Proteksi Kombinasi Minyak Wijen dan α-tocopherol Terhadap Glomerular Injury Melalui Penghambatan Stres Oksidatif Tikus Hiperkolesterolemia

Proteksi Kombinasi Minyak Wijen dan α-tocopherol Terhadap Glomerular Injury Melalui Penghambatan Stres Oksidatif Tikus Hiperkolesterolemia

Dewi Sukmawati *

Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Malang

Abstrak

Minyak wijen (MW) kaya akan polyunsaturated fatty acid (PUFA) terutama linoleat yang diketahui dapat menurunkan kadar lipid dalam darah. Namun, salah satu kelemahan PUFA sebagai hipolipidemik adalah cenderung mudah untuk teroksidasi karena struktur ikatan rangkapnya. Vitamin E ( α-tocopherol) diketahui dapat melindungi struktur PUFA terhadap oksidasi serta dapat menghambat stres oksidatif. Peningkatan stres oksidatif pada hiperkolesterolemia diduga kuat berperan penting dalam patogenesa glomerular injury. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan bahwa penambahan α-tocopherol pada minyak wijen mempunyai efek sinergis dalam mencegah glomerular injury melalui penurunan stres oksidatif. Penelitian ini menggunakan Rattus novergicus strain Wistar jantan (200 g) yang dibagi menjadi tujuh kelompok masing – masing 4 ekor, kelompok hiperkolesterol (HK), kelompok ke-2, ke-3 dan ke-4 adalah kelompok HK + MW (dosis masing-masing 0,3; 0,6, dan 1,2 ml), sedangkan kelompok ke-5, ke-6 dan ke-7 adalah kelompok HK + MW (dosis masing – masing 0.3, 0.6 dan 1.2 ml) + α-tochopherol 20 mg). Pengukuruan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), ureum dan kreatinin darah dilakukan pada minggu ke-10. Aktivitas stres oksidatif jaringan ginjal diukur dari kadar malondialdehide (MDA) menggunakan uji thiobarbituric acid (TBA) dan kadar superoxyde dismutase (SOD) jaringan dengan uji Nitroblue tetrazolium (NBT). Pemeriksaan histologis dilakukan untuk melihat deposit matriks dan jumlah sel mesangial pada glomerulus dengan pengecatan Periodic Acids Schiff (PAS). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan bermakna penurunan kadar MDA antara kelompok MW dengan MW + α- tocopherol pada dosis 0.3 (p = 0.000) dan 0.6ml (p = 0.001) yang menunjukkan interaksi sinergistik MW + α-tocopherol serta kecenderungan penurunan kadar SOD. Terdapat dugaan interaksi secara potensiasi dengan penambahan α- tocopherol pada minyak wijen terhadap penurunan kadar kolesterol total dan LDL. Gambar histologis glomerular injury menunjukkan bahwa kombinasi MW + α-tocopherol dapat menghambat peningkatan jumlah sel (p = 0.000) dan matriks mesangial (p = 0.614). Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan α-tochopherol pada minyak wijen mempunyai efek yang lebih baik dibanding minyak wijen sendiri dalam menghambat glomerular injury melalui penghambatan stres oksidatif di jaringan ginjal secara sinergis.

Kata kunci: α-tocopherol, glomerular injury, minyak wijen, stres oksidatif.

Abstract 

Sesame oil is rich of polyunsaturated fatty acid (PUFA) especially linoleic acid which is known to reduce lipid content in blood. However, one susceptibility of PUFA as hypolipidemic is it tends to be oxidized because of its double bond structure. Vitamin E ( α-tocopherol) was known to protect the structure of PUFA towards oxidation and inhibit oxidative stress. The increase of oxidative stress on hypercholesterolemia is strongly expected to have important role in pathogenesis of glomerular injury. This study aimed to assess the addition of α-tocopherol on sesame oil that has the effect of sinergy in inhibiting glomerular injury through the decrease of oxidative stress. We used male Rattus novergicus strain Wistar (BW 200 g) in seven groups, 4 rats for each group. The groupss are: hypercholesterol (HC), group 2, 3 and 4 is HC + sesame oil (Each dose 0.3; 0.6, and 1.2 ml, respectively), while group 5, 6 and 7 is HC + sesame oil (Each dose 0.3; 0.6, and 1.2 ml, respectively) + α-tochopherol 20 mg. Total cholesterol, Low Density Lipoprotein (LDL), ureum and creatinine of blood were measured on the 10 th week. Oxidative stress activity on the tissues of kidney measured by its malondialdehide (MDA) content with the test of thiobarbituric acid (TBA) and superoxyde dismutase (SOD) of the tissues with Nitroblue tetrazolium (NBT). Histological analysis was conducted to assess the matrix of deposit and the number of mesangial cell in glomerulus by the staining of Periodic Acids Schiff (PAS). The results showed significant diffeerences of the decreased MDA content between the group of sesame oil with the group of Sesame oil + α-tocopherol on the dose of 0.3 ml (p = 0.000) and 0.6ml (p = 0.001). It implied that the synergic interaction of sesame oil + α-tocopherol and the tendency of SOD decrease. We assumed the potential interaction is the addition of α-tocopherol on sesame oil decrease the cholesterol and LDL. Histology image of glomerular injury showed the combination of sesame oil + α-tocopherol inhibit the increasing of cell number and (p = 0.000) and mesangial matrix (p = 0.614). It indicates the addition of α-tochopherol on sesame oil has better effect than only sesame oil in inhibiting the glomerular injury by inhibit the oxidative stress in kidney tissues sinergically.

Keywords: α-tocopherol, glomerular injury, sesame oil, oxidative stress

Alamat korespondensi: Dewi Sukmawati Address : Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Jl. Mayjen Haryono No. 169 Malang 65145

Proteksi Kombinasi Minyak Wijen –α –Tocopherol pada Tikus Hiperkolesterolemia 77 (Sukmawati)

PENDAHULUAN

(0.35%) secara signifikan meningkatkan kapasitas Hiperkolesterol merupakan salah satu faktor

pembentukan radikal bebas yang disertai dengan resiko pada penyakit ginjal kronis selain diabetes

meningkatnya aktivitas xanthine oxidoreductase dan hipertensi. Studi Kohort prospektif di Boston

(XO) dalam glomerulus secara bermakna. Seiring pada tahun 1982 –1996 terhadap 4.483 orang

dengan hal tersebut, juga terjadi peningkatan laki –laki sehat menunjukkan bahwa terdapat

bermakna terhadap jumlah monosit/makrofag hubungan yang signifikan antara parameter

glomerular, densitas sel dan matriks mesangial kolesterol dengan peningkatan kreatinin dan

berkurangnya kecepatan filtrasi glomerulus Hiperkolesterolemia diduga merupakan fak- (GFR). Pasien yang mempunyai kadar high

tor resiko yang dapat berdiri sendiri dan mem- density lipoprotein (HDL) rendah (<40 mg.dl -1 ), perparah nephropathy yang terjadi dengan

kadar kolesterol non-HDL yang meningkat (> menyebabkan glomerular injury melalui produksi 196.1 mg.dl -1 ) dan peningkatan rasio kolesterol/

kolagen proteoglikan, fibronektin dan Platelet HDL (>6.8) mempunyai risiko 2 kali lipat untuk

Derived Growth Factor (PDGF). Studi pada model terjadinya renal insufficiency [1].

penyakit renal menunjukkan adanya hubungan Data rekam medis dari Rumah Sakit Dr.

antara kadar kolesterol dalam sirkulasi dengan Kariadi Jawa Tengah tahun 1995-1998 menun-

glomerular injury, berupa glomerulosklerosis, jukkan bahwa penyakit gagal ginjal kronis

ekspansi mesangial dan hialinosis. Hiperkoleste- menduduki tempat ke-2 (16.6%) setelah

rolemia juga dapat menyebabkan perubahan glomerulonephritis kronis (46.6%). Sedangkan di

hemodinamik, berupa meningkatnya tekanan Amerika, prevalensi End-Stage Renal Disease

hidraulik kapiler glomerular, vasokonstriksi renal; (ESRD) meningkat 2 kali lipat dalam 10 tahun

baik arteriol aferen dan eferen serta meningkat- terakhir [1]. Insiden pasien baru dengan ESRD di

nya resistensi vaskuler [6]. Amerika tahun 1998 adalah 85.520. Hal ini me-

Hingga saat ini belum terdapat terapi spesifik nunjukkan rata –rata insiden sebesar 308 kasus

untuk sebagian besar nephropathy kronik yang per satu juta populasi [2].

berkembang menjadi ESRD, maka tindakan Berbagai bentuk penyakit renal yang

pencegahan berperan penting untuk mengatasi berkembang menjadi renal failure ditandai oleh

penyakit ini. Identifikasi faktor resiko yang dapat proliferasi sel mesangial dan akumulasi matriks

dimodifikasi, yang mengawali terjadinya disfungsi mesangial yang nyata, sebagai gambaran dari

renal merupakan langkah awal yang diperlukan glomerulosklerosis dan nephropathy [3]. Meka-

untuk menegakkan strategi pencegahan dan nisme yang mendasari progresifi-tas penyakit alternatif pemikiran pengobatan terbaru [1]. renal masih belum jelas. Salah satu faktor yang

diduga berperan penting dalam patogenesis Berdasarkan hal tersebut, National Choles- terol Education Program, Adult Treatment Panel

penyakit renal kronis adalah stres oksidatif [4].

III (NCEP- ATP III) Mei 2001, menekankan Penelitian terhadap 37 pasien dengan gagal ginjal pentingnya terapi nonfarmakologi pada pende- kronis (Chronic Renal Failure) menunjukkan

bahwa lag time fraksi lipoprotein (sebagai rita hiperkolesterolemia. Perubahan gaya hidup merupakan salah satu terapi yang dianjurkan,

antioksidan marker) untuk teroksidasi adalah termasuk disini adalah diet. Konsumsi lemak yang lebih lama pada kelompok kontrol pasien sehat dianjurkan adalah dengan mengganti asam lemak dibanding pada pasien dengan insufisiensi renal. jenuh (saturated) dengan asam lemak tak jenuh, Kadar diene conjugates dan LOOH (sebagai

marker lipid peroksidasi) juga lebih tinggi secara baik yang monounsturated maupun polyun- saturated yang terutama terkandung dalam

bermakna pada pasien dengan insufisiensi renal

minyak tanaman [7].

[5]. Minyak wijen (Sesame oil) merupakan salah Penelitian pada hewan coba mendukung satu sumber asam lemak tak jenuh, 85 % asam adanya hubungan sebab-akibat antara kadar lipid

dan terjadinya glomerular injury yang mengarah lemaknya berupa asam lemak tak jenuh, yang bersifat lebih stabil dengan adanya antioksidan

pada terjadinya glomerulosklerosis. Bukti terse- alami berupa sesamin [8]. Penelitian ahli gizi but menunjukkan bahwa stres oksidatif merupa- menunjukkan bahwa minyak wijen kaya akan kan faktor patogenetik untuk terjadinya asam lemak esensial yaitu linolenat (0.67%), nephropathy yang diinduksi oleh lipid (lipid- linoleat (49.5%) dan oleat (37.5%) [9]. induced nephropathy). Penelitian pada tikus Selain itu minyak wijen juga mengandung dengan uninephrectomy yang diberi diet tinggi

lemak (40%), kolesterol (5%) dan asam kolat

sejumlah

lignan yang mempunyai efek

Proteksi Kombinasi Minyak Wijen –α –Tocopherol pada Tikus Hiperkolesterolemia 78

(Sukmawati)

hipolipidemik dan juga antioksidan. Sesamin, (GBM) dibanding kontrol [13]. Sedangkan studi salah satu lignan dalam minyak wijen mempunyai

Secondary Prevention with Antioxidant of efek hipolipidemik dengan menurunkan secara

Cardiovascular disease in End-stage renal disease bermakna kadar kolesterol dalam serum dan

[14], terhadap 196 pasien hemodialisis dengan hepar pada tikus yang diberi diet kolesterol 0.5%

penyakit kardiovaskuler yang mendapat  - tocopherol 800 IU.hari selama 4 minggu, melalui hambatan absorbsi -1 melaporkan adanya pe-

kolesterol di intestinal dan menurunkan aktivitas nurunan kejadian penyakit kardiovaskuler secara HMG-CoA reductase, enzim yang membatasi

signifikan sebesar 54% dibanding kontrol [15]. sintesis kolesterol dalam mikrosom hepar [10].

Hingga saat ini masih belum diketahui apakah Sedangkan efek antioksidan ditunjukkan oleh

dengan penambahan  - tocopherol pada minyak lignan sesamolin, yang secara bermakna

wijen dapat memberikan efek yang lebih baik menurunkan lipid peroksidasi di ginjal dan hepar

daripada minyak wijen sendiri dalam mengham- bat glomerular injury melalui penghambatan

[11]. stres oksidatif akibat hiperkolesterolemia. Adanya ikatan rangkap dalam asam lemak tak Untuk itu perlu dilakukan penelitian eksperi- jenuh (PUFA) menyebabkan strukturnya mudah mental untuk mengetahui efek penam-bahan teroksidasi. Sehingga bila dikonsumsi dalam

- tocopherol pada minyak wijen, diban-ding minyak

jumlah banyak dapat meningkatkan proses wijen sendiri dalam menghambat glomerular oksidasinya. Oleh karena itu harus disertai injury melalui penghambatan stres oksidatif. dengan konsumsi antioksidan, yang dapat

mencegah terjadinya oksidasi ikatan rangkap.

Penggunaan  - tocopherol sebagai antioksidan Penelitian ini menggunakan Rattus novergicus telah diketahui luas. Alpha-tocopherol merupa- strain Wistar jantan (200 g) yang dibagi menjadi kan antioksidan kuat yang larut dalam lemak dan tujuh kelompok masing –masing 4 ekor, kelompok efektif sebagai antioksidan pemutus rantai yang hiperkolesterol (HK), kelompok ke-2, ke-3 dan ke- melindungi lipid unsaturated dari kerusakan

METODE PENELITIAN

4 adalah kelompok HK + MW (dosis masing- radikal bebas [12]. Pemberian  - tocopherol 200 masing 0,3; 0,6, dan 1,2 ml), sedangkan

mg/hari selama 6 dan 12 minggu pada tikus kelompok ke-5, ke-6 dan ke-7 adalah kelompok diabetes yang diinduksi dengan streptozotocin

HK + MW (dosis masing – masing 0.3, 0.6 dan 1.2 (STZ) secara signifikan menurunkan konsentrasi

ml) + α-tochopherol 20 mg). Alur penelitian dapat malondial-dehyde (MDA) ginjal serta menurun-

dilihat pada gambar 1.

kan ketebalan glomerular basement membrane

α-tochopherol 20 mg

10 Minggu

Gambar 1. Alur Penelitian

Proteksi Kombinasi Minyak Wijen –α –Tocopherol pada Tikus Hiperkolesterolemia 79 (Sukmawati)

Pembuatan Tikus Hiperlipidemia Pemeriksaan Histologi Ginjal

Dari studi terdahulu diketahui bahwa Untuk pemeriksaan histologi ginjal dilakukan kebutuhan makanan tikus dewasa tiap ekor

dengan proses parafin blok serta menggunakan perhari adalah 40 g, yang terdiri dari comfeed

pewarnaan PAS (Periodic Schiff Acid) untuk PAR-S, terigu dan air (pakan standar). Untuk

mewarnai komponen polisakarida dan oligo- perlakuan hiperkolesterol,

sakarida yang dimiliki sel, dalam hal ini terdapat atherogenik dari laboratorium biomedik yang

digunakan diet

pada matriks mesangial dan membran dari sudah

kapsula Bowman, serta mengamati sel mesangial atherosklerosis dalam waktu 8 –10 minggu.

terbukti membuat

Komposisi diet atherogenik merujuk pada studi

Ali dan Muliartha [16].

Metode pengumpulan data histologis

Dilakukan pengamatan dan penghitungan

Pengukuran Kadar Kolesterol Serum

terhadap persentase matriks mesangial dan Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan jumlah sel mesangial dengan menggunakan pada akhir minggu ke-10. Reagen yang digunakan adalah “Dia Sys Cholesterol FS” yang dibaca mikroskop binokuler. Pada tiap slide diamati/

ditentukan counting area glomerulus pada dengan menggunakan spektrofotometri dengan daerah korteks ginjal secara acak sebanyak 4 panjang gelombang 500 d λ.

area.

Prosedur Pengukuran LDL

a. Persentase matriks mesangial

LDL diukur secara tidak langsung dengan Dengan perbesaran 400x dihitung luas area menggunakan rumus :

matriks yang mengisi square mikrometer (1 kotak

= 1 x1 um), kemudian dihitung luas area – (Trigliserida/5) – HDL = mg.dl glomerulus beserta matriksnya. Persentase

LDL = Kolesterol

Catatan: Data trigliserida dan HDL menggu-nakan data

matriks di peroleh dengan membagi luas area

bersama dari kelompok penelitian minyak wijen,

matriks dibagi luas area glomerulus dikalikan

digunakan oleh peneliti lain

dengan 100.

b. Jumlah sel mesangial

Pemeriksaan Kadar Protein Ginjal

Dengan perbesaran 1000x dan munyak Sampel jaringan ginjal yang didapat kemudian

emersi dihitung jumlah sel mesangial, yang ditambahkan larutan NaCl 0,9% sampai 1 cc,

mempunyai ciri – ciri: sel terbenam dalam kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000

matriks mesangial, terletak diantara kapiler dan rpm selama 10 menit. Supernatan diambil ditam-

inti hiperkromatik.

bahkan dye dan dibaca menggunakan spektro-

fotometer dengan panjang gelombang 570 nm

Pemeriksaan kadar ureum

(di laboratorium Biomedik Universitas Brawijaya). Bahan yang digunakan adalah Urea kit (Unimate 5 Art. 07 3685 6) dan serum tikus.

Pemeriksaan SOD Jaringan Ginjal

Bahan dicampur (Tabel 1) kemudian diinkubasi Sampel jaringan direaksikan dengan xantin

15 menit dan dibaca pada photometer dengan dan xantin oxidase serta KCN 10mM. Kemudian

panjang gelombang 365 nm. ditambahkan NBT sebagai pewarna, dan dibaca

menggunakan spektrofotometer dengan panjang

Tabel 1. Solution untuk pengukuran kadar urenum

gelombang 580 nm (di laboratorium Biomedik

Bahan

Tes (T) Kalibrator (K)

Universitas Brawijaya).

Working Reagen

1000 ul 1000 ul

Sampel

10 ul -

Pemeriksaan Kadar MDA Jaringan Ginjal

Standar/ kalibrator

- 10 ul

Digunakan dua sampel jaringan ginjal untuk

tes dan kontrol. Masing-masing direaksikan

Penghitungan hasil = Absorbansi T x konsentrasi standar

dengan TCA dan HCl untuk menghentikan reaksi

Absorbansi K

(Lab. Patologi Klinik Rumah Sakit Saiful Anwar) yang berlangsung dan kemudian diwarnai menggunakan NaTHIO. Dibaca menggunakan

Pemeriksaan kadar kreatinin

spektrofotometer dengan panjang gelombang Bahan yang digunakan adalah Reagen 531 nm (Laboratorium Biomedik, Universitas

kreatinin (Unimate 7 Art. 07 3667 8 ) dan serum Brawijaya).

tikus. Bahan dicampur (Tabel 2) kemudian diin- kubasi 15 menit dan dibaca pada photomteer

Proteksi Kombinasi Minyak Wijen –α –Tocopherol pada Tikus Hiperkolesterolemia 80

(Sukmawati)

dengan panjang gelombang 365 nm. Bahan adanya hubungan dosis – efek, yang berarti dicampur kemudian diinkubasi 15 menit dan

bahwa penambahan dosis minyak wijen berpe- dibaca pada photometer dengan panjang

ngaruh terhadap penurunan kadar kolesterol gelombang 500 nm.

total. Dosis 0.3 ml menunjukkan penurunan kadar kolesterol yang lebih bermakna daripada

Penghitungan hasil = Absorbansi T x konsentrasi standar

dosis 0.6 dan 1.2 ml. Pada dosis 0.6 dan 1.2 ml

Absorbansi K

(Lab. Patologi Klinik Rumah Sakit Saiful Anwar)

memberikan efek penurunan kadar kolesterol yang sama. Sedangkan untuk kelompok MW +

Tabel 2. Solution untuk pengukuran kadar kretinin

α-tocopherol, menunjukkan bentuk linear dan

Bahan Tes (T)

Kalibrator (K)

juga terdapat hubungan dosis –efek. Dosis 1.2

Working Reagen 1000 ul

1000 ul

ml menurunkan kadar kolesterol lebih bermak-

Sampel 100 ul

na daripada dosis 0.3 dan 0.6 ml. Sedangkan pada dosis 0.3 dan 0.6 memberikan efek

Standar/ kalibrator -

100 ul

Analisis statistik

penurunan kolesterol yang tidak berbeda. Untuk mengetahui apakah penambahan α-

Demikian pula tiap pasang kelompok MW tocopherol pada minyak wijen berbeda secara

dengan MW + α-tocopherol pada semua dosis bermakna dengan minyak wijen sendiri maka

menunjukkan efek penurunan kolesterol yang data dari pengukuran kadar kolesterol total, LDL,

tidak berbeda.

MDA, SOD, Ureum, Kreatinin, % matriks

mesangial dan jumlah sel mesangial dianalisa

Tabel 3. Efek kombinasi minyak wijen dengan α-

serentak dengan MANOVA dan bila ada perbe- tocopherol pada kadar kolesterol serum

daan bermakna (p<0.05) dilanjutkan dengan Rerata kadar

Kolesterol Analisis

Post Hoc Tukey HSD untuk mengetahui kelompok

(mg)

serum (mg.dl -1 )

mana yang berbeda [18]. Selanjutnya dilakukan

regresi untuk mengetahui hubungan kausal atau

0.3 20 4 120.903 ± 8.52 *Manova

fungsional [19] efek penambahan α-tocopherol

4 109.092 ± 1.97 (p =0.012)

dibanding minyak wijen sendiri pada tiap dosis.

Analisa korelasi dilakukan untuk mengetahui

ada-tidaknya hubungan kausal antara parameter

*Uji statistika Manova terhadap rerata kadar kolesterol

stres oksidatif dengan glomerular injury dan

serum didapatkan perbedaan yang signifikan antara

seberapa besar hubungan tersebut [18]. Untuk

kelompok minyak wijen (MW) dan kelompok kombinasi

minyak wijen dengan α-tocopherol (p = 0.012).

mengetahui perubahan histopatologi pada ginjal

maka mula-mula di baca secara deskriptif

kemudian di coba dikuantifikasi.

Hasil pengukuran kadar LDL serum

Data hasil pengukuran kadar LDL serum

(Tabel 4) menunjukkan bahwa terjadi penurunan

HASIL

kadar serum LDL, pada semua kelompok minyak

Hasil pengukuran kadar kolesterol total

wijen, dengan atau tanpa penambahan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

α- tocopherol. Kelompok MW pada semua dosis

adanya penurunan kadar serum kolesterol total, (0.3, 0.6 dan 1.2 ml) menunjukkan efek pada semua kelompok minyak wijen (MW),

menurunkan kadar LDL. Demikian pula dengan dengan atau tanpa penambahan α-tocopherol.

kelompok MW + α-tocopherol pada semua dosis Kelompok MW pada semua dosis (0.3, 0.6 dan

(0.3, 0.6 dan 1.2 ml) mempunyai efek

1.2 ml) menunjukkan efek menurunkan kadar menurunkan kadar LDL. Analisa lanjutan dengan kolesterol total. Demikian pula dengan kelompok

Tukey HSD menunjukkan bahwa kadar LDL yang MW + α-tocopherol pada semua dosis (0.3, 0.6

dibandingkan antar pasangan kelompok MW dan 1.2 ml) mempunyai efek menurunkan kadar

dengan MW + α-tocopherol pada dosis yang kolesterol (Tabel 3).

sama, menunjukkan perbedaan yang tidak Hasil analisis regresi menunjukkan adanya

bermakna. Selanjutnya dilakukan analisa regresi dua persamaan garis linear yang berbeda,

untuk mengetahui efek penambahan α- antara kelompok minyak wijen saja dengan

tocopherol pada minyak wijen dibandingkan yang ditambah α-tocopherol. Kelompok MW

dengan minyak wijen sendiri. tampak berbentuk linear dan menunjukkan

Proteksi Kombinasi Minyak Wijen –α –Tocopherol pada Tikus Hiperkolesterolemia 81 (Sukmawati)

Tabel 4. Efek Kombinasi Minyak Wijen dengan α-

pada pasangan kelompok MW dengan MW + α-

Tocopherol pada Kadar LDL Serum

tocopherol pada dosis 0.3 ml (p =0.000) dan

MW α-tocopherol Rerata kadar n

LDL serum

Analisis

dosis 0.6 ml (p = 0.001). Selanjutnya dilakukan

(ml) (mg)

(mg.dl -1 )

analisa

regresi

untuk mengetahui efek

penambahan α-tocopherol pada minyak wijen

dibandingkan dengan minyak wijen sendiri.

Tabel 5. Efek Kombinasi Minyak Wijen dengan α- 1.2 -

Tocopherol pada Kadar MDA jaringan ginjal

Rerata kadar

*Uji statistika Manova terhadap rerata kadar LDL serum, didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok

MDA (nmol.gr -1 Analisis

(mg)

jaringan)

minyak wijen (MW) dan kelompok kombi-nasi minyak

4 0.822 ± 0.506 wijen dengan α-tocopherol (p = 0.045)

Hasil analisis regresi menunjukkan adanya

0.6 20 4 0.432 ± 0.209 **Tukey

dua persamaan garis yang berbeda, antara

4 0.506 ± 0.230 HSD

kelompok minyak wijen saja dengan yang

ditambah * α-tocopherol. Kelompok MW menunju- Uji statistika Manova terhadap rerata kadar MDA

kkan adanya hubungan dosis – efek, yang berarti

menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok MW

dan kelompok kombinasi MW dengan α-tocopherol (p =

bahwa penambahan dosis minyak wijen ber-

pengaruh terhadap penurunan kadar LDL. Dosis

**Uji statistik lanjutan Tukey HSD menunjukkan terdapat

0.3 ml menunjukkan penurunan kadar LDL yang

perbedaan bermakna kadar MDA antara pasangan kelompok MW dengan MW + α-tocopherol pada dosis

lebih bermakna daripada dosis 0.6 dan 1.2 ml.

0.3 ml (p=0.000) dan dosis 0.6 ml (p=0.001)

Pemberian dosis 0.6 dan 1.2 ml akan

memberikan efek penurunan kadar LDL yang Hasil analisis regresi menunjukkan adanya tidak berbeda. Sedangkan pada perlakuan MW +

dua persamaan garis yang berbeda, antara α-tocopherol, menunjukkan tidak adanya garis

kelompok MW dengan MW + α-tocopherol. linear, hal ini menunjukkan terdapat hubungan

Kelompok MW tampak menunjukkan adanya dosis – efek tetapi efek tiap dosis belum tentu

hubungan dosis – efek, yang berarti bahwa diikuti dengan besarnya penurunan kadar LDL

penambahan dosis minyak wijen berpengaruh yang sama. Dosis 1.2 ml menurunkan kadar

terhadap penurunan kadar MDA. Pada masing - kolesterol lebih bermakna daripada dosis 0.3 dan

masing dosis (0.3, 0.6 dan 1.2 ml) kelompok MW

0.6 ml. Pada dosis 0.3 dan 0.6 ml memberikan menunjukkan penurunan kadar MDA yang efek penurunan yang tidak berbeda. Demikian

berbeda. Sedangkan dari garis MW + α-toco- pherol, juga menunjukkan terdapat hubungan

pula terhadap tiap pasang kelompok MW dengan

MW + – efek. Seperti halnya pada kelompok MW,

α-tocopherol pada tiap dosis menunjukkan kelompok MW + α-tocopherol menunjukkan

dosis

efek penurunan LDL yang tidak berbeda. bahwa pada masing – masing dosis terjadi penurunan kadar MDA yang berbeda. Bila

Hasil pengukuran kadar MDA jaringan ginjal

dibandingkan penurunan kadar MDA antara Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa

pasangan kelompok MW dan MW + α-tocopherol terjadi penurunan kadar MDA, pada semua

menunjukkan perbedaan bermakna pada dosis kelompok minyak wijen, dengan atau tanpa

0.3 dan 0.6 ml.

penambahan α-tocopherol. Kelompok MW pada

semua dosis (0.3, 0.6 dan 1.2 ml) menunjukkan

Hasil pengukuran kadar SOD jaringan ginjal

efek menu-runkan MDA. Demikian pula dengan Data pengukuran kadar SOD jaringan ginjal kelom-pok MW + α-tocopherol pada semua dosis

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar (0.3, 0.6 dan 1.2 ml) mempunyai efek menu-

SOD, pada semua kelompok minyak wijen, runkan kadar MDA. Analisis lanjutan dengan

dengan atau tanpa penambahan α-tocopherol Tukey HSD menunjukkan bahwa kadar MDA yang

(Tabel 6). Kelompok MW pada semua dosis (0.3, diban-dingkan antar pasangan kelompok MW

0.6 dan 1.2 ml) menunjukkan efek meningkatkan dengan MW + α-tocopherol pada dosis yang

SOD. Demikian pula dengan kelompok MW + α- sama, menunjukkan perbedaan yang bermakna

tocopherol pada semua dosis (0.3, 0.6 dan 1.2 ml) mempunyai efek meningkatkan kadar SOD.

Proteksi Kombinasi Minyak Wijen –α –Tocopherol pada Tikus Hiperkolesterolemia 82

(Sukmawati)

Analisa lanjutan dengan

memberikan efek peningkatan SOD yang tidak menunjukkan

Tukey

HSD

berbeda, sedangkan pada dosis 1.2 efek pe- dibandingkan antar pasangan kelompok MW

ningkatan kadar SOD nya paling bermakna. dengan MW + α-tocopherol pada dosis yang

Analisa Tukey HSD terhadap tiap pasang dosis sama, menunjukkan perbedaan yang tidak

MW dengan MW + α-tocopherol menunjukkan bermakna. Selanjutnya dilakukan analisa regresi

perbedaan yang tidak bermakna. untuk mengetahui efek penambahan α-

tocopherol pada minyak wijen dibandingkan

Hasil pengamatan histologis glomerulus

dengan minyak wijen sendiri. Data pengamatan luas matriks mesangial (Tabel 7) menunjukkan terjadi penurunan %

Tabel 6. Efek Kombinasi Minyak Wijen dengan α- Tocopherol pada Kadar SOD

matriks baik pada minyak wijen sendiri maupun

dengan penambahan α-tocopherol. Dari analisa statistik didapatkan perbedaan tidak bermakna

MW α-

Rerata kadar

(ml) tocopherol n

SOD serum -1

Analisis

(mg) (U.gr jaringan)

pada % luas matriks mesangial antara kelompok

0.3 - 4 209.46±15.20

MW dengan kelompok MW + α-tocopherol (p =

*Manova

0.614). Hasil penghitungan % matriks selanjutnya

(p = 0.000)

dilakukan grading terhadap glomerular injury

berdasarkan % luasnya matriks. Terdapat penu-

1.2 - 4 284.45±16.32

runan grading glomerular injury, dimana grade

*Uji statistika Manova terhadap rerata kadar SOD,

yang lebih rendah didapatkan pada kelompok

kombinasi MW dan α-tocopherol pada dosis 0,6

menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok

minyak wijen dan kelompok kombinasi minyak wijen

ml dan 1,2 ml.

dengan α-tocopherol (p = 0.000).

Hasil penghitungan terhadap rerata jumlah sel mesangial menunjukkan adanya penurunan

Hasil analisis regresi menunjukkan adanya jumlah sel mesangial pada semua kelompok dua persamaan garis yang berbeda, antara

perlakuan (Tabel 8) . Kelompok MW pada semua kelompok minyak wijen saja dengan yang

dosis menunjukkan efek menurunkan jumlah sel ditambah α-tocopherol. Kelompok MW tampak

mesangial. Demikian pula pada kelompok MW + berbentuk linear dan menunjukkan adanya

α-tocopherol. Analisa lanjutan dengan Tukey HSD hubungan dosis – efek, yang berarti bahwa

menunjukkan bahwa jumlah sel mesangial yang penambahan dosis minyak wijen berpengaruh

dibandingkan antar pasangan kelompok MW terhadap peningkatan kadar SOD. Berdasarkan

dengan MW + α-tocopherol pada dosis yang data tersebut, kelompok MW menunjukkan

sama, menunjukkan perbedaan yang tidak bahwa dosis 0.3 ml dan 0.6 ml memberikan efek

bermakna.

peningkatan kadar SOD yang tidak berbeda, Hasil analisis regresi menunjukkan adanya demikian pula dengan dosis 0.6 dan 1.2 ml; hal ini

dua persamaan garis linear yang berbeda, antara berarti bahwa pada dosis 0.6 memberikan efek

kelompok MW saja dengan yang ditambah α- peningkatan kadar SOD yang paling nyata.

tocopherol. Garis kelompok MW tampak ber- Sedangkan kelompok MW +

α-tocopherol, bentuk linear dan menunjukkan adanya hubu- ngan dosis-efek. Hal ini berarti bahwa penam-

menunjukkan bentuk linear dan juga terdapat bahan dosis minyak wijen berpengaruh terhadap hubungan dosis – efek. Pada kelompok ini juga penurunan jumlah sel mesangial. menunjukkan bahwa pada dosis 0.3 dan 0.6

Tabel 7. Efek Kombinasi Minyak Wijen (MW) dengan α-Tocopherol terhadap Presentase Luas Matriks Mesangial

MW (ml) α-tocopherol (mg) n Rerata Persentase Luas Matriks (%) Grading Analisis

* Uji statistika manova terhadap rerata persentase luas matriks mesangial menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada antara kelompok minyak wijen (MW) dan kelompok kombinasi minyak wijen dengan α-tocopherol pada berbagai dosis (p

Proteksi Kombinasi Minyak Wijen –α –Tocopherol pada Tikus Hiperkolesterolemia 83 (Sukmawati)

Tabel 8. Efek Kombinasi Minyak Wijen dengan α-

baik lagi, ditandai dengan lapisan kapsul luar

Tocopherol terhadap Jumlah Sel Mesangial

yang tidak menebal, jumlah sel intraglomerular

MW α-

Rerata

dan matriks ekstraseluler sedikit, sehingga

tocopherol n

Jumlah Sel

Analisis

(ml) (mg)

tampak kapiler yang terbuka dan terisi sel – sel

Mesangial

darah. Penambahan  - tocopherol menunjukkan

gambaran histologis glomerulus yang lebih baik

*Manova

dibanding kelompok hiperkolesterol dan minyak

wijen sendiri.

*Uji statistika manova terhadap rerata jumlah sel

mesangial, menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok MW dan kelompok kombinasi MW dengan α-tocopherol (p < 0.05).

Hal ini berarti bahwa penambahan dosis minyak wijen berpengaruh terhadap penurunan jumlah sel mesangial. Pada kelompok MW menunjukkan bahwa pada dosis 0.3 dan 0.6 ml menunjukkan efek penurunan jumlah sel mesangial yang tidak berbeda. Pada dosis 1.2 ml memberikan efek penurunan jumlah sel yang bermakna. Sedangkan dari garis MW + α- tocopherol menunjukkan bentuk linear dan juga terdapat hubungan dosis – efek. Seperti halnya kelompok MW, pada kelompok MW + α- tocopherol, pada dosis 0.3 dan 0.6 ml

Gambar 2. Perubahan histopatologi pada glomerulus

menunjukkan efek penurunan jumlah sel

ginjal dengan pengecatan Periodic Acids Schiff

mesangial yang tidak berbeda. Sedangkan pada pembesaran 1000x

* : matriks mesangial

dosis 1.2 ml menunjukkan efek penurunan yang

: penebalan membran luar glomerulus (kapsula

bermakna. Analisa terhadap pasangan kelompok

Bowman)

MW dengan MW + α-tocopherol pada dosis yang

: sel mesangial

sama menunjukkan perbedaan tidak bermakna. Hasil pengamatan dan analisis sediaan histo-

Hasil pengukuran kadar ureum dan kretinin

logis glomerulus menunjukkan bahwa jumlah sel Tabel 9 dan 10 menunjukkan bahwa kadar mesangial dan luas matriks adalah lebih banyak

ureum dan kreatinin tidak banyak berubah didapatkan pada kelompok hiperkolesterol dari-

dengan pemberian minyak wijen saja maupun pada kelompok minyak wijen. Pada kelompok

dengan penambahan α-tocopherol pada keadaan hiperkolesterol (Gambar 2) tampak adanya pe-

hiperkolesterol. Hal ini ditunjukkan dengan hasil ningkatan densitas dalam glomerulus (adanya

analisa manova yang tidak signifikan. penebalan pada lapisan luar kapsul pembungkus

glomerulus ( parietal layer of Bowman’s capsule),

Tabel 9. Efek Kombinasi Minyak Wijen dengan α-

meningkatnya jumlah sel intraglomerulus disertai Tocopherol pada Kadar Ureum

MW

α-tocopherol

Rerata Kadar Ureum (mg.dl -1 )

peningkatan matriks ekstraseluler. Juga didapat-

kan kapiler dalam glomerulus tidak tampak

Sedangkan pada kelompok perlakuan minyak

0.3 20 4 28.75 ± 2.23 *Manova

wijen baik sendiri menunjukkan adanya perbaik-

4 27.65 ± 1.59 (p =0.716)

an struktur glomerulus dibanding kelompok

hiperkolesterol, ditandai kapsula Bowman yang

lebih tipis, berkurangnya jumlah sel intra-

*Uji statistika manova terhadap rerata kadar ureum,

glomerulus dan matriks ekstraseluler, serta

terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara

tampak adanya kapiler yang terbuka.

kelompok MW dan kelompok kombinasi MW dengan α-

Demikian pula pada kelompok kombinasi

tocopherol (p = 0.716)

dengan  - tocopherol (Gambar 2) tampak lebih

Proteksi Kombinasi Minyak Wijen –α –Tocopherol pada Tikus Hiperkolesterolemia 84

(Sukmawati)

Tabel 10. Efek Kombinasi Minyak Wijen dengan α-

enzim –enzim lipogenik hepar dengan menurun-

Tocopherol pada Kadar Kreatinin

kan SREBP-1. Perubahan kecepatan sintesis dan

MW α-tocopherol Rerata Kadar n

oksidasi asam lemak dalam hepar dapat

Kreatinin

Analisis

(ml) (mg)

(mg.dl -1 )

mempengaruhi konsentrasi lipid serum. Hal ini

selanjutnya berpengaruh terhadap avaibilitas

asam lemak untuk sintesis triasilgliserol, yang

pada akhirnya akan mempengaruhi produksi

*Manova (p=0.711)

VLDL oleh hepar. Berkurangnya produksi

lipoprotein oleh hepar mendasari efek hipoli-

pidemik dari sesamin [20].

Hiperkolesterol

Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan

*Uji statistika menunjukkan perbedaan yang tidak

bermakna antara kelompok MW dan kelompok kombinasi

kadar serum kolesterol total dan LDL yang paling

MW dengan α-tocopherol pada berbagai dosis (p = 0,711).

baik adalah pada dosis minyak wijen 1.2 ml (24% kalori) baik dengan tambahan -tocopherol

Keterkaitan stres oksidatif dan glomerular injury

maupun tidak. Sehingga dapat diasumsikan Dari hasil analisa korelasi antara parameter

bahwa ini merupakan dosis minyak wijen yang stres oksidatif dengan parameter glomerular

paling baik dalam menurunkan kadar kolesterol injury pada kelompok MW dan kelompok MW +

dan LDL. Pada tikus dengan diet kolesterol dan α-tocopherol menunjukkan bahwa pada kelom-

asam kolat yang diberi minyak wijen 24% juga pok MW terdapat korelasi bermakna antara MDA

menunjukkan penurunan signifikan kadar serum dengan SOD (p = 0.021); MDA dengan jumlah sel

kolesterol total dan LDL [21]. (p = 0.002) dan SOD dengan jumlah sel (p =

Dari analisis data didapatkan hasil bahwa 0.031). Sedangkan pada kelompok MW + α-

pada semua kelompok dapat menurunkan kadar tocopherol terdapat korelasi bermakna antara

kolesterol total dan LDL, baik yang diberi kadar MDA dengan SOD (p = 0.040) dan kadar

tambahan -tocopherol maupun tidak. Hal ini MDA dengan jumlah sel mesangial (p = 0.015) .

menunjukkan bahwa minyak wijen mempunyai efek hipolipidemik, penambahan -tocopherol

PEMBAHASAN

menunjukkan kemampuan lebih menurunkan Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil

kadar kolesterol dan LDL, meskipun tidak bahwa minyak wijen dapat menurunkan kadar

bermakna. Namun diduga terdapat kecende- kolesterol total dan LDL serum pada pada semua

rungan adanya interaksi antara -tocopherol kelompok. Mekanisme yang mendasari efek

dengan minyak wijen secara potensiasi. Yaitu hipolipidemi minyak wijen diduga adalah karena

bahwa efek penurunan kadar kolesterol dan LDL kandungan PUFA nya yang tinggi, yaitu 85 % dari

cenderung meningkat dengan penambahan - asam lemaknya [8]. Hipothesis terbaru menya-

tocopherol (yang tidak mempu-nyai efek takan bahwa PUFA mampu mengendalikan

hipolipidemik) pada minyak wijen yang diketahui ekspresi gen oksidatif melalui aktivasi faktor

mempunyai efek hipolipidemik. Hal ini berda- transkripsi peroxisome prolife rator-activated

sarkan pada analisis regresi yang menunjukkan 2 receptor-  (PPAR- ), yang merupakan suatu

garis dengan persamaan yang berbeda dari hasil lipid-activated transcription factor, berperan

regresi, yang menggambarkan hubungan dosis – sebagai ligan dan meningkatkan interaksi PPAR- 

efek. Selain itu antar pasangan kelompok MW dengan DNA (deoxyribo nukleat acid). PUFA juga

dengan MW + -tocopherol pada dosis yang menurunkan produksi enzim malonyl-CoA di

sama menunjukkan bahwa penam-bahan - hepar yang berperan dalam menghambat enzim

tocopherol tampak lebih mampu menurunkan carnitine palmitoyl-transfe rase yang berfungsi

kadar kolesterol, meskipun secara statistik efek memperantarai masuknya asam lemak ke dalam

masing –masing pasangan dosis tersebut tidak mitokondria dan peroksisom, untuk mengalami

bermakna. Hal ini kemungkinan berhubungan proses oksidasi.

dengan jumlah sampel yang sedikit serta Minyak wijen juga mengandung lignan

perlunya penambahan dosis -tocopherol secara sesamin. Sejumlah penelitian menunjukkan

serial untuk mengetahui dosis efektifnya. bahwa sesamin mempunyai efek hipolipidemik.

Pemberian minyak wijen mampu menurun- Sesamin merupakan suatu ligan PPAR aktif dan

kan kadar malondialdehyde (MDA) jaringan ginjal merupakan induser kuat terhadap oksidasi asam

pada semua kelompok. Penambahan - lemak. Sesamin juga menurunkan ekspresi gen

tocopherol pada dosis minyak wijen 0.3 dan 0.6

Proteksi Kombinasi Minyak Wijen –α –Tocopherol pada Tikus Hiperkolesterolemia 85 (Sukmawati)

menunjukkan perbedaan yang bermakna bila dan modifikasi LDL. Sel mesangial meng- dibandingkan dengan minyak wijen saja pada

ekspresikan reseptor scavenger yang terlibat dosis yang sama. MDA merupakan salah satu

dalam kecenderungan untuk melakukan ambilan indikator terjadinya peroksidasi lipid, akibat

(uptake) LDL teroksidasi dan termodifikasi. adanya stres oksidatif. Kemampuan minyak wijen

Paparan terhadap LDL teroksidasi ini selanjutnya untuk menurunkan kadar MDA adalah karena

akan menstimulasi sel mesangial untuk kandungan antioksidan alaminya yang berupa

mensekresi sejumlah faktor kemotaktik dan lignan, yaitu sesamolin [8]. Sesamolin merupakan

molekul adhesi (M-CSF, ICAM-1, VCAM-1) yang antioksidan yang bekerja sebagai scavenger

akan meningkatkan pengerahan makrofag terhadap radikal peroksil yang terbentuk.

intramesangial.

Pemberian sesamolin 1% pada tikus Sprague- Makrofag teraktivasi ini selanjutnya mensti- Dawley terbukti menurunkan kadar MDA pada

mulasi pelepasan ROS dan ekspresi sitokin pro- jaringan ginjal dan hepar secara bermakna [11].

sklerotik dan proliferatif seperti transforming Alpha –tocopherol diketahui sebagai antiok-

growth factor -  (TGF- ) dan platelet-derived sidan yang bekerja dengan memutus reaksi

growth factor-AB (PDGF-AB). Sitokin ini akan berantai dengan melakukan scavenger terhadap

menstimulasi produksi protein matriks ekstra- radikal peroksil. Dalam hal ini penambahan -

seluler dan proliferasi sel mesangial. Studi in vitro tocopherol pada minyak wijen menunjukkan efek

menunjukkan bahwa LDL dan LDL teroksidasi juga yang sinergistik. Artinya efek minyak wijen dalam

dapat menstimulasi ekspresi gen TGF-  pada sel menurunkan kadar MDA diperkuat dengan

mesangial dan epithelial glomerular [23]. penambahan -tocopherol. Kadar TBARS hepar

sediaan histologis lebih rendah pada kelompok dengan penam-

Hasil

pengamatan

menunjukkan bahwa dengan pemberian minyak bahan vitamin E dalam minyak ikan dibanding

wijen pada semua kelompok terdapat gambaran yang tanpa suplemen -tocopherol [22].

efek perbaikan terhadap glomerular injury. Hal SOD merupakan antioksidan enzimatik yang

ini ditandai dengan berkurangnya penebalan pertama kali bekerja ketika ROS dihasilkan.

pada membran luar glomerulus, akumulasi Minyak wijen terbukti dapat meningkatkan kada

matriks mesangial (dinyatakan dalam % luas SOD pada semua kelompok. Penambahan -

matriks mesangial) juga berkurang, serta tocopherol pada minyak wijen menunjukkan

menurunnya jumlah sel mesangial. Luas matriks kecenderungan untuk lebih meningkatkan kadar

mesangial ditunjukkan dalam % luas matriks SOD dibanding kelompok MW saja pada ketiga

menunjukkan penurunan dengan pemberian dosis. Hal ini kemungkinan karena dengan

kombinasi minyak wijen dengan -tocopherol, adanya -tocopherol maka kerja dari SOD

namun tidak bermakna (p=0.614). Hal ini menjadi lebih berkurang karena stres oksidatif

menunjukkan bahwa ada faktor lain yang lebih yang terjadi sudah diatasi oleh minyak wijen dan

akumulasi matriks -tocopherol yang diduga saling berinteraksi

berpengaruh terhadap

mesangial, dan tidak hanya melalui aktivitas stres secara sinergis. Dugaan sinergistik antara -

oksidatif. Kemungkinan adanya interaksi sejum- tocopherol dengan minyak wijen terhadap kadar

lah growth faktor yang berperan secara autokrin SOD adalah berdasarkan analisis regresi yang

dan parakrin dalam mempengaruhi sintesis menunjukkan bahwa terdapat dua garis linier

matriks mesangial, sehingga penambahan - dengan persamaan yang berbeda dan menunjuk-

tocopherol untuk meningkatkan efek pengham- kan adanya hubungan dosis –efek. Masing–

batan trehadap stres oksidatif tidak banyak masing garis/ kelompok juga menunjuk-kan efek

berpengaruh.

yang berbeda dalam meningkatkan kadar SOD. Hasil penurunan % luas matriks mesangial Gambaran histologis menunjukkan adanya

yang tidak bermakna juga dapat disebabkan oleh perubahan glomerulus pada kelompok hiper-

faktor keterbatasan cara pengukuran luas kolesterol. Perubahan ini ditandai dengan adanya

matriks. Pada penelitian ini % luas matriks penebalan pada membran luar (kapsula Bow

dihitung dengan membagi luas matriks dengan man), akumulasi matriks mesangial serta adanya

luas total glomerulus yang mengisi kotak mikro- proliferasi sel mesangial. Perubahan ini

meter square. Sehingga kemungkinan kurang mengarah pada terjadinya sklerosis glomerular.

menggambarkan luas matriks yang sesungguh- Hal ini dapat dijelaskan bahwa hiperkoles-

nya, karena didalam matriks tersebut juga terolemia meningkatkan pembentukan ROS.

terdapat sel –sel intraglomerular yang dapat ikut Selanjutnya ROS dapat menyebabkan oksidasi

terhitung/mempengaruhi penghitungan luas

Proteksi Kombinasi Minyak Wijen –α –Tocopherol pada Tikus Hiperkolesterolemia 86

(Sukmawati)

matriks mesangial. Disamping itu, teknik penge- tikus dapat terkontaminasi/mengandung subpo- catan yang digunakan adalah metode PAS yang

pulasi sel yang mengekspresikan reseptor Ia bertujuan mewarnai gugus polisakarida dari

antigen dan reseptor Fc dengan kemampuan glikosaminoglikan yang merupakan komponen

fagositosis, yang diduga adalah infiltrasi sel penting dari matriks jaringan ikat. Sehingga tidak

makrofag, terutama pada glomeruli yang spesifik mewarnai komponen matriks yang

mengalami inflamasi dan terletak pada area meningkat, yang dapat lebih memudahkan

mesangium. Sel ini tidak dengan mudah dapat kuantifikasi terhadap luas matriks mesangial.

dibedakan dari sel mesangial intrinsik, kecuali Gambaran histologis pada semua kelompok

dengan pewarnaan khusus terhadap reseptor juga menunjukkan penurunan jumlah sel

tersebut atau pengamatan dengan mikroskop mesangial. Hasil pengamatan terhadap kepa-

elektron [25]. Hal – hal ini dapat mempengaruhi datan sel intraglomerulus menunjukkan berku-

penghitungan jumlah sel mesangial. rangnya jumlah sel mesangial pada semua

Secara umum, pemberian minyak wijen kelompok dengan pemberian minyak wijen,

sendiri maupun kombinasi dengan -tocopherol dibanding kelompok hiperkolesterol. Kepadatan

terhadap parameter glomerular injury, yaitu sel ini tampak semakin berkurang dengan

jumlah sel mesangial dan % luas matriks meningkatnya dosis minyak wijen, dan tampak

mesangial menunjukkan efek perbaikan/protektif lebih baik dengan penambahan -tocopherol.

dengan menurunkan jumlahnya, meskipun Hal ini menunjukkan bahwa minyak wijen diduga

secara statistik tidak bermakna. Hal ini kemungki- mempunyai kemampuan menghambat proliferasi

nan juga dipengaruhi adanya sel lain yang tidak sel mesangial. Penambahan -tocopherol pada ikut dihitung, namun dapat berpengaruh

minyak wijen tampak lebih menurunkan jumlah terhadap proses terjadinya glomerular injury; sel mesangial, dibanding minyak wijen sendiri

yaitu sel makrofag.

meskipun secara statistik tidak bermakna. Meningkatnya sintesis matriks ekstraseluler Namun terdapat dugaan adanya interaksi terutama tergantung pada aktivasi sel mesangial potensiasi antara -tocopherol dengan minyak (proliferasi, produksi matriks dan cytokine- wijen terhadap penurunan jumlah sel mesangial.

Alpha – tocopherol diketahui mempunyai efek growth factor). Sel mesangial dapat teraktivasi antiproliferasi pada sel otot polos pembuluh

secara langsung oleh LDL atau LDL teroksidasi, darah melalui hambatan terhadap Protein

yang akan menstimulasi sintesis matriks, protein Kinase-C (PKC). Sejumlah penelitian lain juga

kinase C (PKC) serta sintesis TGF-  dan PDGF menunjukkan adanya efek penghambatan PKC

dengan efek autokrin. Sementara, secara in vivo pada sel makrofag, neutrophil, fibroblas dan sel

sel mesangial dapat distimulasi secara tidak mesangial oleh -tocopherol [24]. Sedangkan

langsung oleh suatu tipe sel yang terdapat dalam glomerulus, diduga sel ini adalah makrofag.

minyak wijen tidak mempunyai efek antiproli- Karena kemampuannya untuk menginfiltrasi ferasi. Dari hasil regresi, menun-jukkan dugaan jaringan dari aliran darah dan untuk mengha- adanya interaksi potensiasi antara -tocopherol silkan paracrine growth factor. Makrofag ini dengan minyak wijen. diketahui ikut terlibat pada berbagai kondisi Hasil penghitungan terhadap jumlah sel patologis injury pada ginjal. mesangial yang menurun namun tidak bermakna

secara statistik ini kemungkinan juga dapat Pengerahan makrofag dalam glomerulus tikus yang diinduksi hiperglikemia dengan model

disebabkan faktor keterbatasan identifikasi sel mesangial saat menghitung sel. Meskipun

Streptozotocin, adalah berkaitan dengan mening- disebutkan bahwa sel mesangial dapat diiden-

katnya sintesis mRNA rantai  1 kolagen tipe IV tifikasi dengan keakuratan yang beralasan berda-

dalam glomeruli dan juga berkaitan dengan sarkan lokasinya yang terletak di antara kapiler,

glomerulus. Infiltrasi mempunyai multiple prosesus ekstraseluler, inti

perubahan

struktur

makrofag ini diperantarai oleh ekspresi molekul reguler dengan sitoplasma kurang padat dan

adhesi dan faktor kemotaktik. Selain itu juga kadang terdapat granul sitoplasmik, namun juga

melibatkan IL-1 , yang ikut berperan dalam diketahui bahwa normal jumlah sel mesangial

sintesis kolagen tipe IV dan molekul adhesi [26]. hanya sekitar sepertiga dari total jumlah sel

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa dalam glomerulus tikus Wistar [25] sehingga

penambahan α-tocopherol pada minyak wijen lebih didominasi sel yang lain. Selain itu juga

meningkatkan efek protektif dalam menghambat disebutkan bahwa hampir semua glomeruli pada

glomerular injury melalui penghambatan stres

Proteksi Kombinasi Minyak Wijen –α –Tocopherol pada Tikus Hiperkolesterolemia 87 (Sukmawati)

Dokumen yang terkait

Peranan Curcumin terhadap Proliferasi, Apoptosis dan Diferensiasi Hepatosit Mice BalbC yang Dipapar dengan Benzapyrene

0 0 8

Hambatan EGCG terhadap Ekspresi Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Ekspresi Vascular-endothelial Cadherin (VE-Cadherin) dalam Vaskulo-angiogenesis Embrio Ayam

0 0 8

Regenerasi Kalus Berfilamen Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Pada berbagai Perbandingan Zat Pengatur Tumbuh Auksin (Indole Acetic Acid) dan Sitokinin (Kinetin, Zeatin)

0 0 7

Isolasi dan Karakterisasi Protein 100kDa dari Membran Kepala Spermatozoa Kambing

0 0 7

Pengaruh Sari Seduh Teh Hitam (Camellia sinensis) terhadap Ekspresi IGF-1, ERK12 dan PPAR  pada Jalur MAPK (Mitogen Activated Protein Kinase) Jaringan Lemak Viseral Tikus Wistar dengan Diet Tinggi Lemak

0 0 9

Efek Konsentrasi Sublethal Fenol Terhadap Total Haemocyte Count (THC) dan Histologi Insang Kepiting Bakau (Scylla serata)

0 0 7

Pengaruh Terapi Suplementasi Fitosterol pada Profil Lemak Plasma, Kadar Apolipoprotein (Apo) B-48, dan Penghitungan Sel Busa Aorta Tikus Pascadiet Atherogenik

0 0 12

Efek Proteksi Kombinasi Minyak Wijen (Sesame Oil) dengan α-Tocopherol terhadap Steatosis melalui Penghambatan Stres Oksidatif pada Tikus Hiperkolesterolemia

0 0 9

Aktivitas Imunomodulator Polyscias obtusa Terhadap Sistem Imunitas Pada Bone Marrow Broiler Setelah Pemberian Salmonella typhimurium

0 0 6

Profil Gr-1 dan CD34 Mencit yang Diinfeksi Staphylococcus aureus Pacsa Pemberian Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia)

0 0 7