BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity,Likuiditas, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

  Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat menimbulkan persaingan antar perusahaan dalam sektor yang sejenis. Hal ini mendorong setiap perusahaan untuk terus meningkatkan kapasitas usahanya melalui pengembangan usaha secara bertahap maupun ekspansi usaha secara besar-besaran agar dapat mempertahankan eksistensinya. Dengan demikian, semakin meningkat pula kebutuhan pendanaan perusahaan untuk memperluas operasionalnya. Sumber pendanaan dapat diperoleh dari pihak internal maupun eksternal perusahaan. Sumber pendanaaan internal diantaranya modal sendiri dan laba ditahan. Sedangkan sumber pendanaan eksternal diperoleh melalui hutang kepada kreditur dan penerbitan saham.

  Pada umumnya pemilik perusahaan menyerahkan tugas dan wewenang menjalankan kegiatan operasional perusahaan kepada seorang manajer. Manajer memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap kegiatan operasional perusahaan agar dapat berjalan dengan baik melalui pengambilan keputusan yang tepat dalam rangka menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Dalam hal keuangan perusahaan, manajer keuangan harus mampu menentukan keputusan keuangan perusahaan melalui manajemen keuangan yang terencana.

  Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2011:6), manajemen keuangan dalam kegiatannya harus mengambil beberapa keputusan yang disebut dengan fungsi manajemen keuangan, yaitu penggunaan dana atau keputusan investasi,memperoleh dana atau keputusan pendanaan,dan pembagian laba atau kebijakan dividen.

  Keputusan investasiakan tercermin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Keputusan investasi dilakukan perusahaan dalam operasionalnya untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, yakni perusahaan menanamkan investasinya yang mempunyai prospek menjanjikan juga dengan mengamati periode dari investasi tersebut, sehingga tingkat likuiditas perusahaan juga pada tingkat yang optimal. Sebaliknya keputusan pendanaan dan kebijakan dividen akan tercermin pada sisi pasiva perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti, 2011:6). Keputusan pendanaan adalah keputusan yang dibuat perusahaan dalam mendapatkan pendanaannya yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham biasa, melalui pertimbangan dari biaya dana tersebut dan jangka waktu dari dana tersebut.Dana yang diperoleh melalui keputusan pendanaanharus mampu digunakan secara optimal oleh manajemen perusahaan melalui keputusan investasisehingga dapat menghasilkan imbal hasilyang melebihi biaya modal sehingga menghasilkan laba bagi perusahaan. Kondisi ini memungkinkan perusahaan melaksanakan kebijakan dividen yakni pembagian dividen bagi pemegang saham atas laba yang dihasilkan perusahaan setelah dikurangi laba ditahan. Hal ini sejalan dengan tujuan perusahan yakni memakmurkan dan mensejahterahkan pemegang saham.

  Perbandingan pendanaan hutang dengan modal pada sisi pasiva merupakan struktur modal sebuah perusahaan. Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai pendanaan perusahaan. Bringham dan Gapenski (2003) dalam Rodoni dan Ali (2014 : 129), menjelaskan struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah dengan cara menggunakan hutang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham.Keputusan struktur modal langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau keuntungan yang diharapkan (Brigham dan Houston, 2001 : 47). Tugas manajer keuangan yaitu menentukan komposisi struktur modal perusahaan. Manajer keuangan harusmengusahakan agar perusahaan memperoleh dana yang diperlukan dengan biaya minimal dan syarat-syarat yang paling menguntungkan. Keputusan yang salah mengenai struktur modal dapat menimbulkan posisi keuangan yang berbahaya dan akhirnya mengakibatkan kebangkrutan.

  Beberapa perusahaan lebih menyukai penggunaan ekuitas sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan. Hal ini akan meminimalisir besarnya biaya modal dari hutang yang akan membebani perusahaan pada masa mendatang. Akan tetapi, apabila jumlah ekuitas perusahaan tidak cukup untuk mendanai kegiatan perusahaan, maka kebijakan pendanaan dari hutang dapat menjadi alternatif bagi perusahaan. Penggunaan hutang dengan biaya tetap yakni bunga pada dasarnya akan menimbulkan dampak positif berupa penghematan dalam pembayaran pajak, karena bunga dapat diperhitungkan sebagai biaya. Dengan adanya penghematan pajak maka posisi aktiva perusahaan yakni kas akan menjadi lebih baik. Hal ini mendorong kemampuan likuiditas perusahaan semakin baik. Namun disisi lain, penggunaan hutang yang terlalu besar akan menimbulkan risiko kebangkrutan apabila perusahaan tidak mampu membayar hutang di kemudian hari (Syahyunan, 2013 : 59).

  Beberapa teori mengenai struktur modal yaitu Trade-Off Theoryyang dikemukakan oleh Myers (1977) dan Pecking Order Theory yangdikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984) dalam Husnan dan Pudjiastuti (2011:275). Dalam teori Trade-Off, penggunaan alternatif sumber danaperusahaan didasarkan pada

  

cost dan benefit-nya antara biaya modal dankeuntungan penggunaan hutang yaitu,

  biaya kebangkrutan dan keuntungan pajak.Sedangkan berdasarkan Pecking Order

  

Theory, penentuan struktur modal perusahaan didasarkan pada keputusan struktur

  modalsecara hierarki dimulai dari dari sumber dana dengan biaya termurah dengan sumber pendanaanterdiri atas laba, hutang, dan saham.

  IrhamFahmi(2014 : 178) menyebutkan bahwa Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan variabel pengukuran yang terkait struktur modal. Ukuran DAR digunakan untuk melihat perbandingan hutang dengan ekuitas sendiri. Apabila DAR > 0,5 maka perusahaan menggunakan hutang lebih besar dibandingkan dengan ekuitas sendiri. Sedangkan apabila DAR < 0,5 maka perusahaan menggunakan hutang lebih kecil dibandingkan ekuitas sendiri.

  Keputusan struktur modal perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Sartono (2001 : 248), para manajer perlu mempertimbangkan beberapa faktor dalam menentukan struktur modal yaitu tingkat penjualan, struktur aset, peluang pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, variabel laba, perlindungan pajak, skala perusahaan dan ekonomi makro. Hal yang sama juga dikemukakan Bringham dan Houston (2001 : 39-41), yakni faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan struktur modal diantaranya adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage perusahaan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, likuiditas dan peringkat utang, kondisi pasar, kondisi internal, dan fleksibilitas keuangan.

  Dalam penelitian ini tidak semua faktor yang mempengaruhi struktur modal akan dibahas. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, hanya beberapa faktor yang akan dibahas yaitu ukuran perusahaan, growth opportunity, likuidita, dan profitabilitas.

  Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur modal. Sartono Agus (2001 : 249) menjelaskan bahwa perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal hutang karena memiliki fleksibilitas keuangan yang lebih besar. Sehingga, semakin besar ukuran perusahaan maka, semakin besar dana yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai aktivitas operasinya. Pemenuhan dana tersebut salah satunya bersumber dari luar perusahaan dalam bentuk hutang. Peluang perusahaan besar dalam mendapatkan pinjaman lebih mudah dibandingkan perusahaan kecil, karena para kreditor menganggap perusahaan besar memiliki ketahanan finansial yang baik sehingga akan lebih mudah memperoleh laba dalam jumlah yang besar dan dapat melakukan pengembalian kepada kreditor. Oleh karena itu, ukuran perusahaan sangat mempengaruhi para keditor untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan.Hal ini berdampak pada semakin bertambahnya hutang dalam struktur modal perusahaan tersebut.

  Growth Opportunity (kesempatan bertumbuh) adalah kesempatan yang

  dimiliki perusahaan untuk dapat berkembang dan mencakupkesempatan untuk melakukan investasi dimasa mendatang (Brigham & Weston, 2005 : 457).Growth

  

opportunity bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan

  kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian maupun dalam industri dan pasar yang dapat diukur dengan rasio pasar perusahaan yang tinggi maka semakin tinggikesempatan tumbuh perusahaan sehingga menggunakan tingkat utang yang besardalam struktur modal. Damayanti (2013), dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin meningkatnya peluang pertumbuhan perusahaan pada masa mendatang menyebabkan perusahaan membutuhkan penambahan modal.

  Sedangkan para kreditur dalam memberikan pinjaman cenderung melihat prospek ataupeluang pertumbuhan perusahaan tersebut sebagai pertimbangannya.

  Sehingga semakin tinggi tingkat peluang pertumbuhan perusahaan maka semakin mudah bagi perusahaan mendapatkan dana dalam bentuk hutang.

  Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu (Syahyunan, 2012 : 92). Bringham dan Houston (2001 : 38) menjelaskan bahwa likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa terdapat aset lancar terutama arus kas bebas yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa tersedia dana internal yang cukup untuk mendanai aktivitas operasional sehari-hari perusahaan. Sesuai dengan Pecking Order theorydalam Husnan dan Pudjiastuti (2011 : 276), maka perusahaan akan cenderung memilih menggunakan dana internal tersebut untuk pembiayaan perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan mengurangi jumlah hutang secara keseluruhan dalam struktur modal. Current Ratio (CR) yang menjadi salah satu rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar. Perusahaan akan membatasi manajer untuk menambah hutang yang tidak perlu dengan tujuan mengurangi biaya kebangkrutan dan menjaga kesehatan finansil perusahaan. A.Abdul Jamal, et al (2013), dalam penelitiannya menjelaskan perusahaan dengan likuiditas memiliki akumulasi aset lancar yang tinggi dan arus kas masuk yang besar yang dapat digunakan untuk mendanai operasional perusahaan. Hal ini penting untuk menjaga tingkat likuiditas agar tetap stabil. Disisi lain, apabila nilai rasio likuiditas terlalurendahmaka menunjukkan adanya peningkatan risiko bagi kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan membayar semua kewajiban jangka pendek sekaligus sebagai sinyal buruk bagi perusahaan.

  Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, asset maupun laba bagi modal sendiri (Sartono, 2001 : 122). Pengukuran profitabilitasdapat yang diproksikan dengan rasio ROA yakni mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset yang dimilikinya. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi menggunakan utang yang relatif kecil. Hal ini dikarenakan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal (Bringham dan Houston, 2001 : 40).

  Perusahaan sektor property dan real estate adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan gedung-gedung fasilitas umum seperti perumahan, gedung perkantoran, swalayan, dan apartemen. Sektorproperty dan

  

real estate merupakan salah satu sektor yang cukup stabil pertumbuhannya sekitar

  20% – 30% pertahun. Walaupun terjadi krisis subprime mortgage di Amerika Serikat yang berdampak pada krisis ekonomi global tahun 2008, dampaknya tidak terlalu terasa pada sektor property dan real estate tanah air, meskipun diakui ada pengurangan pertumbuhan. Pertumbuhan pasar property dan real estate pada 2015 mendatang diprediksi mencapai 10 persen hingga 15 persen. Meski tetap tumbuh positif, namun lebih rendah dari pencapaian 2012 dan 2013 yang berada pada kisaran 20 persen hingga 30 persen. (www.kompas.com). Setelah krisis ekonomi global perusahan propertydan real estate berusaha bangkit kembali dan mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.

  Selain itu, industri sektor property dan real estatejuga merupakan salah satu usaha yang hampir dapat dipastikan tidak akan pernah mati dan akan terus bertumbuh karena kebutuhan akan tempat tinggal merupakan kebutuhan pokok manusia, dan setiap manusia berusaha untuk dapat memenuhinya. Kebutuhan properti akan terus meningkat khususnya di daerah perkotaan, hal ini disebabkan melonjaknya jumlah penduduk sebagai konsekuensi pesatnya pertumbuhan kota sebagai pusat perekonomian. Namun disisi lain, sektor property dan real estate merupakan sektor yang bersifat sulit diprediksi dan memiliki risiko yang tinggi.

  Pada saat terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 2012 sebesar 6,23% terjadi pertumbuhan yang sangat drastis pada sektor property dan real

  

estate sebesar 35%. Sedangkan pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi sebesar

  5,78% yang berimbas pada melambatnya pertumbuhan sektor property dan real

  

estate menjadi 30%. Industri sektor property dan real estatepada umumnya

  menggunakan pembiayaan dari kredit perbankan, sedangkan perusahaaan beroperasi menggunakan aktiva tetap berupa tanah dan bangunan. Hal ini menunjukkan perusahaan memiliki likuiditas yang rendah karena aset tanah dan bangunan tidak dapat dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang singkat.

  Peristiwa buble property pada tahun 2014 di beberapa kota besar seperti Jakarta, Depok, Bekasi dimana terjadi kelebihan penawaran (oversupply) produk

  

property dan real estate. Peristiwa ini ditandai dengan meningkatnya harga

property secara signifikan sebesar 30% akibat ulah para spekulan tanah. Hal ini

  berdampak pada penurunan penjualan sebesar 15%. Penurunan penjualan mengakibatkan perusahaan sektor property dan real estate mengalami tekanan khususnya pada struktur modalnya akibat penurunan sumber pendanaan yang tertahan oleh minimnya penjualan karena konsumen cenderung menunda pembelian atau bersifat wait and see sampai harga mengalami penurunan.

  Persaingan dalam industri propertydan real estatejuga sangat kompetitif. Perusahaan propertydan real estate berlomba-lomba meluncurkan kluster baru dan proyek baru.Komposisi besar aset perusahaan juga sangat menentukan keberhasilan perusahaan untuk tetap mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Pada September 2013, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan peraturan persyaratan kredit yakni aturan loan to value (LTV) sebesar 30% yang membatasi plafon pinjaman kredit pemilikan rumah melalui kredit maksimal sebesar 70% dari nilai jual rumah. Akibatnya perusahaan akan melakukan back-up kepada konsumen melalui pemberian keringanan pembayaran cicilan kredit perumahan. Hal ini dapat dilakukan apabila perusahaan ditopang oleh kemampuan aset yang cukup besar. Beberapa perusahaan property dan real estatedengan nilai aset terbesar pada tahun 2013 mengalami fluktuasi komposisi struktur modal yang bervariasi dalam mendanai kebutuhan pendanaan perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan kompetitornya seperti terlihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1 Perusahaan Propertydan Real Estate dengan Nilai Aset Terbesar (dalam

  satuan jutaan rupiah)

No Kode Nama Perusahaan Total Aset

  1 LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk 31300362

  2 BSDE PT. Bumi Serpong Damai Tbk 22572159

  3 CTRA PT. Ciputra Development Tbk 20114871

  4 ASRI PT. Alam Sutera Realty Tbk 14428083

  5 SMRA PT. Summarecon Agung Tbk 13659137 Sumber : Idx.co.id (data diolah)

  Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa masing-masing aset kelima perusahaan property dan real estate cukup bervariatif dan beberapa diantaranya tidak terlalu jauh berbeda. PT. Lippo Karawaci Tbk merupakan prusahaan dengan aset terbesar, lalu PT. Bumi Serpong Damai Tbk, PT. Ciputra Development Tbk, PT. Alam Sutera Realty Tbk dan terakhir PT. Summarecon Agung Tbk. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan diantara perusahaan property dan real estate sangat tinggi.

  Peran kota-kota besar sebagai pusat pertumbuhan juga mendorong pertumbuhan daerah-daerah pendukung perkotaan. Sehingga lambat laun juga akan terjadi pengembangan pusat bisnis, pembangunan infrastruktur dan perumahan penduduk dari pusat kota ke daerah sekitarnya yang menyebabkan permintaan akan perumahan di Indonesia juga terus meningkat. Oleh sebab itu perusahaan property dan real estate memanfaatkan peluang tersebut dan melakukan ekspansi pembangunan properti ke kota-kota besar lainnya selain Jakarta. Khususnya saat peristiwa buble property pada tahun 2008 dan 2014 mengakibatkan terjadinya kejenuhan pada pasar property dan real estate di daerah Jabodetabek.

  Para manajer perusahaan tersebut dituntut dapat mencari sumber pendanaan baru yang sesuai dengan kemampuan finansial perusahaan dan memiliki biaya modal yang relatif tidak terlalu tinggi. Sumber pendanaan dengan pertimbangan manfaat dan biaya modal yang terencana akan menghindari perusahaan dari masalah kesulitan keuangan pada masa mendatang sehingga menghambat perusahaan dalam mengembangkan rencana bisnisnya termasuk melakukan ekspansi.Kepercayaan investor dan kreditor ditentukan oleh reputasi perusahaan yang tercermin pada kondisi finansial perusahaan. Penentuan sumber pendanan tersebut tentu harus mempertimbangkan apakah menggunakan hutang, ekuitas sendiri melalui pemegang saham lama dan penerbitan saham baru. Hal ini mendorong dilakukannya pengambilan keputusan struktur modal yang paling optimal baik melalui penambahan modal atau menata kembali struktur modalnyasehingga dapat mendukung kegiatan ekspansi masing-masing perusahaan yang semakin meningkat. Untuk menentukan struktur modal yang optimal, maka manajer keuangan perusahaan melakukan restruktursasi pada sumber pendanaan sehinggamengakibatkan komposisi struktur modal yang diukur dengan debt to asset ratio (DAR) tidak konsisten antara perbandingan penggunaan hutang dan ekuitas sendiri.

  Beberapa gambaran fluktuasi struktur modal dengan beberapa faktor yang menjadi pertimbangan yang sudah dijelaskan dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini:

  

Tabel 1.2

Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity, dan DAR Perusahaan

Property dan Real Estate(dalam persen)

  Struktur Modal Ukuran Perusahaan Growth Opportunity (DAR) KODE 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 LPKR

  16.72

  17.03 17.26 1,62 2,01 1,48 0,48 0,54 0,55 BSDE

  16.36

  16.63 16.93 2,08 1,84 1,68 0,35 0,37 0,41 CTRA

  16.26

  16.53 16.82 1,07 1,43 1,16 0,34 0,44 0,51 ASRI

  15.61

  16.21 16.48 2,95 2,49 1,58 0,54 0,57 0,63 SMRA

  15.91

  16.2 16.43 3,44 3,59 2,38 0,69 0,65 0,66 Sumber : Idx.co.id (data diolah)

  Berdasarkan Tabel 1.2 diatas terlihat bahwa seluruh perusahan mengalami peningkatan aset (ukuran) namun peluang pertumbuhan (growth opportunity) yang berfluktusi. Pada PT. Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) terjadi kenaikan aset. Namun selain adanyapeningkatan ukuran aset, perusahaan tersebut memiliki

  

growth opportunity yang meningkat pada tahun 2012 namun menurun drastis pada

  tahun 2013. Hal ini berdampak pada struktur modal perusahaan dimana pada tahun 2011 lebih dominan menggunakan ekuitas (DAR<0,5) beralih menggunakan utang yang lebih besar (DAR>0,5) pada tahun berikutnya. Sementara pada PT. Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) terjadi peningkatan aset (ukuran) namungrowth opportunitycenderung mengalami penurunan. Hal ini mempengaruhi struktur modal dimana walaupun terjadi peningkatan utang namun tetap lebih dominan menggunakan ekuitas yakni DAR<0,5. PT. Ciputra Development Tbk (CTRA) juga terjadi peningkatan aset (ukuran) dan growth

  

opportunity . Namun terjadi pergeseran struktur modal pada tahun 2011-2012 yang

  menggunakan ekuitas sendiri namun tahun 2013 beralih dominan menggunakan utang.PT. Alam Sutera Realty (ASRI), walaupun terjadi peningkatan aset (ukuran), perusahaan tersebut mengalami penurunan growth opportunity. Hal ini mengakibatkan fluktuasi dominasi utang dan ekuitas dalam struktur modalnya. selama tahun 2012 memiliki ukuran aset yang semakin meningkat namun terjadi penurunan utang tahun 2012 dan kembali lebih banyak menggunakan hutang pada tahun 2013. Sedangkan PT Summarecon Agung (SMRA), selainterjadi peningkatan aset (ukuran), terjadi pula peningkatan dan penurunan growth

  

opportunity yang berdampak pada penurunan DAR namun tetap lebih dominan

menggunakan hutang dalam struktur modalnya.

  Selain ukuran perusahaandan growth opportunity, dalam penelitian ini juga menguji pengaruh variabel lain yakni likuiditasyang diukur dengan current

  

ratio (CR)dan profitabilitas yang diukur dengan return on asset (ROA).

  Perusahaan dengan likuiditasyang tinggi dapat mendukung aktivitas operasional perusahaan untuk jangka pendek. Hal ini dikarenakan adanya dukungan kemampuan perusahaan apabila sewaktu-waktu harus melakukan pembayaran utang jangka pendeknya sehingga perusahaan dapat melakukan penambahan pendanaan dalam struktur modal lebih terncana. Sedangkan profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampulabaan perusahaan. Apabila perusahaan menghasilkan laba yang tinggi maka akan mempengaruhi struktur modal perusahaan dengan lebih menggunakan dana internal daripada eksternal untuk pendanaan perusahaan pada masa mendatang. Hal ini sesuai dengan Pecking

  

Order Theory yang menyatakan penggunaaan dana internal lebih diutamakan baru

  selanjutnya apabila tidak mencukupi maka dapat menggunakan dana eksternal berupa hutang. Namunmasih terdapat ketidakkonsistenan profitabilitas dan likuiditasdalam mempengaruhi keputusan struktur modal. Hal ini terlihat seperti pada Tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 1.3 Likuiditas,Profitabilitasdan DAR Perusahaan Property dan Real Estate

  

(dalam persen)

Likuiditas (CR) Profitabilitas (ROA) Struktur Modal (DAR) KODE 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013

  LPKR

  6.04

  5.6

  4.96

  4.46

  5.32 5.09 0,48 0,54 0,55 BSDE

  1.97

  1.74

  2.67

  7.91

  8.82 12.87 0,35 0,37 0,41 CTRA

  2.37

  1.56

  1.35

  4.28

  5.65 7.03 0,34 0,44 0,51 ASRI

  0.98

  1.23

  0.75

  10.03

  11.11 6.6 0,54 0,57 0,63 SMRA

  1.37

  0.12

  1.28

  4.8

  7.28 8.02 0,69 0,65 0,66 Sumber : Idx.co.id (data diolah)

  Berdasarkan Tabel 1.3 terlihat bahwa pada PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR) terjadi kecenderungan penurunan likuiditas (CR) dan peningkatan profitabilitas (ROA) yang berdampak pada DAR yang semakin meningkat dimana penggunaan ekuitas yang dominan pada tahun 2011 perlahan mulai beralih menggunakan utang pada tahun 2012 dan 2013. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mengalami kenaikan CR dan ROA yang mempengaruhi peningkatan utang dalam struktur modalnya namun tetap lebih dominan menggunakan ekuitas sendiri. Hal yang berbeda terjadi pada PT. Ciputra Development Tbk (CTRA) dimana penurunan CR dan kenaikan ROA mengakibatkan peningkatan penggunaan utang dalam struktur modalnya. Sementara pada PT Aslam Sutera Realty Tbk (ASRI) terjadi kenaikan dan penurunan CR dan ROA secara berturut- turut mengakibatkan kenaikan dan penurunan ekuitas sendiri dalam struktur modal. Lalu pada PT. Summarecon Agung terjadi penurunan dan kenaikan CR disertai kenaikan ROA mempengaruhi struktur modal sehingga mengalami penurunan dan kenaikan DER namun tetap dominan menggunakan utang.

  Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk malakukan penelitian yang diberi judul “Analisis Pengaruh Ukuran

  

Perusahaan, Growth Opportunity, Likuiditas dan Profitabilitasterhadap

Struktur Modal pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.”

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:Apakah ukuran perusahaan, growth

  

opportunity, likuiditas dan profitabilitas berpengaruh secara signifikanterhadap

  struktur modal pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

  1.3Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, growth opportunity, likuiditas dan profitabilitasbaik secara parsialmaupun serempak terhadap struktur modal pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

  Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut:

  1. Bagi perusahaan Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan khususnya sektorproperty dan real estatedalam hal pengambilan keputusan dalam menentukan proporsi utang dan ekuitas sendiri dalam struktur modal sebagai sumber pendanaan perusahaan sehingga pihak manajemen dapat mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik.

  2. Bagi pihak eksternal ( investor, kreditur, dan pihak lain) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk alternatif bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan berinvestasi atau pemberian kredit dengan mempertimbangkan struktur modal perusahaan.

  3. Bagi peneliti Penelitian ini menambah dan memperdalam pengetahuan peneliti mengenai analisis pengaruh firm size, growth opportunity, liquidity, dan

  profitability terhadap struktur modal perusahaan khususnya perusahaan property dan real estate.

  4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi dan informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai topik ini dan memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kebijakan struktur modal.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity,Likuiditas, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 72 116

Analisis Pengaruh Kinerja Perusahaan Dan Kinerja Pasar Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 35 89

Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia Periode 2007-2009

2 63 76

Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Dan Property Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 50 111

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Kemampulabaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Properti Dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 50 96

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Modal dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 59 85

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Debt To Equity Ratio, Ukuran Perusahaan, Dan Leverage Operasi Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan dan Struktur Aset Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 1 11

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity,Likuiditas, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Struktur Modal - Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity,Likuiditas, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Ef

0 0 24