ANALISIS KETERLAMBATAN PENGAJUAN KLAIM KEPADA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN PADA RUMKITAL Dr. MINTOHARDJO, DKI JAKARTA

  

ANALISIS KETERLAMBATAN PENGAJUAN KLAIM KEPADA BADAN

PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN PADA

RUMKITAL Dr. MINTOHARDJO, DKI JAKARTA

  

Analysis Delay of Claims the Social Security Agency (BPJS) on Health

at Dr. Mintohardjo Navy Hospital, DKI Jakarta

1 Sophia¹, Ede Surya Darmawan²

  Program Studi Magister Kajian Administrasi Rumah Sakit, Mahasiswa 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Pusat Kajian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Ketua

  Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

  

Naskah Masuk: 29 Desember 2016, Perbaikan: 10 Juli 2017, Layak Terbit: 10 Agustus 2017

http://dx.doi.org/10.22435/hsr.v20i3.6231.83-88

  ABSTRAK

  Rumkital Dr. Mintohardjo adalah rumah sakit tipe B milik TNI Angkatan Laut yang memberikan pelayanan kesehatan kepada personel TNI Angkatan Laut, keluarganya dan masyarakat. Berdasarkan Perjanjian Kerja Sama antara Rumkital Dr. Mintohardjo dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan bahwa pengajuan klaim pada tanggal 10 bulan berikutnya. BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap. Klaim dilaksanakan 2 sampai 3 kali untuk 1 bulan pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan klaim. Jenis penelitian adalah deskriptif, yang dilakukan pada tahun 2016 dengan data sekunder dari dokumen 430 kasus pengajuan klaim tahun 2015. Untuk mendukung analisis dilakukan wawancara kepada informan yang dipilih secara purposif. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Hasil menunjukkan dari 430 kasus pengajuan klaim yang terlambat terbanyak 133 (30,9%) pada kasus soft tissue tumor, diikuti kecelakaan lalu lintas 101 (23,5%) dan impacted teeth 57 (13,3 %) atau termasuk kelompok kasus bedah dan gigi, yang dianggap sebagai kasus baru di Rumah Sakit. Keterlambatan pengajuan klaim tersebut karena belum ada kesepakatan atau persamaan persepsi antara BPJS Center Rumah Sakit, sehingga masih diperlukan dukungan surat berupa surat edaran dari BPJS Center terhadap kasus-kasus baru. Dokumen pengajuan klaim terhadap kasus-kasus baru di Rumah Sakit diperlukan persamaan persepsi yang dimulai dari verifikator BPJS Center, verifikator Rumah Sakit, dilanjutkan kepada BPJS Center dan Rumah Sakit untuk mendapatkan rekomendasi pengajuan klaim kasus baru. Saran: Diperlukan pedoman terhadap pengajuan klaim kasus baru, sehingga tidak mengganggu administrasi Rumah Sakit.

  Kata kunci: Asuransi sosial; keterlambatan klaim; verifikator ABSTRACT

  Dr. Mintohardjo Navy Hospital is a type B hospital owned by the Navy that provides health services to Navy personnels,

their families and communities. Based on the Cooperation Agreement between the Dr. Mintohardjo Navy Hospital and

the Social Scheme Administering Bureau (BPJS) Health that claims submission is at the 10th of the following month. The

BPJS of Health has to pay to Health Facilities not later than 15 (fifteen) days after receive of complete document claims.

Claims are conducted 2 to 3 times for one month of service. This study aims to analyze factors that influence delay of

claims. It was a descriptive study, carried out in 2016 with secondary data among of 430 documents of claims submitted

in 2015. To support the analysis interviews were done to selected informants selected purposively. The collected data

were analyzed descriptively. Results showed that among 430 cases of claims that were delay, among 133 (30.9%) on

soft tissue tumor cases, followed by traffic accidents 101 (23.5%) and impacted teeth 57 (13.3%) or including surgical

Korespondensi: Sophia Mahasiswa Program Studi Magister Kajian Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia niza_rm@yahoo.com

  Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 20 No. 3 Juli 2017: 83–88

and dental cases, which are considered as new case in the Hospital. The delay in filing the claim because there is no

agreement or the same of perception between the BPJS Center and the Hospital, so it still needs support letter in the

form of circular from BPJS Center for the new cases. Documents claims for new cases in the hospital require perceptions

from verificator of the BPJS Center, verificator of the Hospital, to get the BPJS Center and the Hospital recommendations

for new claims submission. It suggests that there should be guideline for new cases claim submission, so that does not

interfere the hospital administrative affair.

  Keywords: Social insurance; claims delay; verificator PENDAHULUAN

  Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 28 H menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Republik Indonesia, 2002). Undang-Undang Nomor

  36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan serta setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

  Penahapan kepesertaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di mulai tanggal 1 Januari 2014, dengan kepesertaan anggota TNI/PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya, dan tahap kedua diharapkan seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang diharapkan terdaftar sebagai peserta paling lambat tanggal 1 Januari 2019. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden RI Nomor 12, Pasal 6 ayat 2 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

  Berdasarkan Permenkes Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional, penyelenggaraan pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan yaitu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) (Kemenkes, 2014).

  Rumah Sakit TNI Angkatan Laut (Rumkital) Dr. Mintohardjo adalah fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan dan telah mendapatkan Penetapan Kelas Rumah Sakit dari Kementerian Kesehatan Nomor HK.03.05/I/1464/11 tanggal 15 Juni 2011 sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B, dan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan TNI Angkatan Laut yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan dukungan kesehatan dan pelayanan kesehatan bagi anggota TNI Angkatan Laut beserta keluarganya (Perkasal, 2012), serta melayani masyarakat umum.

  Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2011

  Pasal 1 tentang BPJS menyatakan bahwa Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola oleh BPJS untuk pembayaran manfaat kepada peserta dan pembiayaan operasional penyelenggaraan program Jaminan Sosial (Republik Indonesia, 2011). Hal ini mempunyai dampak perubahan pembayaran klaim BPJS Kesehatan, yang dibayarkan dengan sistem paket INA CBG’s dan di luar paket INA CBG’s (Kemenkes, 2014). Dengan sistem tersebut rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada pasien dan keluarganya. Berdasarkan Perjanjian Kerja Sama antara Rumkital Dr. Mintohardjo dan BPJS, pengajuan klaim dilaksanakan setiap tanggal 10 bulan berikutnya dan BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima lengkap (Republik Indonesia, 2013).

  Beberapa contoh sistem pembayaran klaim dari beberapa negara: Negara Belanda sudah menggunakan validasi e-klaim sejak 2009. Penyedia layanan kesehatan dan pembayar berinteraksi lewat pusat jalur klaim. Secara operasional, standarisasi dan pengolahan elektronik berhasil mengurangi beban administrasi pada sistem, mengurangi kesalahan administratif dan memperpendek masa proses klaim dan pembayaran untuk seluruh spektrum penyedia asuransi kesehatan.

  Di Abu Dhabi semua klaim diproses secara elektronik melalui sistem web yang canggih dan terstandarisasi. Data klaim agregat disediakan melalui web untuk berbagai instansi pemerintah, peneliti dan kelompok analisa statistik melalui panel data standar seperti, ePrescribing yang diluncurkan pada tahun 2012. Analisis Keterlambatan Pengajuan Klaim kepada Badan Penyelenggara (Sophia dan Ade Surya D.)

  Philipina (PhilHealth) mengembangkan 3 tahapan yaitu tahap 1 pemeriksaan sederhana kelayakan keanggotaan secara online, tahap 2 pengajuan klaim elektronik dan tahap 3 pemeriksaan status klaim dan hasilnya secara online. Tahap 1 diperkenalkan pada tahun 2010.

  Case Base Groups (INA CBGs), Sistem Rumah Sakit

  c. Informasi Rekam medis sebagai sarana informasi belum terisi lengkap dan masih ada hasil-hasil penunjang yang belum dilengkapi.

  INA CBGs dengan SIM RS, masih ada rumah sakit yang belum memiliki billing system.

  Aplikasi dan jaringan internet yang sering bermasalah, aplikasi belum bridging antara

  b. Sarana Prasarana/Machine

  sesuai kompetensi dan koordinasi serta kerja tim yang belum terjalin dengan baik.

  coding grouping, penempatan personel tidak

  Tenaga yang masih kurang yaitu petugas klaim, petugas coding yang belum memahami tentang

  Dari beberapa rumah sakit di Indonesia keterlambatan klaim terjadi karena faktor-faktor: a. Sumber Daya Manusia

  dan kedisiplinan petugas kurang, ruangan pengolahan klaim yang sempit, Standard Operating Procedure (SOP) terkait klaim belum tersedia, monitoring berkas klaim belum terlaksana dan ketidaklengkapan hasil penunjang (Nurdiah & Iman, 2016).

  unclaim berkas BPJS rawat inap karena pengetahuan

  Di RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya, penyebab

  Technology (IT) yang belum mendukung (Leonard, 2016).

  (SIM RS) dan BPJS dengan Information and

  masih ada penempatan SDM yang belum sesuai kompetensi. Belum bridging antara aplikasi Indonesia

  Adapun di Korea Selatan tersedia pelayanan klaim lewat komputerisasi didukung oleh pemerintah antara tahun 1990 an dan awal 2000 (Wilson et al., 2013).

  grouping karena masih kurangnya pelatihan serta

  ketrampilan Sumber Daya Manusia (SDM) coding

  Statistical Classification of Diseases and Related Helath Problem (ICD) 10 dan ICD 9 Clinical Modification (CM) sesuai kaidah, masih kurangnya

  RSUP Dr. M. Djamil Padang, permasalahan klaim yang terjadi karena diagnosis pasien diisi oleh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang memiliki pemahaman dan pengetahuan yang masih kurang tentang pengisian The Internasional

  billing system (Malonda, Taliana, Rattu, A.J.M, 2015).

  Di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano, terdapat permasalahan terhambatnya pembayaran klaim BPJS Kesehatan karena koordinasi dan kerja tim yang masih bermasalah, keterlambatan penyerahan dan tidak lengkapnya dokumen serta belum adanya

  Di RS Bhayangkara Semarang, terdapat kendala yang dihadapi yaitu peserta BPJS Kesehatan tidak membawa surat rujukan, tidak ditemukan identitas pasien di dalam aplikasi saat akan diterbitkan Surat Eligibilas Peserta (SEP), dokumen Rekam Medis belum terisi lengkap, rumah sakit belum memiliki Standar Operasional Prosedur pengajuan klaim, kekurangan tenaga medis di bagian klaim dan di rawat inap, koneksi internet sering bermasalah (Feriawati, 2015).

  Beberapa permasalahan dalam pembayaran klaim di Indonesia: Di RS Panti Waluyo Surakarta, terdapat permasalahan keterlambatan pengajuan klaim karena belum adanya prosedur pengajuan klaim, dokumen yang tidak lengkap dan petugas klaim yang terbatas (Setiawan, 2014).

  group (DRG) untuk lima puluh penyakit yang paling umum (Rachel Lu JF, Hsiao, 2016).

  Taiwan dengan sistem National Health Insurance (NHI), sistem pembayaran tunggal yang memberikan informasi komprehensif, membuat penyedia layanan kesehatan mengurangi klaim yang tidak sesuai dan pelanggaran di koding. Jadwal pembayaran efektif seragam, rawat jalan diberlakukan standar volume yang wajar dan sistem kelompok Diagnosis-related

  memberikan layanan yang lebih dan pengeluaran meningkat. Sistem pembayaran tunggal dapat mengurangi pengeluaran dan membuat klaim lebih mudah dikelola (Ibrahimipour et al., 2011).

  service akan mendorong penyedia layanan untuk

  Iran menggunakan sistem pembayaran fee for

  Jepang belum ada sistem yang efektif/efisien menangani klaim dan pembayaran antara organisasi asuransi kesehatan dan penyedia medis. Sistem pembayaran baru untuk perawatan akut di rumah sakit disebut Diagnosis Procedure Combination (DPC), pembayaran flat per diem diterapkan untuk sebagian besar pasien rawat inap (Kobayashi, 2009).

  d. Prosedur Masih ditemukan rumah sakit yang belum memiliki SOP tentang pengajuan klaim. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 20 No. 3 Juli 2017: 83–88

  Dengan data di atas dapat disimpulkan Permasalahan keterlambatan klaim juga bisa bahwa keterlambatan klaim dapat terjadi karena disebabkan oleh permasalahan dari luar rumah sakit permasalahan dari dalam rumah sakit sendiri. yaitu BPJS Kesehatan center. Sehingga penelitian

  Rumkital Dr. Mintohardjo sampai saat ini belum ini bertujuan menentukan faktor-faktor apa yang dapat melaksanakan pengajuan klaim sesuai waktu mempengaruhi keterlambatan klaim. yang sudah ditetapkan. Klaim dilaksanakan 2 (dua) sampai 3 (tiga) kali untuk 1 (satu) bulan pelayanan,

  METODE

  hal tersebut dapat terjadi karena permasalahan dari dalam rumah sakit. Jenis penelitian adalah deskriptif. Penelitian Hasil studi eksplorasi ditemukan bahwa dilakukan pada tahun 2016. Data yang dianalisis permasalahan berasal dari bagian penunjang adalah data sekunder dari dokumen klaim tahun yang merupakan kelengkapan dokumen klaim 2015 yang terlambat. Jumlah klaim yang terlambat belum lengkap saat pasien pulang perawatan sebanyak 430 kasus. Selain itu, dilakukan wawancara sehingga memerlukan waktu tambahan untuk mendalam kepada informan yaitu seorang verifikator menyelesaikannya, aplikasi dan jaringan internet yang BPJS Kesehatan, yang mengetahui data klaim yang tertunda. Pemilihan informan secara purposif. sering bermasalah, belum adanya billing system.

  Analisis data secara deskriptif.

  Tabel 1. Dokumen Terlambat Pengajuan Klaim pada Rumkital Dr. Mintohardjo, DKI Jakarta Tahun 2015 Jumlah Kasus Menurut Bulan Pelayanan Kelompok

  Jumlah Proses No Kasus (%) Klaim Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des

  Oa Genu Inj

  1

  6

  20 26 (6,0)

  Join (Bedah) Impacted

  2

  4

  17

  23

  13 57 (13,3)

  Teeth (Gigi) Pterygium

  3

  3

  2

  17

  4 1 27 (6,3) (Gigi)

  Goitre

  4

  1 1 2 (0,5) (Bedah)

  Soft Tisue

  5 Tumor

  4

  18

  39

  36

  10

  3 23 133 (30,9) Pengajuan

  (Bedah)

  29 Sept 2016

  Trigger

  Terbayar

  6 Finger

  18

  5

  3

  2

  1 1 30 (7,0)

  21 Juli 2016 (Bedah)

  (14 hr kerja)

  Celulitis

  7

  1 1 (0,2)

  (Bedah)

  Epidermal

  8

  3

  2

  6

  3

  3 2 19 (4,4)

  Cyst (Bedah)

  Tindakan

  9

  3

  2

  5 16 26 (6,0)

  Eswl (Bedah)

  Tindakan

  Endoscopy

  10

  2

  1

  3 2 8 (1,9) (Penyakit Dalam)

  Pengajuan Kecelakaan

  05 Okt 2016

  11 Lalu Lintas

  8

  6

  3

  11

  11

  17

  20

  6

  5

  5

  7 2 101 (23,5) Terbayar 19 (Bedah)

  Okt 2016 (10 hr kerja)

  Jumlah

  22

  29

  86

  87

  65

  36

  36

  50

  5

  5

  7 2 430 (100,0) Kasus

  Sumber: Unit Kerjasama Rumkital Dr Mintohardjo Analisis Keterlambatan Pengajuan Klaim kepada Badan Penyelenggara (Sophia dan Ade Surya D.) Sumber: Unit Kerja sama Rumkital Dr. Mintohardjo Gambar 1. Dokumen Terlambat Pengajuan Klaim Berdasarkan Unit Kerjasama di Rumkital Dr.

  Mintohardjo Tahun 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Data kasus yang terlambat penagihan klaim pada tahun 2015 yang baru tertagih pada tahun 2016 diperoleh dari Unit Kerjasama Rumkital Dr. Mintohardjo, DKI Jakarta disajikan pada Tabel 1.

  Tabel 1 menunjukkan bahwa kasus terbanyak 133 (30,9%) adalah soft tissue tumor, diikuti kecelakaan lalu lintas 101 (23,5%) dan impacted teeth 57 (13,3 %) atau termasuk kelompok kasus bedah dan gigi, dari 10 kasus pengajuan klaim pada tanggal 29 Juni 2016 dan terbayar pada tanggal 21 Juli 2016, berarti klaim terbayar dalam waktu 14 hari kerja sedangkan untuk kasus kecelakaan lalu lintas diajukan klaimnya pada tanggal 5 Oktober 2016 dan terbayar pada tanggal

  19 Oktober 2016, atau klaim terbayar dalam waktu 10 hari kerja. Maka lama klaim terbayar sesuai waktu yang ditetapkan yaitu 15 hari kerja sebagaimana

  Pasal 38 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Gambar 1 menunjukkan 430 kasus terlambat pengajuan klaim yang baru tertagih pada tahun 2016. Sebagaimana, kasus yang terbesar adalah kasus bedah (79%), kasus gigi (19%) dan kasus penyakit dalam (2%).

  Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan, kasus-kasus tersebut bisa di klaim dengan rawat jalan atau rawat inap.

  Wawancara mendalam dengan staf Unit Kerja sama Rumah Sakit menyatakan bahwa RS menginginkan kasus klaim sesuai dengan kebenaran yaitu jika pasien rawat inap harus dibayarkan rawat inap, bukan diklaim dengan rawat jalan. Dengan demikian masih terjadi perbedaan persepsi antara verifikator BPJS Kesehatan center dengan pihak rumah sakit. Pada kasus pada poin 1 sampai dengan poin 10 (kasus bedah, gigi dan penyakit dalam), baru dapat diklaimkan setelah keluar Surat Edaran Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan Nomor 56 tahun 2015 tentang Penjelasan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Nomor HK 03.03/X/1185/2015 tahun 2015 tentang Pedoman Penyelesaian Permasalahan Klaim INA- CBG’s.

  Pada kasus nomor 11 yaitu kasus kecelakaan lalu lintas baru dapat diklaimkan berdasarkan Surat Edaran Bersama Direktur Operasional PT Jasa Raharja (Persero) dan Direktur Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor: 377/KTR/1115 tentang Pelaksanaan Koordinasi Manfaat Program Jaminan Kecelakaan Lalu Lintas Antara PT Jasa Raharja (Persero) dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

  Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan pasal 38A yang menyatakan Pengajuan dokumen klaim pembiayaan kesehatan oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan diberikan jangka waktu paling lambat 2 (dua) tahun sejak pelayanan kesehatan selesai diberikan.

  Untuk pengajuan klaim kasus-kasus susulan dapat dilaksanakan secara kolektif, sehingga kasus- kasus pelayanan tahun 2015 yang tertunda baru dapat dilakukan pengajuan klaim pada tahun 2016.

  Wawancara dengan Verifikator BPJS Kesehatan center, menyatakan bahwa penyebab keterlambatan klaim terjadi karena belum adanya peraturan yang jelas tentang pedoman verifikasi sebagaimana kasus-kasus tersebut diatas, sehingga beberapa kasus tahun 2015 baru dapat di klaim dan diverifikasi pada tahun 2016. Pada beberapa kasus baru dapat dilakukan pengajuan klaim setelah ada peraturan dan Surat Edaran. Berdasarkan petunjuk teknis verifikasi pengajuan klaim telah diatur sebagaimana tata cara verifikasi pengajuan klaim (BPJS Kesehatan, 2013), akan tetapi dalam petunjuk teknis verifikasi belum memuat semua kasus-kasus terbaru di rumah sakit. Dengan demikian jika terdapat kasus baru diperlukan data dukung dan persamaan persepsi antara verifikator BPJS Kesehatan center dengan pihak rumah sakit. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 20 No. 3 Juli 2017: 83–88 KESIMPULAN

  Salah satu keterlambatan pengajuan klaim disebabkan adanya perbedaan persepsi antara pihak Rumah Sakit dan verifikator Rumah Sakit, di samping belum adanya pedoman yang mengakomodir kasus-kasus baru di rumah sakit. Perkembangan ilmu kedokteran atau kasus-kasus baru akan terus berkembang sehingga diperlukan ruang yang mengakomodir terhadap pedoman pengajuan klaim. Dengan penundaan pengajuan klaim berakibat terganggunya sistem administrasi Rumah Sakit. Sehingga perlu kerja sama ulang untuk persamaan persepsi terhadap kasus baru atau surat edaran dari BPJS center yang memuat kasus-kasus baru yang dapat sebagai pedoman pengajuan klaim.

  Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, Jakarta. Indonesia. Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2014. Peraturan

  Klaim Jaminan kesehatan Nasional (JKN) Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, Jurnal Rekam Medis, VIII (2), Oktober, pp. 43–8.

  Rachel Lu JF, Hsiao, C.W. 2016. Report Information from ProQuest. Setiawan, Budy. 2014. Tinjauan Penyebab Keterlambatan

  Unclaimed Berkas BPJS Rawat Inap di RSUD DR Soekardjo Tasikmalaya, Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 4 (2) Oktober, 23–28.

  436–447. Nurdiah, R.S. & Iman, A.T. 2016. Analisis Penyebab

  Pengajuan Klaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano Jikmu, Vol. 5, No. 2b April 2015, pp.

  Pasien JKN di RSUP DR. M. Djamil Padang, Menara Ilmu, X (1) November, pp. 168–77. Malonda, Taliana, Rattu, A.J.M, Soleman, T. 2015. Analisis

  Kobayashi, Y. 2009. Five Decades of Universal Health Insurance Coverage in Japan: Lessons and future challenges. Japanese Society of Public Health, 52(4), pp. 263–68. Leonard, Devid. 2016. Pengorganisasian Klaim Pelayanan

  Indonesia. Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2016. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Lembaran Negara RI tahun 2016 No. 42, Sekretariat Kabinet RI, Jakarta.

  Menteri Kesehatan RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, Jakarta.

  Indonesia. Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2014.

  SARAN

  Peraturan Presiden RI No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Lembaran Negara RI tahun 2013, No. 29, Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.

  Peraturan Kepala Staf TNI AL Perkasal/11/II/2012 tentang Klasifikasi dan Dislokasi Fasilitas Kesehatan TNI AL, Jakarta. Indonesia. Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2013.

  Indonesia. Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2012.

  Penyelenggara Jaminan Sosial, Tambahan Lembaran Negara RI No. 5256, Sekretariat Negara. Jakarta.

  Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Jakarta. Indonesia. Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2009. Undang- undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Lembaran Negara RI tahun 2009 No. 144, Sekretariat Negara. Jakarta. Indonesia. Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2011. Undang- undang RI No. 24 tahun 2011 tentang Badan

  2011. A qualitative study of the difficulties in reaching sustainable universal health insurance coverage in Iran. Health Policy and Planning, 26(6), pp. 485–95. Indonesia. Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2002. Undang-

  Pengklaiman BPJS di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang, pp. 1689–99. Ibrahimipour, H. Maleki, Mohammad-Reza, Brown, Richard.

  Jakarta, pp. 1–12. Feriawati, Puri. 2015. Faktor-Faktor Keterlambatan

  DAFTAR PUSTAKA BPJS Kesehatan. 2013. Petunjuk Teknis Verifikasi Klaim.

  Perlu adanya pedoman tentang pengajuan klaim jika diketemukan kasus-kasus baru di Rumah Sakit. Dan dalam upaya antisipasi keterlambatan pengajuan klaim, perlu koordinasi secara kontinyu antara BPJS center dengan Rumah Sakit. Serta koordinasi antara petugas verifikator BPJS dengan petugas verifikator Rumah Sakit terhadap kasus-kasus baru.

  Wilson, K, Latko, Brian, Cashin, Cheryl. 2013. Reformasi Metode Pembayaran Penyedia Layanan dan Sistem Teknologi Informasi. Joint Learning Network, (September), pp. 1–31.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KESIAPAN FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA SEBAGAI ‘GATEKEEPER’ DALAM PENYELENGGARAAN JKN DI KALIMANTAN TIMUR DAN JAWA TENGAH, TAHUN 2014 (Analysis of First Level Health Care Facility (FKTP) Readiness as ‘Gatekeeper’ on The JKN Implementation i

0 0 9

POLA BEROBAT GIGI DAN STATUS KESEHATAN GIGI DI PROVINSI BANGKA BELITUNG (Pattern Teeth Treatment and Dental Health Status in Bangka Belitung Province)

0 0 7

SENI USIK WIWITAN: INTERVENSI KESEHATAN BERBASIS BUDAYA LOKAL TERHADAP IBU HAMIL TRIMESTER III DI KOTA BANDUNG, JAWA BARAT

0 2 6

PERAN RUMAH SINGGAH ‘SANGGAR ANAK MATAHARI’ DAN ‘SAKURA’ DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK JALANAN DI KOTA BEKASI 2013 Roles of ‘Sanggar Anak Matahari’ and ‘Sakura’ Shelters to Increase Street Children Health Service in Bekasi City 2013

0 0 7

KORELASI FAKTOR IBU DENGAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI KELURAHAN KEMAYORAN KECAMATAN KREMBANGAN, KOTA SURABAYA Correlation of Mother Factors and Their Kindergarten’s Oral Health Status in Kelurahan Kemayoran, Krembangan Subdi

0 0 10

PENGORGANISASIAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN IBU (STUDI DI DESA TUABATAN, DESA NOELTOKO DAN DESA NOEPESU) Organization of Alert Villages in North Central Timor Regency in Effort to Improve Maternal and Chil

0 0 10

KONTRIBUSI DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP IPKM DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KESEHATAN DI KABUPATEN TAPIN DAN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN The Contribution of Special Allocation Fund (DAK) on Community Health Development Index (IPKM) for Health Develo

0 1 9

FENOMENA SIDANG UMUR TERHADAP KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI DESA SIDENGOK, KECAMATAN PEJAWARAN, KABUPATEN BANJARNEGARA Age Session in Court Phenomena Associated with Low Birth Weight Infants in Sidengok Village, Pejawaran Sub District, Banja

0 0 8

PENGARUH STATUS KESEHATAN IBU TERHADAP DERAJAT PREEKLAMPSIAEKLAMPSIA DI KABUPATEN GRESIK Infl uence of Maternal Health to Degree of PreeclampsiaEclampsia in Gresik District

0 0 7

PERBEDAAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PADA PERNIKAHAN USIA DINI DAN PERNIKAHAN USIA IDEAL DI KECAMATAN SONGGON KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR TAHUN 2016 Differences of Food Security between Early and Ideal Marriages in Songgon Sub-district Banyuwangi

0 0 9