Kompensasi keamanan dan kesehatan (1)

B. Kompensasi Keamanan
Terkait dengan bahasan tentang kompensasi keamanan, berikut dikemukakan
teori/konsep, definisi atau batasan serta pendapat para ahli di bidangnya juga analisis yang
pebulis berikan. Samsudin (2005:203) menyatakan:”Keamanan (safety) adalah keadaan
karyawan yang bebas dari rasa takut dan bebas dari segala kemungkinan kecelakaan kerja”.
Selanjutnya, Handoko (dalam samsudin, 2005:203) mengemukakan sebagai berikut:
“Program-program keamanan yang dapat dilakukan antara lain: a) menggunakan mesinmesin yang dilengkapi alat-alat pengaman; b) menggunakan peralatan yang lebih baik; c)
mengatur lay-out pabrik dan penerangan sebaik mungkin; d) lantai-lantai, tangga-tangga,
bebas dari air, minyak, dan oli; e) melakukan pemeliharaan fasilitas pabrik secara baik; f)
menggunakan berbagai pentunjuk dan peralatan keamanan, beserta larangan-larangan
yang dianggap perlu; g) mendidik para karyawan dalam hal keamanan; h) membentuk
komite manajemen serikat kerja untuk memecahkan masalah-masalah keamanan, dan
sebagainya”.
Di lihat dari factor individu pekerja sebagaimana dikatakan Maslow, keamanan kerja
merupakan salah satu kebutuhanndasar manusia yang dapat memengaruhi motivasi dan kepuasan
kerja. Secara sosial, pekerja merupakan aset masyarakat sebagai subjek dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan yang terakhir dengan melakukan usaha-usaha
untuk meningkatkan keselamatan kerja dan meningkatkan profesionalisme unti sumber daya
manusia dalam mengelola produktivitas. Oleh karena itu, organisasi/perusahaan dalam hal ini
Unit Sumber Daya Manusia, berkewajiban melakukan berbagai kegiatan dalam meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja seperti yang diharuskan oleh undang-undang maupun yang

tidak dipikirkan sebagai usaha untuk meningkatkan keselamatan kerja.
Secara umum, kewajiban organisasi/perusahaan dalam meningkatkan keamanan atau
keselamatan kerja dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Memelihara tempat kerja yang aman dan sehat bagi karyawan;
2. Mematuhi semua standard an syarat kerja;
3. Mencatat semua peristiwa kecelakaan yang terjadi berkaitan dengan keselamatan kerja.

Sercara spesifik kewajiban tersebut diatur dalam undang-undang, yang di suatu Negara
dapat berbeda dengan Negara lain. Di lain pihak, Megginson (1981:304) mengemukakan sebagai
berikut.
“The term safety is an overall term that can include both safety and health hazards. In
the personel area, however, a distinction is usually made between them. Occuption safety
refers to the condition of being safe from suffering or causing-hurt, injury, or loss in the
workplace. Safety hazards are those aspects of the work environment that can cause
burns electrical shock, cut, bruises, spains, broken bones, and the loss of limbs, eyesight,
or hearing. They are often associated tiwh industrial equipment or the physical
environment and involve job takes that require care and training. The harm is usually
immediate and sometimes violent. Occupational health efers to the condition of being
free from physical, mental, or emotional disease or pain caused by the work environment
that, over a period of time, can create emotional stress or physical disease.”

Dengan demikian, dapat dikemukakan di sini bahwa istilah keselamatan mencakup dua
istilah, yaitu risiko keselamatan dan risiko kesehatan. Dalam bidang kepergawaian, kedua istilah
tersebut dibedakan. Keselamatan kerja menunjukkan kondisi aman atau selamat dari penderitaan,
kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Risiko keselamtan merupakan aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik terpotong, luka
memar, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering
dihubungkan dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas
kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan
pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan yang dapat
membantu stress, emosi, dan gangguan fisik.
Masalah keamanan dan kesehatan kerja tentu mudah dipahami sebgai suatu aspek penting
dalam usaha meningkatkan kesejahteraan, produktivitas kerja, sehingga menjadi suatu kewajiban
dari perusahaan/organisasi untuk meningkatkannya. Sebab bilamana dilihat dari sasaran-sasaran
Manajemen Sumber Daya Manusia, sebagai filosofi dalam melakukan berbagai programnya,
yaitu sasaran organisasi, individu, social, dan fungsional, peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja dari aspek organisasi akan dapat meningkatkan produktivitas pegawai,

mengurangi biaya-biaya akibat keselamatan kerja, dan mengurangi kesalahan. Di Indonesia
keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 yang

berlaku sejak tanggal 12 januari 1970 dalam pasal 3 ayat (1) mengemukakan sebagai beriku:
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b) Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran;
c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d) Memberi kesempatan atau jalan keselamatan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian yang berbahaya;
e) Memberi pertolongan pada kecelakan;
f) Memberikan alat-alat perlindungan diri pada pekerja;
g) Mencegah dan mengendalikan tumbulnya atau menyebar luaskan suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran;
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi, dan penularan;
i) Memperoleh penerangan yang cukup sesuai;
j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara uang cukup;
k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l) Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban;
m) Memperoleh keserasian antara lembaga tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara, dan
proses kerjanya.
n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau

barang;
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangungan;
p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan
penyimpanan barang;
q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya; dan
r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Semua kewajiban dan persaratan di atas, dilihat dari kacamata manajemen sumber daya
manusia jelas merupakan hal yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kepuasa kerja
pegawai, memotivasi, pengembangan SDM, dan peningkatan produktivitas sehingga perusahaan
harus mengeluarkan usaha dan dana untuk mencapainya atau apa yang harus dilakukan oleh
perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja. Yang dilakukan
perusahaan/organisasi tentunya sesuai dengan situasi yang dihadapi perusahaan, dikaitkan
dengan faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja yang ada, dana yang dimiliki, sumber daya
manusia yang dimiliki, jenis pekerjaan, dan tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah.
Dalam hal ini, pemerintah merumuskan pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor Per.05/MEN/1996 tentang
sistem manajemen keselamatan kerja.
Inti peraturan tersebut adalah:

1. Tujuan dan sasaran sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3), yaitu
menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang
melibatkan manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi
untuk mencegah, mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan menciptakan
tempat kerja yang efisien dan efektif (Pasal 1 PP No.05/MEN/1996).
2. Dalam rangka mencapai tujuan di atas, Pasal 4 PP Per.05/MEN/1996 menyatakan
bahwa perusahaan wajib:
a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan adanya komitmen
terhadap penerapan sistem manajemen KK;
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja;
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi keselamatan dan kesehatan kerja serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan;
e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen K3
secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.


3. PP No. Per.05/MEN/1996 selanjutnya undang-undang tersebut mengemukakan
pedoman penerapan dan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Adapun
inti pedoman tersebut adalah merumuskan berbagai aspek yang berkaitan dengan
komitmen manajemen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, pelembagaan K3 di
perusahaan, strategi, pelaksanaan, pengevaluasian, pengadministrasian, dan beberapa
aspek yang terkait, dalam upaya perbaikan dan pencapaian tujuan program sebagai
pedoman pelaksanaan, sebagaimana tertuang dalam Lampiran I Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor Per.05/MEN/1996 Tanggal 12 Desember 1996.
Terlepas dari yang dilakukan oleh perusahaan dalam upaya peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, yang secara operasional dapat berbeda antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain, barangkali perlu dikaji kira-kira faktor apa saja yang dapat menyebabkan
terajadinya kecelakaan kerja, yang terutama tentunya dapat dipakai sebagai kerangka acuan
dalam merencakan program kesehatan dan kecelakaan kerja. Pada prinsipnya mudah dilihat
beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja, yang berkisar pada faktor manusia, faktor peralatan
kerja, dan faktor lingkungan kerja. Manusia atau pekerja tentu saja memiliki keterbatasan, dalam
arti bias lelah, lalai atau melakukan kesalahan-kesalahan, yang bias disebabkan oleh berbagai
persoalan peribadi atau keterampilan yang kurang dalam melakukan pekerjaan. Untuk mengatasi
hal itu, perusahaan harus melakukan pelatihan-pelatihan dalam melakukan pekerjaan secara baik,
membuat pedoman pelaksanaan kerja secara tertulis, meningkatkan disiplin, melakukan
pengawasan oleh atasan langsung, dan mungkin dapat memberikan reward bagi mereka yang

mengikuti prosedur dengan benar.
Peralatan kerja atau pelindung bias rusah atau tidak memadai. Untuk ini perusahaan bisa
senantiasa harus memerhatikan kelayakan setiap peralatan yang dipakai dan melatih para
pegawai untuk memahami karakteristik setiap peralatan dan mekanismen kerja peralatan
tersebut. Misalnya, sering kali seorang pengemudi hanya terampil mengemudikan mobilnya dan
tidak memahami mekanisme kerja mobil dengan berbagai komponen serta cara kerjanya. Akibat
kurangnya pengetahuan, si pengemudi tidak dapat mengidentifikasi gejala-gejala kerusakan,
sehingga meskipun mobil sudah berbahaya untuk dijalankan secara cepat, mobil masih
dijalankan secara cepat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Lingkungan kerja bisa menjadi
tempat kerja yang tidak aman, sumpek, dan terlalu penuh, penerangan dan ventilasinya tidak

memadai. Selain itu, iklim psikologis di antara karyawan juga bisa kurang baik, misalnya tidak
ada interaksi yang saling membantu di antara para pekerja terhadap keselamatan yang lain.
Jadi perusahaan/organisasi juga harus membangun teamwork yang baik melalui berbagai
macam program. Analog dengan ilustrasi pengemudi di atas, kecelakaan juga bisa terjadi akibat
kondisi jalan yang tidak baik, tanda lalu lintas yang tidak lengkan dan jelas, serta sikap dan
perilaku pengemudi yang hanya mementingkan diri sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
dikatakan bahwa program keselamatan kerja dan kesehatan kerja harus dilakukan melalui
pendekatan sistem, yaitu membenahi keseluruhan elemen yang dapat mengganggu keselamatan
dan kesehatan kerja. Keselamatan dan kesejatan kerja, akan menciptakan terwujudnya

pemeliharaan karyawan yang baik. Keselamatan dan kesehatan kerja ini harus ditanamkan pada
diri masing-masing individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar
mereka

menyadari

pentingnya

keselamatan

kerja

bagi

dirinya

maupun

untuk


organisasi/perusahaan. Apabila banyak terjadi kecelakaan, karyawan banyak yang menderita,
absensi meningkat, produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin besar.
Ini semua akan menimbulkan kerugian pada karyawan maupun perusahaan bersangkutan,
karena mungkin karyawan terpaksa berhenti bekerja sebab cacat dan organisasi/perusahaan
kehilangan karyawannya. Hal inilah yang mendoron pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja
ditanamkan pada diri karyawan, bahkan perlu diberikan hukuman bagi karyawan yang tidak
memakai alat-alat pengaman saat bekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja ini merupakan
tindakan control preventif yang mendorong terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik.
Dengan demikian, organisasi/perusahaan ,memerhatikan tentang keamanan, hal ini untuk
memberikan kondisi kerja yang lebih aman dan lebih sehat, teruatama bagi organisasi-organisasi
yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi. Pelaksanaan tanggung jawab organisasional
atas keamanan ini berhubungan erat dengan tugas manajer operasi organisasi, tetapi ini
merupakan bidang spesialisasi yang membutuhkan penanganan seorang spesialis.
Oleh karena itu, banyak perusahaan/organisasi besar mempunyai teknisi keamanan.
Semua pekerja ini secara normal berada di bawah pengawasan umum pimpinan organisasi, di
samping itu, banyak organisasi/perusahaan juga menggunakan staf teknisi keamanan dari pihak
luar, seperti perusahaan-perusahaan asuransi. Spesialis-spesialis tersebut bertanggung jawab atas
penemuan kondisi-kondisi yang berbahaya dan bekerja dengan teknisi-teknisi industrial

pemeliharaan, dan desain-desain mesin untuk membetulkan kondisi-kondisi yang tidak aman.

Mereka juga bertanggung jawab atas pemeliharaan peraturan-peraturan keamanan dan standarstandar serta pencatatan dan pelaporan kecelakaan. Mereka mengelola dan mengembangkan
program-program keamanan di seluruh organisasi dan biasanya terkait pula dengan masalah
kesehatan misalnya memerhatikan pengaturan kelembaban dan suhu udara, penerangan,
ventilasi, dan kebersihan lingkungan. Program-program ini mencakup program-program latihan
keamanan bagi karyawan dan orientasi karyawan baru secara tepat dari sudut pandang
keamanan.
Program-program keamanan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya membuat
kondisi kerja aman, antar lain dengan membeli atau mempergunakan mesin-mesin yang
dilengkapi alat-alat pengaman, menggunakan peralatan-peralatan yang lebih baik, mengatur
layout ruangan dan penerangan sebaik mungkin, lantai-lantai/tangga-tangga dan lerenganlerengan harus dijaga agar bebas dari air, minyak, dan lain-lain, melakukan fasilitas kantor secara
baik, dan menggunakan petunjuk-petunjuk dan peralatan-peralatan keamanan. Selanjutnya,
melakukan kegiatan-kegiatan pencegahan kecelakaan dengan mengendalikan praktik-praktik
manusia yang tidak aman. Pencegahan ini dilakukan dengan mendidik para karyawan dalam hal
keamanan, memberlakukakn larangan-larangan secara keras, misalkan larangan merokok,
memasangan poster-poster, dan kartun-kartun untuk selalu mengingatkan tentang kemanan,
menunjukkan gambar-gambar karyawan yang luka dan data-data statistic kecelakaan yang
menimbulkan dan meningkatkan kebutuhan akan keamanan, atau membentuk komite manajemen
serikat kerja untuk memecahkan masalah-masalah keamanan dan sebagainya.
Rangkuman
Keamanan kerja merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang dapat

memengaruhi motivasi dan kepuasan kerja. Secara social, pekerja merupakan asset masyarakat
sebagai subjek dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan yang terakhit dengan
melakukan

usaha-usaha

untuk

meningkatkan

keselamatan

kerja

dan

meningkatkan

profesionalisme unit sumber daya manusia dalam mengelola produktivitas. Oleh akrena itu,
organisasi/perusahaan dalam hal ini Unit Sumber Daya Manusia, berkewajiban melakukan
berbagai kegiatan dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja seperti yang diharuskan

oleh undang-undang maupun yang tidak diharuskan oleh undang-undang secara tegas, sejauh itu
dipikirkan sebagai usaha untuk meningkatkan keselamatan kerja.
Secara umum, kewajiban organisasi/perusahaan dalam meningkatkan keamanan atau
keselamatan kerja dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Memelihara tempat kerja yang aman dan sehat bagi karyawan;
2. Mamatuhi senua standar dan syarat kerja;
3. Mencatat semua peristiwa kecelakaan yang terjadi yang berkaitan dengan
keselamatan kerja.
Secara spesifik kewajiban tersebut diatur dalam undang-undang, yang di suatu Negara
dapat berbeda dengan Negara lain. Program-program keamanan dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk, misalnya membuat kondisi kerja aman, antara lain dengan membeli atau
mempergunakan mesin-mesin yang dilengkapi alat-alat pengaman, menggunakan peralatanperalatan yang lebih baik, mengatur layout ruangan dan penerangan sebaik mungkin, lantailantai/tangga-tangga dan lereng-lerengan harus dijaga agar bebas dari air, mintal, dan lain-lain,
melakukan fasilitas kantor secara baik, dan menggunakan petunjuk-petunjuk dan peralatanperalatan keamanan. Selanjutnya, melakukan kegiatan-kegiatan pencegah kecelakaan dengan
mengendalikan praktik-praktik manusia yang tidak aman.

C. Kompensasi Kesehatan
Dalam kaitan dengan bahasan tentang ksehatan ini, berikut dikemukakan beberapa
teori/konsep, definisi atau batasan serta pendapat dari para ahli di bidangnya.
Samsudin (2005:203) menyatakan sebagai berikut.
“Kesehatan pada dasarnya mencakup kesehatan jasmani maupun rohani. Seorang disebut
sehat jasmani apabila seluruh unsur organisme badanialah seseorang itu berfungsi normal
dan baik, yang berarti tanpa sakit, tanpa mengidap penyakit, dan tanpa kelemahan fisik.
Sedangkan sehat rohaniah adalah bila seseorang sudah berhasil mengadaptasikan dirinya
pada organisasi tempat ia bekerja, memiliki konsepsi yang akurat tentang kenyataankenyataan hidup, dapat mengatasi berbagai stress dan frustasi, dan sebagainya”.

Dengan demikian, penciptaan lingkungan kerja yang sehat dapat dilakukan dengan halhal sebagai berikut.
1. Menjaga kesehatan karyawan dari berbagai gangguan penglihatan, pendengaran,
kelelahan, dan sebagainya (pengendalian suara asing, pengaturan penerangan tempat
kerja, pengaturan suhu udara, pengaturan penggunaan warna, dan fasilitas istirahat).
2. Penyediaan fasilitas-fasilitas pengobatan dan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan
dengan berbagai kemudahan sehingga terjangkau bagi setiap karyawan yang memerlukan
(termasuk penyediaan dokter dengan stagnya.)
Dilain pihak, Mathis dan Jackson (2000:18) mengemukakan sebagai berkut.
“Penguasa memberikan berbagai tunjangan kesehatan dan perawatan kesehatan, biasanya
melalui perlindungan asuransi. Bentuk yang paling umum meliputi pengobatan, dokter
gigi, obat yang diresepkan, dan biaya perawatan mata untuk karyawan dan
tanggungannya. Asuransi kesehatan yang paling dasar yang melindungi baik biaya
pengobatan yang normal maupun yang besar adalah yang palaing disukai oleh karyawan.
Asuransi perawatan gigi juga penting untuk banyak karyawan. Banyak program
perawatan gigi ini mencakup perlingungan perawatan gigi, di mana sangat mahal
biayanya. Beberapa program asuransi kesejatan pengusaha juga mencakup konsultasi
psikiatri.”
Dijelaskan bahwa biaya untuk perawatan ksehetan telah mingkat dalam tingkat yang
lebih dari tingkat inflasi untuk beberapa dekade terakhir. Namun demikian, pada pertengahan
1990, biaya perawatan kesehatan telah meningkat sehingga para pengusaha mulai melakukan
usaha-usaha untuk mengontrol kenaikan presmi kesehatan ini dan biaya lainnya terkait dengan
kehatan. Beberapa pendekatan untuk menahan pertumbuhan dalam biaya perawatan kesehatan
digunakan oleh banyak pengusaha. Satu pendekatan untuk mengurangi biaya perawatan
kesehatan adalah dengan cara, yaitu banyak pengusaha yang tidak menawarkan tunjangan
perawatan kesehatan. Satu penelitian di AS terhadap 500 usaha kecil dengan jumlah karyawan di
bawah 25 orang, menemukan hanya 39% dari pengusaha kecil tersebut yang menawarkan
program kesehatan, turun dari 46% di tahun sebelumnya.

Statistik pada pengusaha kecil ini mencerminkan fakta bahwa tunjangan perawatan
kesehatan merupakan biaya yang banyak pengusaha enggan atau tidak mampu menanggungnya.
Meskipun ada keunggulan dari program tunjangan perawatan kesehatan untuk pengusaha ukuran
besar atau sedang, jumlah pengusaha yang mempunyai program perawatan kesejatan makin
menurun sampai dekade terakhir. Satu penelitian lagi yang dilakukan AFL-CIO, sebuah serikat
tingkat federasi di AS, menemukan bahwa makin sedikit pekerja Amerika yang mempunyai
asuransi kesehatan dari perusahaan, dibandingkan di tahun 1989. Kebanyakan penurunan dari 8
juta pekerja tanpa perlindungan asuransi kesehatan ini adalah sehubungan dengan banyaknya
pengusaha yang menhentikan program asuransi kesehatan atau meminta karyawan untuk
membayar persentase iuran premi dengan lebih besar, yang menyebabkan banyak pekerja tidak
ikut program kesehatan ini sama sekali.
Di Amerika Serikat jumlah pekerja yang tidak diasuransikan diperkirakan sekitar 30 juta
jiwa di tahun 2005. Pendekatan kedua adalah pengusaha yang biasanya memuat biaya perawatan
kesehatan akhirnya berubah dengan menggunakan program kesehatan yang dikelola baik dan
menggunakan cara kontrol biaya lainnya. Terkait dengan perawatan terkelola, dijelaskan bahwa
terdapat beberapa jenis program yang digunakan untk mengurangi biaya perawatan kesehatan
oleh penguasa. Perawatan terkelola terdiri dari pendekatan-pendekatan yang mengawasi dan
mengurangi biaya pengobatan dengan menggunakan batasan-batasan dari alternatif sistem pasar.
Program perawatan terkelola ini menekankan pada perawatan primer dan preventif,
menggunakan provider yang spesifik dan akan membebankan biaya premi lebih rendah, dan
larangan/batasan terhadap perawatan tertentu, dan harga-harga yang dinegosiasikan dengan
pihak rumah sakit dan tenaga dokter.
Program perawatan terkelola ini berhasil menghemat biaya perusahaan hngga miliaran
dolar dengan menurunnya klaim, tetapi kadang uasha pengurangan biaya menimbulkan beban
lebih besar untuk karyawan dan ketidakpuasan terhadap program asuransi yang diberikan
perusahaan. Selanjutnya, Samsudin (2006:12) menyatakan sebagai berikut.
“Pembinaan kesehatan karyawan atau anggota organisasi merupakan suatu bentuk
kompensasi non-finansial yang sangat penting dalam organisasi. Keadaaan aman dan
sehat dari seorang karyawan/anggota organisasi tercermin dari sikaat individual dan
aktivitas organisasional karyawan yang bersangkutan.”

Dijelaskan bahwa semakin baik kesehatan karyawan, makin positif sumbangan mereka
bagi organisasi/perusahaan. Pada umumnya perusahaan memerhatikan masalah kesehatan
karyawan justru untuk memungkinkan terciptanya kondisi kerja yang lebih baik dalam
pemeliharaan kesehatan. Hal ini penting sekali, terutama bagi bagian-bagian organisasi yang
memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi.
Biasanya tanggung jawab pembinaan kesehatan karyawan tersebut terletak pada manaje
Operasional dari perusahaan atau organisasi yang bersangkutan. Kesehatan pada dasarnya
mencakup kesehatan jasmani dan rohani. Seseorang disebut sehat jasmani apabila seluruh unsur
organisme badaniahnya berfungsi normal dan baik yang berarti tanpa sakit, tanpa mengidap
penyakit, dan tanpa kelemahan fisik. Sedangkan sehat rohaniah adalah isa seseorang sudah
berhasil mengadaptasikan dirinya pada organisasi tempat ia bekerja, memiliki konsepsi yang
akurat tentang kenyataan-kenyataan hidup, dapat mengatasi berbagai stress dan frustasi dan
sebagainya.
:Penciptaan lingkungan kerja yang sehat dapat dilakukan dengan: pertama, menjaga
ksehatan karyawan dari berbagai gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan
sebagainya.
Selanjutnya, Rifal (2005:411) mengemukakan sebagai berikut.
“Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi-kondisi fisiologis/fisikal dan psikologis
tenaga kerja yang disediakan oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan melaksanakan
tindakan-tindakan kesehatan yang efektif, maka lebih sedikit pekerja yang menderita
penyakit baik jangka pendek maupun jangka panjang sebagai akibat dari pekerjaan
mereka di perusahaan.”
Dijelaskan bahwa kondisi fisiologis/fisikal meliputi penyakit-penyakit seperti kehilangan
nyawa atau anggota badan yang diakibatkan gerakan berulang-ulang, sakit punggung, syndrome
carpal tunnel, penyakit-penyakit kardio faskuler, berbagai jenis kanker speerti kanker paru-paru
dan leokimia, emphysema serta artheritis. Kondisi lain yang dikeahui sebagai akibat dari tidak
sehatnya lingkungan kesehatan meliputi paru-paru putih, coklat, hitam, kemandulan, kerusakan

sistem saraf pusat, dan bronchitis kronis. Bidang manajemen SDM yang semakin penting adalah
pemeliharaan kesehatan karyawan. Perusahaan memerhatikan hal ini adalah untuk memberikan
kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan
tersebut terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi.
Pelaksanaan tanggung jawan operasional atas kesehatan karyawan ini berhubungan erat dengan
tugas para manajer operasi organisasi.
Program-program kesehatan karyawan dapapt dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu:
pertama, membuat kondisi kerja aman antar lain dengan membeli atau mempergunakam mesinmesin yang dilengkapi alat-alat pengaman; menggunakan peralatan-peralatan yang lebih baik;
mengatur layout pabrik dan penerangan sebaik mungkin. Kedua, melakukan kegiatan-kekgiatan
pencegah kecelakaan dengan mengendalikan praktik-praktik manusia yang tidak sehat. Ketiga,
menciptakan lingkungan kerja yang sehat untuk menjaga kesehatan karyawan dari berbagai
gangguan. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat secara tidak langsung akan mempertahankan
atau bahkan meningkatkan produktivitas.
Akhirnya perusahaan dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan penyediaan dokter
organisasi dan klinik kesehatan perusahaan. Terkait dengan jaminan kesehatan kerja, jaminan ini
dasarnya tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perasaan aman dan puas (quality of work lofe
atua QWL). Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Asuransi jiwa, yaitu sebagai jaminan kehidupan keluarga di masa depan bukanlah
menopoli

atau

hanya

berlaku

bagi

para

pekerja

di

lingkungan

suatu

organisasi/perusahaan. Asuransi jiwa dapat dimanfaatkan oleh setiap orang sesuai
kemampuannya masing-masing. Organisasi/perusahaan dapat menggunakan program ini
untuk membantu para pekerja agar memiliki rasa aman dalam melaksanakan tugastugasnya yang berbahaya dengan risiko dapat merenggut kehidupan.
2. Kompensasi akibat pekerjaan. Kompensasi tidak langsung ini berbentuk suatu bantuan
para pekerja yang sifat pekerjaannya dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
psikologis. Di antaranya dapat berbentuk stress atau yang sejenisnya. Bantuan ini sangat
penting diberikan organisasi/perusahaan pada para pekerja yang pekerjaannya sangat
menentukan perwujudan eksistensinya yang kompetitif.

3. Asuransi cacat tubuh. Asuransi ini termasuk asuransi kecelakaan, keadaan terburuk yang
menempatkan asuransi ini menjadi sangat penting adalah kecelakaan yang berakibat cacat
jasmani (tubuh) sehingga pekerja tidak dapat lagi menjalankan fungsi utama dalam
pekerjaannya.
4. Biaya rumah sakit. Dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi pekerja, salah satu
bentuknya adalah penyediaan biaya perawatan rumah sakit, termasuk pembedaan dan
biaya bersalin (melahirkan). Di suatu pihak jaminan kesehatan ini sangat diperlukan oleh
pekerja dan keluarganya yang menderita sakit berkepanjangan, sedang di pihak lain
pembiayaan tesebut dapat menjadi beban yang cukup berat bagi organisasi/perusahaan.
Oleh karena itu, untuk tidak merugikan pihak pekerja dan sebaliknya tidak terlalu
memberatkan perusahaan, jaminan kesehatan ini dapat diselenggarakannya dalam bentuk
asuransi

kesehatan,

baik

dengan

premi

yang

dibayar

sepenuhnya

oleh

organisasi/perusahaan maupun dengan menentukan persentase tertentu yang dibebankan
juga pada upah/gaji yang diterima pekerja.
5. Jaminan pengobatan lainnya. Jaminan ini memperluas kompensasi tidak langsung yang
tidak sekedar mengenai pekerja yang menderita sakit berkepanjangan, tetapi juga
berbagai aspek kesehatan lainnya seperti perawatan dan pengobatan gigi, mata, termasuk
kacamata yang berpengaruh pada pelaksanaan pekerjaan, bahkan mungkin juga untuk
menyembuhkan dari kecanduan obat (khususnya obat bius), alcohol, dan gangguan
mental yang realtif berat.
Terkait dengan tidak bekerja karena sakit, dapat dijelaskan program ini diberikan jaminan
bahwa pekerja tidak berkurang atau kehilangan penghasilannya, apabila menderita sakit yang
tidak terlalu lama, sehingag tidak dapat bekerja seperti biasa. Untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya

penyalahgunaan,

banyak

organisasi/perusahaan

membaliknya

dengan

menyelenggarakan program memberikan intensif bagi pekerja yang tidak pernah sakit atau
absen, yang dilakukan setahun sekali.
Selanjutnya,terkait dengan bahasan tentang kompensasi kesehatan tersebut, berikut
dikemukakan tentang asuransi kesehatan (ASKES). ASKES di sini adalah memberikan santunan
atau asuransi kepada karyawan bersama keluarganya bilamana mengalami musibah, yaitu berupa
jaminan kesehatan baik sebelum maupun sesudah pension.

Oleh sebab itu, menurut teori produktivitas, nilai seorang pekerja ditentukan oleh tingkat
kemampuannya menghasilkan sesuatu. Sedangkan ASKES dalam bahasan ini merupakan bentuk
benefit yang diberikan kepada pegawai oleh perusahaan/majukan, dan di lingkungan. Pegawai
Negeri Sipil dikenal adanya asuransi kesehatan. Pasal 2 peraturan pemerintahan nomor 28 tahun
2003 tentang subsidi dan iuran. Pemerintah dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi
pegawai negeri sipil (PNS) dan penerima pension, dikatakan: ”dalam rangka penyelenggaraan
asuransi kesehatan bagi PNS dan penerima pension, pemerintah wajib memberikan subsidi dan
iuran.
Selanjutnya dalam pasal 3 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
dengan menggunakan alat kesehatan canggih adalah sejenis pelayanan medis baik untuk tujuan
diagnostik maupun terapi/pengobatan yang menggunakan teknologi media mutakhir dan
memerlukan biaya yang tinggi seperti:
a. Pelayanan diagnostic antara lain magnetic resonance imaging (MRI), radio nuklir, radio
isotope, dan terapi.
b. Pelayanan tindakan antara lain operasi kardiovasculalr (jantung dan pembuluh darah),
transplantasi organ, dan hemodialysis (cuci darah). Sementara yang dimaksudkan dengan
sarana kesehatan dalam peraturan pemerintah adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaua kesehatan yang meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan
masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus, apotek, pedang besar farmasi, pabrik
obat, laboratorium, dan sarana kesehatan lainnya. Kewajiban pemerintah memberikan
iuran sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh pemerintah pusat untuk iuran
penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi PNS pusat dan penerima pension dan oleh
pemerintah daerah untuk iuran penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi PNS daerah
(Pasal 4).
Besarnya iuran adalah 2% dari penghasilan (gaji dan tunjangan keluarga) PNS dari
penerima pension, dan iuran tersebut diberikan secara bertahap, dengan memerhatikan
kemampuan keuangan Negara kepada badan penyelenggara sejak januari 2003 (Pasal 6).
Sebagaimana dikemukakan oleh Ivancevich (1999) bahwa asuransi kesehatan merupakan salah
satu komponen kompensasi pegawai, sementara dalam penjelasan PP nomor 28 tahun 2003
dinyatakan bahwa untuk meningkatkan gairah kerja bagi PNS diselenggarakan usaha
kesejahteraan PNS, yang salah satunya adalah penyelenggaraan asuransi kesehatan. Badan

penyelenggara kesehatan PNS yang ditunjuk oleh pemerintah adalah Badan Usaha Milik Negara
PT (Persero) Asuransi Kesehatan.

Rangkuman
Keamanan (safety) merupakan keadaan karyawan yang bebas dari rasa takut dan bebas
dari segala kemungkinan kecelakaan kerja. Dalam kaitan ini program-program keamanan yang
dapat dilakukan antara lain:
1. Menggunakan mesin-mesin yang dilengkapi alat-alat pengaman;
2. Menggunakan peralatan yang lebih baik;
3. Mengatur tata letak pabrik dan penerangan sebaik mungkin;
4. Lantai-lantai, tangga-tangga, dan lereng-lerengan harus dijaga agar bebas dari air, minyal,
dan oli;
5. Melakukan pemeliharaan fasilitas pabrik secara baik;
6. Menggunakan berbagai petunjuk dan peralatan keamanan; beserta larangan-larangan
yang dianggap perlu;
7. Mendidik padre karyawan dalam hal keamanan;
8. Membentuk komite manajemen serikat kerja untuk memecahkan masalah-masalah
keamanan, dan sebagainya.
Selanjutnya, organisasi/perusahaan memberikan berbagai tunjangan kesehatan dan
perawatan kesehatan, biasanya melalui perlindungan asuransi. Bentuk yang paling umum adalah
yang meliputi pengobatan, dokter gigi, obat yang diresepkan, dan biaya perawatan mata untuk
karyawan dan tanggungannya. Asuransi kesehatan yang paling dasar yang melindungi baik biaya
pengobatan yang normal maupun yang besar adalah yang paling disukai oleh karyawan.
Asuransi perawatan gigi juga oenting untuk banak karyawan. Banyak program perawatan gigi ini
mencakup perlindungan perawatan gigi yang sangat mahal biayanya. Beberapa program asuransi
kesehatan organisas/perusahaan juga mencakup konsultasi psikiatri. Kondisi fisiologis//fisikal
meliputi penyakit-penyakit seperti kehilangan nyawa atau anggota badan yang diakibatkan
gerakan berulang-ulang, sakit punggung, sindrom carpel tunnel, penyakit-penyakit kardio
faskuler, berbagai jenis kanker seperti kanker paru-paru dan leokimia, emphysema serta
artheritis.

Kondisi lain yang diketahui sebagai akiabt dari tidak sehatnya lingkungan kesehatan
meliputi penyakit paru-paru putih, paru-paru hitam, kemandulan, kerusakan sistem saraf pusat,
dan bronchitis kronis. Bidang manajemen SDM yang semakin penting adalah pemeliharaan
kesehatan karyawan. Perusahaan memerhatikan hal ini adalah untk memberikan kondisi kerja
yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut terutama
bagi organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi. Sehubungan dengan
hal tersebut, dalam kegiatan belajar ini telah dikemukakan beberapa pendapat para ahli tentang
bahasan asuransi kesehatan tersebut.