Dinas Kehutanan, Polisi Hutan, Muspika Kecamatan, Imum Mukim, Pawang Hutan, Tokoh masyarakat, kepala Desa dan masyarakat yang berdomisili sekitar hutan. Struktur dari menajemen ini merupakan gambaran yang terlibat langsung dengan akses pengangan hutan untuk mengatasi masalah kerusakan hutan.

  Dalam terminologi budaya Aceh konsep pemberdayaan Peutua Uteun (Panglima Hutan) telah dipraktekkan sejak zaman kolonial Belanda untuk mencegah monopoli hasil bumi seperti tebu, karet, kopi, lada, cengkeh dengan cara pageu gampong tetap dipegang oleh seorang peutua. yang tunduk patuh kepada qanun yang berlaku (Ibrahim 2016 & Krell, 2015) Peutua adat, peutua gampong, geuchik, imum mukim mempunyai jaringan yang kuat dalam menjalankan intruksi menjaga dan memelihara wilayah otonomi masing-masing. Keberadaan hutan merupakan salah komunitas untuk kehidupan makhluk hidup dalam menyediaan kebutuhan hidup manusia dari unsuk nabati dan hewani (Ibrahim, 2015), adaikan hutan itu rusak maka seluruh tatanan kehidupan ekosistem akan menjadi rusak serta ikut pula kerusakan pada siklus air dalam tanah.

  METODOLOGI

  Menggunakan metode observasi dan wawancara terhadap pelaksanan pengamanan hutan yang ada disekitar wilayah pedalaman Pidie, mencakup Kecamatan Geumpang, Kecamatan Mane, Kecamatan Tangse dengan menggunakan wawancara tertutup/ terbatas kepada responden secara acak. Data lapangan juga ditambah dengan hasil angket terhadap pimpinan desa yang dekat langsung dengan hutan yang boleh berinteraksi dengan masayarakat. Pengolahan data secara deskripsi dapat disajikan dalam bentuk paparan dari observasi perang dan keterlibaan pawang, cara mengatasi dengan kearifan lokal.

  HASIL dan PEMBAHASAN

  Bermacam musibah dan bencana yang menimpa masyarakat kita dewasa ini akaibat dari ulah kita sendiri yang tidak lagi bersahabat dengan alam. Berita bencana alam yang saban hari kita lihat, kita baca, kita dengar dari siaran mass media baik lokal, nasional bahkan tingkat internasional seperti, banjir bandang, meluap air sungai, kekeringan, gagal panen, muncul wabah bagi tanaman yang tiada habis-habisnya. Seperti yang dilansir harian (Kompas news, Jan 2017) tentang akibat dari kerusakan hutan dari ekses praktek-praktek illegal loging oleh orang- orang tidak bertanggung jawab yang mempunyai hubungan dan sokongan dari sipil maupun meliter. Menurut (Irwandi 2013) pembalak hutan merupukan musuh bersama maka perlu ada sistem pemberantasan illegal loging mulai dari hulu hingga ke hilir. Dari sinilah peran peutua hutan dapat mengambil alih monitoring dari jarak dekat dengan cara mengaktifkan pague gampong terhadap kayu- kayu haram tersebut. Pihak pemerintah mengaudit para HPH agar patuh dan taat hukum dalam praktek-praktek pemeliharaan lahan dan penggunaan secara proforsional. Perkara kasus- kasus besar illegal loging di negara kita sejak tahun 2003 hingga kini terdapat 253 kasus, dari jumlah itu hanya 20% kasus yang telah divonis pengadilan atas kesalahan mereka sedangkan sisanya masih tak jelas nasibnya. Data ini memperlihatkan bahwa kekuatan hukum di negeri ini masih sangat lemah secara nasional seperti kasus hutan Kalimantan, Riau, Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara mempengaruhi kebijakan penyelamatan hutan ( Dishut co.id dalam http://www.dephut.go.id).

  Tingkat kerusakan hutan memberikan efek yang luas terhadap lahan pertanian warga keberadaan maupun hutan lindung yang ada di seluruh Indonesia akibat dari adanya praktek illegal loging dan penyebab lain telah mencapai taraf mengkhuatirkan. Menurut Emil Salim (2013) kondisi hutan Indonesia sampai dengan tahun 2015, sudah terdegradasi mencapai 70,2 juta hektar, lahan menjadi kritis mencapai 54, 4 juta hektar, dan sekitar 30,1 juta lahan produksi rusak karena kekurangan air. akibat dari kejadian tersebut maka secara rata-rata nasional sampai dengan akhir tahun 2015 saja masyarakat Indonesia telah banyak menerima malapetaka nasional antara lain banjir lumpur, banjir bandang, tanah longsor, kebakaran lahan, putting beliung bahkan topan hyant yang Musibah ini merata pada tiap-tiap Provinsi di makanan serta kebutuhan dasar untuk manusia Indonesia yang berakibat kepada kerusakan yaitu sandang, pangan dan papan (Reids, 2015). tatanan ekonomi, pangan, industri serta kesehatan masyarakat secara luas (Tempo,

  1. Peranan dan keterlibatan Pawang Uteun

  2016) Penjagaan hutan dengan melibatkan Keterlibatan masyarakat secara

  

Peutua Uteun sebagai kearifan lokal yang langsung dengan mengaitkan peran masyarakat

  dibentuk oleh pemerintah Aceh berdasarkan adat mempunyai nilai edukasi yang baik qanun yang berlaku untuk menjaga hutan dalam budaya dan hukum yang berlaku secara Keterlibatan masyarakat sekitar hutan dalam sah. Dalam hal ini diperlukan pula pendekatan mendukung, memelihara dan menjaga hutan di kultural, agama yang memungkinkan wilayah mereka perlu diperkuat dengan keterlibatan masyarakat lokal dalam segala peraturan pemerintah/gubernur. Masyarakat aktifitas. Berdasarkan peran dan tugas – tugas berperan melaporkan praktek illegal loging, yang perlu dilakukan oleh peutua uteun, polhut, pembakaran hutan, pembalak marak terjadi pada mempunyai wewenang yang luas menjamin kantong-kantong aliran sungai. Perlu menjalin penyelesaian konflik kepentingan antara komunikasi dengan pihak polisi hutan dan pengelola hutan, HPH, oleh karena itu perlu

  

Peutua Uteun (Panglima Hutan) serta Polsek memperhatikan qanun Pemerintan Aceh, No 11

  terdekat dalam menjaga kelestarian hutan tahun 2006 berikut ini: dipinggiran kawasan hutan lindung agar tidak rusak.

  1.1 Mengarahkan pawang uteun, keujruen Kalau terjadi kerusakan wilayah uteun berupa petunjuk-petunjuk tersebut secara signifikan, elemen-elemen untuk melalkukan aktivitas ke dalam ekosistem ikut rusak, sirkulasi air untuk sawah hutan sehingga tidak terjadi serta irigasi berkurang menjadi kendala utama. kerusakan hutan, atau gangguan dari Mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh binatang buas dalam wilayah kerusakan hutan sangat besar terhadap tertentu. kehidupan ummat manusia dan generasi-

  1.2. Dapat menjalankan aturan kebiasaan generasi berikutnya maka pencegahan orang setempat berkaitan degan kerusakan hutan sudah lama menjadi isu penting pengelolaan hutan, seperti berladang dalam menjaga kelestarian alam di semua atau mengelola lahan pertanian negara. Kerusakan hutan menjadi kajian yang secara terbatas dalam satu kompleks berbagai pihak, dan disebabkan oleh kelompok.. berbagai faktor penyebab, salah satu penyebab

  1.3. Memberikan pengetahuan cara klasik kerusakan hutan untuk memenuhi pengelolaan hutan, berupa apa yang kebutuhan keseharian penduduk dan pembukaan boleh dan apa juga pantangan untuk lahan baru dengan cara membakar hutan. masyarakat dalam menjaga Masalah ini telah terjadi sejak peradaban kelestarian hutan untuk kepentingan manusia dimuka bumi ini dimulai karena secara manusia dari tingkan desa, alami mereka memerlukan ruang /tmpat bahan kecamatan dan kabupaten.

  1.4. Meningkatkan penghasilan masyarakat tani yang ada sekitar hutan dengan cara bagi hasil antara pengelola hutan dengan pihak penyedia dana /donatur (membayar sewa hutan) yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  1.5. Menyediakan advokasi secara gratis jika ada konflik yang berhubungan dengan tugas pengeloaan tugas menjaga hutan terutama dengan pemodal atao cukong yang selalu memprovokasi masyarakat yang lemah ekonominya.

  1.6. Dapat menjaga hutan secara gotong royong dengan melibatkan pihak pemuda desa, karang taruna, pramuka, atau organisasi kepemudaan lainnya yang aktif ke arah yang kondusif.

  Wadah tempat berkiprah ini dibentuk pemerintah dengan nama Peutua Uteun (Panglima Hutan) merupakan suatu tempat pemberdayaan masyarakat dengan fungsinya, untuk dapat memaksimalkan pelestarian hutan secara continue. Oleh sebab itu tulisan ini dapat memberikan konsep menajemen hutan yang layak dipergunakan secar berkelanjutan dalam pelestarian berdasarkan hukum adat yang berlaku di suatu daerah dengan kriteria tertentu.

2.2. Cara Pengendalian Kerusakan Hutan

  Ada beberapa alasan mengapa aktivitas penebangan liar/ pembalak hutan sulit untuk dikendalikan secara penuh dan total oleh pihak pemerintah atau penguasa. Dalam pandangan (Refless, 2015). Upaya pemerintah membentengi dan menjaga hutan sebagai paru- paru dunia, tempat tersimpan plasma nutfah, sumber air, sumber segala jenis ubat nabati mestinya tidak kalah dengan para cukong yang bekerja sampingan. Pembalak liar yang mendapat dukungan dana cukong kelas kakap perlu ditindak dengan hukum yang setimpal, mereka bekerja seperti sebuah instansi yang terorganisir secara rapi. Perlu ada penegak hukum yang kuat dan berani dalam menghadapi cukong-cukong tersebut tentu berkat dukungan pemerintah. Penegak hukum hanya memfokuskan pada penemuan bukti-bukti fisik serta dapat berlanjuk kepada penyidik dan jaksa berani memeustuskan hukmu secara adil kepada seperti pemilik, pekerja, agen/calo kayu, proses distribusi dan penadah yang ada pada panglong- panglong kayu olahan. Pemerintah mengeluarkan Surat Keterangan kayu Olahan (SAKO) yang berlisensi dari pihak HPH, Dinas terkait atau dari industri yang sah dokumennya Oleh karena itu target mudah dalam menegakkan hukum kepada semua yang terlibat atas jasa pembalakan hutan dari tukang siensaw, supir yang angkut, penadah di gudang, bila perlu kepada pembeli kayu dalam jumlah besar (toke) perlu di tindak. Maka pawang uteun hari jeli dalam bergerak mana kayu yang dijual oleh pihak oknum pembalak atau yang digunakan oleh masyarakat hanya untuk perumahan saja. Pihak penegak hukum tidak boleh main mata dengan pembalak hutan kalao memang punya niat untuk menyelamatkan hutan kita. Pihak hakim berani memvonis secara berat atas dasar pencurian kayu hasil hutan utk diperdagangkan bahkan deekspor kemanca negara.

  Penyedia dana yang mengoperasikan pembalakan liar dan aktivitas perdagangan kayu ilegal mengerti dengan siapa mereka harus membayar untuk melindungi bisnis kayu curian penerbangan liar ini atas dasar bisnis kayu ilegal ini sesungguhnya masih banyak petugas atau aparat yang bekerja baik dan bertanggung jawab dalam upaya pemberantasan penebang liar. Pencegagahan kayu curian tetap harus diupayakan hingga kegiatan ini berhenti sebelum beresiko jika hutan sebagai sumber daya air dapat ditebang. Pengendalian illegal logging ini dapat dilakukan melalui kombinasi dari upaya pague gampong dengan melibatkan unsur masyarakat, pemuda, aparat keamanan, yang amanah dalam bertugas sehingga hutan terjaga secara baik dan berkelanjutan.

  Andaikan ada kerusakan hutan secara sistematis atau kerusakan hutan terparah dimulai sejak adanya pembalakan liar untuk menguasai sumberdaya hutan secara membabi buta demi kepentingan pribadi mereka. Pola reboisasi yang digagas oleh pemerintah dengan penanaman kembali tanaman industri seperti jabon, jati super yang hasilnya dikirim di ekspor negeri tetangga menjadi proyek utama pemerintah. Ada juga kepentingan pembangunan berbagai proyek seperti listrik, batu bara, jalan tembus antara di dalam negerinya maupun proyek lain perlu izin yang ketat dari pemerintah. Rincinya kajian pihak Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) terhadap ketahanan hutan dan proyek perlu dipelajari atas dasar masih besar dampak melarat dan sedikit dapat manfaat maka dalam peribahasa Aceh di sebut mangat ube pijeed sakit ubee raga.

  Kesimpulan

  Keberhasilan lembaga pawang upat dilihat sebaik mana menajemen mereka dalam mengurus tata kelola hutan demi menjaga keseimbngan ekosistem yang berkaitan dengan kehidupan ummat manusia. Mengurus hukum adat uteun yang masih berpartisipasi aktif secara efektif harus ditingkatkan oleh pemerintah dengan memeberikan reloan atau gaja yang mencukupi secara standar dan cocok dengan hukum yang berlaku. Peran Peutua

  Uteun dan dinas /instansi terkait untuk

  mem]lestarikan hutan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan, sehingga segala keperluan masyarakat dapat dipenuhi. Harus ada peran pagaue

  gampong untuk mencegah illegal loging, pembukaan lahan baru, pembakaran hutan

  dengan cara memberi hukuman maksimal dan tanpa amnesty. Namun konsep manajemen hutan sebetulnya cara berat atau seumur hidupnya. Pemerintah memperketat aturan dan izin pengelolaan hutan seperti mengikuti kriteria pengelolaan hutan lestari dan berkesinambungan dengan konsep tanpa merusak hutan dan lingkungan sekitarnya.

  Bregf. M.H. 2016. The web of live: A forest

DAFTAR PUSTAKA

  Abdullah 2009. Solusi Alternatif Penyelesaian Konflik Gajah denganManusia.

  understanding of living systems , New York: Anchor.

  Coleman, James dan Donald Cressey. 2004.

  Social Problem , Harper & Row

  Publishers Inc. USA Djufri, 2013 Komposisi Flora Kawasan Rawa

  Tripa di Kabupaten Aceh Barat . Jurnal Edu Bio Tropika, 1(1) 20-30.

  Emil Salim. 2013. Pembangunan Masyarakat

  Jurnal Hayati Indonesia 3(2) 201- 209. Abubakar Karim, 2015. Kerusakan hutan sangat memprihatinkan terutama kawasan tengah dan tenggara. Haba Bapeda Aceh p.p 1(8--12)

  Kawasan Hutan Lindung. Rineka Moleong, L.J. 2000. Metodologi Penelitian

  Cipta. Bandung Kualitatif , Remaja Rosdakarya: Gumai, Dewa. 2009. Undang-undang Bandung

  Kehutanan Mandul. Reids, G. A. 2015. A paradigm for developing

  http://www.undan- better measures of marketing undangkehutanan.com constructs. Journal of Marketing

  Hastuti, Hesty. 1995 Peran Serta Masyarakat Research, 16, hlm. 64-73.

  dalam Pengelolaan Lingkungan .

  Rusdi Sufi 2013. Peran Adat dalam Demensi Dalam Bandan Pembinaan Hukum

  ukuran dan Sukatan yang

  Nasional Depkeh. Himpunan Karya

  digunakan oleh Penduduk Aceh Tulis Bidang Hukum. Jakarta Tempo doeloe . PDIA Provinsi Aceh.

  Ibrahim, 2015. Biologi Umum. Bandar Serambinews.2016. Banjir Bandang akibat Publising Lam gugob. Banda Aceh.

  rusaknya Ekosistem hutan

  Ibrahim, 2016. Peran Kurikulum Integratif

  dipedalamn http:///.serambi

  dalam menyedapadukan muatan news.com . lokal.Jurnal Bio edukation. 3(4) 80-

  Serambinews.2017. Peran Peutue Uteun dan 87.

  Masyarakat , http:///.serambi

  Irwandi, 2013. Polisi hutan sebagai garda utama news.com . dalam memerangi Illegal logging.

  Soemarwoto, Otto. 2001. Ekologi, Lingkungan Tabangun Aceh p.p 5(23-28) Hidup dan Pembangunan .

  Jalaluddin 2013 Keanekaragaman Makrobentos Djembatan, Jakarta. di Krueng Sarah Kecamatan

  Soerjani, Mohamad, 1996. Permasalahan Leupung Aceh Besar, Jurnal Multi

  Lingkungan Hidup dalam Tinjauan

  Sains 4(3) 23-34

  Filosofis Ekologis . Dalam Sudjana,

  Jalaluddin, 2014 Implementasi Manajemen Eggi dan Burhan, Latief (Editor),

  Berbasis Sekolah Kabupaten Aceh

  Upaya Penyamaan Persepsi,

  Utara Laporan hasil Penelitian

  Kesadaran dan Penataan terhadap Hibah Bersaing Dikti Jakarta. Pemecahan Masalah Lingkungan

  Krell, G.T. 2015. Bringing Change to Scale: HIdup. CIDES

  The next Big Reform Challenge in

  Taqwadin, 2008. Adat Pelestarian Hutan Aceh, Karl Weber, ed., Waiting for

  Makalah Seminar Moratorium

  Superman. New York: Public

  Loging Mewujudkan Hutan Aceh Affairs. Lestari . Tanggal 17-11-2008. Hotel

  Minte, P. 2006. Theories of Manajemen and Grand Nanggoe. Banda Aceh

  Forest Construction: A Personal

  Tempo news.2016. Kerusakan hutan dalam

  View. Paper symposium on Trends statistik Nasional berdasarkan

  and Perspectives in Forest,

  Laporan Bapedalda, http:///.tempo Klagenfurt: Germany. news.com .

Dokumen yang terkait

ASAS FILOSOFI TEORI BELAJAR ESSENSIALISME DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN Erjati Abas MTs Negeri 1 Bandar Lampung ABSTRACT - View of Asas Filosofi Teori Belajar Essensialisme dan Implikasinya dalam Pendidikan

0 0 18

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PEMBELAJARAN MATERI ORGAN PERNAPASAN MANUSIA PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG Mulyati SD Negeri 5 Sumberejo ABSTRACT - View of Penggunaan Media

1 1 6

PENGGUNAAN BAHASA EROTISME DAN PEMAJASAN DALAM KUMPULAN CERPEN 1 PEREMPUAN 14 LAKI-LAKI KARYA DJENAR MAESA AYU DKK Tri Riya Anggraini STKIP PGRI BANDAR LAMPUNG ABSTRACT - View of Penggunaan Bahasa Erotisme dan Pemajasan dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 1

0 0 14

ANALISIS KATA MAJEMUK BAHASA INDONESIA DALAM PENERJEMAHAN BAHASA INGGRIS Erika Agustiana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta ABSTRACT - View of Analisis Kata Majemuk Bahasa Indonesia dalam Penerjemahan Bahasa Inggris

0 0 20

PENINGKATAN PAJAK DAN RETRIBUSI KEDAI KOPI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KOTA BANDA ACEH Muzakkir1

1 1 7

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF-TALK DALAM PENDEKATAN KONSELING KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN DIRI PESERTA DIDIK Noviana Diswantika STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Efektivitas Teknik Self-Talk dalam Pendekatan Konseling Kognitif untuk Meningka

0 0 19

ANALISIS DAMPAK INFLASI, PDRB DAN PERKEMBANGAN UPAH MINIMUM REGIONAL TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MASYARAKAT DI PROVINSI ACEH Zainuddin

0 2 8

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK DALAM MELAKUKAN PERKALIAN PECAHAN BIASA MELALUI ALAT PERAGA KARTON BERPETAK DAN METODE PEMBERIAN SOAL PADA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SUKARAME S. Tinjung Ningtyas SDN 1 SUKARAME, Bandar Lampung ABSTRACT - V

0 0 11

REMUNERASI, MOTIVASI, GAYA KEPEMIMPINAN, DAN ETOS KERJA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI PADA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) PROVINSI ACEH Fitriah

0 0 9

PENGETAHUAN SOSIOLINGUISTIK SEBAGAI DASAR KETERAMPILAN KOMUNIKASI LISAN DI DALAM MASYARAKAT Hastuti STKIP PGRI Bandar Lampung ABSTRACT - View of Pengetahuan Sosiolinguistik Sebagai Dasar Keterampilan Komunikasi Lisan dalam Masyarakat

0 0 10