BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nutrisi - Hubungan Status Gizi dengan Insiden Keilitis Angularis pada Anak-Anak Umur 6-10 Tahun di Panti Asuhan Terima Kasih Abadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nutrisi

  Nutrisi adalah senyawa atau unsur-unsur kimia yang terkandung dalam makanan serta merupakan hasil akhir dari semua interaksi antara organisme dan makanan yang dikonsumsi. Nutrisi atau disebut juga dengan zat gizi memiliki peranan penting dalam memelihara kesehatan tubuh pada umumnya, dan kesehatan rongga mulut pada khususnya, diperlukan untuk metabolisme di dalam tubuh secara

  15,25

  normal, serta diperlukan dalam perbaikan jaringan. Nutrisi sangat mempengaruhi

  15 pertumbuhan dan perkembangan gigi serta pemeliharaan jaringan rongga mulut.

2.1.1 Gizi Makro

  26 Gizi makro terdiri dari karbohidrat serta protein.

  2.1.1.1 Karbohidrat

  Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Karbohidrat menyuplai hampir 40% dari total energi tubuh yang digunakan saat istirahat dengan 15-20% digunakan oleh otot. Selama aktivitas yang dilakukan tidak membutuhkan energi yang besar, lemak menjadi sumber energi utama, namun ketika aktivitas yang dilakukan membutuhkan energi besar, karbohidrat digunakan sebagai sumber energi mencapai

  26 50%.

  2.1.1.2 Protein

  Protein secara umum dikenal sebagai zat pembangun dan pemicu reaksi kimiawi. Pengertian protein dalam ranah gizi adalah kelompok makronutrisi berupa senyawa asam amino yang berfungsi sebagai zat pembangun dan pendorong metabolisme. Zat ini tidak bisa dihasilkan sendiri oleh manusia kecuali lewat Fungsi protein sangat beragam dan vital bagi tubuh manusia. Selain sebagai zat pembangun, protein adalah penyokong berbagai aktifitas organ tubuh dan

  27

  metabolisme. Berikut adalah beberapa fungsi utama protein:

   Protein merupakan sumber energi selain karbohidrat. Selain berfungsi

  sebagai asupan energi cadangan, protein juga bisa menjadi asupan energi utama ketika sedang menjalani diet rendah gula.

   Asam amino merupakan enzim pembangun sehingga sangat baik bagi

  olahragawan yang membutuhkan massa otot yang memadai sekaligus mempercepat proses perbaikan jaringan yang rusak.

   Protein merupakan enzim yang mendorong reaksi kimiawi dalam tubuh, sehingga fungsinya sangat besar dalam mendorong metabolisme dan kerja jaringan yang sehat.

   Protein membadan remaja melalui masa pertumbuhan yang sehat karena sel-sel tubuh mendapat asupan zat pembangun yang cukup.

  Sumber protein terdiri dari dua jenis, yaitu sumber protein nabati dan hewani. Sumber makanan yang kaya akan protein nabati contohnya adalah kacang-kacangan (kedelai, kacang mede, kacang hazel, almond, kacang merah, kacang hijau), biji bunga matahari, jintan dan biji labu. Sumber protein hewani adalah daging merah, ikan, telur, daging unggas, dan produk susu. Protein juga bisa ditemukan dalam suplemen tambahan, misalnya minuman serbuk protein yang biasanya dijadikan

  27 menu produk diet atau minuman atlet.

2.1.2 Gizi mikro

   Gizi mikro merupakan zat gizi pendukung yang dibutuhkan oleh tubuh. Gizi

  26 mikro terdiri atas mineral serta vitamin.

  2.1.2.1 Mineral Mineral adalah elemen anorganik yang ditemukan di alam dan kebanyakan dari elemen tersebut berbentuk padat. Zat besi memiliki fungsi utama dalam tubuh kekebalan, perkembangan kognitif, pengaturan suhu, metabolisme energi, dan

  26 performa kerja.

  Tembaga memiliki fungsi sebagai metaloenzim (enzim yang terdiri dari unsur logam dan selalu terisolasi dengan protein. Logam disini berfungsi untuk transfer elektron) dan bekerja secara berdekatan dengan zat besi dalam metabolisme

  26 oksigen.

  Magnesium memainkan peranan penting dalam berbagai proses fisiologis, di antaranya adalah aktivitas fisik seseorang, termasuk di dalamnya neuromuskular,

  26 kardiovaskular, dan fungsi hormonal.

  2.1.2.2 Vitamin Vitamin merupakan salah satu bentuk gizi mikro. Vitamin adalah sekelompok komponen organik kompleks dan ditemukan dalam jumlah sedikit dalam tubuh.

  Vitamin sangat penting untuk dapat berfungsi secara optimal dari banyak proses

  26 fisiologis dalam tubuh. Salah satu vitamin adalah vitamin B kompleks.

  2.1.2.2.1 Vitamin B Vitamin B dapat dibedakan antara lain menjadi vitamin B

  1 yang ditemukan

  oleh Williams pada tahun 1936, vitamin B yang ditemukan oleh Gyorgy dan Khun

  

2

  pada tahun 1933, niacin, B 6, B

  7 , B 11 , B 12 , folat, biotin, dan asam pantotenat. Efek

  defisiensi beberapa vitamin ini dapat tercatat selama 2-4 minggu, seringkali

  26,28 mengurangi kapasitas aktivitas fisik.

  Vitamin B

  1 banyak terdapat pada ragi, kecambah, kulit beras, wortel, hati,

  telur, susu, ginjal, margarine, apel, bit, ketimun, kol, dan daging. Fungsi vitamin B

  1

  29 untuk oksidasi karbohidrat dalam tubuh.

  Vitamin B terdapat dalam buah-buahan segar, sayuran, susu, ragi, telur, hati,

  2

  mentega, ginjal, otak, saledri, dan kacang-kacangan. Fungsinya untuk membantu pembebasan energi dari bahan makanan, pertumbuhan, dan mempercepat pemindahan rangsang sinar ke saraf mata. Kekurangan vitamin B menyebabkan

  2

  29 Vitamin B 3 terdapat pada hati, daging, ragi, kentang, roti, ikan, dan beras. Fungsi vitamin B untuk membantu pembebasan energi dari makanan dan sintesis

  3

  29

  hormon. Kekurangan vitamin B 3 menyebabkan pellagra, penyakit kulit, dan diare.

  Vitamin B

  6 terdapat pada ikan, hati, daging, dan sayuran. Fungsi vitamin B

  6

  membantu proses metabolisme lemak dan pembuatan darah. Kekurangan vitamin B

  6

  29 menyebabkan pellagra, anemia, dan obstipasi.

  Vitamin B

  7 diperlukan dalam sintesis karbohidrat, pertumbuhan, dan

  metabolisme sel. Kekurangan vitamin B

  7 menyebabkan pellagra, penyakit kulit, dan

  diare. Vitamin B dapat ditemukan pada susu, hati, kedelai, ragi, daun salada,

  7

  29 bawang, nanas, dan bayam.

  Vitamin B

  11 berperan dalam pembentukan eritrosit. Kekurangan vitamin B

  11

  menyebabkan anemia pernisiosa. Sumber vitamin B terutama pada hati, ginjal,

  11

  29 lobak, tomat, bayam, dan selada air.

  Vitamin B 12 penting untuk sintesis asam amino dan pembentukan eritrosit. Kekurangan vitamin B

  12 menimbulkan anemia pernisiosa, yaitu eritrosit berjumlah

  sedikit, rapuh, dan mudah rusak. Vitamin B banyak terkandung dalam berbagai

  12

  macam bahan makanan, seperti hati, ikan, susu, dan ragi, dan tidak terdapat pada

  29 sayuran.

2.2 Perkembangan Anak Umur 6-10 Tahun

  Anak umur 6-10 tahun lebih mandiri dan aktif secara fisik dibandingkan anak-anak dibawah umur 6-10 tahun. Anak umur 6-10 tahun juga lebih terlibat

  30 dengan teman-teman dan belajar untuk berpikir dengan cara yang lebih kompleks.

  Perkembangan fisik, intelektual, emosional, dan sosial terjadi secara bertahap, tapi perkembangan anak dari satu tahun ke tahun berikutnya dapat meningkat lebih

  30 pesat.

  30 Perkembangan anak umur 6-10 tahun yaitu sebagai berikut: 1.

  Perkembangan Fisik Kekuatan dan koordinasi otot meningkatkan pesat dalam beberapa tahun ini. bola. Beberapa anak bahkan dapat mengembangkan keterampilan dalam kegiatan yang lebih kompleks, seperti bermain basket atau menari.

  2. Perkembangan Intelektual Pada umur 6-10 tahun, anak berpikir lebih matang dan lebih logis. Anak umur

  6-10 tahun secara bertahap menjadi mampu memecahkan suatu masalah atau membaca situasi. Meskipun pemikiran anak-anak umur 6-10 tahun menjadi lebih kompleks, anak-anak dalam kelompok umur 6-10 tahun masih berpikir secara konkret. Ini berarti mereka lebih peduli dengan hal-hal yang "nyata" daripada khayalan belaka, yaitu sesuatu yang dapat diidentifikasi dengan indera. Misalnya, benar-benar menyentuh bulu lembut kelinci lebih bermakna bagi anak daripada menjelaskan kepada anak tentang bulu lembut kelinci dengan maksud agar anak dapat membayangkannya.

  3. Perkembangan Emosional dan Sosialisasi Ketika anak-anak masuk sekolah, mereka meninggalkan keamanan rumah dan keluarga. Anak-anak menjadi pemain di panggung yang lebih besar dari sekolah dan teman-teman. Di sini, anak-anak belajar beberapa keterampilan. Anak umur 6-10 tahun masih labil, terkadang mereka merasa dewasa dan penuh tanggung jawab atas tugas-tugas sekolah mereka, dan terkadang menjadi seperti balita yang kekanak- kanakan, semua itu tergantung situasi dan kondisi di sekitar mereka.

2.2.1 Karakter Anak Sesuai Umur

2.2.1.1 Umur 6 Tahun

  31 Mayoritas anak umur 6 tahun memiliki karakter sebagai berikut: a.

  Pertumbuhan anak sering kali berlangsung dengan cepat, namun secara keseluruhan laju pertumbuhan biasanya berkisar 4-6 cm setiap tahun.

  b.

  Keterampilan fisik anak berkembang dan mampu bermain dalam permainan tim yang lebih kompleks, seperti sepakbola.

  c. Perkembangan otot-otot kecil berkembang dengan cukup baik, anak umur 6 tahun biasanya sudah mahir menggunakan gunting dan peralatan kecil lain d. Anak umur 6 tahun sudah mulai menegaskan diri, menentukan kesukaan dan ketidaksukaannya, lalu mengungkapkannya dengan jelas.

  e. Anak umur 6 tahun biasanya mengalami masalah kulit dan bibir yang kering.

  2.2.1.2 Umur 7 Tahun

  31 Mayoritas anak umur 7 tahun memiliki karakter sebagai berikut: a.

  Anak umur 7 tahun memiliki energi yang tinggi sehingga membutuhkan gaya hidup sehat, yaitu pola makan seimbang, banyak berolahraga, dan rutinitas yang baik.

  b.

  Anak umur 7 tahun menikmati berbagai tantangan yang menguji ketangkasan serta kekuatan, seperti memanjat.

  c.

  Perubahan-perubahan pada tubuh anak terjadi sangat pesat yang disertai peningkatan serta ketahanannya.

  d.

  Anak umur 7 tahun sudah mampu berkonsentrasi lebih lama dan berpikir lebih logis.

  e.

  Anak semakin memahami dan mampu mengontrol emosi.

  f.

  Anak biasanya mengalami masalah nafsu makan.

  2.2.1.3 Umur 8 Tahun

  31 Mayoritas anak umur 8 tahun memiliki karakter sebagai berikut: a.

  Stamina anak umur 8 tahun semakin menigkat seiring dengan jiwa kompetitifnya dan ia akan mendapat manfaat yang besar dari berbagai permainan fisik.

  b.

  Berat badan anak meningkat, dari yang tadinya kurus bisa menjadi lebih padat.

  c.

  Anak umur 8 tahun terlihat lebih dewasa dan tertib.

  d.

  Anak umur 8 tahun memiliki imajinasi yang luar biasa.

  e.

  Anak umur 8 tahun lebih mandiri dalam sebagian besar perawatan diri,

2.2.1.4 Umur 9 Tahun

  Mayoritas anak umur 9 tahun memiliki karakter sebagai berikut:

2.2.1.5 Umur 10 Tahun

  c.

  Secara umum, kebutuhan gizi anak umur 6-10 tahun serupa dengan kebutuhan

  Anak umur 10 tahun biasanya mengalami masalah alergi, misalnya alergi terhadap makanan.

  f.

  Pada umur 10 tahun, anak akan menyadari harga diri serta bakat, dan merasa menjadi bagian dari keluarga dan teman-teman. Peran anak di antara teman sebaya juga mulai terbentuk, bisa jadi seorang pemimpin, pelawak, dan sebagainya.

  e.

  Anak umur 10 tahun cenderung cerewet dan penuh dengan informasi.

  d.

  Anak-anak pada umur 10 tahun mulai membandingkan diri dengan orang lain, sehingga sangatlah penting untuk mendorong kesadaran diri guna membangun rasa menghargai diri sendiri.

  Anak laki-laki biasanya mengalami penebalan otot, dan kadar lemak berkurang.

  31 a.

  b.

  Pubertas pada anak laki-laki mulai berkembang.

  31 a.

  Mayoritas anak umur 10 tahun memiliki karakter sebagai berikut:

  Anak umur 9 tahun biasanya sudah mampu menjaga kebersihan diri.

  d.

  Keterampilan sosial anak semakin maju dan menjadikan anak menjadi teman yang baik.

  c.

  Anak memiliki daya pikir yang cukup menonjol, pintar dalam mengelompokkan segala sesuatu, dan mampu menggunakan buku referensi dengan keterampilan yang semakin baik.

  b.

  Anak mulai lebih penasaran tentang tubuh serta seksualitasnya, dan kesadaran terhadap lawan jenis mulai meningkat. Sebagian besar anak perempuan mengalami pubertas.

2.3 Kebutuhan Gizi untuk Anak Umur 6-10 Tahun

  berhubungan dengan kejadian penyakit tertentu seperti penyakit kekurangan energi dan protein, kekurangan vitamin A, kekurangan garam beryodium, obesita, dan lain- lain. Oleh sebab itu pemeriksaan terhadap tanda dan gejala suatu penyakit perlu

  32 diperhatikan.

  Pada anak umur 6-10 tahun perlu dibedakan kebutuhan gizi antara anak laki- laki dan perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik sehingga memerlukan kalori yang lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Pada usia ini biasanya anak perempuan memerlukan lebih banyak protein, zat besi dari usia sebelumnya dikarenakan anak perempuan mengalami masa transisi menuju masa

  33 menstruasi dan pubertas.

  Sarapan pagi bagi anak umur 6-10 tahun sangatlah penting, karena periode ini penuh aktifitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Untuk sarapan pagi harus memenuhi sebanyak ¼ kalori sehari. Dengan mengkonsumsi 2 potong roti dan telur; satu porsi bubur ayam; satu gelas susu dan buah; akan mendapatkan 300 kalori. Bila tidak sempat sarapan pagi sebaiknya anak dibekali dengan makanan/snack yang berat (bergizi lengkap dan seimbang) misalnya: mie goreng atau roti isi daging. Makan siang biasanya menu makanannya lebih bervariasi karena waktu tidak terbatas. Makan malam merupakan saat makan yang

  33 menyenangkan karena bisa berkumpul dengan keluarga.

2.4 Status Gizi

  Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh

  34

  dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya. Status gizi dibagi

  36

  menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan obesitas. Status gizi kurang sering disebut undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan

  37 individu.

2.4.1 Penilaian Status Gizi

  Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang

  38 berisiko atau dengan status kurang.

  39 Menurut Hartriyanti dan Triyanti, penilaian status gizi bertujuan untuk:

  1. Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi.

  2. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing- masing metode yang ada.

  3. Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data, perencanaan, dan implementasi untuk penilaian status gizi. Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu klinis, biokimia,

  39 biofisik, dan antropometri.

2.4.1.1 Klinis

  Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan defisiensi zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada

  40 organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

  Penggunaan metode ini umumnya untuk survei secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan secara fisik yaitu tanda (sign)

  40 dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

  2.4.1.2 Biokimia

  Beberapa tahap perkembangan kekurangan gizi dapat diidentifikasi dengan cara biokimia dan lazim disebut cara laboratorium. Cara ini dapat digunakan untuk mendeteksi keadaan defisiensi subklinis. Bersifat objektif, bebas dari faktor emosi dan subjektif lain. Metode ini mampu merefleksikan kadar zat gizi tubuh total atau besarnya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap deplesi sehingga disebut

  40 uji biokimia statis.

  Cara lain untuk mengukur keadaan defisiensi subklinis adalah uji gangguan fungsional. Uji gangguan fungsional adalah pengukuran perubahan dalam aktivitas enzim spesifik atau kadar komponen darah spesifik tergantung zat gizi yang diberikan, pengukuran produksi metabolit abnormal, pengukuran fungsi fisiologi dan

  40 perilaku yang tergantung pada zat gizi spesifik.

  2.4.1.3 Biofisika

  Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti

  40 kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

  2.4.1.4 Antropometri

  Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

  40 tingkat gizi.

2.4.2 Metode Pengukuran Antropometri

  Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Macam- macam pengukuran antropometri yang bisa digunakan untuk melihat pertumbuhan adalah sebagai berikut:

  40 a.

  Berat badan (BB) Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral tulang, untuk menilai status gizi biasanya BB dihubungkan dengan pengukuran lain, seperti umur dan tinggi badan.

  b.

  Tinggi badan (TB) Penilaian status gizi pada umumnya hanya mengukur total tinggi (atau panjang) yang diukur secara rutin.

  c.

  Panjang badan (PB) Dilakukan pada balita yang berumur kurang dari dua tahun atau kurang dari tiga tahun yang sukar untuk berdiri pada waktu pengumpulan data TB.

  d.

  Lingkar kepala Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak yang digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus (ukuran kepala besar) atau microcephaly (ukuran kepala kecil).

  e.

  Lingkar dada Lingkar dada berkembang dengan pesat sampai anak berumur tiga tahun sehingga bisa digunakan pada anak berusia 2-3 tahun.

  f.

  Lingkar lengan atas (LILA) Biasa digunakan pada anak balita serta wanita usia subur. Pengukuran LILA dipilih karena pengukuran relatif mudah, cepat, harga alat murah, tidak memerlukan data umur untuk balita yang kadang kala susah mendapatkan data umur yang tepat.

  g.

  Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran TB dan BB yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.

2.4.3 Indeks Antropometri

  39,40

  Indeks antropometri yaitu sebagai berikut: 1.

  Berat Badan Menurut Umur (B/U) Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.

  Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi, mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

  2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.

  3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini.

  4. Indeks Massa Tubuh (IMT) Masalah kekurangan gizi merupakan masalah yang penting, karena mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan, salah satu cara adalah dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT menggunakan rumus perhitungan yaitu sebagai berikut:

  IMT = Berat badan (kg) Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m) 5.

  Lingkar Lengan Atas Terhadap Umur (LILA/U) Indeks antropometri ini dapat mengidentifikasikan KEP (kekurangan energi dan protein) pada balita, membutuhkan alat ukur yang murah dan pengukuran cepat.

  2.5 Pengukuran Lingkar Lengan Atas Pengukuran LILA dilakukan melalui urut-urutan yang telah ditetapkan. Ada

  40

  tujuh urutan pengukuran LILA, yaitu: 1.

  Tetapkan posisi bahu dan siku 2. Letakkan pita antara bahu dan siku, lalu tentukan titik tengah lengan 3. Lingkarkan pita LILA pada titik tengah lengan 4. Pita dilingkarkan secara pas sesuai dengan ukuran lengan atas pasien 5. Cara pembacaan skala yang benar

  Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA yaitu pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam

  40 arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata. Parameter dalam pengukuran lingkar lengan atas dapat dilihat pada tabel di

  35 bawah ini.

  Tabel 1. Parameter pengukuran lingkar lengan atas

  Usia Lingkaran lengan (cm) (thn) Baku 90% Baku 80% Baku 70% Baku 60% Baku ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀

  6 17.3 17.3 15.6 15.5 13.8 13.8 12.1 12.1 10.4 10.4 7 17.8 17.8 16.0 16.0 14.2 14.2 12.5 12.5 10.7 10.7 8 18.4 18.4 16.5 16.6 14.7 14.7 12.9 12.9 11.0 11.1 9 19.0 19.1 17.1 17.2 15.2 15.3 13.3 13.4 11.4 11.5 10 19.7 19.9 17.7 17.9 15.8 15.9 13.8 13.9 11.8 11.9 11 20.4 20.7 18.4 18.6 16.3 16.7 14.3 14.5 12.2 12.4 12 21.2 21.5 19.1 19.3 16.9 17.2 14.8 15.0 12.7 12.9 13 22.2 22.4 20.0 20.2 17.7 17.9 15.5 15.7 13.3 13.4 14 23.2 23.2 20.9 20.9 18.6 18.5 16.3 16.2 13.9 13.9 15 25.0 24.4 22.5 20.0 20.0 19.5 17.5 17.1 15.0 14.6 16 26.0 24.7 23.4 22.2 20.8 19.7 18.2 17.3 15.6 14.8 17 26.8 24.9 24.1 22.3 21.4 19.9 18.8 17.4 16.1 15.5

  Nilai pada kolom baku dan 90% baku merupakan parameter LLA yang dimana menunjukkan status gizi yang baik. Nilai pada kolom 80% baku, 70% baku, 60% baku menunjukkan status kekurangan gizi. Kolom 80% baku merupakan kekurangan nutrisi cukup. Kolom 70% baku merupakan kekurangan nutrisi sedang dan kolom 60% baku merupakan parameter kekurangan nutrisi buruk. Pada setiap

  35 tingkatan status gizi tersebut dibedakan ukuran untuk anak laki-laki dan perempuan.

2.6 Masalah Gizi Kurang

  Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya adekuat atau kurangnya kapasitas dalam metabolisme substrat yang dibutuhkan untuk

  37 fungsi normal bagi tubuh, kesehatan, serta adanya daerah miskin gizi (iodium).

  Pada anak-anak, kekurangan gizi dapat menyebabkan berat badan kurang, mudah terserang penyakit, badan letih, penyakit defisiensi gizi, malas, terhambatnya

  39 pertumbuhan, dan perkembangan baik fisik maupun psikomotor dan mental.

2.7 Keilitis Angularis

  Keilitis angularis atau yang dikenal juga dengan perleche adalah inflamasi

  9,16,40

  pada sudut bibir yang dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa. Keilitis angularis berasal dari kata angular yang artinya sudut dan cheilitis yang artinya inflamasi dan fisur pada kulit bibir. Secara medis keilitis angularis dapat diartikan sebagai reaksi inflamasi pada sudut mulut yang biasanya dimulai di perbatasan

  41,42 mukokutan dan meluas ke dalam kulit yang ditandai dengan fisur dan kemerahan.

2.7.1 Etiologi

  Faktor-faktor etiologi keilitis angularis dapat menjadi penyebab tunggal atau juga dapat kombinasi. Keilitis angularis sering terjadi dalam keadaan kronis pada orang tua.

  16 Berikut ini etiologi dari keilitis angularis: 1.

  Agen infeksi merupakan penyebab utama. Agen infeksi seperti kandida atau stafilokokus dapat terisolasi pada 54% lesi keilitis angularis.

   Candida albicans merupakan agen infeksi yang sering terisolasi pada lesi keilitis angularis dan terbawa oleh saliva, serta sering dijumpai pada pengguna gigi tiruan khususnya pada penyakit denture stomatitis dan beberapa kasus keilitis angularis yang berhubungan dengan alergi dari bahan gigi tiruan.

   Stafilokokus dan streptokokus dapat juga dijumpai pada keilitis angularis.

  2. Faktor mekanis berperan pada pasien dengan edentulus yang tidak menggunakan gigi tiruan, atau menggunakan gigi tiruan yang tidak adekuat. Sebagai bawah di sudut mulut sehingga menciptakan lipatan dan kerutan. Pengkerutan dari epitel di sudut mulut bisa juga terjadi karena kebiasaan menjilat atau menghisap sudut mulut.

  3. Defisiensi nutrisi (zat besi, vitamin B, dan asam folat) dan defisiensi imun bisa mendukung terjadinya proliferasi spesies kandida  Defisiensi nutrisi, berdasarkan penelitian-penelitian yang ada yaitu defisiensi riboflavin, asam folat, zink, dan malnutrisi protein terlibat dalam terjadinya keilitis angularis. Keilitis angularis merupakan tanda awal dari anemia atau defisiensi vitamin seperti vitamin B .

  12

   Defisiensi imun seperti pada diabetes melitus, sindroma down atau HIV dapat dijumpai keilitis angularis yang dikaitkan dengan kandidiasis.

  4. Kondisi yang tidak umum dimana bibir mengalami pembesaran, seperti pada penderita orofacial granulomatosis, lebih dari 20% dijumpai kasus keilitis angularis, walaupun spesies kandida jarang ditemukan.

  2.7.2 Gambaran Klinis Gambaran klinis keilitis angularis berupa kerutan pada epitel komisura.

  Kerutan semakin jelas menjadi bentuk fisur yang dalam dan berkembang menjadi ulserasi, tapi tidak memiliki kecenderungan untuk berdarah, namun dapat terbentuk krusta. Fisur ini tidak melibatkan permukaan mukosa dari komisura bagian dalam

  19,43,44 mulut, tapi berhenti pada mucocutaneous junction (Gambar 1).

2.7.3 Tipe-Tipe Keilitis Angularis

  Menurut Ohman dkk keilitis angularis dapat dibedakan atas beberapa tipe

  44

  yaitu: a.

  Tipe 1: lesi ditandai dengan fisur tunggal yang terbatas pada sudut mulut dan atau sedikit meluas pada kulit sekitarnya (Gambar 1).

  Gambar 1. Lesi keilitis angularis tipe 1 b. Tipe 2: lesi yang terdiri dari fisur tunggal yang lebih panjang dan lebih dalam dibandingkan dengan keilitis angularis tipe 1 serta mengikuti lipatan kulit sudut mulut. Biasanya eritema di sekitar fisur (Gambar 2).

  Gambar 2. Lesi keilitis angularis tipe 2 c. Tipe 3: lesi dengan beberapa fisur yang arahnya menyebar dari sudut mulut kekulit sekitar (Gambar 3).

  Gambar 3. Lesi keilitis angularis tipe 3 d.

  Tipe 4: lesi tanpa fisur dengan eritema luas pada kulit yang berdekatan (Gambar 4).

  Gambar 4. Lesi keilitis angularis tipe 4

2.7.4 Diagnosis

  Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan klinis

  45

  dan pemeriksaan penunjuang. Anamnesis berupa evaluasi dari faktor lokal penyebab keilitis angularis dibutuhkan karena perawatan fokus pada penyembuhan keilitis angularis. Pendekatan pada pasien keilitis angularis dilakukan dengan hati- hati berupa pencatatan riwayat lengkap mengenai lokasi, durasi, riwayat tentang adanya kontak pada sudut mulut, faktor yang memperparah terjadinya keilitis angularis mencakup penggunaan rokok, pemaparan sinar UV, riwayat penggunaan obat-obatan, adanya masalah imun, riwayat penyakit sistemik, anemia, penyakit pada saluran pencernaan, pasien dengan riwayat penggunaan ortodonti serta riwayat dental

  9 serta oral hygiene, dan malnutrisi.

  Pemeriksaan klinis harus sejalan dengan pemeriksaan catatan medis untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan mikrobiologi dengan swab pada

  46,47 ketika sudut mulut dapat membantu.

  Pemeriksaan penunjang dengan pengukuran kadar hemoglobin. Keilitis angularis dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin B, untuk mengukur kadar vitamin B dan reseptor transferring, spesimen darah tidak puasa diperoleh dengan plebotomi

  7

  dari pemeriksaan pasien. Selain itu, bila perlu penilaian status gizi dilakukan untuk

  36 mengetahui status gizi pada anak mengenai ada tidaknya malnutrisi.

2.7.5 Perawatan

  Perawatan keilitis angularis dapat dilakukan setelah menentukan faktor etiologinya terlebih dahulu. Perawatan keilitis angularis mencakup identifikasi, faktor etiologi dan menyingkirkan atau mengkoreksi faktor predisposisi. Penyingkiran atau koreksi faktor predisposisi antara lain memperbaiki kehilangan vertikal dimensi, mengobati infeksi mikroorganisme oral dengan obat yang tepat, mengkoreksi gangguan sistemik seperti diabetes dan anemia dan menjaga kebersihan rongga

  43 mulut.

  Keilitis angularis karena infeksi kandida dapat dirawat dengan nistatin atau amfoterisin B yang diaplikasikan secara topikal. Keilitis angularis karena kandida dengan keilitis angularis karena stafilokokus sulit untuk dibedakan dan infeksi keilitis angularis sering merupakan kombinasi dari keduanya. Sehingga dapat digunakan perawatan kombinasi antibiotik dan antifungal. Krim miconazole 2% efektif melawan kandida dan kokus gram positif. Jika terjadi infeksi kandida pada rongga mulut, maka keilitis angularis potensial untuk rekuren sehingga dapat diberikan tablet

  42,43 hisap antifungal bila diperlukan.

2.8 Hubungan Status Gizi dengan Keilitis Angularis

  Angka kecukupan gizi (AKG) yang tidak dapat terpenuhi dapat menyebabkan terjadinya keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebut dengan kekurangan energi protein yang pertama sekali dikenal pada tahun 1920 dan paling sering terjadi di negara yang sedang berkembang. Anak-anak dengan kekurangan energi protein di negara

  8 manapun menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan perkembangan anak.

  Pemeriksaaan mulut dapat memberikan informasi yang cepat dan vital tentang keadaan gizi pasien. Dokter gigi dapat menjadi orang pertama yang menemukan tanda klinis dari kekurangan gizi, yang mempunyai efek bukan hanya di mulut, tetapi

  8,33 juga kesehatan secara umum dan fungsi mental.

  Kekurangan gizi dapat menimbulkan manifestasi berupa keilitis angularis. tahun telah ditunjukkan bahwa diantara simtom defisiensi nutrisi yang paling jelas

  18

  adalah keilitis angularis yaitu 41,3%. Keilitis angularis karena kekurangan gizi sering dijumpai pada anak-anak yang masih muda pada dekade pertama dan kedua kehidupan. Terdapat perdebatan tentang penyebab keilitis angularis dan banyak faktor yang diduga mempengaruhi patogenitas dari keadaan ini, termasuk kekurangan gizi dan infeksi. Kekurangan gizi dapat karena kekurangan vitamin B2, riboflavin, vitamin B6, piridoksin, zat besi, asam folat, dan bioti. Kekurangan vitamin B

  8 kompleks lebih sering daripada hanya vitamin B individual.

  Keilitis angularis yang berhubungan dengan kekurangan gizi terjadi secara bilateral dan biasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan ke lateral pada kulit sirkum oral sekitar 1-10 mm. Keadaan dasar lesi tersebut lembab

  8 serta terbentuk fisur yang tajam.

  2.9 Kerangka Teori

2.10 Kerangka Konsep

  Menderita Status gizi keilitis angularis

  Anak- anak usia 6-10 tahun

  Keterangan: Variabel bebas Variabel tergantung

  Variabel terkendali